Lampirkan analisis anda mengenai jurnal diatas, dengan menyertakan identitas diri seperti nama dan NPM.
Forum Analisis Jurnal 1
Nama: Hana Janatan Salsabiela
NPM: 2113053120
Izin memberikan analisis jurnal 1 yang berjudul "Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
Etika berbeda dengan etiket. Jika etika berkaitan dengan moral, etiket hanya tali-temali dengan sopan santun. Belajar etiket berarti bagaimana bertindak dalam cara-cara yang santun; sedangkan belajar etika berarti bagaimana bertindak baik. Lapangan etiket berkisar pada tindakan/cara-cara bertindak dari sudut pandang eksternal, dan tidak menyentuh kedalaman tindakan secara utuh. Etika menunjuk pada tindakan manusia secara menyeluruh. Artinya, etika tidak hanya bersoal jawab dengan cetusan tindakan lahiriah manusia, melainkan juga motivasi yang mendasarinya dan aneka dimensi lain yang ikut berpartisipasi di dalamnya. Etika, pendek kata, mengantar orang pada bagaimana menjadi baik.
Secara umum dapat dikatakan bahwa etika adalah filsafat tentang tindakan manusia sebagai manusia. Suatu tindakan itu mempunyai nilai etis bila dilakukan oleh manusia dan dalam kerangka manusiawi. Jelas bahwa etika itu berurusan secara langsung dengan tindakan atau tingkah laku manusia. Tingkah laku manusiawi ini bukan tingkah laku yang tidak ada artinya, tetapi yang mengejar nilai-nilai kebaikan. Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena sifatnya universal, maka pemikiran kritis tentang moral dan etika lebih menyoal pada masalah kesadaran moral, yang berkedudukan pada awal dari seluruh kegiatan hidup. Sadar akan asal-mula dan tujuan kehidupan, maka manusia sadar tentang apa yang perlu dilakukan dalam menjalani kehidupannya. Atas kesadaran moralnya, seseorang terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan bernilai guna bagi kelangsungan dan tujuan hidup.
Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Kedua, kreativitas dalam reproduksi. Wawasan sosial tersebut, selanjutnya mendorong kehidupan bermasyarakat untuk meningk atkan kreativitas dan produktivitas. Kreativitas kehidupan suatu masyarakat sangat ditentukan oleh
lapisan sosial golongan tengah (middle class). Ketiga, pengendalian perilaku dalam berproduksi. Teknologi dan perindustrian, memiliki kekuatan pelipat-gandaan dalam berproduksi, tetapi perlu diingat bahwa kharakteristik berproduksi seperti itu, berakibat eksploratif dan eksploitatif terhadap sumber daya alam, sehingga ekosistem bisa terancam.
Jadi, kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkead ilan. Oleh sebab itu, tiga pilar moralitas dan etika tersebut wajib ditanam dibina dan dikembangkan di dalam diri setiap individu melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan bermasyarakat.
Sekian analisis dari saya, terima kasih.
NPM: 2113053120
Izin memberikan analisis jurnal 1 yang berjudul "Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
Etika berbeda dengan etiket. Jika etika berkaitan dengan moral, etiket hanya tali-temali dengan sopan santun. Belajar etiket berarti bagaimana bertindak dalam cara-cara yang santun; sedangkan belajar etika berarti bagaimana bertindak baik. Lapangan etiket berkisar pada tindakan/cara-cara bertindak dari sudut pandang eksternal, dan tidak menyentuh kedalaman tindakan secara utuh. Etika menunjuk pada tindakan manusia secara menyeluruh. Artinya, etika tidak hanya bersoal jawab dengan cetusan tindakan lahiriah manusia, melainkan juga motivasi yang mendasarinya dan aneka dimensi lain yang ikut berpartisipasi di dalamnya. Etika, pendek kata, mengantar orang pada bagaimana menjadi baik.
Secara umum dapat dikatakan bahwa etika adalah filsafat tentang tindakan manusia sebagai manusia. Suatu tindakan itu mempunyai nilai etis bila dilakukan oleh manusia dan dalam kerangka manusiawi. Jelas bahwa etika itu berurusan secara langsung dengan tindakan atau tingkah laku manusia. Tingkah laku manusiawi ini bukan tingkah laku yang tidak ada artinya, tetapi yang mengejar nilai-nilai kebaikan. Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena sifatnya universal, maka pemikiran kritis tentang moral dan etika lebih menyoal pada masalah kesadaran moral, yang berkedudukan pada awal dari seluruh kegiatan hidup. Sadar akan asal-mula dan tujuan kehidupan, maka manusia sadar tentang apa yang perlu dilakukan dalam menjalani kehidupannya. Atas kesadaran moralnya, seseorang terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan bernilai guna bagi kelangsungan dan tujuan hidup.
Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Kedua, kreativitas dalam reproduksi. Wawasan sosial tersebut, selanjutnya mendorong kehidupan bermasyarakat untuk meningk atkan kreativitas dan produktivitas. Kreativitas kehidupan suatu masyarakat sangat ditentukan oleh
lapisan sosial golongan tengah (middle class). Ketiga, pengendalian perilaku dalam berproduksi. Teknologi dan perindustrian, memiliki kekuatan pelipat-gandaan dalam berproduksi, tetapi perlu diingat bahwa kharakteristik berproduksi seperti itu, berakibat eksploratif dan eksploitatif terhadap sumber daya alam, sehingga ekosistem bisa terancam.
Jadi, kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkead ilan. Oleh sebab itu, tiga pilar moralitas dan etika tersebut wajib ditanam dibina dan dikembangkan di dalam diri setiap individu melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan bermasyarakat.
Sekian analisis dari saya, terima kasih.
Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh bu.
Nama : Friska Aprilya Saputri
Npm : 2113053072
Izin menyampaikan analisis dari jurnal yang telah saya baca, yaitu tentang Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat Suatu Pemikiran Kefilsafatan. Dari jurnal yang telah saya baca dan saya pahami, maka analisis yang dapat saya sampaikan adalah bahwa kehidupan bermasyarakat saat ini telah memasuki abad ke 21 yang perlu meningkatkan adanya kesadaran moral dan etika dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dalam pemikiran yang filsafat. Filsafat adalah cinta dan kearifan. Cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika. Dalam hal ini tak terlepas adanya moral dan etika yang memiliki peran penting dalam kehidupan kita. Dalam bahasa Indonesia moralitas adalah tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam lingkungan bermasyarakat. Moral memiliki sifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Misalnya, korupsi adalah perilaku tidak bermoral, tetapi tidak membayar pajak (karena alasan tertentu) adalah perilaku tidak etis.
Dengan adanya moral dan etika kita mampu untuk berpikir filosofi bahwa manusia dan masyarakat akan hidup saling ketergantungan. Kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap individu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Setiap masyarakat harus memiliki kesadaran moral dan dasar etika dalam kekehidupannya agar hidupnya dapat terarah. Selain itu, moral dan etika bermasyarakat juga berperan penting dalam pendidikan. Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Seseorang yang lebih menguasai bidang tertentu, wajib mendidik yang lain dan sebaliknya ia harus siap untuk mendapat didikan orang lain yang lebih menguasi bidang yang berbeda. Tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (Hasbullah, 2001) mengartikan pendidikan yaitu: "menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak -anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya".
Nama : Friska Aprilya Saputri
Npm : 2113053072
Izin menyampaikan analisis dari jurnal yang telah saya baca, yaitu tentang Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat Suatu Pemikiran Kefilsafatan. Dari jurnal yang telah saya baca dan saya pahami, maka analisis yang dapat saya sampaikan adalah bahwa kehidupan bermasyarakat saat ini telah memasuki abad ke 21 yang perlu meningkatkan adanya kesadaran moral dan etika dalam menjalani kehidupan bermasyarakat dalam pemikiran yang filsafat. Filsafat adalah cinta dan kearifan. Cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan. Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika. Dalam hal ini tak terlepas adanya moral dan etika yang memiliki peran penting dalam kehidupan kita. Dalam bahasa Indonesia moralitas adalah tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam lingkungan bermasyarakat. Moral memiliki sifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Misalnya, korupsi adalah perilaku tidak bermoral, tetapi tidak membayar pajak (karena alasan tertentu) adalah perilaku tidak etis.
Dengan adanya moral dan etika kita mampu untuk berpikir filosofi bahwa manusia dan masyarakat akan hidup saling ketergantungan. Kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap individu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Setiap masyarakat harus memiliki kesadaran moral dan dasar etika dalam kekehidupannya agar hidupnya dapat terarah. Selain itu, moral dan etika bermasyarakat juga berperan penting dalam pendidikan. Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Seseorang yang lebih menguasai bidang tertentu, wajib mendidik yang lain dan sebaliknya ia harus siap untuk mendapat didikan orang lain yang lebih menguasi bidang yang berbeda. Tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (Hasbullah, 2001) mengartikan pendidikan yaitu: "menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak -anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya".
Jadi, moral dan etika sangatlah penting dan berpengaruh dari segala aspek baik untuk manusia dan masyarakat, bahkan pendidikan. Dengan adanya moral dan etika dapat mendorong diri setiap manusia memiliki kepribadian yang baik dalam menjalankan kehidupannya dimanapun ia berada.
Sekian, Terima kasih.
Nama: Yugi Utami
NPM: 2113053132
Analisis Jurnal
Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Misalnya, pembebasan tanah warga untuk pelebaran jalan akan mengakibatkan konflik antara kepentingan individual dan masyarakat keseluruhan, jika hak warga atas tanah itu dirampas begitu saja. Kini, tradisi konflik antara kepentingan individu dan masya rakat melemah dan bahkan cenderung tidak muncul ke permukaan. Sedangkan yang muncul adalah konflik antar individu atau grup untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan. Kalau tradisi konflik kepentingan individu dan masyarakat justru "meng -gairahkan" kehidupan bermasyarakat, maka gairah itu kini berubah menjadi sebuah kesibukan yang menghabiskan energi untuk memerangi para koruptor. Padahal, jika para penguasa memiliki komitmen moral dan etika yang kuat, maka mengelola tradisi konflik kepentingan, justru memberi keuntungan bagi seluruh individu dan masyarakat dan otomatis bagi para pemimpin. Karena di dalam diri individu terdapat potensi sosial dan di dalam masyarakat terdapat potensi individual. Jadi, paradigma konflik sosial antara dua kepentingan menjadi lebih rumit. Potensi individual yang terkandung di dalam individualisme berubah menjadi negatif berupa keserakahan. Terlebih moral negatif keserakahan itu menjadi watak para pemimpin dan pejabat pemerintahan. Maka konflik antara kepentingan individual (individualisme) dan kepentingan ko lektif (kolektivisme) justru menjadi potensi bagi eksistensi masyarakat. Oleh sebab itu, kunci persoalannya terletak pada sejauh mana kesadaran moral dan etika menjadi watak perilaku setiap individu. Jika kesadaran moral terbingkai dalam sistem norma-norma perilaku sosial (etika), maka kedua kepentingan akan terselenggara secara berkeadilan. Misalnya analisis obyek tentang kepentingan individual, menghasilkan ragam jenis, dan bentuk. Arti Moral dan Etika Dalam Webster's New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa moral berakar dari b ahasa Latin "mos" atau "mores", berarti costum. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa "etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral". Sedangkan moral adalah hal -hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan -tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma". Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif).
NPM: 2113053132
Analisis Jurnal
Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Misalnya, pembebasan tanah warga untuk pelebaran jalan akan mengakibatkan konflik antara kepentingan individual dan masyarakat keseluruhan, jika hak warga atas tanah itu dirampas begitu saja. Kini, tradisi konflik antara kepentingan individu dan masya rakat melemah dan bahkan cenderung tidak muncul ke permukaan. Sedangkan yang muncul adalah konflik antar individu atau grup untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan. Kalau tradisi konflik kepentingan individu dan masyarakat justru "meng -gairahkan" kehidupan bermasyarakat, maka gairah itu kini berubah menjadi sebuah kesibukan yang menghabiskan energi untuk memerangi para koruptor. Padahal, jika para penguasa memiliki komitmen moral dan etika yang kuat, maka mengelola tradisi konflik kepentingan, justru memberi keuntungan bagi seluruh individu dan masyarakat dan otomatis bagi para pemimpin. Karena di dalam diri individu terdapat potensi sosial dan di dalam masyarakat terdapat potensi individual. Jadi, paradigma konflik sosial antara dua kepentingan menjadi lebih rumit. Potensi individual yang terkandung di dalam individualisme berubah menjadi negatif berupa keserakahan. Terlebih moral negatif keserakahan itu menjadi watak para pemimpin dan pejabat pemerintahan. Maka konflik antara kepentingan individual (individualisme) dan kepentingan ko lektif (kolektivisme) justru menjadi potensi bagi eksistensi masyarakat. Oleh sebab itu, kunci persoalannya terletak pada sejauh mana kesadaran moral dan etika menjadi watak perilaku setiap individu. Jika kesadaran moral terbingkai dalam sistem norma-norma perilaku sosial (etika), maka kedua kepentingan akan terselenggara secara berkeadilan. Misalnya analisis obyek tentang kepentingan individual, menghasilkan ragam jenis, dan bentuk. Arti Moral dan Etika Dalam Webster's New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa moral berakar dari b ahasa Latin "mos" atau "mores", berarti costum. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa "etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral". Sedangkan moral adalah hal -hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan -tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma". Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif).
Nama : Syifa Azzahra Riyadi
Npm : 2113053003
Moral merupakan standar perilaku yang memungkinkan setiap orang untuk dapat hidup secara kooperatif dalam suatu kelompok. Moral dapat mengacu pada sanksi-sanksi masyarakat terkait perilaku yang benar dan dapat diterima. Secara Etimologi Moral berasal dari bahasa Latin mos(jamak: mores) yang berarti kebiasaan, adat. Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupannya itu. Atas keterbatasan nya itu,mendorong munculnya suatu kesadaran moral setiap individu untuk membangun kehidupan bermasyarakat. Sadar akan segala keterbatasannya, mereka memadukan keberagaman potensi individual yang mereka miliki dalam bentuk sistem kerja-sama, sehingga menjadi satu kekuatan sosial untuk mencapai tujuan kesejahteraan umum. Adapun kesejahteraan umum bukan hanya berlaku secara kolektif saja, melainkan juga bagi seluruh individu anggotanya. Kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuk nya kehidupan masyarakat berkeadilan. Oleh sebab itu, tiga pilar moralitas dan etika tersebut wajib ditanam dibina dan dikembangkan di dalam diri
setiap individu melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan bermasyarakat.
Jika berhasil, maka konflik kepentingan antara paham individualisme dan kolektivisme justru menjadi energi sosial untuk mendorong pertumbuhan kehidupan masyarakat berkeadilan. Di dalam masyarakat berkeadilan, setiap individu mendapat keleluasaan berdinamika untuk mengoptimalkan potensi dirinya menjadi seorang individu berkepribadian ideal. Sebaliknya, dengan demikian otomatis masyarakat menemukan jati dirinya yaitu sebagai suatu sistem manajemen sosial.
Sekian terimakasih
Npm : 2113053003
Moral merupakan standar perilaku yang memungkinkan setiap orang untuk dapat hidup secara kooperatif dalam suatu kelompok. Moral dapat mengacu pada sanksi-sanksi masyarakat terkait perilaku yang benar dan dapat diterima. Secara Etimologi Moral berasal dari bahasa Latin mos(jamak: mores) yang berarti kebiasaan, adat. Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupannya itu. Atas keterbatasan nya itu,mendorong munculnya suatu kesadaran moral setiap individu untuk membangun kehidupan bermasyarakat. Sadar akan segala keterbatasannya, mereka memadukan keberagaman potensi individual yang mereka miliki dalam bentuk sistem kerja-sama, sehingga menjadi satu kekuatan sosial untuk mencapai tujuan kesejahteraan umum. Adapun kesejahteraan umum bukan hanya berlaku secara kolektif saja, melainkan juga bagi seluruh individu anggotanya. Kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuk nya kehidupan masyarakat berkeadilan. Oleh sebab itu, tiga pilar moralitas dan etika tersebut wajib ditanam dibina dan dikembangkan di dalam diri
setiap individu melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan bermasyarakat.
Jika berhasil, maka konflik kepentingan antara paham individualisme dan kolektivisme justru menjadi energi sosial untuk mendorong pertumbuhan kehidupan masyarakat berkeadilan. Di dalam masyarakat berkeadilan, setiap individu mendapat keleluasaan berdinamika untuk mengoptimalkan potensi dirinya menjadi seorang individu berkepribadian ideal. Sebaliknya, dengan demikian otomatis masyarakat menemukan jati dirinya yaitu sebagai suatu sistem manajemen sosial.
Sekian terimakasih
Nama : Nur Anisa
NPM : 2153053018
Izin memberikan analisis jurnal berjudul "Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
Bangsa Indonesia yang pernah dikenal sebagai negara yang santun dan kaya akan sumber daya alam dibangun oleh beragam suku, ras, budaya dan juga agama. Pendidikan Kewarganegaraan untuk ikut andil dalam menumbuhkan kesadaran sehingga terwujudnya perilaku dan berbudaya bagi peserta didik.Akan tetapi, realitas di lapangan dalam pendidikan kewarganegaraan menunjukkan bahwa pada prakteknya selama ini masih menekankan aspek pengetahuan peserta didiktanpa mempunyai dampak positif bagi kehidupan sosial budaya peserta didik. Oleh karena itu, perlu untuk melakukan kegiatan-kegiatan habituasi (pembiasaan) yang berkaitan dengan penting meningkatkan kesadaran moral kehidupan bermasyarakat.Jika peserta didik sudah terlatih dengan kegiatan-kegiatan habituasi (pembiasaan) tersebut diharapkan timbul transformasi perilaku yang relatif menetap dan otomatis.Nasionalisme kita hanya akan dapat dijaga dan dipelihara apabila secara mantap dan konsisten bangsa ini berupaya keras untuk meminimalisasi hambatan-hambatan,kalau tidak mungkin mengeliminir fenomena yang dihadapi bangsa ini, sehingga cukup kuat berkontestasi dengan bangsa-bangsa lain.Moral yang baik,akan menumbuhkan sikap seseorang menjadi kepribadian yang baik juga bahkan jika seseorang itu memiliki sifat yang individualis.
Jadi suatu keamanan seringkali menjadi pelopor dari kehidupan bermasyarakat berbangsa dan kesadaran moral kita.Pemuda diharapkan mampu membewa pola pikir dan cara hidup positif dan mengaplikasikannya dalam kehidupan masyarakat karena pada hakikatnya moral tidak dapat dipisahkan dari tatanan kehidupan masyarakat Indonesia.
Sekian,terima kasih.
NPM : 2153053018
Izin memberikan analisis jurnal berjudul "Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
Bangsa Indonesia yang pernah dikenal sebagai negara yang santun dan kaya akan sumber daya alam dibangun oleh beragam suku, ras, budaya dan juga agama. Pendidikan Kewarganegaraan untuk ikut andil dalam menumbuhkan kesadaran sehingga terwujudnya perilaku dan berbudaya bagi peserta didik.Akan tetapi, realitas di lapangan dalam pendidikan kewarganegaraan menunjukkan bahwa pada prakteknya selama ini masih menekankan aspek pengetahuan peserta didiktanpa mempunyai dampak positif bagi kehidupan sosial budaya peserta didik. Oleh karena itu, perlu untuk melakukan kegiatan-kegiatan habituasi (pembiasaan) yang berkaitan dengan penting meningkatkan kesadaran moral kehidupan bermasyarakat.Jika peserta didik sudah terlatih dengan kegiatan-kegiatan habituasi (pembiasaan) tersebut diharapkan timbul transformasi perilaku yang relatif menetap dan otomatis.Nasionalisme kita hanya akan dapat dijaga dan dipelihara apabila secara mantap dan konsisten bangsa ini berupaya keras untuk meminimalisasi hambatan-hambatan,kalau tidak mungkin mengeliminir fenomena yang dihadapi bangsa ini, sehingga cukup kuat berkontestasi dengan bangsa-bangsa lain.Moral yang baik,akan menumbuhkan sikap seseorang menjadi kepribadian yang baik juga bahkan jika seseorang itu memiliki sifat yang individualis.
Jadi suatu keamanan seringkali menjadi pelopor dari kehidupan bermasyarakat berbangsa dan kesadaran moral kita.Pemuda diharapkan mampu membewa pola pikir dan cara hidup positif dan mengaplikasikannya dalam kehidupan masyarakat karena pada hakikatnya moral tidak dapat dipisahkan dari tatanan kehidupan masyarakat Indonesia.
Sekian,terima kasih.
Izin menganalisis jurnal bu
Nama : Zahra Dika Ramadhona
NPM : 2113053156
semakin majunya era globalisasi, kehidupan masyarakat tidak luput dari berbagai konflik. konflik dapat berupa umum maupun individu. di zaman sekarang tak sedikit masyarakat yang berlomba - lomba untuk mendapatkan kehidupan yang sangat baik bagaimana pun caranya. hal tersebut merupakan contoh krisisnya moral terutama moral pemimpin dalam menjalankan jabatan. jabatan terkadang dijadikan pegangan untuk bersikap semaunya tanpa memikirkan dampak kedepannya. pemimpin yang serakah akan menimbulkan konflik baik individu maupun sekitarnya. seorang pemimpin seharusnya memiliki jiwa pemimpin yang bermoral, beretika tinggi dan berwibawa.
konflik yang terjadi berdasarkan sejauh mana kesadaran moral dan etika setiap individu. apabila sudah memiliki kesadaran atas moral dan etika maka hidup akan berjalan dengan baik tanpa merugikan siapapun. moral dan etika harus diseimbangkan dengan akhlak yang baik pula, seperti yang kita ketahui banyak individu yang memiliki moral dan etika, namun saat memasuki lingkungan yang buruk maka akan terpengaruh karena tidak memiliki akhlak atau iman yang teguh. seperti yang diajarkan bu siti saat itu bahwa agama adalah nomor satu dan selanjutnya moral. akhlak dan moral harus ditanam pada anak sejak dini mungkin. moral merupakan suatu aturan tentang bagaimana seorang harus hidup dengan baik atau menjadi baik sebagai manusia. memiliki akhlak, moral dan etika baik sangat memmpermudah kita dalam berinteraksi kepada masyarakat lain dan memiliki manfaat yang lebih banyak lagi.
sekian terimakasih bu
Nama : Zahra Dika Ramadhona
NPM : 2113053156
semakin majunya era globalisasi, kehidupan masyarakat tidak luput dari berbagai konflik. konflik dapat berupa umum maupun individu. di zaman sekarang tak sedikit masyarakat yang berlomba - lomba untuk mendapatkan kehidupan yang sangat baik bagaimana pun caranya. hal tersebut merupakan contoh krisisnya moral terutama moral pemimpin dalam menjalankan jabatan. jabatan terkadang dijadikan pegangan untuk bersikap semaunya tanpa memikirkan dampak kedepannya. pemimpin yang serakah akan menimbulkan konflik baik individu maupun sekitarnya. seorang pemimpin seharusnya memiliki jiwa pemimpin yang bermoral, beretika tinggi dan berwibawa.
konflik yang terjadi berdasarkan sejauh mana kesadaran moral dan etika setiap individu. apabila sudah memiliki kesadaran atas moral dan etika maka hidup akan berjalan dengan baik tanpa merugikan siapapun. moral dan etika harus diseimbangkan dengan akhlak yang baik pula, seperti yang kita ketahui banyak individu yang memiliki moral dan etika, namun saat memasuki lingkungan yang buruk maka akan terpengaruh karena tidak memiliki akhlak atau iman yang teguh. seperti yang diajarkan bu siti saat itu bahwa agama adalah nomor satu dan selanjutnya moral. akhlak dan moral harus ditanam pada anak sejak dini mungkin. moral merupakan suatu aturan tentang bagaimana seorang harus hidup dengan baik atau menjadi baik sebagai manusia. memiliki akhlak, moral dan etika baik sangat memmpermudah kita dalam berinteraksi kepada masyarakat lain dan memiliki manfaat yang lebih banyak lagi.
sekian terimakasih bu
Nama : Siti Nadya Nur Amaliya
NPM : 2113053118
izin menyampaikan hasil analisis jurnal yang berjudul "Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
berdasarkan jurnal jika manusia dapat mengetahui dan paham serta sadar tentang asal mula dan tujauannya tentu manusia akan terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan bernilai guna. Dengan kesadaran ini manusia akan berusaha untuk mengelola potensi diri agar menjadi otonom dan kreatif serta selalu menjalin hubungan dengan orang lain untuk menutup kekurangan.Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban. ada yang ini mendapatkan hak dulu baru menjalankan kewajiban ataupun sebaliknya.
Saya sangat setuju dengan pendapat bahwa kita harus melakukan rekonstruksi sosial yaitu revolusi moral melalui jalur formal, informal, dan non formal. Saat ini kasus moralistas sangat banyak mencuat di layar kancah indonesia, bullying, KDRT, Korupsi, pelecahan dan hal imoral lainnya. Dengan adanya revolusi moral diharapkan dapat menggerakan ke arah perilaku jujur, penuh kesyukuran, kesabaran dan keikhlasan. dengan sifat sifat tersebut maka bukan tak mungkin akan tumbuh norma dan hukum positif yang membuka pintu kesejahteraan. Berdasarkan jurnal Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral, Kedua, kreativitas dalam reproduksi, Ketiga, pengendalian perilaku dalam berproduksi.
sekian yang dapat saya sampaikan
Terimakasih
NPM : 2113053118
izin menyampaikan hasil analisis jurnal yang berjudul "Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
berdasarkan jurnal jika manusia dapat mengetahui dan paham serta sadar tentang asal mula dan tujauannya tentu manusia akan terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan bernilai guna. Dengan kesadaran ini manusia akan berusaha untuk mengelola potensi diri agar menjadi otonom dan kreatif serta selalu menjalin hubungan dengan orang lain untuk menutup kekurangan.Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban. ada yang ini mendapatkan hak dulu baru menjalankan kewajiban ataupun sebaliknya.
Saya sangat setuju dengan pendapat bahwa kita harus melakukan rekonstruksi sosial yaitu revolusi moral melalui jalur formal, informal, dan non formal. Saat ini kasus moralistas sangat banyak mencuat di layar kancah indonesia, bullying, KDRT, Korupsi, pelecahan dan hal imoral lainnya. Dengan adanya revolusi moral diharapkan dapat menggerakan ke arah perilaku jujur, penuh kesyukuran, kesabaran dan keikhlasan. dengan sifat sifat tersebut maka bukan tak mungkin akan tumbuh norma dan hukum positif yang membuka pintu kesejahteraan. Berdasarkan jurnal Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral, Kedua, kreativitas dalam reproduksi, Ketiga, pengendalian perilaku dalam berproduksi.
sekian yang dapat saya sampaikan
Terimakasih
Nama: Niki Sasi Kirani
NPM: 2113053027
Kelas: 3E
Jurnal 1
Analisis saya mengenai jurnal 1 berjudul Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan adalah:
Kehidupan nyata masyarakat saat memasuki abad 21, masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepentingan khusus bagi setiap individu. Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Misalnya, pembebasan tanah warga untuk pelebaran jalan akan mengakibatkan konflik antara kepentingan individual dan masyarakat keseluruhan, jika hak warga atas tanah itu dirampas begitu saja. Namun, konflik dua paham sosial antara individualisme dan kolektivisme tidak perlu dibenturkan, justru perlu dikelola menurut nilai-nilai moral dan etika, sehingga menjadi kekuatan sosial bagi kehidupan bermasyarakat. Menurut sudut pandang manajemen pendidikan, ada dua pilihan yaitu apakah dengan sistem menyeragamkan atau justru membina kebebasan untuk mengembangkan berbagai kreativitas individual. Jika penyeragaman dipilih, maka potensi kreativitas individual sebagai hak individu bisa terancam tidak berkem bang. Sebaliknya, jika pembebasan dipilih, maka kemapanan sosial sebagai hak masyarakat bisa goyah.
Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupannya itu. Sebab, kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja sama.
Kedua, kreativitas dalam reproduksi. Atas potensi kreatifnya itu, kehidupan masyarakat menjadi lebih lebih maju, kreatif, produktif, dan mandiri di masa depan, sehingga bukan menjadi masyarakat bergantung, melainkan masyarakat otonom yang mampu mengelola kehidupan atas kemampuan sendiri. Ketiga, pengendalian perilaku dalam berproduksi. Di dalam kehidupan bermasyarakat baik pada taraf individual maupun kelembagaan sosial secara moral dan etika bertanggungjawab atas perilaku
berproduksi. Namun, bukan berproduksi dengan cara menguras habis sumber daya alam, tetapi menurut azas keadilan (renewable).
Jadi, kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkeadilan. Oleh sebab itu, tiga pilar moralitas dan etika tersebut wajib ditanam dibina dan dikembangkan di dalam diri setiap individu melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan bermasyarakat. Jika berhasil, maka konflik kepentingan antara paham individualisme dan kolektivisme justru menjadi energi sosial untuk mendorong pertumbuhan kehidupan masyarakat berkeadilan.
Sekian, Terimakasih
NPM: 2113053027
Kelas: 3E
Jurnal 1
Analisis saya mengenai jurnal 1 berjudul Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan adalah:
Kehidupan nyata masyarakat saat memasuki abad 21, masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepentingan khusus bagi setiap individu. Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Misalnya, pembebasan tanah warga untuk pelebaran jalan akan mengakibatkan konflik antara kepentingan individual dan masyarakat keseluruhan, jika hak warga atas tanah itu dirampas begitu saja. Namun, konflik dua paham sosial antara individualisme dan kolektivisme tidak perlu dibenturkan, justru perlu dikelola menurut nilai-nilai moral dan etika, sehingga menjadi kekuatan sosial bagi kehidupan bermasyarakat. Menurut sudut pandang manajemen pendidikan, ada dua pilihan yaitu apakah dengan sistem menyeragamkan atau justru membina kebebasan untuk mengembangkan berbagai kreativitas individual. Jika penyeragaman dipilih, maka potensi kreativitas individual sebagai hak individu bisa terancam tidak berkem bang. Sebaliknya, jika pembebasan dipilih, maka kemapanan sosial sebagai hak masyarakat bisa goyah.
Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupannya itu. Sebab, kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja sama.
Kedua, kreativitas dalam reproduksi. Atas potensi kreatifnya itu, kehidupan masyarakat menjadi lebih lebih maju, kreatif, produktif, dan mandiri di masa depan, sehingga bukan menjadi masyarakat bergantung, melainkan masyarakat otonom yang mampu mengelola kehidupan atas kemampuan sendiri. Ketiga, pengendalian perilaku dalam berproduksi. Di dalam kehidupan bermasyarakat baik pada taraf individual maupun kelembagaan sosial secara moral dan etika bertanggungjawab atas perilaku
berproduksi. Namun, bukan berproduksi dengan cara menguras habis sumber daya alam, tetapi menurut azas keadilan (renewable).
Jadi, kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkeadilan. Oleh sebab itu, tiga pilar moralitas dan etika tersebut wajib ditanam dibina dan dikembangkan di dalam diri setiap individu melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan bermasyarakat. Jika berhasil, maka konflik kepentingan antara paham individualisme dan kolektivisme justru menjadi energi sosial untuk mendorong pertumbuhan kehidupan masyarakat berkeadilan.
Sekian, Terimakasih
Nama : Debi Elisa Prasasti
NPM : 2113053158
Analisis jurnal 1
Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Kalau tradisi konflik kepentingan individu dan masyarakat justru “menggairahkan” kehidupan bermasyarakat, maka gairah itu kini berubah menjadi sebuah kesibukan yang menghabiskan energi untuk memerangi para koruptor. Padahal, jika para penguasa memiliki komitmen moral dan etika yang kuat, maka mengelola tradisi konflik kepentingan, justru memberi keuntungan bagi seluruh individu dan masyarakat dan otomatis bagi para pemimpin. Karena di dalam diri individu terdapat potensi sosial dan di dalam masyarakat terdapat potensi individual.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, pemikiran ini mencoba mencari kejelasan kembali tentang hakikat manusia dan masyarakatnya, agar kemudian bisa menilai kelayakan konflik antara individualisme dan kolektivisme di dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu, kunci persoalannya terletak pada sejauh mana kesadaran moral dan etika menjadi watak perilaku setiap individu.
Kemudian mengenai pendekatan filsafat. Pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan.
Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat Berdasar pada kerangka pikir di atas, sistematika pembahasan tentang manusia dan masyarakatnya, diawali dengan pemikiran filosofis, dilanjutkan dengan pemikiran etika dalam kehidupan bermasyarakat dan etika pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut keberadaannya, sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu.
Perbedaan setiap potensi individual mengendap di dalam keutuhan masyarakat; dan sebaliknya keutuhan masyarakat tergantung pada sistem harmonisasi hubungan antar individu dengan keragaman potensi masing - masing. Tetapi, seperti telah diungkap di atas, fakta menunjukkan bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat selalu diwarnai suatu kekaburan yaitu mana yang benar, apakah masyarakat diberi prioritas di atas individu atau individu yang diberi prioritas di atas masyarakat.
Relativitas keterikatan sosial itu berakar dari kesadaran bersama bahwa a) di dalam kehidupan ini ada tujuan bersama yang harus diraih, b) untuk mencapainya, harus dengan mengorganisir kemampuan bers ama dan c) karena itu diperlukan sebuah organisasi sosial sebagai sarana manajerial untuk mensenyawakan setiap kemampuan individual menjadi kemampuan sosial yang lebih besar dan energik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud.
Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat.
Orang yang hidup dengan mengisolir diri di tengah hutan, seolah-olah tidak memerlukan moral dan etika. Karena sifatnya universal, maka pemikiran kritis tentang moral dan etika lebih menyoal pada masalah kesadaran moral, yang berkedudukan pada awal dari seluruh kegiatan hidup.
Di samping itu, setiap pribadi harus bersifat kreatif dalam segala keputusannya, dengan bersikap menyesuaikan diri dalam perubahan kehidupannya maupun terhadap tuntutan yang berubah-ubah dari suatu periode baru dalam sejarah atau dalam kebudayaan yang berbeda. Oleh karena itu, dengan kreativitas itu pula seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap s egala perubahan yang sedang dan bahkan yang akan terjadi.
Pada dasarnya, sebagai komponen kesadaran moral, daya kreativitas ada secara menginti di dalam tujuan hidup, dorongan hidup dan kecakapan hidup.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban.
Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Seseorang yang lebih menguasai bidang tertentu, wajib mendidik yang lain dan sebaliknya ia harus siap untuk mendapat didikan orang lain yang lebih menguasi bidang yang berbeda. Seorang tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (Hasbullah, 2001) mengartikan pendidikan yaitu: “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak -anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan d an kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.
Ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal -mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, 2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan, 3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan. Untuk itu, manusia harus kreatif dan produktif dalam menjalani kehidupan dan mau bersikap dan berperilaku adil di sepanjang hidupnya. Jadi nilai -nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial dengan sedemikian rupa sehingga setiap individu sadar atas kewajiban sosial apa yang harus dilakukan demi keutuhan masyarakatnya, dan masyarakat secara etis bertanggung-jawab atas kewajiban setiap individu itu.
Sekian
NPM : 2113053158
Analisis jurnal 1
Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Kalau tradisi konflik kepentingan individu dan masyarakat justru “menggairahkan” kehidupan bermasyarakat, maka gairah itu kini berubah menjadi sebuah kesibukan yang menghabiskan energi untuk memerangi para koruptor. Padahal, jika para penguasa memiliki komitmen moral dan etika yang kuat, maka mengelola tradisi konflik kepentingan, justru memberi keuntungan bagi seluruh individu dan masyarakat dan otomatis bagi para pemimpin. Karena di dalam diri individu terdapat potensi sosial dan di dalam masyarakat terdapat potensi individual.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, pemikiran ini mencoba mencari kejelasan kembali tentang hakikat manusia dan masyarakatnya, agar kemudian bisa menilai kelayakan konflik antara individualisme dan kolektivisme di dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh sebab itu, kunci persoalannya terletak pada sejauh mana kesadaran moral dan etika menjadi watak perilaku setiap individu.
Kemudian mengenai pendekatan filsafat. Pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan.
Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat Berdasar pada kerangka pikir di atas, sistematika pembahasan tentang manusia dan masyarakatnya, diawali dengan pemikiran filosofis, dilanjutkan dengan pemikiran etika dalam kehidupan bermasyarakat dan etika pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut keberadaannya, sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu.
Perbedaan setiap potensi individual mengendap di dalam keutuhan masyarakat; dan sebaliknya keutuhan masyarakat tergantung pada sistem harmonisasi hubungan antar individu dengan keragaman potensi masing - masing. Tetapi, seperti telah diungkap di atas, fakta menunjukkan bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat selalu diwarnai suatu kekaburan yaitu mana yang benar, apakah masyarakat diberi prioritas di atas individu atau individu yang diberi prioritas di atas masyarakat.
Relativitas keterikatan sosial itu berakar dari kesadaran bersama bahwa a) di dalam kehidupan ini ada tujuan bersama yang harus diraih, b) untuk mencapainya, harus dengan mengorganisir kemampuan bers ama dan c) karena itu diperlukan sebuah organisasi sosial sebagai sarana manajerial untuk mensenyawakan setiap kemampuan individual menjadi kemampuan sosial yang lebih besar dan energik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud.
Kesadaran Moral, dasar Etika Bermasyarakat Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat.
Orang yang hidup dengan mengisolir diri di tengah hutan, seolah-olah tidak memerlukan moral dan etika. Karena sifatnya universal, maka pemikiran kritis tentang moral dan etika lebih menyoal pada masalah kesadaran moral, yang berkedudukan pada awal dari seluruh kegiatan hidup.
Di samping itu, setiap pribadi harus bersifat kreatif dalam segala keputusannya, dengan bersikap menyesuaikan diri dalam perubahan kehidupannya maupun terhadap tuntutan yang berubah-ubah dari suatu periode baru dalam sejarah atau dalam kebudayaan yang berbeda. Oleh karena itu, dengan kreativitas itu pula seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap s egala perubahan yang sedang dan bahkan yang akan terjadi.
Pada dasarnya, sebagai komponen kesadaran moral, daya kreativitas ada secara menginti di dalam tujuan hidup, dorongan hidup dan kecakapan hidup.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban.
Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Seseorang yang lebih menguasai bidang tertentu, wajib mendidik yang lain dan sebaliknya ia harus siap untuk mendapat didikan orang lain yang lebih menguasi bidang yang berbeda. Seorang tokoh pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara (Hasbullah, 2001) mengartikan pendidikan yaitu: “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak -anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan d an kebahagiaan yang setinggi-tingginya”.
Ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal -mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, 2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan, 3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan. Untuk itu, manusia harus kreatif dan produktif dalam menjalani kehidupan dan mau bersikap dan berperilaku adil di sepanjang hidupnya. Jadi nilai -nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial dengan sedemikian rupa sehingga setiap individu sadar atas kewajiban sosial apa yang harus dilakukan demi keutuhan masyarakatnya, dan masyarakat secara etis bertanggung-jawab atas kewajiban setiap individu itu.
Sekian
Nama : Novita Anggarwati
NPM : 2113053200
Pendidikan di abad ke-21 adalah pendidikan yang mengintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penguasaan siswa terhadap TIK. Kecapakan yang dimiliki siswa tersebut dapat dikembangkan melalui penerapan model pembelajaran yang berbasis pada aktivitas siswa yang sesuai dengan karakteristik. Namun, kenyataannya manusia di abad sekarang ini, belum sepenuhnya mendedikasi moral dan karakteristiknya. Kemajuan ekonomi material negara -negara maju, membuat silau orang-orang yang hidup di negara-negara berkembang. Mereka terstimuli untuk bisa berkehidupan dengan kelimpahan harta dalam waktu sesingkat mungkin. Sementara itu, karena kualitas pendidikannya, mereka belum memiliki potensi kreatif untuk mengha silkan kelimpahan ekonomi material. Jika kebetulan mereka memperoleh kepercayaan menduduki jabatan dalam pemerintahan dan hukum, maka atas kekuasaannya itu mereka secara berjamaah berbuat korupsi. Dengan demikian, pada abad saat ini banyak konflik yang menutupi penjuru abad 21.
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “ajaran moral memuat pandangan-pandangan nilainilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”. Lebih lanjut, ditekankan bahwa “etika mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, bagaimana kita dapat mengambil si kap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan pelbagai moralitas”. de Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan - tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma”.
Moral sangat penting, bagaimana pun keadaannya, bermoral tetap menjadi tujuan utamanya. Apabila anak-anak sampai dewasa tidak memiliki moral, bagaiaman negara dan pendidikan saat ini dapat berlangsung. Manusia sebagai makhluk pribadi, dengan demikian manusia memiliki nilai dan kepribadian serta pemikiran yang bermacam-macam setiap individunya. Manusia memiliki karakteristik masing-masing, karakter tersebut dapat berkembang berdasarkan lingkungannya. Apabila lingkungannya mendukung ia baik, maka sifat serta kepribadiannya akan baik pula. Bermoral dan beretika wajib dimiliki oleh tiap-tiap manusia. Tidak ada alasan untuk tidak bermoral dan beretika. Kesadaran moral tiap manusia apad abad 21 sangat dibutuhkan, bahkan mungkin apabila saat ini menemukan pribadi atau individu yang bermoral, maka ia sungguh terlihat “istimewa”. Karena ‘saking’ sedikitnya pribadi yang memiliki etika dan moral.
NPM : 2113053200
Pendidikan di abad ke-21 adalah pendidikan yang mengintegrasikan antara kecakapan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penguasaan siswa terhadap TIK. Kecapakan yang dimiliki siswa tersebut dapat dikembangkan melalui penerapan model pembelajaran yang berbasis pada aktivitas siswa yang sesuai dengan karakteristik. Namun, kenyataannya manusia di abad sekarang ini, belum sepenuhnya mendedikasi moral dan karakteristiknya. Kemajuan ekonomi material negara -negara maju, membuat silau orang-orang yang hidup di negara-negara berkembang. Mereka terstimuli untuk bisa berkehidupan dengan kelimpahan harta dalam waktu sesingkat mungkin. Sementara itu, karena kualitas pendidikannya, mereka belum memiliki potensi kreatif untuk mengha silkan kelimpahan ekonomi material. Jika kebetulan mereka memperoleh kepercayaan menduduki jabatan dalam pemerintahan dan hukum, maka atas kekuasaannya itu mereka secara berjamaah berbuat korupsi. Dengan demikian, pada abad saat ini banyak konflik yang menutupi penjuru abad 21.
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “ajaran moral memuat pandangan-pandangan nilainilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia”. Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa “etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral”. Lebih lanjut, ditekankan bahwa “etika mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, bagaimana kita dapat mengambil si kap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan pelbagai moralitas”. de Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan - tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma”.
Moral sangat penting, bagaimana pun keadaannya, bermoral tetap menjadi tujuan utamanya. Apabila anak-anak sampai dewasa tidak memiliki moral, bagaiaman negara dan pendidikan saat ini dapat berlangsung. Manusia sebagai makhluk pribadi, dengan demikian manusia memiliki nilai dan kepribadian serta pemikiran yang bermacam-macam setiap individunya. Manusia memiliki karakteristik masing-masing, karakter tersebut dapat berkembang berdasarkan lingkungannya. Apabila lingkungannya mendukung ia baik, maka sifat serta kepribadiannya akan baik pula. Bermoral dan beretika wajib dimiliki oleh tiap-tiap manusia. Tidak ada alasan untuk tidak bermoral dan beretika. Kesadaran moral tiap manusia apad abad 21 sangat dibutuhkan, bahkan mungkin apabila saat ini menemukan pribadi atau individu yang bermoral, maka ia sungguh terlihat “istimewa”. Karena ‘saking’ sedikitnya pribadi yang memiliki etika dan moral.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Seblumnya izin memperkenalkan diri,
Nama : Sekar Tyas Ayu Ningrum
Npm : 2113053011
Izin menyampaikan analis saya mengenai materi yang terdapat di dalam jurnal yang berjudul "Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
kesadaran moral setiap orang terdorong untuk membangun potensi diri menjadi lebih otonom dan kreatif, agar kualitas kerja sama menjadi semakin kuat. kesadaran moral juga berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (ketika harus kehilangan). Dengan kesadaran moral, maka dunia bathin menjadi dinamis bergerak ke arah perilaku jujur, penuh kesyukuran, kesabaran dan keikhlasan. Jika kesadaran moral tumbuh, maka norma-norma etika dan aturan hukum positif akan mudah ditaati oleh siapapun (terutama para pemimpin). Berarti pintu gerbang kesejahteraan umum terbuka lebar. Dan Sesungguhnya, kesadaran moral itu selalu ada di dalam diri setiap orang.
Lalu moral dan etika dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik-mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Di balik fakta itu, ada keberagaman potensi individual. Fakta ikatan sosial saling mendidik, menunjukkan bahwa di dalam pendidikan terkandung benih moral, berupa dorongan sosial setiap orang untuk saling berbuat baik. Dengan sistem hubungan koeksistensial saling mendidik, berarti nilai kebenaran menyebar dan berkembang sehingga kehidupan bermasyarakat menjadi dinamis ke arah kemajuan. Hal itu berarti di balik dorongan moral saling mendidik juga menunjukkan adanya keadilan sosial. Kemudian, nilai keadilan sosial itu di dalam pendidikan dikembangkan menjadi suatu sistem filsafat perilaku yaitu etika.
Sehingga terdapat tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupannya itu. Atas keterbatasannya itu, mendorong munculnya suatu kesadaran moral setiap
individu untuk membangun kehidupan bermasyarakat. Sadar akan segala keterbatasannya, mereka memadukan keberagaman potensi individual yang mereka miliki dalam bentuk sistem kerjasama, sehingga menjadi satu kekuatan sosial untu k mencapai tujuan kesejahteraan umum. Dan mengenai kesejahteraan umum bukan hanya berlaku secara kolektif saja, namun juga bagi seluruh individu anggotanya.
Baik, sekian analisis saya. Terima kasih
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Seblumnya izin memperkenalkan diri,
Nama : Sekar Tyas Ayu Ningrum
Npm : 2113053011
Izin menyampaikan analis saya mengenai materi yang terdapat di dalam jurnal yang berjudul "Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
kesadaran moral setiap orang terdorong untuk membangun potensi diri menjadi lebih otonom dan kreatif, agar kualitas kerja sama menjadi semakin kuat. kesadaran moral juga berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (ketika harus kehilangan). Dengan kesadaran moral, maka dunia bathin menjadi dinamis bergerak ke arah perilaku jujur, penuh kesyukuran, kesabaran dan keikhlasan. Jika kesadaran moral tumbuh, maka norma-norma etika dan aturan hukum positif akan mudah ditaati oleh siapapun (terutama para pemimpin). Berarti pintu gerbang kesejahteraan umum terbuka lebar. Dan Sesungguhnya, kesadaran moral itu selalu ada di dalam diri setiap orang.
Lalu moral dan etika dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik-mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Di balik fakta itu, ada keberagaman potensi individual. Fakta ikatan sosial saling mendidik, menunjukkan bahwa di dalam pendidikan terkandung benih moral, berupa dorongan sosial setiap orang untuk saling berbuat baik. Dengan sistem hubungan koeksistensial saling mendidik, berarti nilai kebenaran menyebar dan berkembang sehingga kehidupan bermasyarakat menjadi dinamis ke arah kemajuan. Hal itu berarti di balik dorongan moral saling mendidik juga menunjukkan adanya keadilan sosial. Kemudian, nilai keadilan sosial itu di dalam pendidikan dikembangkan menjadi suatu sistem filsafat perilaku yaitu etika.
Sehingga terdapat tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupannya itu. Atas keterbatasannya itu, mendorong munculnya suatu kesadaran moral setiap
individu untuk membangun kehidupan bermasyarakat. Sadar akan segala keterbatasannya, mereka memadukan keberagaman potensi individual yang mereka miliki dalam bentuk sistem kerjasama, sehingga menjadi satu kekuatan sosial untu k mencapai tujuan kesejahteraan umum. Dan mengenai kesejahteraan umum bukan hanya berlaku secara kolektif saja, namun juga bagi seluruh individu anggotanya.
Baik, sekian analisis saya. Terima kasih
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama: Andriyani Merkuri
NPM: 2113053247
Dalam kehidupan di masyarakat setiap individu harus memiliki pedoman yaitu norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban. Apakah karena hak, sesuatu itu dilakukan atau sebaliknya karena telah menjalankan kewajiban lalu mendapatkan hak. Keduanya mengandung nilai kebenaran sederajat.
Pemtingnya Kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja
sama dalam kehidupan bermasyarakat. Karena kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat.
Kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkeadilan. Karena itu, tiga pilar moralitas dan etika tersebut wajib ditanam dibina dan dikembangkan di dalam diri setiap individu melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikanbermasyarakat. Jika berhasil, maka konflik kepentingan antara paham individualisme dan kolektivisme justru menjadi energi sosial untuk mendorong pertumbuhan kehidupan masyarakat berkeadilan.
Sekian terima kasih.
NPM: 2113053247
Dalam kehidupan di masyarakat setiap individu harus memiliki pedoman yaitu norma -norma etika, menurut kesadaran moral, karena mereka akan selalu diperhadapkan dengan masalah hak dan kewajiban. Apakah karena hak, sesuatu itu dilakukan atau sebaliknya karena telah menjalankan kewajiban lalu mendapatkan hak. Keduanya mengandung nilai kebenaran sederajat.
Pemtingnya Kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja
sama dalam kehidupan bermasyarakat. Karena kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat.
Kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkeadilan. Karena itu, tiga pilar moralitas dan etika tersebut wajib ditanam dibina dan dikembangkan di dalam diri setiap individu melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikanbermasyarakat. Jika berhasil, maka konflik kepentingan antara paham individualisme dan kolektivisme justru menjadi energi sosial untuk mendorong pertumbuhan kehidupan masyarakat berkeadilan.
Sekian terima kasih.
Nama : Andini Putri Oktaviana
NPM : 2113053016
Izin menjawab analisis jurnal, Bu.
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan”, diperoleh analisis bahwa moral adalah hal-hal yang berkaitan dengan budi pekerti seseorang. Moral berasal dari kata Latin mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, kebiasaan. Sedangkan, etika adalah aturan atau norma yang mengatur tentang tingkah laku manusia. Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Melalui pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan. Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial.
Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, 2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan, 3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan.
Maka dengan adanya Pendidikan moral dan etika, mendorong dan menjadikan masyarakat terdidik serta memiliki moral yang baik. Sehingga jika terjadi konflik dua paham sosial antara individualisme dan kolektivisme dapat diselesaikan dengan adanya kesadaran moral oleh masyarakat. Kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkeadilan.
Sekian. Terima Kasih.
NPM : 2113053016
Izin menjawab analisis jurnal, Bu.
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan”, diperoleh analisis bahwa moral adalah hal-hal yang berkaitan dengan budi pekerti seseorang. Moral berasal dari kata Latin mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat istiadat, kebiasaan. Sedangkan, etika adalah aturan atau norma yang mengatur tentang tingkah laku manusia. Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Melalui pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan. Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial.
Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu: 1) pencerdasan spiritual, menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan, 2) pencerdasan intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan, 3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai bagi tujuan kehidupan.
Maka dengan adanya Pendidikan moral dan etika, mendorong dan menjadikan masyarakat terdidik serta memiliki moral yang baik. Sehingga jika terjadi konflik dua paham sosial antara individualisme dan kolektivisme dapat diselesaikan dengan adanya kesadaran moral oleh masyarakat. Kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkeadilan.
Sekian. Terima Kasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Nama : Masita Putri Kirana
Npm : 2113053182
Izin memberikan analisis saya mengenai jurnal yang berjudul "Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan" Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam
konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Menurut filsafat moral (etika), masya -rakat adalah suatu sistem komunikasi sosial antar
individu untuk mencapai tujuan bersama. Maka konflik antara kepentingan individual (individualisme) dan kepentingan kolektif (kolektivisme) justru menjadi potensi bagi eksistensi
masyarakat. Oleh sebab itu, kunci persoalannya terletak pada sejauh mana kesadaran moral dan etika menjadi watak perilaku setiap individu. Jika kesadaran moral terbingkai dalam sistem norma-norma perilaku sosial (etika), maka kedua kepentingan akan terselenggara secara berkeadilan.
Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Pemikiran cerdas Veeger dapat diartikan bahwa secara eksistensial keterikatan individu dengan masyarakat-nya bukan berarti secara sepihak yang satu mutlak bergantung kepada yang lain. Tetapi keterikatan relatif, saling bergantung antara satu dengan yang lain. dapat disimpulkan bahwa kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian
tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyarakat itu “berkeadilan”.
Terimakasih.
Nama : Masita Putri Kirana
Npm : 2113053182
Izin memberikan analisis saya mengenai jurnal yang berjudul "Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan" Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam
konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Menurut filsafat moral (etika), masya -rakat adalah suatu sistem komunikasi sosial antar
individu untuk mencapai tujuan bersama. Maka konflik antara kepentingan individual (individualisme) dan kepentingan kolektif (kolektivisme) justru menjadi potensi bagi eksistensi
masyarakat. Oleh sebab itu, kunci persoalannya terletak pada sejauh mana kesadaran moral dan etika menjadi watak perilaku setiap individu. Jika kesadaran moral terbingkai dalam sistem norma-norma perilaku sosial (etika), maka kedua kepentingan akan terselenggara secara berkeadilan.
Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Pemikiran cerdas Veeger dapat diartikan bahwa secara eksistensial keterikatan individu dengan masyarakat-nya bukan berarti secara sepihak yang satu mutlak bergantung kepada yang lain. Tetapi keterikatan relatif, saling bergantung antara satu dengan yang lain. dapat disimpulkan bahwa kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian
tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action). Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas. Maka, muncullah suatu pemikiran bahwa seharusnya kehidupan bermasyarakat itu “berkeadilan”.
Terimakasih.
Nama : Irma Tri Susanti
Npm : 2113053069
Mohon izin menganalisis jurnal diatas, Bu.
Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat : Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “aja ran moral memuat pandangan-pandangan nilai-nilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. De Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan
dan moral. Oleh karena itu, dari bentuk hubungan nya dapat disimpulkan bahwa moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat
abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif).
Seperti yang kita tahu bahwa kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian
tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Oleh karena itu, dalam hidup bermasyarakat kita harus mengaitkan etika serta moral didalamnya. Kesadaran moral oleh setiap manusia yang hidup sebagai makhluk sosial harus selalu ditanamkan. Hal tersebut dikarenakan bahwa kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi
individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh sebab itu, tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Tidak hanya dalam kehidupan bermasyarakat saja, dalam dunia pendidikan juga perlu diterapkan etika serta moral didalam nya. Hal ini dikarenakan bahwa, ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu :
1) pencerdasan spiritual,
menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan,
2) pencerdasan
intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan,
3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai
bagi tujuan kehidupan.
Npm : 2113053069
Mohon izin menganalisis jurnal diatas, Bu.
Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat : Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “aja ran moral memuat pandangan-pandangan nilai-nilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. De Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan
dan moral. Oleh karena itu, dari bentuk hubungan nya dapat disimpulkan bahwa moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat
abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif).
Seperti yang kita tahu bahwa kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian
tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Oleh karena itu, dalam hidup bermasyarakat kita harus mengaitkan etika serta moral didalamnya. Kesadaran moral oleh setiap manusia yang hidup sebagai makhluk sosial harus selalu ditanamkan. Hal tersebut dikarenakan bahwa kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi
individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh sebab itu, tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Tidak hanya dalam kehidupan bermasyarakat saja, dalam dunia pendidikan juga perlu diterapkan etika serta moral didalam nya. Hal ini dikarenakan bahwa, ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu :
1) pencerdasan spiritual,
menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan,
2) pencerdasan
intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan,
3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai
bagi tujuan kehidupan.
Jika pendidikan berhasil membina ketiga kecerdasan tersebut, maka seorang individu menjadi terdidik. Karena, dengan jiwa mendidik berarti setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan belajar suatu kemajuan dapat diraih.
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran moral yang kuat akan mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali
menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkeadilan dan tentunya tidak terjadi suatu konflik konflik yang ada. Dengan itu, didalam masyarakat berkeadilan, setiap individu mendapat keleluasaan berdinamika untuk mengoptimalkan potensi dirinya menjadi seorang individu berkepribadian ideal. Sebaliknya, dengan demikian otomatis masyarakat menemukan jati dirinya yaitu sebagai suatu sistem
manajemen sosial.
Sekian, terima kasih.
Nama : Irma Tri Susanti
Npm : 2113053069
Mohon izin menganalisis jurnal diatas, Bu.
Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat : Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “aja ran moral memuat pandangan-pandangan nilai-nilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. De Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan
dan moral. Oleh karena itu, dari bentuk hubungan nya dapat disimpulkan bahwa moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat
abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif).
Seperti yang kita tahu bahwa kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian
tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Oleh karena itu, dalam hidup bermasyarakat kita harus mengaitkan etika serta moral didalamnya. Kesadaran moral oleh setiap manusia yang hidup sebagai makhluk sosial harus selalu ditanamkan. Hal tersebut dikarenakan bahwa kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi
individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh sebab itu, tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Tidak hanya dalam kehidupan bermasyarakat saja, dalam dunia pendidikan juga perlu diterapkan etika serta moral didalam nya. Hal ini dikarenakan bahwa, ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu :
1) pencerdasan spiritual,
menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan,
2) pencerdasan
intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan,
3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai
bagi tujuan kehidupan.
Npm : 2113053069
Mohon izin menganalisis jurnal diatas, Bu.
Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat : Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Menurut Franz Magnis Suseno (1991), “aja ran moral memuat pandangan-pandangan nilai-nilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. De Vos (1987), mengatakan bahwa “etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan
dan moral. Oleh karena itu, dari bentuk hubungan nya dapat disimpulkan bahwa moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat
abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif).
Seperti yang kita tahu bahwa kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian
tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Oleh karena itu, dalam hidup bermasyarakat kita harus mengaitkan etika serta moral didalamnya. Kesadaran moral oleh setiap manusia yang hidup sebagai makhluk sosial harus selalu ditanamkan. Hal tersebut dikarenakan bahwa kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi
individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses mencapai kesejahteraan umum. Oleh sebab itu, tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Tidak hanya dalam kehidupan bermasyarakat saja, dalam dunia pendidikan juga perlu diterapkan etika serta moral didalam nya. Hal ini dikarenakan bahwa, ruang lingkup pendidikan mencakup tiga hal yaitu :
1) pencerdasan spiritual,
menumbuhkan kesadaran tentang asal-mula, tujuan, dan eksistensi kehidupan,
2) pencerdasan
intelektual, membina kemampuan akal agar mampu memecahkan setiap persoalan yang muncul di sepanjang kehidupan,
3) pencerdasan moral, membimbing setiap perilaku agar selalu bernilai
bagi tujuan kehidupan.
Jika pendidikan berhasil membina ketiga kecerdasan tersebut, maka seorang individu menjadi terdidik. Karena, dengan jiwa mendidik berarti setiap pihak bermoral belajar, dan hanya dengan belajar suatu kemajuan dapat diraih.
Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran moral yang kuat akan mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali
menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkeadilan dan tentunya tidak terjadi suatu konflik konflik yang ada. Dengan itu, didalam masyarakat berkeadilan, setiap individu mendapat keleluasaan berdinamika untuk mengoptimalkan potensi dirinya menjadi seorang individu berkepribadian ideal. Sebaliknya, dengan demikian otomatis masyarakat menemukan jati dirinya yaitu sebagai suatu sistem
manajemen sosial.
Sekian, terima kasih.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh,
Nama : Septiana
NPM : 2113053139
Kelas : 3E PGSD
Izin menganalisis jurnal yang berjudul "kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
Nama : Septiana
NPM : 2113053139
Kelas : 3E PGSD
Izin menganalisis jurnal yang berjudul "kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
Menurut filsafat moral (etika), masyarakat adalah suatu sistem komunikasi sosial antar individu untuk mencapai tujuan bersama. Maka konflik antara kepentingan individual (individualisme) dan kepentingan ko lektif (kolektivisme) justru menjadi potensi bagi eksistensi masyarakat. Oleh sebab itu, kunci persoalannya terletak pada sejauh mana kesadaran moral dan etika menjadi watak perilaku setiap individu. Jika kesadaran moral terbingkai dalam sistem norma-norma perilaku sosial (etika), maka kedua kepentingan akan terselenggara secara berkeadilan. Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Misalnya, “korupsi” adalah perilaku tidak bermoral, tetapi “ tidak membayar pajak” (karena alasan tertentu) adalah perilaku tidak etis. Tetapi, keduanya tetap mempersoalkan masalah yang sama, yaitu perilaku. Kemudian, dari pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan. Di dalam satu keterikatan moral, mereka bermasyarakat menurut prinsip etika normatif dalam mencapai tujuan bersama. Jadi tidak perlu terjadi benturan konflik. sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu.
Perbedaan setiap potensi individual mengendap di dalam keutuhan masyarakat; dan sebaliknya keutuhan masyarakat tergantung pada sistem harmonisasi hubungan antar individu dengan keragaman potensi masing-masing. Sehingga dibutuhkan suatu sistem untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Yaitu kesadaran etika dan moral yang berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (ketika harus kehilangan). Sesungguhnya, kesadaran moral itu selalu ada di dalam diri setiap orang. Hanya saja sering kali terhalang oleh nafsu negatif yang mendorong suatu perbuatan dilakukan.
Maka dari itu, diperlukannya kesadaran moral, karena kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkeadilan. Oleh sebab itu, tiga pilar moralitas dan etika tersebut wajib ditanam, dibina dan dikembangkan di dalam diri setiap individu melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan bermasyarakat.
Sekian Terimakasih, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Nama : Ditya Aslamiyah
NPM : 2113053291
Izin memberikan analisis terkait jurnal “Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan” menurut jurnal tersebut menjelaskan bahwa etika dan moral seseorang tidak memandang dimana ia berasal atau asal usulnya. Orang yang tinggal didalm hutan pun memiliki etika, karena dari sikap mereka memperlakukan dengan baik merupakan etika dan moral yang baik. Jika seseorang memiliki kesadaran tentang pentingnya moral, hal ini akan menjadi nilai guna bagi kehidupannya.
Oleh karena itu, manusia harus sadar akan batas kemampuan dan kelebihannya. Manusia bisa menutupi segala kekurangannya dengan bantuan orang lain. Karena adanya kesadaran, maka akan terdorong untuk membangun potensi diri menjadi lebih otonom dan kreatif, agar kualitas kerja sama menjadi semakin kuat. Jika dorongan itu berkembang, maka otomatis dinamika kehidupan sosial ke arah kemajuan hidup be rkembang pula. Kesadaran moral berperan untuk mengontrol segala tingkah laku agar menjadi manusia yang bermoral. Dengan adanya kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Sekian, terima kasih bu.
NPM : 2113053291
Izin memberikan analisis terkait jurnal “Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan” menurut jurnal tersebut menjelaskan bahwa etika dan moral seseorang tidak memandang dimana ia berasal atau asal usulnya. Orang yang tinggal didalm hutan pun memiliki etika, karena dari sikap mereka memperlakukan dengan baik merupakan etika dan moral yang baik. Jika seseorang memiliki kesadaran tentang pentingnya moral, hal ini akan menjadi nilai guna bagi kehidupannya.
Oleh karena itu, manusia harus sadar akan batas kemampuan dan kelebihannya. Manusia bisa menutupi segala kekurangannya dengan bantuan orang lain. Karena adanya kesadaran, maka akan terdorong untuk membangun potensi diri menjadi lebih otonom dan kreatif, agar kualitas kerja sama menjadi semakin kuat. Jika dorongan itu berkembang, maka otomatis dinamika kehidupan sosial ke arah kemajuan hidup be rkembang pula. Kesadaran moral berperan untuk mengontrol segala tingkah laku agar menjadi manusia yang bermoral. Dengan adanya kesadaran moral, kebebasan dan kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Sekian, terima kasih bu.
Nama : Ema Nofita Sari
NPM : 2113053108
"Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
Pada masa sekarang ini konflik antar masyarakat maupun individu semakin meningkt karena pengaruh global yang semakin tidak terkendali. Pada saat ini yang sering muncul adalah konflik antar individu atau grup untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan. Proses demokratis untuk meraih suatu kekuasaan semakin dikendalikan sepenuhnya denga n sistem “money politics”. Kebanyakan para ahli politik saat ini hanya sibuk mencari cara untuk mengumpulkan uang sebanyaknya dengan cara korupsi yang dimana seharusnya hal itu tidak dilakukan oleh seorang pemimpin karena pemimpin yang harusnya memberikan co ntoh yang baik kepada masyarakat. Hal ini telah menunjukkan rendahnya moral para pemimpin yang diamana keserakahan atas kekuasaan dan uang.
Menurut filsafat moral (etika), masya -rakat adalah suatu sistem komunikasi sosial antar
individu untuk mencapai tujuan bersama. Maka konflik antara kepentingan individual
(individualisme) dan kepentingan ko lektif (kolektivisme) justru menjadi potensi bagi eksistensi
masyarakat. Oleh sebab itu, kunci persoalannya terletak pada sejauh mana kesadaran moral dan etika menjadi watak perilaku setiap individu. Jika kesadaran moral terbingkai dalam sistem norma-norma perilaku sosial (etika), maka kedua kepentingan akan terselenggara secara berkeadilan.etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan
dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan - tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma. Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif).
Suatu moral dan etika hanya dapat berlaku sempurna ketika dilakulan dimasyarakat. Masyarakat yang mengisolir di tengah hutan merasa mereka tida memerlukan pendidikan nilai dan moral namun pada kenyataannya saat mereka akan menebang pohon dan merusak maka itu termasuk. Pada nilai dan moral. Suatu kesadaran moral juga berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa
sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (ketika harus kehilangan). Sesungguhnya, kesadaran moral itu selalu ada di dalam diri setiap orang.
Adapun tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan.
* Pertama, kesadaran moral
* Kedua, kreativitas dalam reproduksi
* Ketiga, pengendalian perilaku dalam berproduksi.
Kesadaran moral pada setiap mayarakat dan pemimpin sangatlah penting dalam kehidupan.
NPM : 2113053108
"Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
Pada masa sekarang ini konflik antar masyarakat maupun individu semakin meningkt karena pengaruh global yang semakin tidak terkendali. Pada saat ini yang sering muncul adalah konflik antar individu atau grup untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan. Proses demokratis untuk meraih suatu kekuasaan semakin dikendalikan sepenuhnya denga n sistem “money politics”. Kebanyakan para ahli politik saat ini hanya sibuk mencari cara untuk mengumpulkan uang sebanyaknya dengan cara korupsi yang dimana seharusnya hal itu tidak dilakukan oleh seorang pemimpin karena pemimpin yang harusnya memberikan co ntoh yang baik kepada masyarakat. Hal ini telah menunjukkan rendahnya moral para pemimpin yang diamana keserakahan atas kekuasaan dan uang.
Menurut filsafat moral (etika), masya -rakat adalah suatu sistem komunikasi sosial antar
individu untuk mencapai tujuan bersama. Maka konflik antara kepentingan individual
(individualisme) dan kepentingan ko lektif (kolektivisme) justru menjadi potensi bagi eksistensi
masyarakat. Oleh sebab itu, kunci persoalannya terletak pada sejauh mana kesadaran moral dan etika menjadi watak perilaku setiap individu. Jika kesadaran moral terbingkai dalam sistem norma-norma perilaku sosial (etika), maka kedua kepentingan akan terselenggara secara berkeadilan.etika adalah ilmu pengetahuan tentang kesusilaan
dan moral. Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan - tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma. Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif).
Suatu moral dan etika hanya dapat berlaku sempurna ketika dilakulan dimasyarakat. Masyarakat yang mengisolir di tengah hutan merasa mereka tida memerlukan pendidikan nilai dan moral namun pada kenyataannya saat mereka akan menebang pohon dan merusak maka itu termasuk. Pada nilai dan moral. Suatu kesadaran moral juga berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa
sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (ketika harus kehilangan). Sesungguhnya, kesadaran moral itu selalu ada di dalam diri setiap orang.
Adapun tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan.
* Pertama, kesadaran moral
* Kedua, kreativitas dalam reproduksi
* Ketiga, pengendalian perilaku dalam berproduksi.
Kesadaran moral pada setiap mayarakat dan pemimpin sangatlah penting dalam kehidupan.
Nama : Khusnul Khotimah
NPM : 2113053122
Izin memberikan analisis Jurnal diatas.
Berdasarkan Jurnal yang berjudul " Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan" Menjelaskan bahwa diabad 21 dengan teknologi komunikasi yang makin mendunia menghadirkan berbagai konflik, diantaranya yaitu konflik kepentingan (Kepentingan umum/masyarakat dan kepentingan khusus/individu). Tapi disaat sekarang ini konflik masyarakat dan individu mulai lemah tergantikan konflik antar individu atau grup untuk mendapatkan kekuasaan pemerintah. Mereka berlomba-lomba mencari kesempatan untuk memanfaatkan uang negara demi kepentingan pribadi. Dan lagi-lagi moral bangsa Indonesia dipertanyakan, pemimpin yang seharusnya bisa menjadi wakil rakyat saja banyak yang tidak bisa menjalankan amanah dengan baik, apalagi masyarakat nya. Mereka seolah berwatak membela kepentingan umum, tetapi di balik itu memanfaatkan untuk sebesar-besarnya bagi keuntungan pribadi mereka sendiri.
Filsafat merupakan pemikiran dan pengetahuan tentang nilai kebaikan dan kebenaran tentang perilaku yang berkenaan dengan moral dan etika. Sedangkan moral merupakan sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat, yang diatur sesuai norma-norma yang berlaku. Kemudian etika merupakan kebiasaan atau watak seseorang dalam menghadapi suatu hal atau suatu kejadian. Hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu. Masyarakat merupakan sebuah tempat yang menjadikan manusia atau individu menjalankan proses sosial.
Kesadaran moral dan etika dalam bermasyarakat adalah cara seorang individu berinteraksi dengan mengedepankan kebaikan yang ada pada dirinya, berlaku sesuai dengan semestinya demi mencapai tujuan hidup bermasyarakat.
Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem
interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Jadi nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar dinamika sosial berkembang menurut dorongan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika.
Jadi, kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi, kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkeadilan. Diperlukan 3 pilar moralitas dan etika yang harus dikembangkan setiap individu, diantaranya yaitu :
1. Kesadaran moral
2. Kreativitas dan reproduksi
3. Pengendalian perilaku dalam bereproduksi.
Oleh sebab itu, didalam masyarakat berkeadilan, setiap individu mendapat keleluasaan berdinamika untuk mengoptimalkan potensi dirinya menjadi seorang individu berkepribadian ideal.
Sekian terimakasih.
NPM : 2113053122
Izin memberikan analisis Jurnal diatas.
Berdasarkan Jurnal yang berjudul " Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan" Menjelaskan bahwa diabad 21 dengan teknologi komunikasi yang makin mendunia menghadirkan berbagai konflik, diantaranya yaitu konflik kepentingan (Kepentingan umum/masyarakat dan kepentingan khusus/individu). Tapi disaat sekarang ini konflik masyarakat dan individu mulai lemah tergantikan konflik antar individu atau grup untuk mendapatkan kekuasaan pemerintah. Mereka berlomba-lomba mencari kesempatan untuk memanfaatkan uang negara demi kepentingan pribadi. Dan lagi-lagi moral bangsa Indonesia dipertanyakan, pemimpin yang seharusnya bisa menjadi wakil rakyat saja banyak yang tidak bisa menjalankan amanah dengan baik, apalagi masyarakat nya. Mereka seolah berwatak membela kepentingan umum, tetapi di balik itu memanfaatkan untuk sebesar-besarnya bagi keuntungan pribadi mereka sendiri.
Filsafat merupakan pemikiran dan pengetahuan tentang nilai kebaikan dan kebenaran tentang perilaku yang berkenaan dengan moral dan etika. Sedangkan moral merupakan sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat, yang diatur sesuai norma-norma yang berlaku. Kemudian etika merupakan kebiasaan atau watak seseorang dalam menghadapi suatu hal atau suatu kejadian. Hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu. Masyarakat merupakan sebuah tempat yang menjadikan manusia atau individu menjalankan proses sosial.
Kesadaran moral dan etika dalam bermasyarakat adalah cara seorang individu berinteraksi dengan mengedepankan kebaikan yang ada pada dirinya, berlaku sesuai dengan semestinya demi mencapai tujuan hidup bermasyarakat.
Dari sisi pendidikan, dalam kehidupan bermasyarakat terkandung sistem
interaksi menyatukan dalam bentuk saling didik -mendidik antara pihak yang satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama. Jadi nilai-nilai moral dan etika perlu ditanamkan di dunia pendidikan dan dikembangkan di dalam kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai sistem, masyarakat seharusnya berkharakteristik mendidik agar dinamika sosial berkembang menurut dorongan moral (hati nurani individual) dan nilai -nilai etika.
Jadi, kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi, kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat berkeadilan. Diperlukan 3 pilar moralitas dan etika yang harus dikembangkan setiap individu, diantaranya yaitu :
1. Kesadaran moral
2. Kreativitas dan reproduksi
3. Pengendalian perilaku dalam bereproduksi.
Oleh sebab itu, didalam masyarakat berkeadilan, setiap individu mendapat keleluasaan berdinamika untuk mengoptimalkan potensi dirinya menjadi seorang individu berkepribadian ideal.
Sekian terimakasih.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Ida Wahyuni
Npm : 2113053193
Kelas : 3E
Izin memberikan analisis jurnal bu,
Ketika kepentingan umum tidak dapat menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti akan terjadi konflik karena perbedaan pemikiran dan lemahnya moral. Jika saja masyarakat diibaratkan sebuah bangunan, maka individu-individunya adalah batu-batu yang tersusun dari bawah hingga ke atas membentuk bangunan tersebut. Adapun moral itu ibarat paduan material pasir dan semen yang menghubungkan antara batu-batuan itu. Jika paduan material rapuh atau tidak kokoh maka yang terjadi adalah bangunan akan terancam rubuh dan hancur. Demikian pula jika akhlak tidak terbangun antara individu-individu masyarakat, sudah dipastikan, masyarakat itu akhirnya akan mengalami kehancuran. Setiap individu yang tidak bermoral, maka perilakunya akan melemahkan hubungan antara individu-individu lainnya dan secara perlahan akan menghancurkan keutuhan masyarakat. Dampak dari perilaku yang tidak bermoral, tidaklah hanya terbatas pada si pelaku saja, namun juga pada individu atau orang lain. Setiap prilaku yang tidak bermoral tidak hanya akan membahayakan diri sendiri namun juga membahayakan orang lain. Manusia seharusnya menyadari akan hakekat keterkaitan hidupnya dengan orang lain. Menyadari bahwa jika ia melakukan perbuatan baik atau buruk maka hasil dari perbuatannya itu juga akan dapat menimpa orang lain. Individu-individu dalam masyarakat dapat memberikan motivasi kepada individu lainnya agar dapat mengembangkan kemampuan mereka, sehingga hal-hal yang bersifat material dan immaterial dapat diraih dan dicapai. Hal-hal ini tentunya lebih baik untuk dilakukan daripada individu-individu masyarakat saling mendengki satu sama lainnya.
Sifat buruk yang menginginkan agar orang lain tidak dapat memenuhi kebutuhannya adalah moral yang kurang baik. Moral seperti ini adalah moral yang merusak, yang menurut para pakar Sosiologi dan Ilmu Kejiwaan adalah merupakan penyakit jiwa sosial, karena ia hanya akan membuat masyarakat terpuruk dan tidak bangkit. Maka dari itu, moral buruk harus segera dilenyapkan dari masyarakat dan bersamaan dengan itu pula harus dibangun dan ditanamkan pada diri setiap individu jiwa-jiwa kebaikan, jiwa-jiwa yang suka menolong orang lain. Masyarakat jelas sangat memiliki hubungan yang erat dengan individu -individunya Jika individu-individu dalam masyarakat telah dapat mencapai peningkatan materil, memiliki moral terpuji dan lain sebagainya. Maka masyarakat secara umum akan merasakan faedah dari keberhasilan atau peningkatan yang telah dicapai individu-individunya. Namun sebaliknya, jika individu-individu dalam masyarakat tersebut malas, tidak melasanakan kewajibannya, selalu mengeluh dan melakukan hal-hal yang dipandang negatif, maka tidak mustahil individu-individu itu akan hidup dalam kefakiran, kemelaratan serta akan terjadi kemerosatan moral. Tentuntanya hal ini akan sangat membahayakan diri mereka sendiri, dan membahayakan orang lain.
Sekian, terima kasih
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Ida Wahyuni
Npm : 2113053193
Kelas : 3E
Izin memberikan analisis jurnal bu,
Ketika kepentingan umum tidak dapat menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti akan terjadi konflik karena perbedaan pemikiran dan lemahnya moral. Jika saja masyarakat diibaratkan sebuah bangunan, maka individu-individunya adalah batu-batu yang tersusun dari bawah hingga ke atas membentuk bangunan tersebut. Adapun moral itu ibarat paduan material pasir dan semen yang menghubungkan antara batu-batuan itu. Jika paduan material rapuh atau tidak kokoh maka yang terjadi adalah bangunan akan terancam rubuh dan hancur. Demikian pula jika akhlak tidak terbangun antara individu-individu masyarakat, sudah dipastikan, masyarakat itu akhirnya akan mengalami kehancuran. Setiap individu yang tidak bermoral, maka perilakunya akan melemahkan hubungan antara individu-individu lainnya dan secara perlahan akan menghancurkan keutuhan masyarakat. Dampak dari perilaku yang tidak bermoral, tidaklah hanya terbatas pada si pelaku saja, namun juga pada individu atau orang lain. Setiap prilaku yang tidak bermoral tidak hanya akan membahayakan diri sendiri namun juga membahayakan orang lain. Manusia seharusnya menyadari akan hakekat keterkaitan hidupnya dengan orang lain. Menyadari bahwa jika ia melakukan perbuatan baik atau buruk maka hasil dari perbuatannya itu juga akan dapat menimpa orang lain. Individu-individu dalam masyarakat dapat memberikan motivasi kepada individu lainnya agar dapat mengembangkan kemampuan mereka, sehingga hal-hal yang bersifat material dan immaterial dapat diraih dan dicapai. Hal-hal ini tentunya lebih baik untuk dilakukan daripada individu-individu masyarakat saling mendengki satu sama lainnya.
Sifat buruk yang menginginkan agar orang lain tidak dapat memenuhi kebutuhannya adalah moral yang kurang baik. Moral seperti ini adalah moral yang merusak, yang menurut para pakar Sosiologi dan Ilmu Kejiwaan adalah merupakan penyakit jiwa sosial, karena ia hanya akan membuat masyarakat terpuruk dan tidak bangkit. Maka dari itu, moral buruk harus segera dilenyapkan dari masyarakat dan bersamaan dengan itu pula harus dibangun dan ditanamkan pada diri setiap individu jiwa-jiwa kebaikan, jiwa-jiwa yang suka menolong orang lain. Masyarakat jelas sangat memiliki hubungan yang erat dengan individu -individunya Jika individu-individu dalam masyarakat telah dapat mencapai peningkatan materil, memiliki moral terpuji dan lain sebagainya. Maka masyarakat secara umum akan merasakan faedah dari keberhasilan atau peningkatan yang telah dicapai individu-individunya. Namun sebaliknya, jika individu-individu dalam masyarakat tersebut malas, tidak melasanakan kewajibannya, selalu mengeluh dan melakukan hal-hal yang dipandang negatif, maka tidak mustahil individu-individu itu akan hidup dalam kefakiran, kemelaratan serta akan terjadi kemerosatan moral. Tentuntanya hal ini akan sangat membahayakan diri mereka sendiri, dan membahayakan orang lain.
Sekian, terima kasih
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Ririn Dwiyanti
NPM : 2153053044
Izin memberikan analisis jurnal 1 yang berjudul "Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
Jika etika berkaitan dengan moral, etiket hanya tali-temali dengan sopan santun. Belajar etiket berarti bagaimana bertindak dalam cara-cara yang santun; sedangkan belajar etika berarti bagaimana bertindak baik. Lapangan etiket berkisar pada tindakan/cara-cara bertindak dari sudut pandang eksternal, dan tidak menyentuh kedalaman tindakan secara utuh.etika tidak hanya bersoal jawab dengan cetusan tindakan lahiriah manusia, melainkan juga motivasi yang mendasarinya dan aneka dimensi lain yang ikut berpartisipasi di dalamnya. Etika, pendek kata, mengantar orang pada bagaimana menjadi baik.Tingkah laku manusiawi ini bukan tingkah laku yang tidak ada artinya, tetapi yang mengejar nilai-nilai kebaikan. Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena sifatnya universal, maka pemikiran kritis tentang moral dan etika lebih menyoal pada masalah kesadaran moral, yang berkedudukan pada awal dari seluruh kegiatan hidup.dengan adanya moral dan etika kita mampu untuk berpikir filosofi bahwa manusia dan masyarakat akan hidup saling ketergantungan. Kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap individu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action).
sekian, terimakasih bu
NPM : 2153053044
Izin memberikan analisis jurnal 1 yang berjudul "Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
Jika etika berkaitan dengan moral, etiket hanya tali-temali dengan sopan santun. Belajar etiket berarti bagaimana bertindak dalam cara-cara yang santun; sedangkan belajar etika berarti bagaimana bertindak baik. Lapangan etiket berkisar pada tindakan/cara-cara bertindak dari sudut pandang eksternal, dan tidak menyentuh kedalaman tindakan secara utuh.etika tidak hanya bersoal jawab dengan cetusan tindakan lahiriah manusia, melainkan juga motivasi yang mendasarinya dan aneka dimensi lain yang ikut berpartisipasi di dalamnya. Etika, pendek kata, mengantar orang pada bagaimana menjadi baik.Tingkah laku manusiawi ini bukan tingkah laku yang tidak ada artinya, tetapi yang mengejar nilai-nilai kebaikan. Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Karena sifatnya universal, maka pemikiran kritis tentang moral dan etika lebih menyoal pada masalah kesadaran moral, yang berkedudukan pada awal dari seluruh kegiatan hidup.dengan adanya moral dan etika kita mampu untuk berpikir filosofi bahwa manusia dan masyarakat akan hidup saling ketergantungan. Kehidupan bermasyarakat adalah suatu sistem manajemen untuk mengorganisir kemampuan individual menjadi sebuah kekuatan sosial, agar kemudian tujuan bersama seluruh individu anggotanya dapat terwujud. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap individu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial (social action).
sekian, terimakasih bu
“Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan” berikan yang telah bu.
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata-kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono, 2005). Di balik istilah kearifan juga terdapat suatu pengetahuan mendalam berupa nilai -nilai. Suatu perilaku disebut arif apabila dilakukan atas dorongan karsa, sesuai dengan rasa dan menurut keputusan cipta (akal). Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika. Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif).
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata-kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono, 2005). Di balik istilah kearifan juga terdapat suatu pengetahuan mendalam berupa nilai -nilai. Suatu perilaku disebut arif apabila dilakukan atas dorongan karsa, sesuai dengan rasa dan menurut keputusan cipta (akal). Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku ( morality) atau etika. Dari bentuk hubungan antara moral dan etika dapat dirumuskan bahwa moral lebih bersifat abstrak universal, sedangkan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif).
Pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan. Perbedaan setiap potensi individual mengendap di dalam keutuhan masyarakat; dan sebaliknya keutuhan masyarakat tergantung pada sistem harmonisasi hubungan antar individu dengan keragaman potensi masing-masing. Jadi dapat dipahami bahwa pada satu sisi, kesempurnaan dunia hidup bersama tergantung pada optimalisasi pengembangan kepribadian individu. Pada sisi berlawanan, kesempurnaan kepribadian setiap individu tergantung pada kualitas sistem komunikasi yang berl aku di dalam dunia kebersamaan.
Jadi, kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Atas kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat. Kedua, kreativitas dalam reproduksi. Wawasan sosial tersebut, selanjutnya mendorong kehidupan bermasyarakat untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas. Kreativitas kehidupan suatu masyarakat sangat ditentukan oleh lapisan sosial golongan tengah (middle class). Golongan ini adalah kaum intelektual yang berkompeten dalam teori dan sistem pemberdayaan IPTEK. Atas kompeten sinya itu, mereka bersinergi dalam berkreativitas untuk meningkatkan produksi pangan, sandang, papan, dan alat perlengkapan hidup lainnya.
Sekian, Terima Kasih bu.
Nama : Muthiah Mualimah
Npm : 2113053284
Kelas : 3 E
Izin memberikan analisis bu,
Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupannya itu. Atas keterbatasannya itu, mendorong munculnya suatu kesadaran moral setiap individu untuk membangun kehidupan bermasyarakat. Sadar akan segala keterbatasannya, mereka memadukan keberagaman potensi individual yang mereka miliki dalam bentuk sistem
kerja-sama, sehingga menjadi satu kekuatan sosial untu k mencapai tujuan kesejahteraan umum.
Adapun kesejahteraan umum bukan hanya berlaku secara kolektif saja, melainkan juga bagi
seluruh individu anggotanya. Jadi, kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja
sama dalam kehidupan bermasyarakat. Atas kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat. Kedua, kreativitas dalam reproduksi. Wawasan sosial tersebut, selanjutnya mendorong kehidupan bermasyarakat untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas. Kreativitas kehidupan suatu masyarakat sangat ditentukan oleh lapisan sosial golongan tengah (middle class). Golongan ini adalah kaum intelektual yang berkompeten dalam teori dan sistem pemberdayaan IPTEK. Atas kompeten sinya itu, mereka bersinergi dalam berkreativitas untuk meningkatkan produksi pangan, sandang, papan, dan alat perlengkapan hidup lainnya.
Jadi, atas potensi kreatifnya itu, kehidupan masyarakat menjadi lebih lebih maju, kreatif,
produktif, dan mandiri di masa depan, sehingga, bukan menjadi masyarakat bergantung,
melainkan masyarakat otonom yang mampu mengelola kehidupan atas kemampuan sendiri.
Ketiga, pengendalian perilaku dalam berproduksi. Teknologi dan perindustrian, memiliki
kekuatan pelipat-gandaan dalam berproduksi, tetapi perlu diingat bahwa kharakteristik
berproduksi seperti itu, berakibat eksploratif dan eksploitatif terhadap sumber daya alam,
sehingga ekosistem bisa terancam.
Sekian terimakasih
Npm : 2113053284
Kelas : 3 E
Izin memberikan analisis bu,
Ada tiga komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupannya itu. Atas keterbatasannya itu, mendorong munculnya suatu kesadaran moral setiap individu untuk membangun kehidupan bermasyarakat. Sadar akan segala keterbatasannya, mereka memadukan keberagaman potensi individual yang mereka miliki dalam bentuk sistem
kerja-sama, sehingga menjadi satu kekuatan sosial untu k mencapai tujuan kesejahteraan umum.
Adapun kesejahteraan umum bukan hanya berlaku secara kolektif saja, melainkan juga bagi
seluruh individu anggotanya. Jadi, kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja
sama dalam kehidupan bermasyarakat. Atas kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat. Kedua, kreativitas dalam reproduksi. Wawasan sosial tersebut, selanjutnya mendorong kehidupan bermasyarakat untuk meningkatkan kreativitas dan produktivitas. Kreativitas kehidupan suatu masyarakat sangat ditentukan oleh lapisan sosial golongan tengah (middle class). Golongan ini adalah kaum intelektual yang berkompeten dalam teori dan sistem pemberdayaan IPTEK. Atas kompeten sinya itu, mereka bersinergi dalam berkreativitas untuk meningkatkan produksi pangan, sandang, papan, dan alat perlengkapan hidup lainnya.
Jadi, atas potensi kreatifnya itu, kehidupan masyarakat menjadi lebih lebih maju, kreatif,
produktif, dan mandiri di masa depan, sehingga, bukan menjadi masyarakat bergantung,
melainkan masyarakat otonom yang mampu mengelola kehidupan atas kemampuan sendiri.
Ketiga, pengendalian perilaku dalam berproduksi. Teknologi dan perindustrian, memiliki
kekuatan pelipat-gandaan dalam berproduksi, tetapi perlu diingat bahwa kharakteristik
berproduksi seperti itu, berakibat eksploratif dan eksploitatif terhadap sumber daya alam,
sehingga ekosistem bisa terancam.
Sekian terimakasih
Nama : Adella Shalsabila
NPM : 2113053259
Kelas : 3E
Izin menjawab analisis jurnal bu
Dalam kehidupan nyata, masyarakat masih dipenuhi dengan berbagai macam konflik. Ada dua jenis konflik kepentingan: kepentingan bersama masyarakat secara keseluruhan dan kepentingan khusus setiap individu. Ketika kepentingan publik gagal menyerap beragam tuntutan individu, konflik tak terhindarkan muncul ketika kepentingan individu dan kepentingan publik berbenturan. Kehidupan bermasyarakat adalah sistem manajemen yang menyatukan keterampilan individu menjadi kekuatan sosial untuk mencapai tujuan bersama bagi semua anggota. Masyarakat bukan hanya sekedar tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial dimana individu diberi ruang untuk melakukan berbagai tindakan sosial.
Untuk mencapai tujuan hidup membutuhkan kreativitas dan kemampuan untuk melakukan perubahan. Setiap perubahan adalah kekuatan pendorong menuju tujuan dalam hidup. Pada dasarnya kreativitas juga memiliki nilai, sehingga selalu cenderung menciptakan perubahan untuk kemajuan. Secara keseluruhan, sistem nilai adalah suasana moral manusia yang harus diperhatikan secara etis sepanjang hidup. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma-norma etika yang dilandasi kesadaran moral. Karena mereka selalu menghadapi masalah hak dan kewajiban. Sesuatu dilakukan untuk suatu hak, atau sebaliknya, karena telah menunaikan suatu kewajiban dan menerima suatu hak.
NPM : 2113053259
Kelas : 3E
Izin menjawab analisis jurnal bu
Dalam kehidupan nyata, masyarakat masih dipenuhi dengan berbagai macam konflik. Ada dua jenis konflik kepentingan: kepentingan bersama masyarakat secara keseluruhan dan kepentingan khusus setiap individu. Ketika kepentingan publik gagal menyerap beragam tuntutan individu, konflik tak terhindarkan muncul ketika kepentingan individu dan kepentingan publik berbenturan. Kehidupan bermasyarakat adalah sistem manajemen yang menyatukan keterampilan individu menjadi kekuatan sosial untuk mencapai tujuan bersama bagi semua anggota. Masyarakat bukan hanya sekedar tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial dimana individu diberi ruang untuk melakukan berbagai tindakan sosial.
Untuk mencapai tujuan hidup membutuhkan kreativitas dan kemampuan untuk melakukan perubahan. Setiap perubahan adalah kekuatan pendorong menuju tujuan dalam hidup. Pada dasarnya kreativitas juga memiliki nilai, sehingga selalu cenderung menciptakan perubahan untuk kemajuan. Secara keseluruhan, sistem nilai adalah suasana moral manusia yang harus diperhatikan secara etis sepanjang hidup. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang harus berpedoman pada norma-norma etika yang dilandasi kesadaran moral. Karena mereka selalu menghadapi masalah hak dan kewajiban. Sesuatu dilakukan untuk suatu hak, atau sebaliknya, karena telah menunaikan suatu kewajiban dan menerima suatu hak.
Nama : Dina Damayanti
NPM : 2113053145
Izin memberikan analisis jurnal diatas bu
Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Misalnya, pembebasan tanah warga untuk pelebaran jalan akan mengakibatkan konflik antara kepentingan individual dan masyarakat keseluruhan, jika hak warga atas tanah itu dirampas begitu saja. Kini, tradisi konflik antara kepentingan individu dan masya rakat melemah dan bahkan cenderung tidak muncul ke permukaan. Sedangkan yang muncul adalah konflik antar individu atau grup untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan. menurut keberadaan -nya, sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu. Perbedaan setiap potensi individual mengendap di dalam keutuhan masyarakat; dan sebaliknya keutuhan masyarakat tergantung pada sistem harmonisasi hubungan antar individu dengan keragaman potensi masing - masing. Jadi dapat dipahami bahwa pada satu sisi, kesempurnaan dunia hidup bersama tergantung pada optimalisasi pengembangan kepribadian individu. Pada sisi berlawanan, kesempurnaan kepribadian setiap individu tergantung pada kualitas sistem komunikasi yang berl aku di dalam dunia kebersamaan. Tetapi, seperti telah diungkap di atas, fakta menunjukkan bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat selalu diwarnai suatu kekaburan yaitu mana yang benar, apakah masyarakat diberi prioritas di atas individu atau individu yang d iberi prioritas di atas masyarakat.
sekian terima kasih.
NPM : 2113053145
Izin memberikan analisis jurnal diatas bu
Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Misalnya, pembebasan tanah warga untuk pelebaran jalan akan mengakibatkan konflik antara kepentingan individual dan masyarakat keseluruhan, jika hak warga atas tanah itu dirampas begitu saja. Kini, tradisi konflik antara kepentingan individu dan masya rakat melemah dan bahkan cenderung tidak muncul ke permukaan. Sedangkan yang muncul adalah konflik antar individu atau grup untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan. menurut keberadaan -nya, sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu. Perbedaan setiap potensi individual mengendap di dalam keutuhan masyarakat; dan sebaliknya keutuhan masyarakat tergantung pada sistem harmonisasi hubungan antar individu dengan keragaman potensi masing - masing. Jadi dapat dipahami bahwa pada satu sisi, kesempurnaan dunia hidup bersama tergantung pada optimalisasi pengembangan kepribadian individu. Pada sisi berlawanan, kesempurnaan kepribadian setiap individu tergantung pada kualitas sistem komunikasi yang berl aku di dalam dunia kebersamaan. Tetapi, seperti telah diungkap di atas, fakta menunjukkan bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat selalu diwarnai suatu kekaburan yaitu mana yang benar, apakah masyarakat diberi prioritas di atas individu atau individu yang d iberi prioritas di atas masyarakat.
sekian terima kasih.
Nama : Fauriza Agustina
NPM : 2153053004
Izin memberikan analisis bu..
Di era teknologi komunikasi ini,
komunikasi individual semakin mengglobal. Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di
dalam kehidupan bermasyarakat. Seluruh komponen pendidikan (formal, informal, dan non-formal) mutlak perlu mengelola proses pembelajaran ke arah titik puncak yaitu membangun kesadaran moral. Karena, dengan kesadaran moral, maka dunia
bathin menjadi dinamis bergerak ke arah perilaku jujur, penuh kesyukuran, kesabaran dan keikhlasan. Jika kesadaran moral tumbuh, maka norma-norma etika dan aturan hukum positif
akan mudah ditaati oleh siapapun (terutama para pemimpin). Jadi, kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi
individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses
mencapai kesejahteraan umum. Oleh karena itu tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara
paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan
kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Jadi, kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali
menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat. Oleh sebab
itu, tiga pilar moralitas dan etika tersebut wajib ditanam dibina dan dikembangkan didalam diri
setiap individu melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan bermasyarakat Jika berhasil, maka konflik kepentingan antara paham individualisme dan kolektivisme justru
menjadi energi sosial untuk mendorong pertumbuhan kehidupan masyarakat berkeadilan. Di
dalam masyarakat berkeadilan, setiap individu mendapat keleluasaan untuk mengoptimalkan potensi dirinya menjadi seorang individu berkepribadian ideal. Sebaliknya,
dengan demikian otomatis masyarakat menemukan jati dirinya yaitu sebagai suatu sistem manajemen sosial.
Terima kasih.
NPM : 2153053004
Izin memberikan analisis bu..
Di era teknologi komunikasi ini,
komunikasi individual semakin mengglobal. Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di
dalam kehidupan bermasyarakat. Seluruh komponen pendidikan (formal, informal, dan non-formal) mutlak perlu mengelola proses pembelajaran ke arah titik puncak yaitu membangun kesadaran moral. Karena, dengan kesadaran moral, maka dunia
bathin menjadi dinamis bergerak ke arah perilaku jujur, penuh kesyukuran, kesabaran dan keikhlasan. Jika kesadaran moral tumbuh, maka norma-norma etika dan aturan hukum positif
akan mudah ditaati oleh siapapun (terutama para pemimpin). Jadi, kesadaran moral memiliki kekuatan memposisikan dan memfungsikan segala potensi
individual untuk “social eforcement”, sedangkan masyarakat difungsikan sebagai sistem proses
mencapai kesejahteraan umum. Oleh karena itu tidak perlu lagi terjadi saling menyudutkan antara
paham individualisme dan kolektivisme. Justru dengan kesadaran moral, kebebasan dan
kreativitas individual mendapat saluran yang tepat, dan sebaliknya kolektivisme bisa mendapatkan jati dirinya di dalam kehidupan bermasyarakat.
Jadi, kesadaran moral yang kuat mendorong kreativitas untuk berproduksi secara terkendali
menurut norma-norma etika ke arah terbentuknya kehidupan masyarakat. Oleh sebab
itu, tiga pilar moralitas dan etika tersebut wajib ditanam dibina dan dikembangkan didalam diri
setiap individu melalui pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan bermasyarakat Jika berhasil, maka konflik kepentingan antara paham individualisme dan kolektivisme justru
menjadi energi sosial untuk mendorong pertumbuhan kehidupan masyarakat berkeadilan. Di
dalam masyarakat berkeadilan, setiap individu mendapat keleluasaan untuk mengoptimalkan potensi dirinya menjadi seorang individu berkepribadian ideal. Sebaliknya,
dengan demikian otomatis masyarakat menemukan jati dirinya yaitu sebagai suatu sistem manajemen sosial.
Terima kasih.
Nama : Valentina Setiyawati
NPM : 2113053024
Analisis jurnal Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Istilah filsafat berarti cinta kearifan juga terdapat suatu pengetahuan mendalam berupa nilai -nilai. Sedangkan, moral lebih bersifat abstrak universal, dan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Konflik dua paham sosial antara individualisme dan kolektivisme tidak perlu dibenturkan, tetapi justru perlu dikelola menurut nilai-nilai moral dan etika, sehingga menjadi kekuatan sosial bagi kehidupan bermasyarakat. Menurut sudut pandang manajemen pendidikan, ada dua pilihan yaitu apakah dengan sistem menyeragamkan atau justru membina kebebasan untuk mengembangkan berbagai kreativitas individual. Adapun 3 komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupannya itu. Atas keterbatasannya itu, mendorong munculnya suatu kesadaran moral setiap individu untuk membangun kehidupan bermasyarakat. Sadar akan segala keterbatasannya, mereka memadukan keberagaman potensi individual yang mereka miliki dalam bentuk sistem kerja-sama, sehingga menjadi satu kekuatan sosial untuk mencapai tujuan kesejahteraan umum. Adapun kesejahteraan umum bukan hanya berlaku secara kolektif saja, melainkan juga bagi seluruh individu anggotanya. Jadi, kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Atas kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat. Kedua, kreativitas dalam reproduksi dan yang ketiga adalah pengendalian perilaku dalam berproduksi.
Terima kasih Bu
NPM : 2113053024
Analisis jurnal Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Istilah filsafat berarti cinta kearifan juga terdapat suatu pengetahuan mendalam berupa nilai -nilai. Sedangkan, moral lebih bersifat abstrak universal, dan etika lebih bersifat konkret khusus (obyektif). Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Konflik dua paham sosial antara individualisme dan kolektivisme tidak perlu dibenturkan, tetapi justru perlu dikelola menurut nilai-nilai moral dan etika, sehingga menjadi kekuatan sosial bagi kehidupan bermasyarakat. Menurut sudut pandang manajemen pendidikan, ada dua pilihan yaitu apakah dengan sistem menyeragamkan atau justru membina kebebasan untuk mengembangkan berbagai kreativitas individual. Adapun 3 komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupannya itu. Atas keterbatasannya itu, mendorong munculnya suatu kesadaran moral setiap individu untuk membangun kehidupan bermasyarakat. Sadar akan segala keterbatasannya, mereka memadukan keberagaman potensi individual yang mereka miliki dalam bentuk sistem kerja-sama, sehingga menjadi satu kekuatan sosial untuk mencapai tujuan kesejahteraan umum. Adapun kesejahteraan umum bukan hanya berlaku secara kolektif saja, melainkan juga bagi seluruh individu anggotanya. Jadi, kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Atas kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat. Kedua, kreativitas dalam reproduksi dan yang ketiga adalah pengendalian perilaku dalam berproduksi.
Terima kasih Bu
Nama: Ella Septiani
Npm: 2113053054
Sebelumnya izin memberikan analisis terkait jurnal diatas.
Kesadaran moral adalah kesadaran dalam diri manusia bahwa tindakannya itu diasarkan atas rasa wajib, suka rela, tanpa paksaan dan keluar dari pribadinya. Ada perbuatan manusia yang tampaknya baik tetapi tidak dapat dinilai baik atau buruk perbuatan itu karena tidak didasarkan atas kesadaran moral.
Mengapa manusia harus bermoral/beretika karena manusia makhluk yang berakal, segala perbuatan, tindakan, dan perkataan manusia harus dipertanggungjawabkan. Perbuatan makhluk berakal senantiasa dinilai. Perbuatan yang bernilai itulah yang menjadikan kehidupan manusia menjadi bermakna.
Sekian terimakasih
Npm: 2113053054
Sebelumnya izin memberikan analisis terkait jurnal diatas.
Kesadaran moral adalah kesadaran dalam diri manusia bahwa tindakannya itu diasarkan atas rasa wajib, suka rela, tanpa paksaan dan keluar dari pribadinya. Ada perbuatan manusia yang tampaknya baik tetapi tidak dapat dinilai baik atau buruk perbuatan itu karena tidak didasarkan atas kesadaran moral.
Mengapa manusia harus bermoral/beretika karena manusia makhluk yang berakal, segala perbuatan, tindakan, dan perkataan manusia harus dipertanggungjawabkan. Perbuatan makhluk berakal senantiasa dinilai. Perbuatan yang bernilai itulah yang menjadikan kehidupan manusia menjadi bermakna.
Sekian terimakasih
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Nama: Aminata Zuhriyah
NPM: 2113053067
Izin memberikan analisis terkait jurnal yang diberikan.
Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan.
Memasuki abad ke-21 banyak sekali konflik yang muncul baik secara umum dan khusus. Kepentingan umum itu berkaitan dengan orang banyak, misalkan masyarakat, dan kepentingan khusus berkaitan dengan individu sendiri. Sekarang ini konflik atau permasalahan antara individu dan kelompok melemah, sekarang yang muncul adalah kelompok atau individu dalam konflik yang mendapatkan kekuasaan dalam pemerintaha. Tak lupa pula proses demokratis sekarang sangat berkaitan dengan system “money politics” jadi suatu kekuasaan sepenuhnya dipegang oleh orang tersebut. Tak jarang hal yang seperti ini membuat seorang pemimpin untuk mudah berkorupsi dan tentu mencari kesempatan-kesempatan.
Istilah filsafat sendiri jika dilihat, dari beberapa arti singkatnya dapat disimpulkan yaitu cinta kearifan, untuk sebuah pengetahuan yang mendalam maka diperlukan subjek dan objek. Maka tanpa pengetahuan yang mendalam maka subjek dan objek tidak akan berjalan dengan lancar. Jadi subjek dan objek itu sifatnya melakukan kebaikan. Dan tanpa pengetahuan yang mendalam, maka sifat hakikat objek tidak akan mungkin subjek mendapatkan pengetahuan yang mendalam juga. Serta tidak mungkin juga jika subjek bisa melakukan kebaikan terhadap objek. Arif itu bijaksana, cinta dan sebagainya. Dilakukan atas dorongan karsa, sesuai rasa juga dan menurut akal.
Konflik dua paham sosial yaitu individualisme dan kolektivitas itu tidak perlu ditabrakkan atau dibenturkan, tetapi perlu dikelola berdasarkan nilai-nilai moral dan etika. Maka dapat menjadi kekuatan kehidupan dalam bermasyarakat. Berdasarkan jurnal ada tiga komponen dari moral dan etika dalam bermasyarakat yaitu tujuannya dibina serta dikembangkan agar bisa berkembang dalam kehidupan. Yang pertama komponennya yaitu kesadaran moral, kedua kreativitas dalam reproduksi, dan pengendalian perilaku dalam berproduksi. Bisa dikatakan bahwa potensi kreatif falam berkehidupan masyarakat akan berkaitan pastinya dalam bentuk kerja sama dalam kehidupan masyarakat.
Kita sebagai bangsa Indonesia generasi muda harus memiliki kesadaran moral yang kuat dengan aktivitas mendorong kreativitas kita untuk berproduksi secara terstruktur dan terarah, tujuannya agar terbentuknya masyarakat yang berkeadilan. Tiga pilar moralitas dan etika harus ditanamkan dan dibina dalam diri setiap orang atau individu. Bisa diterapkan pada Pendidikan sekolah, pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan bermasyarakat. Jika penerapan ini berhasil maka konflik kepentingan individua tau kelompok misalkan paham individualisme dan kolektivitas justru bisa menjadi energi sosail untuk mendorong kita, intinya bisa menumbuhkan kehidupan masyarakat yang ideal dan masyarakat yang berkeadilan. Masyarakat yang berkeadilan berarti masyarakat yang selalu mengoptimalkan potensi dirinya dengan mengembangkan bakatnya yang dimiliki. Maka dari itu masyarakat dapat otomatis menentukan jati dirinya masing-masing pada suatu system manajemen sosial.
Terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Nama: Aminata Zuhriyah
NPM: 2113053067
Izin memberikan analisis terkait jurnal yang diberikan.
Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan.
Memasuki abad ke-21 banyak sekali konflik yang muncul baik secara umum dan khusus. Kepentingan umum itu berkaitan dengan orang banyak, misalkan masyarakat, dan kepentingan khusus berkaitan dengan individu sendiri. Sekarang ini konflik atau permasalahan antara individu dan kelompok melemah, sekarang yang muncul adalah kelompok atau individu dalam konflik yang mendapatkan kekuasaan dalam pemerintaha. Tak lupa pula proses demokratis sekarang sangat berkaitan dengan system “money politics” jadi suatu kekuasaan sepenuhnya dipegang oleh orang tersebut. Tak jarang hal yang seperti ini membuat seorang pemimpin untuk mudah berkorupsi dan tentu mencari kesempatan-kesempatan.
Istilah filsafat sendiri jika dilihat, dari beberapa arti singkatnya dapat disimpulkan yaitu cinta kearifan, untuk sebuah pengetahuan yang mendalam maka diperlukan subjek dan objek. Maka tanpa pengetahuan yang mendalam maka subjek dan objek tidak akan berjalan dengan lancar. Jadi subjek dan objek itu sifatnya melakukan kebaikan. Dan tanpa pengetahuan yang mendalam, maka sifat hakikat objek tidak akan mungkin subjek mendapatkan pengetahuan yang mendalam juga. Serta tidak mungkin juga jika subjek bisa melakukan kebaikan terhadap objek. Arif itu bijaksana, cinta dan sebagainya. Dilakukan atas dorongan karsa, sesuai rasa juga dan menurut akal.
Konflik dua paham sosial yaitu individualisme dan kolektivitas itu tidak perlu ditabrakkan atau dibenturkan, tetapi perlu dikelola berdasarkan nilai-nilai moral dan etika. Maka dapat menjadi kekuatan kehidupan dalam bermasyarakat. Berdasarkan jurnal ada tiga komponen dari moral dan etika dalam bermasyarakat yaitu tujuannya dibina serta dikembangkan agar bisa berkembang dalam kehidupan. Yang pertama komponennya yaitu kesadaran moral, kedua kreativitas dalam reproduksi, dan pengendalian perilaku dalam berproduksi. Bisa dikatakan bahwa potensi kreatif falam berkehidupan masyarakat akan berkaitan pastinya dalam bentuk kerja sama dalam kehidupan masyarakat.
Kita sebagai bangsa Indonesia generasi muda harus memiliki kesadaran moral yang kuat dengan aktivitas mendorong kreativitas kita untuk berproduksi secara terstruktur dan terarah, tujuannya agar terbentuknya masyarakat yang berkeadilan. Tiga pilar moralitas dan etika harus ditanamkan dan dibina dalam diri setiap orang atau individu. Bisa diterapkan pada Pendidikan sekolah, pendidikan keluarga, pendidikan sekolah, dan pendidikan bermasyarakat. Jika penerapan ini berhasil maka konflik kepentingan individua tau kelompok misalkan paham individualisme dan kolektivitas justru bisa menjadi energi sosail untuk mendorong kita, intinya bisa menumbuhkan kehidupan masyarakat yang ideal dan masyarakat yang berkeadilan. Masyarakat yang berkeadilan berarti masyarakat yang selalu mengoptimalkan potensi dirinya dengan mengembangkan bakatnya yang dimiliki. Maka dari itu masyarakat dapat otomatis menentukan jati dirinya masing-masing pada suatu system manajemen sosial.
Terimakasih.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Nama : Muhammad Syeki Rabiansyah
NPM : 2113053252
Izin memberikan analisis jurnal
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani «philo sophia», tersusun dari kata - kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan «sophia» yang berarti kearifan . Pada dasarnya dalam ungkapan cinta dan kearifan terkandung suatu pengetahuan mendalam . Kata cinta, menunjukkan adanya hubungan menyatukan antara subyek dan obyek, di dalam mana subyek melakukan suatu kebaikan terhadap obyek. Jadi, cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan.
Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku atau etika. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan «moralitas» yaitu «tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat». Menurut Franz Magnis Suseno , «aja ran moral memuat pandangan-pandangan nilai- nilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia».
Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa «etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral». Lebih lanjut, ditekankan bahwa «etika mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, bagaimana kita dapat mengambil si kap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan pelbagai moralitas». « Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan - tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma». Tetapi, keduanya tetap mempersoalkan masalah yang sama, yaitu perilaku.
Kemudian, dari pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan. Di dalam satu keterikatan moral, mereka bermasyarakat menurut prinsip etika normatif dalam mencapai tujua n Berdasar pada kerangka pikir di atas, sistematika pembahasan tentang manusia dan masyarakatnya, diawali dengan pemikiran filosofis, dilanjutkan denga n pemikiran etika dalam kehidupan bermasyarakat dan etika pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat. Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan «Timur» menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. « Dalam kelompok, orang saling memberi dan mengambil kefaedahan masing-masing.
Selanjutnya, dipertegas lagi bahwa «agar hidup manusia itu dapat berlangsung, caranya adalah dengan jalan bermasyarakat. » » Kalau alasan itu dikemukakan, rupanya tidak realistis, karena sama dengan kolektivisme, di dalam konteks sosial individualisme juga memiliki posisi dan fungsi yang mutlak menentukan terhadap kelangsungan kehidupan bermasyarakat. « Manusia adalah pertama -tama suatu pribadi individual». « Bahkan manakah hubungan dengan sesama manusia tergantung pada manusi a sebagai pribadi individual.
Akhirnya ketika manusia menjadi sakit keras dan mau mati, ia sendiri yang menghadapinya, dan bantuan sesama manusia kurang berguna». Dari sikap pandangnya, terlihat jelas bahwa Huijbers menitikberatkan manusia sebagai pribadi individual. Dari pemikiran kedua ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa unsur -unsur hakiki kehidupan bermasyarakat adalah manusia sebagai makhluk individu dan so sial. Di dalam kebersamaan, setiap individu berkomunikasi secara ko-eksistensial.
Justru di dalam sistem komunikasi ko -eksistensial itulah setiap individu berkesempatan untuk mengembangkan kepribad iannya. Dalam waktu bersamaan, ketika setiap individu mencapai titik kepribadian, maka dunia kebersamaan menjadi berkembang pula kharakteristik sosialnya. Oleh sebab itu menurut keberadaan -nya, sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu. Pada sisi berlawanan, kesempurnaan kepribadian setiap individu tergantung pada kualitas sistem komunikasi yang berl aku di dalam dunia kebersamaan.
Tetapi, seperti telah diungkap di atas, fakta menunjukkan bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat selalu diwarnai suatu kekaburan yaitu mana yang benar, apakah masyarakat diberi prioritas di atas individu atau individu yang d iberi prioritas di atas masyarakat. Terhadap kekaburan itu, Veeger karena itu diperlukan sebuah organisasi sosial sebagai sarana manajerial untuk mensenyawakan setiap kemampuan individual menjadi kemampuan sosial yang lebih besar dan energik. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial . Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas.
Sekian Terima kasih
NPM : 2113053252
Izin memberikan analisis jurnal
Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani «philo sophia», tersusun dari kata - kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan «sophia» yang berarti kearifan . Pada dasarnya dalam ungkapan cinta dan kearifan terkandung suatu pengetahuan mendalam . Kata cinta, menunjukkan adanya hubungan menyatukan antara subyek dan obyek, di dalam mana subyek melakukan suatu kebaikan terhadap obyek. Jadi, cinta kearifan adalah suatu bentuk perilaku yang bersubstansi nilai -nilai aksiologis keindahan, kebenaran dan kebaikan.
Oleh sebab itu, secara etimologis, dalam istilah filsafat sendiri memang terkandung persoalan tentang sistem perilaku atau etika. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan «moralitas» yaitu «tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat». Menurut Franz Magnis Suseno , «aja ran moral memuat pandangan-pandangan nilai- nilai dan norma-norma moral yang terdapat di antara sekelompok manusia. Norma moral adalah aturan tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai manusia».
Sedangkan mengenai etika, ditandaskan b ahwa «etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran -ajaran moral». Lebih lanjut, ditekankan bahwa «etika mempersoalkan tentang mengapa kita harus mengikuti moralitas tertentu, bagaimana kita dapat mengambil si kap yang bertanggung-jawab berhadapan dengan pelbagai moralitas». « Sedangkan moral adalah hal-hal yang mendorong orang untuk melakukan tindakan - tindakan yang baik sebagai kewajiban untuk norma». Tetapi, keduanya tetap mempersoalkan masalah yang sama, yaitu perilaku.
Kemudian, dari pendekatan filsafat dan moral atau etika dapat disusun sebuah kerangka pikir bahwa jika di dalam diri setiap individu tertanam kuat dorongan moral untuk berbuat kebaikan, berarti mereka berada dalam satu ikatan moral di dalam dunia kebersamaan. Di dalam satu keterikatan moral, mereka bermasyarakat menurut prinsip etika normatif dalam mencapai tujua n Berdasar pada kerangka pikir di atas, sistematika pembahasan tentang manusia dan masyarakatnya, diawali dengan pemikiran filosofis, dilanjutkan denga n pemikiran etika dalam kehidupan bermasyarakat dan etika pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat. Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan «Timur» menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. « Dalam kelompok, orang saling memberi dan mengambil kefaedahan masing-masing.
Selanjutnya, dipertegas lagi bahwa «agar hidup manusia itu dapat berlangsung, caranya adalah dengan jalan bermasyarakat. » » Kalau alasan itu dikemukakan, rupanya tidak realistis, karena sama dengan kolektivisme, di dalam konteks sosial individualisme juga memiliki posisi dan fungsi yang mutlak menentukan terhadap kelangsungan kehidupan bermasyarakat. « Manusia adalah pertama -tama suatu pribadi individual». « Bahkan manakah hubungan dengan sesama manusia tergantung pada manusi a sebagai pribadi individual.
Akhirnya ketika manusia menjadi sakit keras dan mau mati, ia sendiri yang menghadapinya, dan bantuan sesama manusia kurang berguna». Dari sikap pandangnya, terlihat jelas bahwa Huijbers menitikberatkan manusia sebagai pribadi individual. Dari pemikiran kedua ahli tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa unsur -unsur hakiki kehidupan bermasyarakat adalah manusia sebagai makhluk individu dan so sial. Di dalam kebersamaan, setiap individu berkomunikasi secara ko-eksistensial.
Justru di dalam sistem komunikasi ko -eksistensial itulah setiap individu berkesempatan untuk mengembangkan kepribad iannya. Dalam waktu bersamaan, ketika setiap individu mencapai titik kepribadian, maka dunia kebersamaan menjadi berkembang pula kharakteristik sosialnya. Oleh sebab itu menurut keberadaan -nya, sifat hakikat manusia adalah sebagai makhluk individu yang memasyarakat dan makhluk sosial yang mengindividu. Pada sisi berlawanan, kesempurnaan kepribadian setiap individu tergantung pada kualitas sistem komunikasi yang berl aku di dalam dunia kebersamaan.
Tetapi, seperti telah diungkap di atas, fakta menunjukkan bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat selalu diwarnai suatu kekaburan yaitu mana yang benar, apakah masyarakat diberi prioritas di atas individu atau individu yang d iberi prioritas di atas masyarakat. Terhadap kekaburan itu, Veeger karena itu diperlukan sebuah organisasi sosial sebagai sarana manajerial untuk mensenyawakan setiap kemampuan individual menjadi kemampuan sosial yang lebih besar dan energik. Masyarakat bukan hanya tempat berkumpul, melainkan suatu proses sosial di dalam mana setiap ind ividu mendapat ruang gerak untuk melakukan berbagai aksi sosial . Masyarakat memproses seluruh jenis pengertian, perasaan dan perilaku individual dalam jumlah tak terbatas.
Sekian Terima kasih
nama I Wayan Suberata
NPM 2153053007
izin menyapaikan analisis
Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang hidup dengan mengisolir diri di tengah hutan, seolah-olah tidak memerlukan moral dan etika. Tetapi ketika mulai memanfaatkan sumber daya hutan, apalagi jka cara pemanfaatannya cenderung merusak, maka perilakunya sudah masuk ke dalam lingkup moral dan etika. Karena sifatnya universal, maka pemikiran kritis tentang moral dan etika lebih menyoal pada masalah kesadaran moral, yang berkedudukan pada awal dari seluruh kegiatan hidup. Sadar akan asal-mula dan tujuan kehidupan, maka manusia sadar tentang apa yang perlu dilakukan dalam menjalani kehidupannya. Atas kesadaran moralnya, seseorang terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan bernilai guna bagi kelangsungan dan tuj uan hidup.
Sadar atas segala kekurangan dan keterbatasannya, seseorang lalu menjalin hubungan dengan orang lain sesamanya. Adapun tuju annya tidak lain adalah agar mereka bisa saling menutupi kekurangannya, dengan cara mengikat diri dalam kebersamaan menurut sistem tertentu yang telah mereka sepakati, sehingga terbentuk suatu kebersamaan di dalam sebuah organisasi sosial kemasyarakatan. A tas kesadaran moralnya itu, setiap orang terdorong untuk membangun potensi diri menjadi lebih otonom dan kreatif, agar kualitas kerja sama menjadi semakin kuat.
terima kasih
NPM 2153053007
izin menyapaikan analisis
Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang hidup dengan mengisolir diri di tengah hutan, seolah-olah tidak memerlukan moral dan etika. Tetapi ketika mulai memanfaatkan sumber daya hutan, apalagi jka cara pemanfaatannya cenderung merusak, maka perilakunya sudah masuk ke dalam lingkup moral dan etika. Karena sifatnya universal, maka pemikiran kritis tentang moral dan etika lebih menyoal pada masalah kesadaran moral, yang berkedudukan pada awal dari seluruh kegiatan hidup. Sadar akan asal-mula dan tujuan kehidupan, maka manusia sadar tentang apa yang perlu dilakukan dalam menjalani kehidupannya. Atas kesadaran moralnya, seseorang terdorong untuk melakukan perbuatan yang baik dan bernilai guna bagi kelangsungan dan tuj uan hidup.
Sadar atas segala kekurangan dan keterbatasannya, seseorang lalu menjalin hubungan dengan orang lain sesamanya. Adapun tuju annya tidak lain adalah agar mereka bisa saling menutupi kekurangannya, dengan cara mengikat diri dalam kebersamaan menurut sistem tertentu yang telah mereka sepakati, sehingga terbentuk suatu kebersamaan di dalam sebuah organisasi sosial kemasyarakatan. A tas kesadaran moralnya itu, setiap orang terdorong untuk membangun potensi diri menjadi lebih otonom dan kreatif, agar kualitas kerja sama menjadi semakin kuat.
terima kasih
Nama : Miftahul Zannah Raharjo Putri
NPM : 2113053174
Kelas : 3E
Izin memberikan hasil analisis saya terhadap jurnal tersebut bu.
"Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Kini, tradisi konflik antara kepentingan individu dan masya rakat melemah dan bahkan cenderung tidak muncul ke permukaan. Sedangkan yang muncul adalah konflik antar individu atau grup untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan. Proses demokratis untuk meraih suatu kekuasaan semakin dikendalikan sepenuhnya denga n sistem “money politics”.
Arti dan Isi Filsafat Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata - kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono, 2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Pada dasarnya dalam ungkapan cinta dan kearifan terkandung suatu pengetahuan mendalam (hakikat). Sedangkan arti Moral dan Etika Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa moral berakar dari b ahasa Latin “mos” atau “mores”, berarti costum, … “relating to principles of right and wrong in behavior ”. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “moralitas” ( Ensiklopedi Umum, 1977) yaitu “tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat”.
Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat, Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ki Ageng Suryomentaram (1974) misalnya, berpendapat bahwa: “manusia termasuk jenis yang cara hidupnya berkelompok, jadi serupa dengan jenis lebah. Dalam kelompok, orang saling memberi dan mengambil kefaedahan masing-masing. Tindakan tersebut dinamakan gotong -royong atau kemasyarakatan. Kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Atas kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat yang menjadikan masyarakat menjadi orang yang lebih berwawasan, bermoral, dan beretika. Sehingga secara tidak langsung menaikkan derajat atau pengelihatan orang, karena ada wibawa tersendiri. Namun, fakta ikatan sosial saling mendidik, menunjukkan bahwa di dalam pendidikan terkandung benih moral, berupa dorongan sosial setiap orang untuk saling berbuat baik. Dengan sistem hubungan ko-eksistensial saling mendidik, berarti nilai kebenaran menyebar dan berkembang sehingga kehidupan bermasyarakat menjadi dinamis ke arah kemajuan. Hal itu berarti di balik dorongan moral saling mendidik juga menunjukkan adanya keadilan sosial. Kemudian, nilai keadilan sosial itu di dalam pendidikan dikembang -kan menjadi suatu sistem filsafat perilaku yaitu etika.
Sekian, Terima Kasih bu.
NPM : 2113053174
Kelas : 3E
Izin memberikan hasil analisis saya terhadap jurnal tersebut bu.
"Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan"
Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepenti ngan khusus bagi setiap individu. Ketika kepentingan umum tidak menyerap keberagaman tuntutan individual dan ketika kepentingan individual mengganggu kepentingan umum, maka pasti terjadi konflik. Kini, tradisi konflik antara kepentingan individu dan masya rakat melemah dan bahkan cenderung tidak muncul ke permukaan. Sedangkan yang muncul adalah konflik antar individu atau grup untuk mendapatkan kekuasaan dalam pemerintahan. Proses demokratis untuk meraih suatu kekuasaan semakin dikendalikan sepenuhnya denga n sistem “money politics”.
Arti dan Isi Filsafat Secara etimologis, istilah filsafat berakar dari bahasa Yunani “philo sophia”, tersusun dari kata - kata ‘philein’ atau ‘philia’ yang berarti cinta, dan “sophia” yang berarti kearifan (Suhartono, 2005). Jadi, istilah filsafat berarti cinta kearifan. Pada dasarnya dalam ungkapan cinta dan kearifan terkandung suatu pengetahuan mendalam (hakikat). Sedangkan arti Moral dan Etika Dalam Webster’s New Collegiate Dictionary dijelaskan bahwa moral berakar dari b ahasa Latin “mos” atau “mores”, berarti costum, … “relating to principles of right and wrong in behavior ”. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan “moralitas” ( Ensiklopedi Umum, 1977) yaitu “tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat”.
Pemikiran Filosofis tentang Manusia dan Masyarakat, Mengenai pemikiran filosofis tentang manusia, pada umumnya pandangan “Timur” menitikberatkan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Ki Ageng Suryomentaram (1974) misalnya, berpendapat bahwa: “manusia termasuk jenis yang cara hidupnya berkelompok, jadi serupa dengan jenis lebah. Dalam kelompok, orang saling memberi dan mengambil kefaedahan masing-masing. Tindakan tersebut dinamakan gotong -royong atau kemasyarakatan. Kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Atas kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat yang menjadikan masyarakat menjadi orang yang lebih berwawasan, bermoral, dan beretika. Sehingga secara tidak langsung menaikkan derajat atau pengelihatan orang, karena ada wibawa tersendiri. Namun, fakta ikatan sosial saling mendidik, menunjukkan bahwa di dalam pendidikan terkandung benih moral, berupa dorongan sosial setiap orang untuk saling berbuat baik. Dengan sistem hubungan ko-eksistensial saling mendidik, berarti nilai kebenaran menyebar dan berkembang sehingga kehidupan bermasyarakat menjadi dinamis ke arah kemajuan. Hal itu berarti di balik dorongan moral saling mendidik juga menunjukkan adanya keadilan sosial. Kemudian, nilai keadilan sosial itu di dalam pendidikan dikembang -kan menjadi suatu sistem filsafat perilaku yaitu etika.
Sekian, Terima Kasih bu.
Nama: Irhan Aditya
NPM: 2113053183
Pedoman menjadi tuntutan bagi setiap individu dalam menentukan langkah kehidupan maupun bersosial kepada orang lain, dalam berinteraksi Pedoman yang berlaku adalah norma-norma etika. Norma-norma etika berhubungan dengan hak dan kewajiban yang di mana jika dapat menunaikan kewajiban dengan baik maka secara otomatis hak akan di dapatkan.
Kesadaran moral menjadi kunci dalam bersosial, dengan moral yang baik siapapun lawan interaksi akan merasa nyaman dan merasa dapat bekerja sama sebagai mitra sosial yang saling bekerja sama.
Kreatifitas juga dapat berasal dari Kesadaran moral, sebab Kesadaran moral dapat meningkatkan rasa keadilan dalam berinteraksi sosial. Maka moral dan etika harus benar-benar di tanamkan kepada setiap individu melalui lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, sehingga jika ini berhasil semua konflik keegoisan kepentingan akan dapat teratasi dengan rasa keadilan telah tertanam dalam setiap individu.
Terima kasih.
NPM: 2113053183
Pedoman menjadi tuntutan bagi setiap individu dalam menentukan langkah kehidupan maupun bersosial kepada orang lain, dalam berinteraksi Pedoman yang berlaku adalah norma-norma etika. Norma-norma etika berhubungan dengan hak dan kewajiban yang di mana jika dapat menunaikan kewajiban dengan baik maka secara otomatis hak akan di dapatkan.
Kesadaran moral menjadi kunci dalam bersosial, dengan moral yang baik siapapun lawan interaksi akan merasa nyaman dan merasa dapat bekerja sama sebagai mitra sosial yang saling bekerja sama.
Kreatifitas juga dapat berasal dari Kesadaran moral, sebab Kesadaran moral dapat meningkatkan rasa keadilan dalam berinteraksi sosial. Maka moral dan etika harus benar-benar di tanamkan kepada setiap individu melalui lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, sehingga jika ini berhasil semua konflik keegoisan kepentingan akan dapat teratasi dengan rasa keadilan telah tertanam dalam setiap individu.
Terima kasih.
Nama : Adilla Dwi Putri Lestari
NPM : 2113053255
Izin memberikan analisis jurnal 1 Bu
Mengenai Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat
Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepentingan khusus bagi setiap individu.
Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di
dalam kehidupan bermasyarakat. Kesadaran moral berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (ketika harus kehilangan).
Sesungguhnya, kesadaran moral itu selalu ada di dalam diri setiap orang. Hanya saja sering kali terhalang oleh nafsu negatif yang mendorong suatu perbuatan dilakukan.
Kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Atas kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat.
Sekian, terimakasih
NPM : 2113053255
Izin memberikan analisis jurnal 1 Bu
Mengenai Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat
Memasuki abad ke-21, kehidupan nyata masyarakat manusia masih tetap diliputi berbagai macam konflik. Secara klasik, ada dua jenis konflik kepentingan yaitu antara kepentingan umum keseluruhan masyarakat dan kepentingan khusus bagi setiap individu.
Secara langsung atau tidak langsung, moralitas dan etika hanya bisa berlaku secara sempurna di
dalam kehidupan bermasyarakat. Kesadaran moral berfungsi sebagai pengendali perilaku, sedemikian rupa sehingga seseorang mampu berperilaku jujur menurut moralitas bersyukur (ketika memperoleh sesuatu), bersabar (ketika mendapat ujian hidup) dan berikhlas (ketika harus kehilangan).
Sesungguhnya, kesadaran moral itu selalu ada di dalam diri setiap orang. Hanya saja sering kali terhalang oleh nafsu negatif yang mendorong suatu perbuatan dilakukan.
Kesadaran moral mendorong terbentuknya suatu keterikatan sosial dalam bentuk kerja sama dalam kehidupan bermasyarakat. Atas kesadaran moral itulah kemudian berfungsi menjadi satu wawasan bagi seluruh individu dalam bermasyarakat.
Sekian, terimakasih
Nama : Wulan Erliana Safitri
NPM : 2113053185
Izin memberikan hasil analisis bu,
Relativitas keterikatan sosial itu berakar dari kesadaran bersama bahwa a) di dalam kehidupan ini ada tujuan bersama yang harus diraih, b) untuk mencapainya, harus dengan mengorganisir kemampuan bers ama dan c) karena itu diperlukan sebuah organisasi sosial sebagai sarana manajerial untuk mensenyawakan setiap kemampuan individual menjadi kemampuan sosial yang lebih besar dan energik.
Menurut sudut pandang manajemen pendidikan, ada dua pilihan yaitu apakah dengan sistem menyeragamkan atau justru membina kebebasan untuk mengembangkan berbagai kreativitas individual. Adapun 3 komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupannya itu. Atas keterbatasannya itu, mendorong munculnya suatu kesadaran moral setiap individu untuk membangun kehidupan bermasyarakat.
Sekian Terimakasih.
NPM : 2113053185
Izin memberikan hasil analisis bu,
Relativitas keterikatan sosial itu berakar dari kesadaran bersama bahwa a) di dalam kehidupan ini ada tujuan bersama yang harus diraih, b) untuk mencapainya, harus dengan mengorganisir kemampuan bers ama dan c) karena itu diperlukan sebuah organisasi sosial sebagai sarana manajerial untuk mensenyawakan setiap kemampuan individual menjadi kemampuan sosial yang lebih besar dan energik.
Menurut sudut pandang manajemen pendidikan, ada dua pilihan yaitu apakah dengan sistem menyeragamkan atau justru membina kebebasan untuk mengembangkan berbagai kreativitas individual. Adapun 3 komponen moral dan etika bermasyarakat yang perlu dibina untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pertama, kesadaran moral. Fakta membuktikan bahwa potensi individual bersifat terbatas. Padahal eksistensi kehidupan manusia terarah pada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, manusia wajib mempertahankan dan mengembangkan eksistensi kehidupannya itu. Atas keterbatasannya itu, mendorong munculnya suatu kesadaran moral setiap individu untuk membangun kehidupan bermasyarakat.
Sekian Terimakasih.