Apabila ada pertanyaan dari materi yang belum dipahami, silahkan bertanya dan saling memberi pendapat pada forum ini!
Forum Diskusi
nama:dzaky julianzah arief
npm:2153033004
Agama Islam masuk ke Kalimantan Selatan berlangsung
secara perlahan tanpa paksaan dan tidak melalui proses
peperangan, melainkan secara damai mulai disekitar abad ke 14
M, sebelum berdiri kerajaan Banjar. Islam disebarkan melalui
jalur perdagangan, politik, ekonomi dan penyebaran
mubaligh/ulama, waktu itu negara Daha dipimpin oleh Panyi
Agung Maharaja Sari Kaburangan. Agama Islam semakin meluas
setelah berdiri kerajaan Banjar yang mendapat bantuan dari
Demak, dan juga hubungan Islam dengan pantai Utara Jawa
Timur Gresik, Tuban, Surabaya yang ikut mempercepat proses
penyebaran Islam di Kalimantan Selatan.
Raden Paku yang dikenal sebagai sunan Giri putra Maulana
Ishak, berlayar ke Kalimantan membawa barang dagangan dan
dibagikan kepada pakir miskin dalam rangka penyebaran Islam di
daerah ini.
Raden Sekar Sungsang (keturunan raja Daha) pergi ke tanah
Jawa untuk belajar kepada Sunan Giri, yang kemudian dia
bergelar ”Sunan Serabut”. Melalui jalur inilah kelak Raden
Samudera (Pangiran Suriansyah) dapat memperoleh bantuan
tentara kerajaan Demak dalam melawan Pangeran Tumenggung
di kerajaan Daha yang merupakan pamannya sendiri. Bantuan
kerajaan Demak itu baru terwujud setelah disetujui perjanjian bila
memperoleh kemenangan perang melawan kerajaan Daha, maka
raja dan para pejabat kerajaan akan masuk Islam, dan itu telah
terbukti adanya.
Penyebar Islam di Kalimantan Salah satu tokoh berperan dalam menyebarkan agama Islam di Kalimantan adalah Syeikh Husein, seorang pedakwah dari Jazirah Arab. Syeikh Husein menjadi penyebar Islam di wilayah Sukadana, Kalimantan Barat, pada sekitar akhir abad ke-16 di wilayah yang dipimpin oleh Giri Kesuma atau Panembahan Sorgi (1590-1609). Selain pengaruh Syeikh Husein, Islamisasi di Kalimantan Barat, termasuk wilayah Tanjungpura, dilakukan oleh pedagang dari Jawa dan Brunei Darussalam. Dalam kurun waktu yang sama, wilayah Kalimantan Timur diislamkan oleh Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan. Datuk Ri Bandang sendiri adalah murid dari Sunan Giri, salah satu Wali Songo yang berperan besar terhadap Islamisasi Jawa. Pada abad ke-16, Islam juga masuk di wilayah Kalimantan Selatan. Pembawa agama Islam ke Kalimantan Selatan ini adalah para pedagang bangsa Arab dan para mubaligh dari Jawa. Baca juga: Datuk ri Bandang, Tokoh Penyebar Islam di Indonesia Timur Salah satu buktinya, berdiri Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan, yang pada periode Majapahit masih bercorak Hindu. Proses islamisasi di Banjar semakin mudah setelah Kerajaan Banjar melakukan hubungan dengan Kerajaan Demak di Jawa Tengah. Kemudian, dari abad ke-17 hingga abad ke-19, sejumlah ulama Arab berdatangan ke Kalimantan. Beberapa nama yang datang ke Kalimantan adalah Syarif Husein Al-Qadrie dari Hadramaut, yaman, yang datang ke Matan dan Mempawah. Ada juga Sayyid Syarif Idrus bin Abdurrahman al-Idrus dari Hadramaut, yang kemudian menjadi raja Kerajaan Kubu dari 1775 hingga 1795. Baca juga: Kerajaan Kubu: Sejarah, Perkembangan, dan Raja-raja Proses Islamisasi Proses Islamisasi memerlukan beberapa strategi dan metode, supaya ajarannya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Kalimantan. Salah satunya adalah dengan berdakwah, seperti dilakukan oleh ulama Syarif Karim al-Makhdum, Khatib Dayyan, Syekh Husein (Tok Mangku), Tuan Tunggang Parangan, dan Datuk ri Bandang. Mereka merupakan ulama besar yang berperan penting dalam proses Islamisasi di Kalimantan. Selain melalui dakwah, proses islamisasi juga dapat ditempuh dengan jalur politik. Biasanya, sasarannya adalah raja yang menguasai suatu wilayah. Pengislaman raja dianggap sangat efektif karena akan diikuti oleh rakyatnya dan sekaligus mengubah pemerintahan menjadi bercorak Islam. Beberapa raja di Kalimantan yang berhasil diislamkan adalah Pangeran Samudera (Sultan Suriansyah), Raja Aji Mahkota (Raja Kutai Kertanegara), dan Panembahan Sorgi (Raja Sukadana) yang semuanya terjadi pada abad ke-16. Baca juga: Kerajaan Kutai Kartanegara: Sejarah, Raja-raja, dan Peninggalan Proses Islamisasi juga dapat dilakukan dengan perkawinan. Misalnya dengan menikahi putri-putri dari kerajaan yang belum memeluk Islam. Contohnya adalah perkawinan putra Sultan Tengah (Raja Serawak dari Brunei) yang bernama Raden Sulaiman dengan Mas Ayu Bungsu (putri dari Ratu Sepudak, penguasa Sambas Hindu). Dari perkawinan itu, terjadi peralihan Sambas dari kerajaan bercorak Hindu-Buddha menjadi kerajaan bercorak Islam. Ketika metode Islamisasi melalui dakwah, politik, dan pernikahan, telah berhasil, perjuangan dilanjutkan dengan jalan pendidikan. Pendidikan sangat penting dalam menanamkan pemahaman dan ajaran Islam kepada masyarakat yang belum memahami Islam secara mendalam.
npm:2153033004
Agama Islam masuk ke Kalimantan Selatan berlangsung
secara perlahan tanpa paksaan dan tidak melalui proses
peperangan, melainkan secara damai mulai disekitar abad ke 14
M, sebelum berdiri kerajaan Banjar. Islam disebarkan melalui
jalur perdagangan, politik, ekonomi dan penyebaran
mubaligh/ulama, waktu itu negara Daha dipimpin oleh Panyi
Agung Maharaja Sari Kaburangan. Agama Islam semakin meluas
setelah berdiri kerajaan Banjar yang mendapat bantuan dari
Demak, dan juga hubungan Islam dengan pantai Utara Jawa
Timur Gresik, Tuban, Surabaya yang ikut mempercepat proses
penyebaran Islam di Kalimantan Selatan.
Raden Paku yang dikenal sebagai sunan Giri putra Maulana
Ishak, berlayar ke Kalimantan membawa barang dagangan dan
dibagikan kepada pakir miskin dalam rangka penyebaran Islam di
daerah ini.
Raden Sekar Sungsang (keturunan raja Daha) pergi ke tanah
Jawa untuk belajar kepada Sunan Giri, yang kemudian dia
bergelar ”Sunan Serabut”. Melalui jalur inilah kelak Raden
Samudera (Pangiran Suriansyah) dapat memperoleh bantuan
tentara kerajaan Demak dalam melawan Pangeran Tumenggung
di kerajaan Daha yang merupakan pamannya sendiri. Bantuan
kerajaan Demak itu baru terwujud setelah disetujui perjanjian bila
memperoleh kemenangan perang melawan kerajaan Daha, maka
raja dan para pejabat kerajaan akan masuk Islam, dan itu telah
terbukti adanya.
Penyebar Islam di Kalimantan Salah satu tokoh berperan dalam menyebarkan agama Islam di Kalimantan adalah Syeikh Husein, seorang pedakwah dari Jazirah Arab. Syeikh Husein menjadi penyebar Islam di wilayah Sukadana, Kalimantan Barat, pada sekitar akhir abad ke-16 di wilayah yang dipimpin oleh Giri Kesuma atau Panembahan Sorgi (1590-1609). Selain pengaruh Syeikh Husein, Islamisasi di Kalimantan Barat, termasuk wilayah Tanjungpura, dilakukan oleh pedagang dari Jawa dan Brunei Darussalam. Dalam kurun waktu yang sama, wilayah Kalimantan Timur diislamkan oleh Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan. Datuk Ri Bandang sendiri adalah murid dari Sunan Giri, salah satu Wali Songo yang berperan besar terhadap Islamisasi Jawa. Pada abad ke-16, Islam juga masuk di wilayah Kalimantan Selatan. Pembawa agama Islam ke Kalimantan Selatan ini adalah para pedagang bangsa Arab dan para mubaligh dari Jawa. Baca juga: Datuk ri Bandang, Tokoh Penyebar Islam di Indonesia Timur Salah satu buktinya, berdiri Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan, yang pada periode Majapahit masih bercorak Hindu. Proses islamisasi di Banjar semakin mudah setelah Kerajaan Banjar melakukan hubungan dengan Kerajaan Demak di Jawa Tengah. Kemudian, dari abad ke-17 hingga abad ke-19, sejumlah ulama Arab berdatangan ke Kalimantan. Beberapa nama yang datang ke Kalimantan adalah Syarif Husein Al-Qadrie dari Hadramaut, yaman, yang datang ke Matan dan Mempawah. Ada juga Sayyid Syarif Idrus bin Abdurrahman al-Idrus dari Hadramaut, yang kemudian menjadi raja Kerajaan Kubu dari 1775 hingga 1795. Baca juga: Kerajaan Kubu: Sejarah, Perkembangan, dan Raja-raja Proses Islamisasi Proses Islamisasi memerlukan beberapa strategi dan metode, supaya ajarannya bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Kalimantan. Salah satunya adalah dengan berdakwah, seperti dilakukan oleh ulama Syarif Karim al-Makhdum, Khatib Dayyan, Syekh Husein (Tok Mangku), Tuan Tunggang Parangan, dan Datuk ri Bandang. Mereka merupakan ulama besar yang berperan penting dalam proses Islamisasi di Kalimantan. Selain melalui dakwah, proses islamisasi juga dapat ditempuh dengan jalur politik. Biasanya, sasarannya adalah raja yang menguasai suatu wilayah. Pengislaman raja dianggap sangat efektif karena akan diikuti oleh rakyatnya dan sekaligus mengubah pemerintahan menjadi bercorak Islam. Beberapa raja di Kalimantan yang berhasil diislamkan adalah Pangeran Samudera (Sultan Suriansyah), Raja Aji Mahkota (Raja Kutai Kertanegara), dan Panembahan Sorgi (Raja Sukadana) yang semuanya terjadi pada abad ke-16. Baca juga: Kerajaan Kutai Kartanegara: Sejarah, Raja-raja, dan Peninggalan Proses Islamisasi juga dapat dilakukan dengan perkawinan. Misalnya dengan menikahi putri-putri dari kerajaan yang belum memeluk Islam. Contohnya adalah perkawinan putra Sultan Tengah (Raja Serawak dari Brunei) yang bernama Raden Sulaiman dengan Mas Ayu Bungsu (putri dari Ratu Sepudak, penguasa Sambas Hindu). Dari perkawinan itu, terjadi peralihan Sambas dari kerajaan bercorak Hindu-Buddha menjadi kerajaan bercorak Islam. Ketika metode Islamisasi melalui dakwah, politik, dan pernikahan, telah berhasil, perjuangan dilanjutkan dengan jalan pendidikan. Pendidikan sangat penting dalam menanamkan pemahaman dan ajaran Islam kepada masyarakat yang belum memahami Islam secara mendalam.