PT Surya Terang adalah perusahaan manufaktur yang telah beroperasi selama 15 tahun di Indonesia. Pada tahun 2020, perusahaan membeli sebuah mesin produksi seharga Rp1.000.000.000. Mesin ini diperkirakan akan digunakan selama 10 tahun dengan nilai residu sebesar Rp100.000.000. PT Surya Terang menggunakan metode garis lurus untuk penyusutan.
Namun, pada tahun 2025, muncul teknologi baru yang menyebabkan nilai pasar mesin tersebut menurun drastis. Penilaian independen menunjukkan bahwa nilai wajar mesin saat ini hanya Rp400.000.000, sedangkan nilai tercatat (carrying amount) adalah Rp600.000.000.
Manajemen mempertimbangkan untuk menggunakan model revaluasi agar laporan keuangan mereka mencerminkan nilai wajar aset, namun mereka khawatir akan dampaknya terhadap laporan laba rugi dan kepatuhan terhadap PSAK.
Pertanyaan:
- Identifikasi dan jelaskan dua basis pengukuran yang relevan dalam kasus ini. Bandingkan kelebihan dan kekurangannya.
- Jika PT Surya Terang memilih untuk menggunakan model revaluasi, sebutkan implikasi akuntansinya terhadap laporan keuangan, khususnya pada laporan posisi keuangan dan laba rugi.
- Apakah pengukuran menggunakan nilai wajar lebih memenuhi karakteristik kualitatif relevansi dan keandalan dibandingkan biaya historis dalam konteks ini? Jelaskan dengan alasan kritis.