FORUM JAWABAN POST TEST

FORUM JAWABAN POST TEST

Number of replies: 44

Jaaabn analisimu min 2 paragraf disini..

In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Yenaly Fitriana 2217011024 -
Nama : Yenaly Fitriana

NPM: 2217011024

Setelah membaca jurnal ini, saya mendapatkan beberapa kesimpulan bahwa jurnal ini membahas pentingnya integrasi nasional di negara Indonesia yang berperan sebagai cara untuk mengatasi masalah etnosentrisme, di mana masalah ini merupakan pandangan bahwa budaya atau etnis tertentu lebih unggul dibandingkan yang budaya atau etnis lain. Sejak proklamasi kemerdekaan, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan ideologi dan politik yang menyebabkan disintegrasi dan ketidakstabilan. Dalam hal ini, identitas nasional menjadi sangat penting di mana setiap kelompok etnis dan budaya harus melihat diri mereka sebagai bagian dari satu kesatuan, yaitu bangsa Indonesia. Pada jurnal ini, menekankan bahwa identitas bukanlah sesuatu yang tetap melainkan selalu berubah dan dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan budaya.

Jurnal ini juga menjelaskan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menciptakan integrasi nasional terutama di era otonomi daerah yang merupakan faktor untuk memperkuat etnosentrisme. Meskipun, otonomi daerah memberikan kebebasan bagi daerah untuk mengatur daerahnya sendiri. Namun, hal ini juga dapat menyebabkan perpecahan jika setiap daerah hanya berfokus pada kepentingan lokal tanpa memperhatikan kepentingan nasional. Oleh karena itu, diperlukan strategi kebudayaan yang dapat menyatukan berbagai identitas dan kepentingan masyarakat untuk mencapai integrasi yang lebih luas sehingga konflik antar etnis, agama, dan daerah dapat diminimalisir.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Mawar Nisrina Putri -
NAMA: Mawar Nisrina Putri

NPM: 2217011090

JAWABAN:
Berdasarkan jurnal yang diberikan, jurnal ini membahas pentingnya integrasi nasional di Indonesia sebagai cara untuk menghadapi tantangan seperti dari etnosentrisme, religisentrisme, dan politiksentrisme. Di dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa integrasi nasional merupakan upaya untuk menyatukan masyarakat melalui isu-isu yang memiliki kepentingan bersama, baik dalam bidang ideologi, ekonomi, maupun sosial. Dalam konteks keragaman suku, bahasa, dan budaya yang ada di Indonesia, membangun identitas nasional menjadi sangat penting. Simbol-simbol seperti bendera dan lagu kebangsaan berperan sebagai pengikat yang memperkuat rasa persatuan di antara masyarakat yang berbeda-beda.

Selain itu, dalam jurnal ini juga membahas tantangan yang muncul dari kebijakan otonomi daerah, yang dapat memperkuat etnosentrisme di kalangan masyarakat. Kebijakan tersebut sering kali mendorong individu untuk lebih menonjolkan identitas lokal mereka, berpotensi mengurangi rasa kesatuan nasional. Etnosentrisme, yang membuat satu kelompok merasa budayanya lebih unggul, dapat memicu konflik antar kelompok. Oleh karena itu, dalam jurnal tersebut penulis menekankan perlunya strategi kebudayaan yang mengedepankan nilai-nilai pluralisme dan nasionalisme. Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya integrasi, diharapkan masyarakat dapat mengatasi perbedaan dan menciptakan harmoni dalam kehidupan berbangsa.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Tegar Putra Arrasyid -
Nama : Tegar Putra Arrasyid

NPM : 2217011006

Jurnal tersebut membahas mengenai pentingnya integrasi nasional dalam menghadapi tantangan seperti etnosentrisme, religisentrisme, dan politiksentrisme di Indonesia. Agus Maladi Irianto selaku penulis telah menjelaskan bahwa integrasi nasional adalah proses menyatukan masyarakat dengan berbagai perbedaan melalui kepentingan bersama, baik dalam ideologi, ekonomi, maupun sosial. Mengingat Indonesia memiliki banyak suku, bahasa, dan budaya, integrasi nasional sangat dibutuhkan agar tercipta persatuan. Simbol-simbol kebangsaan seperti bendera, lagu nasional, dan bahasa Indonesia menjadi sarana penting dalam memperkuat rasa kebersamaan.

Jurnal ini juga membahas tantangan dalam mencapai integrasi nasional, terutama akibat kebijakan otonomi daerah yang dapat memperkuat sikap etnosentrisme. Kebijakan ini terkadang membuat masyarakat lebih mengutamakan identitas daerah dibandingkan identitas nasional, yang bisa mengurangi rasa persatuan. Etnosentrisme sendiri merupakan pandangan yang menganggap budaya sendiri lebih unggul daripada budaya lain, yang berpotensi menimbulkan konflik antar kelompok. Oleh karena itu, masyarakat perlu memahami bahwa keberagaman adalah bagian dari identitas nasional yang harus dijaga dan dihormati.

Sebagai solusinya, penulis disini menekankan pentingnya strategi kebudayaan untuk menyatukan masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan menanamkan nilai-nilai pluralisme dan nasionalisme agar masyarakat semakin menyadari pentingnya integrasi nasional. Dengan begitu, diharapkan perbedaan yang ada tidak menjadi pemicu perpecahan. Jurnal ini juga telah menegaskan bahwa integrasi nasional bukan hanya sekadar konsep, tetapi sebuah proses yang harus dijalankan bersama oleh seluruh masyarakat demi menciptakan kehidupan yang harmonis dan stabil.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Carera Patricia Febriani_2217011019 -
NAMA : CARERA PATRICIA FEBRIANI

NPM : 2217011019

JAWABAN
Jurnal Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia oleh Agus Maladi Irianto membahas pentingnya integrasi nasional dalam menghadapi tantangan keberagaman di Indonesia, terutama dalam konteks etnosentrisme, religiositas, dan politik. Jurnal ini menyoroti bahwa sejak kemerdekaan, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan ideologi dan sistem pemerintahan, yang kadang memicu disintegrasi sosial dan politik. Dari masa Orde Lama hingga Reformasi, kebijakan politik yang sentralistik dan represif justru memperkuat identitas kelompok tertentu dan melemahkan rasa persatuan nasional. Reformasi yang membuka ruang desentralisasi juga menghadirkan tantangan baru, di mana kebebasan yang tidak terkendali justru menimbulkan ketidakpastian dalam tatanan sosial dan politik.

Identitas nasional dalam jurnal ini tidak dipandang sebagai sesuatu yang statis, tetapi sebagai sesuatu yang terus berkembang dan dinegosiasikan sesuai dengan konteks sosial yang ada. Identitas tidak hanya didasarkan pada etnisitas, tetapi juga kepentingan sosial dan ekonomi. Misalnya, pedagang kaki lima dari berbagai suku bisa bersatu karena kepentingan ekonomi mereka sama, bukan karena kesamaan etnis. Dalam hal ini, integrasi nasional dapat terbentuk melalui kesamaan visi dan misi, bukan sekadar kesamaan budaya atau geografis. Namun, kebijakan otonomi daerah yang semakin berkembang juga berpotensi menguatkan identitas lokal dan mempersempit rasa kebangsaan. Oleh karena itu, jurnal ini menekankan pentingnya strategi kebudayaan nasional yang mampu menyeimbangkan identitas lokal dan nasional demi menjaga stabilitas sosial dan politik Indonesia.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Naghmah Syifa Bilqis -
Nama: Naghmah Syifa Bilqis
NPM: 2217011072

Jurnal ini menekankan bahwa integrasi nasional bukan hanya tentang penyatuan fisik, tetapi juga tentang kesadaran kolektif yang memungkinkan berbagai kelompok dengan identitas yang berbeda untuk melihat diri mereka sebagai satu kesatuan, yaitu bangsa Indonesia. Penulis menyoroti bahwa perubahan rezim dari Orde Lama ke Orde Baru, dan kemudian ke Orde Reformasi, telah menciptakan dinamika politik yang kompleks. Orde Baru, yang berkuasa selama 32 tahun, dianggap gagal dalam mengelola pluralitas Indonesia karena menerapkan kebijakan sentralistik yang menekan identitas daerah. Kebijakan ini justru memicu resistensi dan konflik di berbagai daerah. Era Reformasi yang membawa kebebasan dan desentralisasi, meskipun diharapkan dapat memperbaiki situasi, justru menimbulkan kekacauan baru, seperti meningkatnya tindakan anarkis, pelanggaran moral, dan kriminalitas.

Penulis menekankan bahwa identitas nasional Indonesia tidak hanya dapat dilihat dari simbol-simbol fisik seperti bendera, lagu kebangsaan, atau bahasa, tetapi juga perlu direinterpretasi dalam konteks yang lebih luas. Media massa dianggap sebagai alat yang kuat dalam mengkonstruksi identitas kolektif, terutama melalui tayangan yang mempengaruhi gaya hidup dan pola pikir masyarakat. Media massa telah menciptakan kebudayaan massa yang serba cepat dan penuh perubahan, yang pada gilirannya mempengaruhi nilai, norma, dan simbol dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa identitas tidak hanya dibentuk oleh faktor-faktor tradisional seperti etnis atau agama, tetapi juga oleh faktor-faktor modern seperti media dan teknologi.

Penulis mengkritik kebijakan otonomi daerah yang dianggap memperkuat etnosentrisme. Otonomi daerah, yang seharusnya memberikan kebebasan kepada daerah untuk mengatur diri sendiri, justru sering kali digunakan untuk memperkuat identitas lokal dengan mengorbankan integrasi nasional. Penulis memberikan contoh bagaimana pendirian sekolah dan perguruan tinggi di setiap daerah, serta penempatan pejabat birokrasi berdasarkan asal daerah, dapat memperkuat sentimen kedaerahan dan mengurangi rasa persatuan nasional. Penulis menegaskan bahwa integrasi nasional harus menjadi strategi kebudayaan yang bertujuan untuk menyatukan visi dan misi bangsa Indonesia. Penulis menyarankan bahwa untuk mencapai integrasi nasional, masyarakat harus bersedia menerobos identitasnya sendiri dan mengambil jarak dari kepentingan-kepentingan yang sempit, seperti etnosentrisme atau sentimen kedaerahan.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Garneta Heppy Chandra -
Nama : Garneta Heppy Chandra
NPM : 2217011078

Jurnal ini membahas pentingnya integrasi nasional di Indonesia sebagai sarana untuk melawan etnosentrisme, agama, dan politikisme, menekankan pembentukan identitas Indonesia yang bersatu. Jurnal ini menelusuri lintasan sejarah integrasi nasional dari awal kemerdekaan Indonesia melalui era Orde Baru dan Reformasi, menyoroti beragam identitas dan aspirasi regional.

Adanya tantangan saat mengelola pluralisme di negara yang kaya akan budaya dapat dilakukan dengan cara fokus pada perlunya strategi budaya nasional yang dapat menumbuhkan persatuan sambil menghormati perbedaan regional. Pada jurnal ini juga menjelaskan bagaimana integrasi nasional dapat dicapai melalui kepentingan bersama dan kerja sama di antara beragam komunitas, menyarankan bahwa mengatasi fokus eksklusif pada identitas etnis dan regional sangat penting untuk persatuan nasional yang lebih luas. Pengembangan kesadaran nasional untuk menciptakan identitas kolektif sangat penting untuk keharmonisan sosial di tengah keragaman dan memastikan stabilitas dalam menghadapi konflik yang muncul dari perbedaan etnis dan regional.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Hanun Lunar Pradaka -
Nama: Hanun Lunar Pradaka
NPM: 2217011084

Jurnal tersebut membahas tentang integrasi nasional yang merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga persatuan bangsa Indonesia yang memiliki keberagaman budaya, etnis, dan agama. Sejak kemerdekaan, Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan yang menguji stabilitas nasional, termasuk perubahan sistem pemerintahan dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Era Reformasi. Isu politik dan kebijakan sentralisasi di masa lalu sering kali mengabaikan keberagaman lokal, sementara otonomi daerah yang diterapkan justru berpotensi memperkuat sentimen kedaerahan.

Etnosentrisme menjadi tantangan serius dalam proses integrasi nasional karena kecenderungan suatu kelompok merasa lebih unggul dibandingkan kelompok lain yang dapat memicu perpecahan. Media massa turut berperan dalam membentuk identitas sosial, baik sebagai alat pemersatu maupun pemicu polarisasi masyarakat. Dalam era globalisasi, media dapat memperkuat kesadaran terhadap nilai-nilai kebangsaan, tetapi juga dapat mempertegas perbedaan identitas jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk mendorong narasi kebangsaan serta memperkuat pendidikan multikultural untuk menanamkan sikap toleransi dan kebersamaan sejak dini.

Untuk mencapai integrasi nasional yang kokoh, diperlukan kesadaran penuh bahwa keberagaman adalah aset yang harus dikelola dengan bijak. Kebijakan yang mengutamakan persatuan tanpa mengesampingkan identitas budaya lokal, harus diterapkan di berbagai sektor, termasuk pendidikan, sosial, dan politik. Dengan menanamkan nilai-nilai kebangsaan serta semangat gotong royong dalam kehidupan sehari-hari, Indonesia dapat menghadapi tantangan etnosentrisme dan menjaga stabilitas nasional. Jika kesadaran ini terus dipupuk, maka integrasi nasional akan semakin kuat dan mampu menjadikan Indonesia sebagai negara yang harmonis di tengah keberagaman yang ada.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Rizky Pradana Putra_2217011141 -
Nama : Rizky Pradana Putra
Npm : 2217011141
Kelas : kelas C

Postest part 3 integrasi nasional

Integrasi nasional adalah proses menyatukan perbedaan dalam suatu negara untuk menciptakan keserasian dan keselarasan secara nasional. Integrasi ini penting bagi Indonesia yang masih berkembang dan terus mencari jati diri. Dengan berbagai perbedaan budaya, suku, agama, dan bahasa, integrasi nasional menjadi kunci dalam menjaga persatuan serta menghindari konflik sosial. Selain itu, integrasi nasional juga membantu membangun kesadaran akan identitas bersama dan memperkuat rasa kebangsaan agar Indonesia tetap solid dalam menghadapi berbagai tantangan. Proses integrasi nasional didukung oleh beberapa faktor, seperti penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu, semangat persatuan dan gotong royong, serta adanya kepribadian dan pandangan hidup yang sama. Namun, ada pula faktor penghambat yang dapat menghambat terwujudnya integrasi, seperti kurangnya penghargaan terhadap keberagaman, rendahnya toleransi antar kelompok, serta ketimpangan pembangunan yang menimbulkan ketidakpuasan di masyarakat. Untuk mencapai integrasi yang lebih baik, perlu ditanamkan sikap saling menghargai dan kesadaran kolektif dalam menjaga persatuan.

Integrasi nasional terbagi dalam beberapa jenis, di antaranya integrasi bangsa, integrasi nilai, dan integrasi tingkah laku. Integrasi bangsa merujuk pada penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya dalam satu wilayah, sementara integrasi nilai berkaitan dengan kesepakatan terhadap nilai-nilai bersama yang menjaga ketertiban sosial. Di sisi lain, integrasi tingkah laku mencerminkan upaya menciptakan perilaku yang sesuai dengan norma demi mencapai tujuan bersama. Tantangan dalam mewujudkan integrasi nasional datang dari dimensi horizontal, seperti perbedaan suku dan agama, serta dimensi vertikal, seperti ketimpangan antara kaum elite dan masyarakat umum. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan upaya konkret seperti memberikan perlakuan yang adil bagi seluruh warga negara, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemerintahan, serta memperkuat wawasan kebangsaan melalui pendidikan dan media. Pemerintah juga harus menegakkan kebijakan yang mendukung integrasi nasional, seperti menanamkan nilai-nilai Pancasila, memberantas korupsi, serta mencegah gerakan separatisme. Selain itu, permasalahan seperti perbedaan kepentingan, diskriminasi, aksi protes, dan meningkatnya kriminalitas harus ditangani secara bijak agar tidak mengganggu stabilitas nasional. Dengan demikian, integrasi nasional dapat terwujud secara berkelanjutan dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat dan bersatu.

Namun, tantangan dalam mencapai integrasi nasional tidak hanya berasal dari faktor internal, tetapi juga dari pengaruh eksternal seperti globalisasi dan perkembangan teknologi. Arus informasi yang semakin cepat dapat membawa budaya asing yang berpotensi menggoyahkan nilai-nilai kebangsaan. Selain itu, media sosial sering kali menjadi sarana penyebaran hoaks dan ujaran kebencian yang dapat memicu perpecahan di masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran kolektif untuk menyaring informasi dengan bijak serta memperkuat pendidikan karakter agar generasi muda tetap memiliki rasa nasionalisme yang kuat. Selain faktor budaya dan informasi, masalah sosial seperti meningkatnya angka kriminalitas, kenakalan remaja, dan korupsi juga menjadi ancaman bagi integrasi nasional. Ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan dalam pemerataan pembangunan sering kali memicu ketidakpuasan yang berujung pada konflik sosial. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kebijakan yang berorientasi pada kesejahteraan rakyat, penegakan hukum yang adil, serta peningkatan kesempatan pendidikan dan lapangan kerja. Dengan adanya langkah-langkah strategis tersebut, diharapkan integrasi nasional dapat terjaga dan membawa Indonesia menuju kemajuan yang lebih baik.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Nurul Rismawati 2217011158 -
NAMA : Nurul Rismawati

NPM : 2217011158

Dalam jurnal yang berjudul "Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia," oleh Agus Maladi Irianto, membahas pentingnya integrasi nasional dalam mengatasi sikap etnosentrisme yang dapat mengancam persatuan bangsa. Penulis menekankan bahwa integrasi nasional melibatkan pembentukan kelompok-kelompok yang bersatu berdasarkan isu-isu bersama, baik ideologis, ekonomi, maupun sosial, sehingga berbagai kelompok dengan identitas masing-masing dapat melihat diri mereka sebagai satu kesatuan Bangsa Indonesia.

Penulis juga menyoroti bahwa identitas memiliki fungsi ganda dalam pembentukan integrasi nasional. Di satu sisi, identitas berperan sebagai elemen pemersatu yang mengikat individu-individu dalam suatu kelompok. Di sisi lain, identitas dapat menjadi sumber perpecahan jika terlalu menonjolkan perbedaan dan mengabaikan kesamaan yang ada. Oleh karena itu, penulis menekankan perlunya pengembangan konsep integrasi nasional yang mampu mengatasi tantangan etnosentrisme, religiosisme, dan politisisme yang dapat memicu konflik kepentingan. Selain itu, penulis mengidentifikasi tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan konsep integrasi nasional. Salah satunya adalah bagaimana menghadapi sikap etnosentrisme yang cenderung memandang budaya atau kelompok sendiri sebagai yang paling superior. Sikap ini dapat menghambat proses integrasi nasional dan menimbulkan konflik antar kelompok. Untuk itu, diperlukan upaya yang komprehensif dalam menumbuhkan kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan kelompok atau golongan tertentu.

Secara keseluruhan, jurnal ini menekankan bahwa integrasi nasional merupakan kunci dalam menjaga keutuhan dan persatuan Indonesia yang multikultural. Dengan memahami dan menghargai keberagaman yang ada, serta menekan sikap etnosentrisme, Indonesia dapat membangun masyarakat yang harmonis dan bersatu dalam perbedaan. Upaya ini memerlukan peran aktif dari semua elemen masyarakat, termasuk pemerintah, tokoh masyarakat, dan individu, untuk terus memupuk semangat kebangsaan dan toleransi antar kelompok.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Kevin Julian Manap_2217011101 -
NAMA : KEVIN JULIAN MANAP

NPM : 2217011101

JAWABAN
Jurnal Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia membahas bagaimana integrasi nasional menjadi kunci dalam menghadapi tantangan keberagaman di Indonesia. Sejak kemerdekaan, Indonesia mengalami berbagai dinamika politik, dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi. Setiap era memiliki tantangan tersendiri, di mana sentralisasi kekuasaan pada Orde Baru memicu perlawanan dari daerah, sedangkan desentralisasi pada era Reformasi justru menimbulkan fragmentasi sosial yang lebih besar. Etnosentrisme, atau kecenderungan mengutamakan kelompok sendiri dibanding kelompok lain, menjadi ancaman serius bagi persatuan bangsa. Selain etnosentrisme, perbedaan agama dan kepentingan politik juga sering kali menjadi pemicu konflik. Dalam konteks ini, integrasi nasional diperlukan untuk menyatukan berbagai kelompok masyarakat dengan identitas yang berbeda, agar mereka merasa sebagai bagian dari satu kesatuan, yaitu bangsa Indonesia.

Identitas nasional dalam jurnal ini dipahami sebagai sesuatu yang dinamis, bukan tetap dan final. Identitas seseorang atau kelompok masyarakat dipengaruhi oleh faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang terus berubah. Oleh karena itu, integrasi nasional tidak bisa hanya bertumpu pada kesamaan etnis atau budaya, tetapi harus dibangun berdasarkan kepentingan bersama. Contohnya, dalam dunia ekonomi, para pedagang kaki lima dari berbagai latar belakang bisa bersatu karena memiliki tujuan yang sama dalam menghadapi kebijakan pemerintah. Namun, kebijakan otonomi daerah yang berkembang justru dapat memperkuat identitas lokal secara berlebihan dan berpotensi menghambat integrasi nasional. Oleh karena itu, jurnal ini menekankan pentingnya strategi kebudayaan nasional yang dapat mengharmoniskan perbedaan agar Indonesia tetap utuh sebagai negara yang majemuk tetapi bersatu.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Theresia Maharani Sitorus -
Nama: Theresia Maharani Sitorus

NPM: 2257011004

Jurnal tersebut membahas pentingnya integrasi nasional dalam menghadapi tantangan etnosentrisme di Indonesia. Sejak kemerdekaan, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan politik dan ideologi yang berpengaruh terhadap stabilitas nasional. Mulai dari pergantian pemerintahan dari Orde Lama ke Orde Baru, hingga Reformasi 1998 yang membawa perubahan besar dalam sistem pemerintahan. Namun, perubahan tersebut tidak selalu membawa dampak positif, karena desentralisasi dan kebebasan yang lebih luas di era Reformasi justru menimbulkan ketidakstabilan sosial, meningkatnya konflik kepentingan, dan melemahnya identitas nasional. Oleh karena itu, penulis menekankan bahwa integrasi nasional harus tetap menjadi tujuan utama dalam membangun negara yang harmonis di tengah keberagaman etnis, agama, dan budaya.

Selain itu, identitas nasional dapat menjadi faktor yang mendukung atau menghambat integrasi nasional. Identitas tidak bersifat statis, melainkan terus berkembang sesuai dengan perubahan sosial dan politik. Di era modern, media massa seperti televisi dan internet memainkan peran besar dalam membentuk identitas bersama yang melampaui batas etnis dan budaya. Namun, di sisi lain, otonomi daerah yang berlebihan dapat memicu peningkatan etnosentrisme, di mana kelompok-kelompok tertentu lebih mementingkan identitas daerah atau suku mereka dibandingkan dengan identitas sebagai bangsa Indonesia. Hal ini dapat menghambat integrasi nasional jika tidak diimbangi dengan kebijakan yang mengedepankan kebersamaan dan kesatuan di tengah perbedaan.

Konsep integrasi nasional harus menjadi strategi kebudayaan yang diterapkan secara menyeluruh. Pluralitas adalah takdir bagi bangsa Indonesia, tetapi perbedaan yang ada tidak boleh menjadi pemicu konflik. Sebaliknya, perbedaan harus dikelola dengan baik agar dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Untuk mencapai hal ini, diperlukan strategi yang tidak hanya mengandalkan kebijakan politik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan pluralisme di tengah masyarakat. Integrasi nasional akan tercapai jika masyarakat dapat melihat dirinya sebagai bagian dari bangsa yang lebih besar, bukan hanya sebagai anggota kelompok etnis atau daerah tertentu.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Nindia Nayla Assyifah -
Nama : Nindia Nayla Assyifah
Npm : 2217011168

Jurnal terkait membahas tentang peran integrasi nasional Indonesia dalam mencegah etnosentrisme. Bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang menciptakan disintegrasi dan in stabilisasi nasional. Di masa awal merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia.

Identitas adalah representasi diri seseorang melihat diri sendiri dan orang lain melihat dirinya sebagai sebuah entitas sosial budaya. Identitas dilihat dari segi waktu sebagai suatu esensi yang abadi. Identitas dan karakter bangsa sebagai sebagai sarana pembentukan pola pikir dan pembentukan mental menjadi tujuan utama bangsa. Kesadaran nasional menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional. Integrasi nasional sebagai suatu kesadaran antara berbagai etnis dan keberagaman merasa dirinya sebagai satu kesatuan. Pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir yang akhir akhir ini memicu pertentangan di masyarakat. Dari sinilah munculnya faham sentrisme seperti etnosentrisme, religi sentrisme, politisentrisme. Etnosentrisme merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknha lebih unggul daripada etnik lain. Etnosentrisme ini justru di dukung dengan kebijakan otonomi daerah, keadaan ini semakin lama memicu kehancuran bangsa.

Pada jurnal ini juga menjelaskan bagaimana integrasi nasional dapat dicapai melalui kepentingan bersama dan kerja sama di antara beragam komunitas, menyarankan bahwa mengatasi fokus eksklusif pada identitas etnis dan regional sangat penting untuk persatuan nasional yang lebih luas.Berdasarkan sejumlah gambaran yang ada, konsep integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bangsa, hal ini mengacu pada kekuatan budaya dalam kaitannua dengan keragaman yang Indonesia miliki.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Widia Oktavani Br Tarigan 2217011095 -
Nama : Widia Oktavani Br Tarigan
NPM : 2217011095

Jurnal ini membahas pentingnya integrasi nasional sebagai upaya untuk menangkal etnosentrisme di Indonesia. Penulis, Agus Maladi Irianto, menjelaskan bahwa integrasi nasional merupakan proses penyatuan berbagai kelompok dengan identitas yang berbeda menjadi satu kesatuan, yaitu bangsa Indonesia. Dalam konteks Indonesia yang multikultural, integrasi nasional menjadi sangat penting untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, terutama dalam menghadapi tantangan seperti etnosentrisme, konflik antar-etnis, dan perbedaan kepentingan. Penulis juga menekankan bahwa integrasi nasional tidak hanya tentang kesamaan identitas, tetapi juga tentang kemampuan untuk melampaui identitas lokal demi kepentingan yang lebih besar, yaitu kepentingan nasional.

Selain itu, jurnal ini mengkritisi kebijakan otonomi daerah yang dianggap dapat memperkuat etnosentrisme. Otonomi daerah, meskipun bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada daerah dalam mengelola diri sendiri, justru berpotensi memicu semangat kedaerahan yang berlebihan. Hal ini terlihat dari kecenderungan daerah untuk mendirikan sekolah-sekolah yang hanya melayani masyarakat lokal atau menuntut posisi birokrasi diisi oleh putra daerah. Kebijakan ini, jika tidak dikelola dengan baik, dapat mengancam integrasi nasional karena masyarakat cenderung lebih fokus pada identitas daerah daripada identitas nasional. Oleh karena itu, penulis menyarankan perlunya strategi kebudayaan yang mengedepankan nilai-nilai pluralisme dan nasionalisme untuk memperkuat integrasi nasional.

Terakhir, penulis menawarkan solusi dengan mengusulkan bahwa integrasi nasional dapat tercapai jika masyarakat mampu melampaui identitas lokal dan menerima identitas yang lebih luas, yaitu identitas sebagai bangsa Indonesia. Integrasi nasional bukanlah tentang menghilangkan identitas lokal, tetapi tentang bagaimana identitas lokal dapat berkontribusi pada pembentukan identitas nasional yang lebih inklusif. Dengan demikian, integrasi nasional diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi berbagai konflik yang terjadi di Indonesia, baik konflik antar-etnis, agama, maupun kepentingan politik.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Raca Asyifa Hasanah -
Nama : Raca Asyifa Hasanah

NPM : 2217011028

Jurnal ini membahas tentang pentingnya integrasi nasional dalam menghadapi tantangan etnosentrisme di Indonesia. Sejak proklamasi kemerdekaan, bangsa ini telah mengalami berbagai perubahan politik yang membawa dampak signifikan terhadap stabilitas nasional, mulai dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi. Salah satu poin utama dalam jurnal ini adalah bagaimana kebijakan sentralistik yang diterapkan di era Orde Baru justru menekan identitas lokal dan menimbulkan ketidakpuasan di daerah. Sebaliknya, ketika era Reformasi membuka peluang desentralisasi dan otonomi daerah, justru muncul tantangan baru berupa meningkatnya sikap etnosentrisme dan konflik berbasis identitas. Hal ini menunjukkan bahwa integrasi nasional bukanlah sesuatu yang dapat dianggap selesai, tetapi harus terus diperjuangkan melalui strategi kebudayaan yang tepat agar tidak hanya menjadi slogan semata, tetapi juga menjadi fondasi utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selain membahas dinamika politik, jurnal ini juga menyoroti bagaimana identitas nasional terbentuk dan berkembang dalam konteks sosial yang lebih luas. Identitas tidak bersifat statis, tetapi selalu mengalami negosiasi dan penyesuaian terhadap perubahan zaman. Salah satu faktor yang berperan besar dalam pembentukan identitas nasional adalah media massa, terutama televisi. Media memiliki kekuatan untuk menyatukan atau justru memperkuat perbedaan di tengah masyarakat. Jika tidak dikelola dengan baik, media dapat menjadi alat yang memperdalam segregasi sosial berdasarkan etnis, agama, maupun kepentingan politik. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran kolektif bahwa identitas nasional harus dibangun di atas kepentingan bersama, bukan sekadar berdasarkan kesamaan kelompok atau latar belakang tertentu. Integrasi nasional tidak berarti menghilangkan keberagaman, tetapi bagaimana keberagaman tersebut dapat dijadikan modal sosial untuk memperkuat persatuan bangsa. Dalam hal ini, peran pendidikan, kebijakan publik, serta kesadaran masyarakat menjadi faktor penting dalam menjaga keseimbangan antara identitas lokal dan identitas nasional, sehingga bangsa Indonesia tetap kokoh di tengah tantangan globalisasi dan dinamika sosial yang terus berkembang.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Annisa Aulia Putri -
Nama: Annisa Aulia Putri
NPM: 2217011143

Berdasarkan apa yang saya peroleh, jurnal ini membahas tentang pentingnya integrasi nasional sebagai cara untuk mengatasi etnosentrisme di Indonesia. Sejak Indonesia merdeka, negara ini telah mengalami berbagai perubahan politik dan ideologi, mulai dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi. Menyertai perubahan tersebut, konflik tidak dapat dihindari. Orde Baru, misalnya, menerapkan sistem pemerintahan yang terlalu terpusat, sehingga daerah-daerah merasa hak dan aspirasi mereka tidak diakui. Setelah Reformasi, kebebasan semakin besar, tetapi juga memicu munculnya konflik antar-kelompok yang semakin sering terjadi. Oleh karena itu, diperlukan strategi untuk menjaga persatuan di tengah keberagaman.

Kemudian pada jurnal ini mengangkat pembahasan, bahwasannya identitas nasional bukan hanya sekadar simbol seperti bendera atau lagu kebangsaan, tetapi juga bagaimana masyarakat melihat diri mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Nah identitas ini bisa terbentuk dari beberapa faktor, seperti suku, budaya, pendidikan, profesi, dan kepentingan pribadi atau kelompok. Selain itu, media juga berpengaruh pada perkembangannya. Misalnya, banyak orang dari latar belakang berbeda bisa merasa memiliki gaya hidup yang sama karena terpengaruh oleh konten-konten di sosial media seperti TikTok atau Instagram. Agar integrasi nasional dapat terwujud, harus ada kesamaan dalam bahasa, nilai budaya, cita-cita politik, dan pandangan hidup. Namun, jika setiap kelompok hanya fokus pada identitasnya sendiri dan tidak mau berbaur, persatuan bangsa justru bisa melemah.

Salah satu tantangan dalam menjaga integrasi nasional adalah kebijakan otonomi daerah, yang memberi kewenangan lebih besar kepada daerah untuk mengatur wilayahnya sendiri. Akibatnya, banyak daerah lebih mementingkan kepentingannya sendiri daripada kepentingan nasional. Pemekaran wilayah yang seharusnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat justru sering dimanfaatkan untuk kepentingan politik. Contohnya, banyak daerah hanya menerima pegawai dari suku atau wilayahnya sendiri, yang akhirnya mempersempit ruang interaksi antara masyarakat dari berbagai latar belakang. Uuntuk mengatasi masalah ini, masyarakat perlu memahami bahwa konflik antar-etnis, antar-daerah, antar-agama, dan antar-partai politik tidak perlu terjadi jika semua pihak menyadari bahwa keberagaman adalah sebuah kenyataan yang harus diterima dan dikelola dengan baik.

Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat beragam, dan keberagaman ini seharusnya menjadi kekuatan, bukan sumber perpecahan. Jika setiap individu dan kelompok lebih peduli pada kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi atau kelompoknya sendiri, maka integrasi nasional akan tetap terjaga, dan Indonesia dapat berkembang sebagai bangsa yang kuat dan bersatu.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Zafira Anargya Kirana -
Nama : Zafira Anargya Kirana
NPM : 2217011005

Jurnal ini menjelaskan bahwa sejak Indonesia merdeka, negara ini mengalami banyak perubahan politik dan sosial yang memengaruhi persatuan bangsa. Dari masa Orde Lama ke Orde Baru hingga Reformasi, berbagai kebijakan yang diterapkan sering kali justru menyebabkan perpecahan. Sentralisasi di masa Orde Baru menekan daerah, sementara kebebasan di era Reformasi malah menimbulkan banyak konflik baru. Sayangnya, sejak dulu Indonesia belum memiliki strategi yang jelas untuk menjaga persatuan di tengah keberagaman. Akibatnya, masalah-masalah seperti ketimpangan politik, ketegangan sosial, dan konflik kepentingan terus berulang tanpa solusi yang benar-benar efektif.

Bagian tentang Identitas dan Integrasi Nasional membahas bagaimana identitas seseorang atau kelompok tidak hanya berdasarkan suku atau asal daerah, tetapi juga dari kepentingan dan pengalaman mereka. Media, terutama televisi, memiliki peran besar dalam membentuk cara orang melihat diri mereka sendiri dan orang lain. Tayangan di media bisa memperkuat rasa kebersamaan, tetapi juga bisa memperdalam perbedaan jika tidak dikelola dengan baik. Selain itu, globalisasi membuat identitas masyarakat semakin beragam dan bercampur dengan pengaruh budaya luar. Jika perbedaan ini tidak dipahami sebagai kekuatan, justru bisa menimbulkan konflik dan memperlemah persatuan bangsa.

Dalam bagian yang membahas hubungan antara integrasi nasional dan otonomi daerah, jurnal ini menunjukkan bahwa kebijakan desentralisasi setelah Reformasi malah memperkuat rasa kesukuan dan daerahisme. Banyak daerah lebih mementingkan kepentingannya sendiri daripada melihat Indonesia sebagai satu kesatuan. Contohnya, dalam dunia pendidikan dan pemerintahan, sering kali hanya orang asli daerah yang diberi kesempatan, sehingga mengurangi interaksi antara orang dari berbagai latar belakang. Jika dibiarkan, hal ini bisa membuat masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan daerah masing-masing. Kesimpulannya, integrasi nasional hanya bisa terwujud jika semua orang mau melihat diri mereka sebagai bagian dari Indonesia, bukan hanya bagian dari suku atau daerah tertentu. Untuk itu, diperlukan strategi budaya yang menanamkan rasa kebersamaan dan menghargai keberagaman sebagai kekuatan, bukan sebagai pemisah.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Hesti Ollivia -
Nama : Hesti Ollivia
NPM : 2217011135
Jawaban :
Jurnal ini membahas pentingnya integrasi nasional sebagai upaya menangkal etnosentrisme di Indonesia. Sejak kemerdekaan, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan ideologi dan sistem pemerintahan, dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi. Masing-masing era membawa tantangan tersendiri, termasuk ketidakstabilan politik dan sosial yang berujung pada konflik. Salah satu faktor penyebab disintegrasi adalah kebijakan pemerintahan yang sentralistik pada masa Orde Baru, yang menekan aspirasi daerah dan memperburuk ketegangan sosial. Reformasi membawa desentralisasi, namun justru memunculkan tantangan baru berupa ketidakpastian dan meningkatnya konflik berbasis kepentingan.

Identitas nasional bukanlah sesuatu yang tetap, melainkan terus berkembang dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk media massa dan globalisasi. Identitas terbentuk melalui interaksi sosial, bukan hanya berdasarkan etnis atau budaya, tetapi juga kepentingan bersama. Media, terutama televisi, berperan besar dalam membentuk identitas kolektif yang melampaui batas-batas tradisional. Namun, di sisi lain, demokrasi dan otonomi daerah yang tidak dikelola dengan baik justru memperkuat sikap etnosentrisme. Masyarakat cenderung lebih mementingkan identitas daerah daripada persatuan nasional, yang berisiko melemahkan integrasi nasional.

Jadi integrasi nasional adalah kunci untuk menjaga keutuhan bangsa di tengah keberagaman. Pluralitas harus dikelola sebagai kekuatan, bukan sumber perpecahan. Untuk itu, dibutuhkan strategi kebudayaan nasional yang menanamkan kesadaran nasionalisme dan pluralisme. Pemerintah dan masyarakat perlu menyadari bahwa konsep integrasi bukan hanya tentang kesamaan identitas, tetapi juga kemampuan untuk memahami dan menerima perbedaan demi kepentingan bersama sebagai bangsa Indonesia.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Kenita Hupeza -
Nama: Kenita Hupeza
NPM: 2217011173

Dalam jurnal ini membahas bagaimana upaya menjaga persatuan bangsa di tengah perbedaan yang ada. Indonesia sebagai negara dengan keberagaman suku, agama, dan budaya menghadapi tantangan besar dalam membangun rasa kebersamaan. Salah satu hambatan terbesar dalam integrasi nasional adalah sikap etnosentrisme, di mana kelompok tertentu merasa lebih unggul dibandingkan kelompok lainnya. Jika dibiarkan, hal ini bisa memicu konflik dan memperlemah rasa persatuan. Oleh karena itu, penting untuk terus memperkuat kesadaran akan identitas nasional yang mengutamakan kebersamaan tanpa menghilangkan keberagaman.

Jurnal ini juga menyoroti bagaimana kebijakan pemerintah dalam berbagai era turut berpengaruh terhadap integrasi nasional. Pada masa Orde Baru, misalnya, pemerintah menerapkan sistem sentralistik yang menekan identitas daerah demi stabilitas nasional. Namun, setelah memasuki era Reformasi, otonomi daerah memberikan ruang lebih besar bagi daerah untuk mengatur dirinya sendiri. Sayangnya, hal ini juga membawa dampak negatif, di mana beberapa daerah lebih mengutamakan kepentingan sendiri daripada kepentingan nasional. Akibatnya, muncul berbagai permasalahan seperti kesenjangan antarwilayah dan meningkatnya politik identitas yang dapat menghambat integrasi nasional.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Hotlianti Pangaribuan -
Nama : Hotlianti Pangaribuan
NPM : 2217011115

Jawaban:
Jurnal ini membahas bagaimana integrasi nasional berperan penting dalam menangkal etnosentrisme di Indonesia. Sejak kemerdekaan, bangsa ini telah mengalami berbagai perubahan sistem politik dan ideologi, mulai dari Orde Lama, Orde Baru, hingga era Reformasi. Perubahan-perubahan tersebut sering kali menyebabkan ketidakstabilan nasional karena adanya kepentingan yang berbeda di antara kelompok-kelompok politik, sosial, dan budaya. Dalam kondisi ini, integrasi nasional menjadi solusi untuk menyatukan masyarakat yang memiliki latar belakang etnis, agama, dan kepentingan yang beragam. Namun, dalam praktiknya, tantangan terbesar dalam mencapai integrasi nasional adalah masih kuatnya sikap etnosentrisme, di mana banyak kelompok lebih mengutamakan identitas dan kepentingan mereka sendiri daripada kepentingan bangsa secara keseluruhan.

Selain itu, jurnal ini juga menyoroti dampak kebijakan otonomi daerah yang diterapkan setelah Reformasi. Desentralisasi yang awalnya bertujuan untuk mempercepat pembangunan di daerah justru dalam beberapa kasus memperkuat rasa kedaerahan yang berlebihan. Banyak daerah yang lebih fokus pada kepentingan lokal dan kurang memperhatikan semangat kebangsaan yang lebih luas. Hal ini juga terlihat dalam birokrasi dan sistem pendidikan, di mana kecenderungan untuk mengutamakan "putra daerah" semakin meningkat, sehingga mengurangi keterbukaan terhadap keberagaman. Akibatnya, bukannya memperkuat persatuan, otonomi daerah justru dapat memicu perpecahan dan meningkatkan potensi konflik antar wilayah jika tidak dikelola dengan baik.

Pada jurnal ini, menekankan bahwa untuk mengatasi tantangan ini, integrasi nasional harus dijadikan strategi utama dalam membangun kesadaran kebangsaan yang lebih kuat. Integrasi nasional tidak hanya sekadar menyatukan wilayah, tetapi juga harus bisa menjembatani perbedaan kepentingan dan identitas di berbagai kelompok masyarakat. Pendidikan multikultural, kebijakan sosial yang inklusif, serta kebijakan budaya yang menghargai keberagaman menjadi langkah penting dalam membangun persatuan bangsa. Dengan cara ini, seluruh elemen masyarakat dapat bersatu dalam visi dan misi yang sama, sehingga keutuhan bangsa Indonesia tetap terjaga di tengah berbagai tantangan zaman.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Khansa Fathrizkiya Julisa_2217011015 -
Nama : Khansa Fathrizkiya Julisa
Npm : 2217011015

Jurnal ini membahas tentang integrasi nasional sebagai upaya untuk mengatasi etnosentrisme di Indonesia. Integrasi nasional bertujuan untuk menyatukan berbagai kelompok masyarakat dengan latar belakang budaya, agama, dan kepentingan politik yang berbeda agar memiliki satu identitas sebagai bangsa Indonesia. Sejarah mencatat bahwa Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga persatuan, mulai dari peralihan Orde Lama ke Orde Baru hingga era Reformasi. Kebijakan sentralisasi di masa Orde Baru sempat menekan identitas daerah, yang kemudian menimbulkan ketidakpuasan di berbagai wilayah. Sementara itu, desentralisasi yang muncul di era Reformasi memberikan lebih banyak kebebasan kepada daerah, tetapi juga berisiko meningkatkan konflik berbasis etnis dan regional akibat menguatnya sikap etnosentris.

Jurnal ini juga membahas bagaimana otonomi daerah bisa menjadi tantangan bagi integrasi nasional jika tidak dikelola dengan baik. Di satu sisi, otonomi daerah memberi kesempatan bagi daerah untuk berkembang sesuai dengan karakter dan kebutuhan lokal. Namun, jika diterapkan secara berlebihan, otonomi daerah bisa memperkuat kesadaran identitas kedaerahan yang dapat melemahkan persatuan dalam bingkai negara kesatuan. Oleh karena itu, strategi kebudayaan yang berfokus pada nasionalisme dan pluralisme sangat diperlukan agar masyarakat dapat melihat perbedaan sebagai kekayaan bangsa, bukan sumber konflik. Identitas nasional juga perlu terus berkembang agar tetap relevan dengan perkembangan zaman, tanpa kehilangan nilai-nilai persatuan yang menjadi dasar negara Indonesia.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Fiqri Fiqri Fauzan hadi -
NAMA : FIQRI FAUZAN HADI
NPM : 2217011157

Jawab

integrasi nasional merupakan aspek krusial dalam menjaga persatuan dan kesatuan suatu negara, terutama di Indonesia yang kaya akan keberagaman budaya, suku, agama, dan bahasa. Proses ini bertujuan untuk menyatukan perbedaan demi menciptakan keselarasan dan keserasian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks Indonesia, integrasi nasional tidak hanya penting untuk mencegah konflik sosial, tetapi juga untuk membangun kesadaran identitas bersama dan memperkuat rasa kebangsaan.Beberapa faktor yang mendukung integrasi nasional di Indonesia antara lain:
Bahasa Indonesia: Sebagai bahasa pemersatu, bahasa Indonesia memainkan peran penting dalam komunikasi antar kelompok yang berbeda.
Semangat Persatuan dan Gotong Royong: Nilai-nilai ini merupakan bagian dari budaya Indonesia yang mendukung kerjasama antar masyarakat.
Kepribadian dan Pandangan Hidup yang Sama: Memiliki pandangan hidup yang serupa dapat memperkuat rasa kebersamaan.
Namun, terdapat juga faktor penghambat yang perlu diatasi, seperti: Kurangnya Penghargaan terhadap Keberagaman: Ketidakmampuan untuk menghargai perbedaan dapat menimbulkan konflik. Rendahnya Toleransi Antar Kelompok: Toleransi yang rendah dapat memperburuk hubungan antar kelompok masyarakat.
Ketimpangan Pembangunan: Ketidakpuasan yang muncul akibat ketimpangan pembangunan dapat memicu ketegangan sosial.
Jenis-Jenis Integrasi nasional dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
Integrasi Bangsa: Penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya dalam satu wilayah.
Integrasi Nilai: Kesepakatan terhadap nilai-nilai bersama yang menjaga ketertiban sosial.
Integrasi Tingkah Laku: Upaya menciptakan perilaku yang sesuai dengan norma demi mencapai tujuan bersama.
Tantangan dan SolusiTantangan dalam mewujudkan integrasi nasional dapat berasal dari dimensi horizontal (perbedaan suku dan agama) dan dimensi vertikal (ketimpangan antara elite dan masyarakat). Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa langkah yang dapat diambil meliputi: Perlakuan Adil bagi Seluruh Warga Negara: Menjamin hak dan kewajiban yang sama bagi semua warga negara. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.
Pendidikan dan Media: Memperkuat wawasan kebangsaan melalui pendidikan yang inklusif dan media yang bertanggung jawab.

kesimpulan nya itu untuk mencapai integrasi nasional yang lebih baik, diperlukan sikap saling menghargai, kesadaran kolektif, dan kebijakan yang mendukung. Masyarakat harus menyadari bahwa keberagaman adalah kenyataan yang harus diterima dan dikelola dengan baik. Dengan langkah-langkah strategis dan komitmen bersama, diharapkan integrasi nasional dapat terjaga, membawa Indonesia menuju kemajuan yang lebih baik dan menjadikan negara ini kuat serta bersatu.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Novi Rahma Gunawan -
Nama : Novi Rahma Gunawan
NPM: 2217011062

Jurnal ini membahas tentang bagaimana integrasi nasional dapat menjadi solusi atas ancaman perpecahan akibat etnosentrisme, politik identitas, dan konflik kepentingan. Dari jurnal tersebut dijelaskan bahwa sejak kemerdekaan, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan dalam sistem pemerintahan, mulai dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi. Setiap era itu membawa tantangan tersendiri dalam menjaga persatuan bangsa. Misalnya pada order baru, menerapkan sistem sentralisasi untuk menjaga stabilitas, tetapi kebijakan ini justru menekan identitas daerah dan memicu ketidakpuasan. Ketika Reformasi membuka kebebasan demokrasi dan otonomi daerah, muncul masalah baru, yaitu meningkatnya konflik berbasis kepentingan lokal dan lemahnya kontrol terhadap berbagai perbedaan.

Selain itu, jurnal ini juga membahas bagaimana media massa, terutama televisi, berperan dalam membentuk kesadaran identitas masyarakat. Media dapat menjadi alat pemersatu dengan menghadirkan narasi yang mencerminkan keberagaman, tetapi juga bisa menjadi sarana dominasi kelompok tertentu yang memperkuat perbedaan sosial dan politik. Seiring dengan berkembangnya teknologi, pengaruh media semakin kuat dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap nasionalisme. Namun, alih-alih menjadi alat integrasi, media terkadang justru memperparah polarisasi dengan menampilkan konten yang lebih berorientasi pada kepentingan tertentu daripada mendorong persatuan nasional.

Jurnal ini menegaskan bahwa integrasi nasional bukan sekadar soal kesatuan politik atau administrasi, melainkan juga strategi kebudayaan yang mampu menyatukan masyarakat dalam satu visi tanpa menghilangkan keberagaman. Penulis menekankan bahwa identitas nasional harus bersifat dinamis dan dapat beradaptasi dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, diperlukan strategi kebudayaan yang dapat memupuk kesadaran nasionalisme dan pluralisme secara seimbang. Integrasi nasional akan terwujud jika masyarakat mampu melihat perbedaan sebagai kekuatan, bukan sebagai ancaman, sehingga setiap individu merasa menjadi bagian dari bangsa Indonesia tanpa kehilangan identitas budayanya sendiri.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Bemby Adilia Heaverly 2217011045 -
NAMA: Bemby Adilia Heaverly
NPM: 2217011045

Berdasarkan jurnal yang saya baca, jurnal ini membahas pentingnya integrasi nasional dalam menjaga persatuan di tengah keberagaman etnis, budaya, dan politik di Indonesia. Jurnal ini menyoroti bahwa sejak kemerdekaan, Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan identitas nasionalnya. Pergantian era dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi menunjukkan dinamika politik yang mempengaruhi stabilitas nasional. Dalam hal ini, integrasi nasional menjadi alat utama untuk mengatasi ancaman etnosentrisme, yaitu kecenderungan suatu kelompok untuk menganggap budayanya lebih unggul dibandingkan budaya lain. Selain itu, jurnal ini menguraikan bagaimana globalisasi dan perkembangan teknologi komunikasi, terutama media massa, telah membentuk identitas baru dalam masyarakat. Identitas nasional tidak lagi hanya ditentukan oleh faktor geografis atau etnis, tetapi juga oleh kepentingan dan interaksi sosial yang lebih luas. Fenomena ini dapat memperkuat persatuan, tetapi juga berpotensi menciptakan segregasi sosial jika tidak diimbangi dengan pemahaman tentang nilai-nilai kebangsaan. Maka, integrasi nasional harus dibangun dengan pendekatan inklusif yang menghargai keberagaman dan menekankan kesamaan nilai di atas perbedaan.

Jurnal ini juga menyoroti tantangan otonomi daerah, yang di satu sisi memberikan kebebasan bagi daerah untuk mengembangkan potensi masing-masing, tetapi di sisi lain dapat memperkuat sentimen kedaerahan yang berlebihan. Jika tidak dikelola dengan baik, otonomi daerah dapat mempersempit rasa kebangsaan dan meningkatkan persaingan antar daerah. Oleh karena itu, diperlukan strategi kebudayaan yang dapat menyatukan visi dan misi bangsa tanpa menghilangkan identitas lokal yang sudah melekat di masyarakat
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Aisah Fawwaz Sulaimah 2217011119 -
NAMA : Aisah Fawwaz Sulaimah
NPM : 2217011119

Jurnal ini membahas bagaimana integrasi nasional dapat menjadi solusi dalam menangkal etnosentrisme yang berpotensi memicu konflik sosial di Indonesia. Analisis terhadap isi jurnal ini menunjukkan bahwa Irianto menyoroti beberapa aspek kunci, yaitu konsep integrasi nasional, tantangan etnosentrisme, peran identitas dalam integrasi, serta hubungan antara integrasi nasional dan kebijakan otonomi daerah.

1. Integrasi Nasional sebagai Upaya Mempersatukan Bangsa
Irianto menjelaskan bahwa integrasi nasional bukan sekadar konsep politik, tetapi juga merupakan strategi sosial yang bertujuan untuk menyatukan masyarakat dari berbagai latar belakang etnis, budaya, dan agama. Dalam proses ini, diperlukan adanya kesadaran kolektif bahwa meskipun terdapat perbedaan identitas, semua warga negara tetap memiliki kesamaan dalam kebangsaan. Hal ini menunjukkan bahwa integrasi nasional tidak hanya membutuhkan kebijakan pemerintah, tetapi juga peran aktif masyarakat dalam membangun harmoni sosial.

2. Etnosentrisme sebagai Ancaman terhadap Integrasi Nasional
Etnosentrisme menjadi salah satu tantangan utama dalam proses integrasi. Ketika kelompok tertentu merasa budaya dan nilai-nilai mereka lebih unggul daripada yang lain, hal ini dapat menimbulkan sikap diskriminatif dan memperkuat segregasi sosial. Irianto menegaskan bahwa sikap etnosentrisme dapat menghambat terciptanya persatuan nasional dan bahkan berpotensi menimbulkan konflik horizontal yang berkepanjangan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengedukasi masyarakat agar lebih inklusif dan terbuka terhadap perbedaan.

3. Peran Identitas dalam Integrasi Nasional
Salah satu poin penting dalam jurnal ini adalah bagaimana identitas memainkan peran ganda dalam integrasi nasional. Di satu sisi, kesamaan identitas—seperti bahasa, budaya, dan nilai-nilai sosial—dapat memperkuat kohesi sosial. Namun, di sisi lain, jika identitas kelompok terlalu eksklusif, hal ini dapat menghambat integrasi dan memperkuat sekat-sekat sosial. Irianto berpendapat bahwa masyarakat harus mampu keluar dari batasan identitas kelompoknya agar bisa berkontribusi dalam membangun kesatuan nasional yang lebih luas.

4. Hubungan antara Otonomi Daerah dan Integrasi Nasional
Irianto juga menyoroti bagaimana kebijakan otonomi daerah dapat berdampak pada integrasi nasional. Jika tidak dikelola dengan baik, otonomi daerah dapat memperkuat sentimen kedaerahan yang berlebihan dan melemahkan rasa persatuan. Hal ini relevan dengan kondisi Indonesia saat ini, di mana beberapa daerah memiliki kecenderungan untuk lebih mengutamakan identitas lokal dibandingkan identitas nasional. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa kebijakan otonomi daerah tetap sejalan dengan visi integrasi nasional.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Prabu Sriwijaya S -
Nama : Prabu Sriwijaya Soedjadi
NPM : 2217011077

Jurnal yaang ditulis oleh Agus Maladi Irianto ini mengkaji integrasi nasional sebagai imperatif strategis untuk meredam eskalasi etnosentrisme dalam konteks sosiokultural Indonesia yang plural. Penulis menegaskan bahwa konstruksi identitas kebangsaan harus bertumpu pada kesadaran kolektif berbasis inklusivitas, di mana prinsip kebersamaan dan kohesi sosial menjadi poros utama. Analisis historis terhadap transisi politik dari Orde Lama ke Orde Baru hingga Era Reformasi mengungkapkan bahwa ambivalensi sistemik, seperti disintegrasi dan ketidakstabilan yang sering berakar pada marginalisasi pluralitas dan pengabaian identitas lokal. Oleh karenanya, integrasi nasional tidak boleh direduksi sekadar sebagai proyek unifikasi simbolis, melainkan harus melibatkan dialektika kritis melalui negosiasi nilai dan adaptasi struktural yang berkesinambungan. Proses ini diyakini mampu merajut harmoni sosial dalam mosaik keragaman, sekaligus menjawab tantangan fragmentasi identitas yang rentan muncul di tengah dinamika global.


Irianto mengkritisi paradoks kebijakan otonomi daerah kontemporer yang berpotensi menggerus integrasi nasional melalui hiperlokalisme. Desentralisasi politik, menurutnya, justru memicu kompetisi identitas di mana kepentingan lokal sering dikonstruksi secara eksklusif, bahkan melahirkan hegemoni identitas kelompok yang memicu klaim superioritas etnis. Fenomena ini berisiko memproduksi konflik horizontal antarkomunitas, mengancam stabilitas sosiopolitik yang sudah rapuh. Untuk itu, penulis mengusulkan strategi kebudayaan transformatif yang tidak hanya mengakomodasi perbedaan, tetapi juga membangun simbiosis mutualistik antaridentitas melalui interaksi dialogis. Dengan pendekatan ini, integrasi nasional diproyeksikan bukan sekadar sebagai narrasi kosong, melainkan sebagai kerangka operasional yang mampu mengonsolidasikan keberagaman menjadi kekuatan kolektif. Dengan demikian, Indonesia diharapkan dapat merespons kompleksitas dinamika sosial melalui paradigma "kesatuan dalam negosiasi" sebuah sintesis antara lokalitas dan kebangsaan yang adaptif.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Sagita Nathania Irene_2217011107 -
NAMA: Sagita Nathania Irene Putri Armalya
NPM: 2217011107

Melalu jurnal yang diberikan, terlihat membahas tentang integrasi nasional sebagai upaya untuk menyatukan masyarakat Indonesia yang sangat beragam. Sejak kemerdekaan, bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga persatuan, mulai dari perbedaan ideologi hingga konflik antar-etnis dan agama. Salah satu faktor utama yang menghambat integrasi nasional adalah etnosentrisme, yaitu sikap menganggap budaya atau kelompok sendiri lebih unggul daripada yang lain. Sikap ini sering kali memicu perpecahan dan memperkuat sekat antar-kelompok dalam masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan strategi kebudayaan yang mampu mengatasi perbedaan tanpa mengorbankan identitas masing-masing kelompok.

Selain itu, jurnal ini juga menyoroti bagaimana kebijakan politik dan pemerintahan berpengaruh terhadap integrasi nasional. Pada era Orde Baru, misalnya, pemerintah menerapkan sistem politik sentralistik yang bertujuan untuk menjaga stabilitas, tetapi malah menekan aspirasi daerah dan memperkuat ketimpangan. Ketika memasuki era Reformasi, kebijakan desentralisasi mulai diterapkan, memberi lebih banyak kebebasan bagi daerah untuk mengatur dirinya sendiri. Namun, kebebasan ini juga membawa tantangan baru, seperti munculnya kesenjangan antara daerah, meningkatnya politik identitas, dan persaingan kepentingan yang dapat mengancam persatuan nasional. Oleh karena itu, integrasi nasional harus terus dijaga agar kebijakan otonomi daerah tidak malah memperkuat perpecahan.

Jurnal ini juga menggarisbawahi bahwa integrasi nasional tidak berarti menghapus perbedaan, tetapi menemukan titik temu di antara keberagaman. Bahasa Indonesia, misalnya, menjadi salah satu alat pemersatu yang berhasil menyatukan berbagai suku bangsa dalam komunikasi sehari-hari. Selain itu, kebijakan yang mendorong interaksi antar-kelompok juga dapat membantu memperkuat rasa kebersamaan. Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan kemajuan teknologi, integrasi nasional harus tetap menjadi prioritas agar Indonesia tetap menjadi negara yang solid. Dengan memahami bahwa keberagaman adalah kekuatan, masyarakat Indonesia bisa lebih siap menghadapi perubahan tanpa kehilangan identitas nasional mereka.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by SUCI FITRIA INSANI -
Nama: Suci Fitria Insani
NPM: 2217011149

Berdasarkan jurnal yang sudah saya baca, jurnal tersebut membahas tentang pentingnya integrasi nasional dalam menghadapi tantangan etnosentrisme di Indonesia. Penulis mengawali dengan menjelaskan perjalanan Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan hingga era Reformasi, termasuk perubahan ideologi dan azas yang menyebabkan disintegrasi nasional. Dari perpindahan kekuasaan Orde Lama ke Orde Baru, hingga jatuhnya rezim Soeharto dan dimulainya era Reformasi yang membuka kran demokrasi lebih luas. Inti dari jurnal ini adalah konsep identitas dan integrasi nasional. Penulis mendefinisikan identitas sebagai representasi diri seseorang atau masyarakat, yang bukanlah sesuatu yang tetap dan abadi, melainkan terus berubah dan terdiri dari berbagai lapisan. Sementara integrasi nasional dipahami sebagai kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia.
Permasalahan muncul ketika otonomi daerah dan desentralisasi justru memperkuat semangat etnosentrisme. Penulis memberikan contoh seperti pendirian sekolah di setiap daerah yang cenderung hanya diisi oleh siswa dari daerah tersebut, serta tuntutan pengisian posisi birokrasi oleh putra daerah. Fenomena ini dianggap dapat mempersempit rasa integrasi nasional karena lebih didasarkan pada faktor etnis dan kedaerahan. Penulis juga menekankan bahwa integrasi nasional merupakan jalan keluar menghadapi berbagai konflik di Indonesia. Konsep ini akan terwujud jika masyarakat bersedia melampaui identitas pribadinya dan mengambil jarak dari kepentingan yang selama ini membentuk watak dirinya atau kelompoknya.

Menurut saya, jurnal ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Pluralitas memang merupakan kenyataan yang tak terelakkan bagi bangsa kita, namun seringkali menjadi pemicu konflik daripada kekayaan yang patut dibanggakan. Saya setuju dengan pandangan penulis bahwa otonomi daerah yang ditujukan untuk memberikan keleluasaan daerah dalam mengembangkan potensinya, kadang justru menumbuhkan semangat kedaerahan yang berlebihan dan mengganggu integrasi nasional. Fenomena "putra daerah" dalam birokrasi lokal adalah contoh nyata bagaimana identitas bisa menjadi pembatas daripada penghubung.
Yang menarik adalah gagasan penulis tentang identitas yang berfungsi ganda dalam integrasi nasional. Pada satu sisi, kesamaan identitas (seperti bahasa) bisa menjadi pemersatu, namun di sisi lain, kemampuan untuk melampaui identitas pribadi juga diperlukan untuk membentuk integrasi yang lebih luas. Menurut saya, tantangan terbesar Indonesia saat ini adalah bagaimana menyeimbangkan semangat otonomi daerah dengan penguatan integrasi nasional. Kita perlu strategi kebudayaan yang memungkinkan masyarakat mempertahankan identitas kulturalnya sambil tetap merasa bagian dari identitas nasional yang lebih besar.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Shely Adtamara 2217011131 -
Setelah membaca jurnal yang sudah diberikan, dapat disimpulkan bahwasannya jurnal ini membahas bagaimana pentingnya menjaga persatuan di tengah keberagaman budaya, etnis, dan kepentingan politik. Sejak kemerdekaan, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan politik, mulai dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi. Setiap era memiliki tantangan dalam mempertahankan integrasi nasional, terutama dengan munculnya etnosentrisme, yaitu sikap merasa budaya sendiri lebih unggul dibandingkan yang lain. Fenomena ini semakin diperkuat dengan adanya otonomi daerah yang, meskipun memberi kebebasan bagi daerah untuk berkembang, justru sering kali membuat identitas lokal lebih dominan dibandingkan identitas nasional. Selain itu, media massa, terutama televisi, memiliki peran dalam membentuk identitas kolektif masyarakat. Tayangan televisi bisa menyatukan persepsi publik, tetapi juga dapat memperkuat perbedaan kelas sosial dan kepentingan politik. Oleh karena itu, integrasi nasional hanya bisa tercapai jika individu dapat melihat dirinya sebagai bagian dari satu bangsa, bukan hanya dari kelompok tertentu.

Meskipun jurnal ini memberikan analisis mendalam tentang sejarah dan tantangan integrasi nasional, masih ada beberapa hal yang kurang dibahas. Salah satunya adalah kurangnya solusi konkret dalam menghadapi tantangan baru di era digital, di mana media sosial memiliki peran lebih besar dalam membentuk opini publik dan identitas kolektif. Penulis lebih banyak menyoroti peran media konvensional, padahal saat ini politik identitas justru berkembang pesat melalui media sosial. Selain itu, meskipun jurnal ini menekankan pentingnya strategi kebudayaan dalam menjaga persatuan, tidak ada rekomendasi jelas mengenai langkah-langkah yang harus diambil oleh pemerintah, akademisi, maupun masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai mahasiswa untuk lebih kritis dalam memahami bagaimana keberagaman bisa dikelola tanpa mengorbankan persatuan
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Nishfa Laila Maghfiroh 2217011041 -
Nama : Nishfa Laila Maghfiroh
NPM : 2217011041
Kelas : C

Pada jurnal tersebut dibahas integrasi nasional sebagai solusi untuk menghadapi tantangan keberagaman di Indonesia (etnosentrisme, politik identitas, dan konflik kepentingan). Integrasi nasional adalah suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan; bangsa Indonesia. Namun, integrasi nasional tidak terjadi dengan sendirinya. Ada banyak tantangan yang bisa menghambat proses ini, seperti etnosentrisme (beranggapan bahwa budaya sendiri lebih unggul), politik identitas, dan kebijakan otonomi daerah yang salah arah.

Pada jurnal disebutkan bahwasannya integrasi nasional tidak hanya terlihat dari simbol-simbol fisik seperti penggunaan Bahasa Indonesia, bendera Sang Saka Merah Putih, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya, tetapi juga terbentuk melalui kesadaran kolektif yang terus diperbaharui seiring dinamika sosial-politik, mulai dari masa Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi. Penerapan kebijakan sentralistik di masa Orde Baru dan kebijakan otonomi daerah di era Reformasi sering kali memicu konflik antar kelompok, karena kecenderungan etnosentrisme di mana kepentingan lokal lebih diutamakan daripada identitas nasional secara menyeluruh. Salah satu tantangan terbesar setelah era Reformasi adalah munculnya etnosentrisme yang semakin kuat akibat otonomi daerah. Setiap daerah cenderung ingin menonjolkan identitasnya sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan nasional. Selain itu, perkembangan media massa dan interaksi sosial modern turut membentuk identitas masyarakat yang semakin kompleks, sehingga individu dan kelompok cenderung menekankan kepentingan masing-masing.

Oleh karena itu, untuk mencapai integrasi nasional yang utuh, diperlukan strategi dengan cara menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan pluralisme agar masyarakat mampu bersama-sama membangun persatuan serta kesatuan bangsa. Selain itu, dengan cara mengurangi etnosentrisme dan politik identitas dengan mendorong kerja sama antar kelompok yang berbeda, serta membuat kebijakan otonomi daerah yang lebih inklusif agar daerah tetap bisa berkembang tanpa kehilangan rasa persatuan dengan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Apabila hal-hal tersebut dapat diterapkan, maka integrasi nasional akan semakin kuat dan Indonesia bisa tetap bersatu meskipun memiliki keberagaman yang sangat kompleks.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by NABILA PUTRI ANANDA 2217011053 -
Nama: Nabila Putri Ananda

NPM: 2217011053

Jawaban Analisis:

Jurnal ini membahas bagaimana perjalanan politik Indonesia dari Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi berdampak pada integrasi nasional dan munculnya tantangan etnosentrisme. Selama Orde Baru, pemerintahan yang sentralistik menekan aspirasi daerah dengan cara otoriter-represif, yang justru memperkuat sentimen kedaerahan. Ketika Reformasi membuka ruang demokrasi dan desentralisasi, muncul kebebasan yang tidak terkontrol, menyebabkan ketidakstabilan sosial dan meningkatnya tindakan anarkis. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa strategi kebudayaan nasional yang jelas, bangsa ini kesulitan menjaga keseimbangan antara persatuan dan keberagaman.

Selain itu, jurnal ini menyoroti pentingnya identitas nasional dalam menjaga integrasi bangsa. Dulu, identitas nasional ditandai oleh simbol-simbol seperti bendera, lagu kebangsaan, dan bahasa Indonesia. Namun, di era modern, identitas nasional menjadi lebih kompleks dan memerlukan reinterpretasi agar tetap relevan. Identitas tidak bersifat tetap, melainkan terus berkembang sesuai dengan kondisi sosial dan budaya. Oleh karena itu, strategi kebudayaan yang inklusif perlu dikembangkan agar identitas nasional tetap kuat tanpa menekan keberagaman yang ada di Indonesia.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Rosita 2217011058 -
Nama: Rosita
NPM: 2217011058

Jurnal ini menjelaskan bagaimana perjalanan politik Indonesia dari masa Orde Lama, Orde Baru, hingga era Reformasi memengaruhi konsep integrasi nasional. Penulis menguraikan bahwa kebijakan sentralistik pada masa Orde Baru cenderung menekan identitas daerah, sementara era Reformasi memberikan ruang lebih besar bagi desentralisasi. Namun, desentralisasi ini justru menimbulkan tantangan baru, seperti meningkatnya etnosentrisme dan fragmentasi sosial.

Pada jurnal ini analisis historis yang kuat dalam memahami bagaimana kebijakan politik mempengaruhi identitas nasional. Penulis menjelaskan bagaimana peralihan dari sistem politik otoriter ke demokratis memunculkan tantangan dalam menjaga integrasi nasional. Namun, jurnal ini masih kurang dalam menawarkan solusi konkret bagaimana integrasi nasional dapat diperkuat tanpa mengorbankan kebebasan daerah dalam mengembangkan identitasnya.

Jurnal ini mengkritisi bagaimana etnosentrisme berkembang sebagai respons terhadap kebijakan desentralisasi. Salah satu contoh yang diberikan adalah bagaimana otonomi daerah sering kali mengarah pada kebijakan yang lebih berpihak pada kelompok etnis tertentu, yang pada akhirnya dapat memperlemah solidaritas nasional. Fenomena ini menjadi semakin kompleks ketika dikaitkan dengan politisasi identitas etnis dalam pemilu dan birokrasi daerah.

Salah satu poin menarik dalam jurnal ini adalah bagaimana media, khususnya televisi dan internet, memainkan peran penting dalam membentuk identitas nasional. Tayangan televisi tidak hanya mencerminkan budaya nasional, tetapi juga dapat membentuk kesadaran kolektif tentang nilai-nilai kebangsaan. Namun, di sisi lain, media juga dapat menjadi alat yang memperkuat identitas lokal secara berlebihan, yang dapat mengarah pada eksklusivitas dan polarisasi sosial.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Maria Deta Ratna Jelita -
Nama : Maria Deta Ratna Jelita
NPM : 221711036

Setelah saya membaca jurnal yang diberikan dapat disimpulkan bahwa jurnal ini membahas konsep integrasi nasional sebagai alat untuk menangkal etnosentrisme di Indonesia. Integrasi nasional merujuk pada penyatuan berbagai kelompok masyarakat dengan identitas yang berbeda agar merasa menjadi satu kesatuan, yaitu bangsa Indonesia. Dalam konteks sejarah, Indonesia mengalami berbagai perubahan ideologi dan politik, yang sering kali menyebabkan disintegrasi, seperti saat peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru dan kemudian ke Reformasi.

Identitas nasional awalnya terbentuk dari simbol-simbol fisik seperti bendera, lagu kebangsaan, dan bahasa. Namun, di era modern, identitas lebih kompleks dan dapat berubah tergantung kepentingan individu dan kelompok. Media massa, terutama televisi, berperan besar dalam membentuk identitas masyarakat, sering kali menciptakan budaya massa yang cepat berubah. Selain itu, konsep otonomi daerah, yang bertujuan memberi kebebasan bagi daerah dalam mengatur diri, justru sering kali memperkuat etnosentrisme, karena mendorong eksklusivitas budaya dan politik daerah.

Untuk mencapai integrasi nasional yang lebih kuat, diperlukan kesadaran kolektif bahwa pluralitas adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Hal ini dapat dicapai dengan membangun strategi kebudayaan yang memperkuat rasa persatuan di tengah keberagaman. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama agar kebijakan yang diambil tidak justru memperdalam perpecahan, melainkan memperkuat persatuan nasional.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Icha Dwi Lusiana -
Nama : Icha Dwi Lusiana
NPM : 2217011125
Jawaban :
Setelah saya membaca jurnal tersebut dapat disimpulkan, bahwa integrasi nasional merupakan elemen penting dalam menjaga stabilitas sosial di tengah keberagaman budaya, etnis, dan agama di Indonesia. Dalam jurnal juga membahas tentang sejarah politik Indonesia, dari Orde Lama hingga Reformasi, mempengaruhi dinamika integrasi nasional.

Salah satu tantangan utama dalam integrasi nasional adalah meningkatnya etnosentrisme akibat kebijakan otonomi daerah dan pemekaran wilayah yang cenderung memperkuat identitas lokal dibandingkan kesadaran kebangsaan. Hal ini berpotensi memperlebar kesenjangan sosial dan memicu konflik antar kelompok. Oleh karena itu, diperlukan strategi kebudayaan yang menekankan nilai-nilai pluralisme dan nasionalisme untuk membentuk kesadaran kolektif sebagai satu bangsa.

Jurnal ini juga menekankan bahwa integrasi nasional bukan sekadar penyatuan fisik, tetapi lebih kepada kesadaran bersama bahwa perbedaan merupakan kekuatan, bukan sumber perpecahan. Dengan demikian, membangun identitas nasional yang inklusif, berbasis kepentingan bersama, dan bukan sekadar kesamaan etnis atau budaya, menjadi kunci dalam menangkal ancaman etnosentrisme serta menjaga persatuan Indonesia.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Fira Aisyah Sorza -
Nama: Fira Aisyah Sorza
NPM: 2217011067
Kelas: Kimia-C

Post Test 3

Setelah membaca jurnal tersebut, jurnal tersebut membahas pentingnya integrasi nasional dalam menjaga persatuan Indonesia yang beragam. Indonesia adalah negara dengan banyak suku, agama, dan budaya yang berbeda. Keberagaman dapat menjadi tantangan utama yaitu menyatukan perbedaan agar tidak menimbulkan konflik. Salah satu ancaman terhadap persatuan bangsa adalah etnosentrisme, yaitu sikap merasa budaya atau kelompok sendiri lebih unggul dibandingkan yang lain. Sikap ini bisa memicu perpecahan jika tidak dikelola dengan baik.

Integrasi nasional harus dilakukan dengan cara mengutamakan kesadaran nasional, menghormati perbedaan, dan tidak hanya mementingkan kepentingan kelompok tertentu. Sayangnya, kebijakan otonomi daerah yang seharusnya memperkuat persatuan malah sering memperkuat sikap etnosentrisme karena daerah lebih fokus pada kepentingan sendiri daripada kepentingan nasional. Salah satu cara mengatasi masalah tersebut adalah merancang dan mendiskusikan strategi kebudayaan nasional yang mampu menyeimbangkan keberagaman dengan persatuan, sehingga setiap warga negara merasa memiliki Indonesia tanpa harus kehilangan identitas budayanya.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Zahra Salsabila 2217011049 -
Nama : Zahra Salsabila
NPM : 2217011049
Jawaban :
Jurnal ini membahas tentang pentingnya integrasi nasional sebagai solusi untuk mengatasi problem etnosentrisme di Indonesia. Menurut penulis, Agus Maladi Irianto, Indonesia merupakan negara dengan keberagaman yang luar biasa (1.068 suku bangsa, 665 bahasa daerah, dll) sehingga pluralitas sudah menjadi takdir bangsa ini. Sayangnya, keberagaman yang seharusnya menjadi kekayaan justru sering memicu konflik antar-etnis, agama, dan kelompok kepentingan. Penulis mengkritisi bahwa kebijakan otonomi daerah yang saat ini diterapkan justru memperkuat sentimen kedaerahan dan etnosentrisme. Misalnya, setiap daerah ingin mendirikan sekolahnya sendiri yang hanya diisi oleh putra daerah, atau posisi birokrasi yang diprioritaskan untuk "putra daerah" saja. Hal ini bertentangan dengan konsep integrasi nasional yang menekankan penyatuan berbagai identitas untuk kepentingan bersama yang lebih luas.

Integrasi nasional, menurut jurnal ini, bukan berarti menghilangkan identitas kelompok, tetapi bagaimana setiap kelompok bisa "menerobos identitasnya" dan "mengambil jarak" dari kepentingan-kepentingan sempit. Contoh yang diberikan penulis adalah penggunaan Bahasa Indonesia yang awalnya merupakan bahasa Melayu Riau, namun kemudian berkembang menjadi lingua franca yang menyatukan berbagai kelompok etnis di Indonesia. Penulis juga menunjukkan bahwa identitas bisa berfungsi ganda: di satu sisi sebagai pembentuk integrasi melalui kesamaan bahasa, nilai budaya, atau cita-cita politik; di sisi lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terjadi jika setiap kelompok mau meninggalkan sebagian identitasnya untuk kepentingan bersama yang lebih besar. Melalui jurnal ini, penulis menegaskan bahwa integrasi nasional adalah strategi kebudayaan yang sangat dibutuhkan Indonesia untuk menghadapi berbagai konflik kepentingan.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Vebby Bernessa Arnanda Aryanto 2217011032 -
Nama: Vebby Bernessa Arnanda
NPM: 2217011032

Jurnal ini membahas tentang integrasi nasional, yaitu bagaimana sebuah negara dapat tetap bersatu meskipun memiliki keberagaman suku, budaya, bahasa, dan agama. Integrasi nasional menjadi hal yang krusial karena tanpa persatuan, sebuah negara dapat mengalami konflik yang berujung pada disintegrasi. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa beberapa faktor dapat mendukung integrasi nasional, seperti adanya sejarah dan tujuan bersama, ideologi negara yang kuat seperti Pancasila, pemerintahan yang adil, serta pendidikan yang menanamkan nilai kebangsaan. Faktor-faktor ini membantu menciptakan rasa kebersamaan dan memperkuat identitas nasional dalam masyarakat.

Namun, jurnal ini juga mengungkap bahwa ada berbagai tantangan yang dapat menghambat integrasi nasional, seperti perbedaan budaya yang terlalu mencolok, kesenjangan ekonomi yang tinggi, dan adanya provokasi dari pihak-pihak yang ingin memecah belah persatuan bangsa. Jika perbedaan ini tidak dikelola dengan baik, maka dapat menimbulkan konflik sosial yang berpotensi merusak stabilitas negara. Oleh karena itu, jurnal ini menekankan pentingnya upaya pemerintah dalam menjaga keadilan sosial, meratakan pembangunan, memperkuat sistem pendidikan nasional, serta menegakkan hukum secara adil. Selain itu, diperlukan pula kesadaran masyarakat untuk lebih menghargai perbedaan dan menjalin komunikasi yang baik antar kelompok agar tercipta harmoni dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, maka integrasi nasional dapat terus terjaga sehingga negara dapat berkembang dengan stabil dan harmonis.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Amelia khairunnisa 2217011163 -
Nama : amelia khairunnisa
Npm : 2217011163

membahas pentingnya integrasi nasional dalam mengatasi sikap etnosentrisme yang dapat mengancam persatuan bangsa. Integrasi nasional diartikan sebagai pembentukan kelompok-kelompok yang disatukan oleh isu-isu bersama, baik itu ideologis, ekonomi, maupun sosial. Melalui gerakan integrasi nasional, diharapkan tercipta kesadaran dan bentuk sosial yang membuat berbagai kelompok dengan identitas masing-masing melihat diri mereka sebagai satu kesatuan: Bangsa Indonesia.

Identitas memiliki fungsi ganda dalam pembentukan integrasi nasional. Di satu sisi, identitas berperan sebagai elemen pemersatu yang mengikat individu-individu dalam kelompok tertentu. Di sisi lain, identitas juga dapat menjadi sumber perpecahan jika digunakan untuk menonjolkan perbedaan dan menimbulkan sikap etnosentrisme. Oleh karena itu, tantangan bagi Indonesia adalah mengembangkan konsep integrasi nasional yang mampu menghadapi etnosentrisme, religiosisme, dan politisisme yang dapat memicu konflik kepentingan.

Dalam konteks sejarah, artikel ini menyoroti bahwa pada masa Orde Baru, pemerintah berusaha mengendalikan pemerintahan dengan melakukan peleburan dan perampingan sejumlah organisasi masyarakat dan partai politik. Langkah ini dimaksudkan untuk meredam aksi separatis dari daerah-daerah dan menjaga stabilitas nasional. Namun, pendekatan sentralistik tersebut juga menimbulkan perlawanan yang akhirnya memuncak pada peristiwa Mei 1998, yaitu tergulingnya rezim Orde Baru dan dimulainya era Reformasi.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Dias Prameswari -
Nama: Dias Prameswari
NPM: 2217011172

Jawaban:
Jurnal ini membahas integrasi nasional sebagai upaya menangkal etnosentrisme di Indonesia. Dalam pembahasan awal, jurnal menyoroti bagaimana perjalanan sejarah bangsa, mulai dari masa Orde Lama hingga Reformasi, menunjukkan tantangan dalam membangun integrasi nasional. Pemerintahan Orde Baru, misalnya, menerapkan politik sentralistik untuk meredam aksi separatis, tetapi pendekatan ini justru memicu perlawanan dan ketidakstabilan. Ketika Reformasi membuka kran demokrasi dan desentralisasi, terjadi perubahan signifikan dalam dinamika politik dan sosial, termasuk meningkatnya etnosentrisme dan konflik kepentingan.

Jurnal ini menegaskan bahwa identitas nasional memiliki peran ganda dalam integrasi nasional. Di satu sisi, kesamaan dalam bahasa, nilai budaya, dan orientasi politik dapat menjadi faktor pemersatu. Namun, di sisi lain, identitas juga harus dapat melampaui batas-batas kelompok agar memungkinkan pembentukan integrasi yang lebih luas. Contoh yang diberikan adalah bagaimana bahasa Indonesia berkembang dari Melayu Pasar menjadi lingua franca yang menyatukan masyarakat dengan latar belakang etnis yang berbeda. Selain itu, integrasi juga dapat terbentuk melalui kepentingan bersama, seperti kelompok pedagang kaki lima yang bersatu menghadapi regulasi pemerintah.

Namun, jurnal ini juga mengkritisi dampak kebijakan otonomi daerah yang justru memperkuat etnosentrisme dan mempersempit rasa nasionalisme. Misalnya, adanya tuntutan bahwa posisi birokrasi harus diisi oleh putra daerah, yang berpotensi menghambat pergaulan lintas budaya dan memperlemah integrasi nasional. Oleh karena itu, jurnal menekankan pentingnya strategi kebudayaan nasional yang mampu menyeimbangkan pluralitas dan persatuan bangsa. Secara keseluruhan, jurnal ini memberikan analisis mendalam tentang tantangan dan peluang dalam membangun integrasi nasional di tengah dinamika sosial-politik Indonesia.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Prabu Sriwijaya S -
Nama : Prabu Sriwijaya Soedjadi
NPM : 2217011077


Jurnal ini mengkaji urgensi integrasi nasional sebagai fondasi menghadapi tantangan multidimensional, seperti etnosentrisme, religisentrisme, dan politiksentrisme di Indonesia. Menurut Agus Maladi Irianto, integrasi nasional merupakan proses konsolidasi masyarakat yang beragam melalui kesepahaman bersama dalam aspek ideologi, ekonomi, dan sosial. Dalam konteks Indonesia yang multikultural, upaya ini dinilai krusial untuk mempertahankan persatuan di tengah keragaman suku, bahasa, dan budaya. Penulis juga menegaskan peran simbol-simbol kebangsaan, seperti bendera Merah-Putih, lagu kebangsaan "Indonesia Raya", dan penggunaan bahasa Indonesia, sebagai instrumen strategis dalam memperkuat kohesi sosial dan identitas kolektif.

Jurnal ini mengidentifikasi tantangan struktural dalam mewujudkan integrasi nasional, terutama akibat implikasi kebijakan otonomi daerah yang berpotensi menguatkan sikap etnosentrisme. Kebijakan tersebut dapat memicu preferensi berlebihan terhadap identitas lokal, sehingga mengikis kesadaran akan identitas nasional. Etnosentrisme, sebagai sikap mengunggulkan budaya sendiri, dinilai berisiko memicu fragmentasi sosial. Untuk mengatasinya, penulis menawarkan strategi kebudayaan berbasis nilai pluralisme dan nasionalisme, yang diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya persatuan. Lebih lanjut, integrasi nasional ditegaskan bukan sekadar retorika, melainkan proses berkelanjutan yang memerlukan partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat guna mewujudkan stabilitas dan harmoni sosial yang berkesinambungan.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Angga Pradana -
Nama:Angga Pradana
NPM:2217011056


Setelah membaca jurnal ini hal yang saya dapatkan ialah membahas bagaimana integrasi nasional menjadi strategi utama dalam menjaga persatuan di tengah pluralitas bangsa. Dalam kajiannya, penulis menyoroti bagaimana pengalaman sejarah Indonesia, mulai dari Orde Lama hingga Reformasi, menunjukkan bahwa kebijakan yang tidak memperhatikan keberagaman sering kali berujung pada ketidakstabilan politik dan sosial. Misalnya, pemerintahan Orde Baru yang sentralistik justru memicu ketidakpuasan daerah, sementara era Reformasi yang lebih demokratis memunculkan tantangan baru dalam bentuk kebebasan yang tidak terkontrol.

Selain itu, jurnal ini menekankan bahwa identitas nasional bukanlah sesuatu yang statis, tetapi terus berkembang sesuai dengan dinamika sosial dan politik. Salah satu ancaman utama bagi integrasi nasional adalah menguatnya etnosentrisme akibat kebijakan otonomi daerah yang kurang tepat. Penulis mengkritisi bagaimana otonomi daerah justru mempersempit ruang interaksi lintas budaya dan mendorong eksklusivitas etnis. Untuk itu, diperlukan strategi kebudayaan yang dapat menjembatani perbedaan, dengan menanamkan nilai nasionalisme dan pluralisme yang lebih inklusif. Kesimpulannya, integrasi nasional harus dibangun di atas kesadaran kolektif bahwa keberagaman adalah aset, bukan sumber perpecahan.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by M Ramadon 2217011089 -
Nama : M. Ramadon
NPM : 2217011089
Kelas : C

jurnal tersebut mengangkat pentingnya integrasi nasional dalam menghadapi tantangan etnosentrisme di Indonesia. Penulis memulai dengan menguraikan perjalanan sejarah Indonesia sejak proklamasi kemerdekaan hingga era Reformasi, termasuk perubahan ideologi dan asas yang pernah memicu disintegrasi nasional. Transisi kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru, jatuhnya rezim Soeharto, serta terbukanya demokrasi pada era Reformasi turut menjadi sorotan dalam pembahasan ini.
Fokus utama jurnal ini adalah konsep identitas dan integrasi nasional. Identitas dijelaskan sebagai representasi diri individu atau kelompok masyarakat yang bersifat dinamis, terus berkembang, dan memiliki banyak lapisan. Sementara itu, integrasi nasional diartikan sebagai kesadaran kolektif dan pola interaksi sosial yang mendorong berbagai kelompok dengan identitas beragam untuk merasa sebagai bagian dari satu kesatuan bangsa Indonesia.
Permasalahan muncul ketika otonomi daerah dan kebijakan desentralisasi justru memperkuat kecenderungan etnosentrisme. Penulis memberikan contoh seperti pendirian sekolah di daerah-daerah yang lebih banyak diisi oleh siswa dari wilayah setempat, serta adanya tuntutan agar posisi birokrasi diisi oleh putra daerah. Fenomena ini dinilai dapat mempersempit rasa kebangsaan karena lebih menitikberatkan faktor etnis dan kedaerahan dibandingkan dengan identitas nasional yang lebih luas. Selain itu, penulis menekankan bahwa integrasi nasional menjadi solusi dalam menghadapi berbagai konflik yang terjadi di Indonesia. Konsep ini hanya dapat terwujud apabila masyarakat mampu melampaui batasan identitas pribadi dan menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau golongan.
Menurut saya, jurnal ini sangat relevan dengan situasi Indonesia saat ini. Keberagaman merupakan realitas yang tidak dapat dihindari, namun dalam banyak kasus justru menjadi sumber konflik ketimbang aset yang dapat memperkuat persatuan. Saya sependapat dengan pandangan penulis bahwa meskipun otonomi daerah bertujuan memberikan kebebasan bagi setiap wilayah untuk berkembang, dalam praktiknya hal ini kerap memunculkan semangat kedaerahan yang berlebihan dan dapat menghambat integrasi nasional. Fenomena "putra daerah" dalam birokrasi lokal adalah contoh konkret bagaimana identitas dapat menjadi faktor pemisah alih-alih perekat sosial.
Salah satu gagasan menarik dalam jurnal ini adalah peran identitas yang bersifat dualistis dalam integrasi nasional. Di satu sisi, kesamaan identitas seperti bahasa dapat menjadi alat pemersatu, tetapi di sisi lain, kemampuan untuk melampaui identitas pribadi juga diperlukan demi membangun kesatuan yang lebih luas. Menurut saya, tantangan terbesar bagi Indonesia saat ini adalah bagaimana menyeimbangkan semangat otonomi daerah dengan upaya memperkuat integrasi nasional. Diperlukan strategi kebudayaan yang memungkinkan masyarakat untuk tetap mempertahankan identitas kulturalnya tanpa kehilangan rasa memiliki terhadap bangsa secara keseluruhan.
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by Arya Maysa Pratama -
Jurnal ini ditulis oleh Agus Maladi Irianto dan membahas tantangan integrasi nasional Indonesia dalam menghadapi etnosentrisme, konflik kepentingan, serta dampak otonomi daerah. Penulis menelusuri dinamika politik dari Orde Lama hingga Reformasi, menunjukkan bagaimana sentralisme Orde Baru dan desentralisasi pasca-Reformasi memengaruhi kohesi sosial. Jurnal ini relevan karena Indonesia, sebagai negara multikultural, rentan terhadap disintegrasi jika identitas etnis atau daerah dipertentangkan dengan identitas nasional. Integrasi nasional diperlukan untuk mengatasi etnosentrisme (sikap mengunggulkan budaya sendiri) dan konflik identitas yang mengancam persatuan. Otonomi daerah justru memperkuat etnosentrisme, misalnya melalui pendirian sekolah berbasis etnis atau birokrasi yang hanya memprioritaskan "putra daerah".

Media massa (terutama televisi) membentuk identitas baru berbasis kepentingan bersama, tetapi juga berpotensi memecah belah jika tidak dikelola dengan nilai-nilai integratif.
Identitas Nasional: Dibentuk melalui proses dinamis (bukan statis) dan dipengaruhi oleh interaksi sosial, media, serta kebijakan politik (Ignas Kleden, 2003). Integrasi Nasional: Terbentuk ketika kelompok-kelompok lintas etnis bersatu untuk kepentingan bersama, seperti contoh Bahasa Indonesia yang awalnya bahasa Melayu Riau kemudian menjadi pemersatu bangsa. Etnosentrisme: Dikritik sebagai penghambat integrasi, terutama ketika kebijakan otonomi daerah menguatkan sentimen kedaerahan (contoh: birokrasi hanya untuk "putra daerah".
In reply to First post

Re: FORUM JAWABAN POST TEST

by David Ronaldo_2217011129 -
Nama : David Ronaldo
NPM : 2217011129
Jurnal ini menekankan bahwa integrasi nasional bukan hanya tentang penyatuan fisik, tetapi juga tentang kesadaran kolektif yang memungkinkan berbagai kelompok dengan identitas yang berbeda untuk melihat diri mereka sebagai satu kesatuan, yaitu bangsa Indonesia. Penulis menyoroti bahwa perubahan rezim dari Orde Lama ke Orde Baru, dan kemudian ke Orde Reformasi, telah menciptakan dinamika politik yang kompleks. Orde Baru, yang berkuasa selama 32 tahun, dianggap gagal dalam mengelola pluralitas Indonesia karena menerapkan kebijakan sentralistik yang menekan identitas daerah. Kebijakan ini justru memicu resistensi dan konflik di berbagai daerah.

Era Reformasi yang membawa kebebasan dan desentralisasi, meskipun diharapkan dapat memperbaiki situasi, justru menimbulkan kekacauan baru, seperti meningkatnya tindakan anarkis, pelanggaran moral, dan kriminalitas. Penulis menekankan bahwa identitas nasional Indonesia tidak hanya dapat dilihat dari simbol-simbol fisik seperti bendera, lagu kebangsaan, atau bahasa, tetapi juga perlu direinterpretasi dalam konteks yang lebih luas. Media massa dianggap sebagai alat yang kuat dalam mengkonstruksi identitas kolektif, terutama melalui tayangan yang mempengaruhi gaya hidup dan pola pikir masyarakat.

Media massa telah menciptakan kebudayaan massa yang serba cepat dan penuh perubahan, yang pada gilirannya mempengaruhi nilai, norma, dan simbol dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa identitas tidak hanya dibentuk oleh faktor-faktor tradisional seperti etnis atau agama, tetapi juga oleh faktor-faktor modern seperti media dan teknologi. Penulis mengkritik kebijakan otonomi daerah yang dianggap memperkuat etnosentrisme. Otonomi daerah, yang seharusnya memberikan kebebasan kepada daerah untuk mengatur diri sendiri, justru sering kali digunakan untuk memperkuat identitas lokal dengan mengorbankan integrasi nasional.

Penulis memberikan contoh bagaimana pendirian sekolah dan perguruan tinggi di setiap daerah, serta penempatan pejabat birokrasi berdasarkan asal daerah, dapat memperkuat sentimen kedaerahan dan mengurangi rasa persatuan nasional. Penulis menegaskan bahwa integrasi nasional harus menjadi strategi kebudayaan yang bertujuan untuk menyatukan visi dan misi bangsa Indonesia. Penulis menyarankan bahwa untuk mencapai integrasi nasional, masyarakat harus bersedia menerobos identitasnya sendiri dan mengambil jarak dari kepentingan-kepentingan yang sempit, seperti etnosentrisme atau sentimen kedaerahan.

Dalam mencapai integrasi nasional, perlu adanya kesadaran kolektif dan komitmen dari semua pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan. Integrasi nasional harus menjadi prioritas dalam kebijakan pembangunan nasional, dan harus diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, ekonomi, politik, dan sosial budaya.