Nama: Mery Nurkhaliza
NPM: 2213053009
Izin menjawab pertanyaan saudari Vita Mulyasari,
Untuk memastikan bahwa bahan ajar Kurikulum Merdeka dapat diakses oleh semua peserta didik, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan atau berada di daerah terpencil, serta memastikan bahwa bahan ajar tersebut mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah pada siswa, terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan.
A. Aksesibilitas Bahan Ajar untuk Semua Peserta Didik
1. Pengembangan Bahan Ajar yang Inklusif
- Bahan Ajar untuk Siswa dengan Keterbatasan: Bahan ajar perlu disediakan dalam berbagai format untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan disabilitas. Misalnya, menyediakan bahan dalam bentuk audio bagi siswa tunanetra, atau video dengan bahasa isyarat dan subtitle bagi siswa tunarungu. Penggunaan teknologi seperti screen readers untuk siswa dengan gangguan penglihatan juga bisa diterapkan.
- Aksesibilitas Teknologi: Gunakan teknologi pendidikan yang mendukung aksesibilitas, seperti aplikasi yang ramah disabilitas, perangkat yang dilengkapi dengan fitur aksesibilitas, dan penggunaan teks alternatif untuk gambar dalam bahan ajar digital.
2. Modul Cetak dan Media Alternatif
- Untuk Daerah Terpencil: Di daerah dengan keterbatasan akses internet, bahan ajar perlu disediakan dalam bentuk cetak atau melalui media seperti radio, TV pendidikan, atau modul audio-visual dalam bentuk CD/DVD. Ini memastikan bahwa meskipun teknologi digital terbatas, bahan ajar tetap bisa diakses.
- Pembelajaran Offline: Penggunaan aplikasi dan platform yang dapat diakses secara offline juga penting untuk daerah yang tidak memiliki akses internet stabil.
3. Dukungan Infrastruktur
- Kolaborasi dengan Pemerintah dan Swasta: Pemerintah dan pihak swasta perlu bekerja sama untuk menyediakan perangkat teknologi seperti laptop, tablet, atau modul cetak ke daerah-daerah terpencil. Selain itu, peningkatan infrastruktur internet di wilayah-wilayah tersebut juga perlu diprioritaskan.
- Pelatihan Guru dan Tenaga Pengajar: Guru perlu dilatih untuk menyesuaikan bahan ajar dengan kebutuhan siswa, baik di daerah terpencil maupun dengan keterbatasan, serta mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif.
4. Pendekatan Fleksibel dan Kontekstual
- Penyesuaian dengan Kebutuhan Lokal: Sekolah di daerah terpencil dapat menyesuaikan materi ajar dengan sumber daya lokal dan kearifan budaya setempat, sehingga tetap relevan dan mudah dipahami oleh peserta didik di lingkungan tersebut.
B. Mendukung Pengembangan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Pemecahan Masalah
1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
- Bahan ajar Kurikulum Merdeka dapat dirancang dengan pendekatan pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa terlibat langsung dalam proyek yang membutuhkan pemecahan masalah nyata, kolaborasi, dan inovasi. Ini mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, serta memberikan pengalaman praktis dalam menerapkan pengetahuan mereka.
2. Penggunaan Pendekatan Inkuiri dan Eksploratif
- Kurikulum Merdeka mendukung pendekatan inkuiriyang mendorong siswa untuk bertanya, mengeksplorasi, dan menemukan jawaban melalui penelusuran mendalam. Bahan ajar perlu dirancang untuk memicu rasa ingin tahu, memberikan ruang bagi siswa untuk bereksperimen, dan melibatkan mereka dalam kegiatan diskusi yang merangsang berpikir kritis.
3. Pengintegrasian Problem-Solving dan Case Study
- Studi Kasus dan Pemecahan Masalah: Bahan ajar yang mencakup studi kasus dan situasi masalah dari dunia nyata dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Misalnya, siswa diminta untuk menganalisis situasi, membuat hipotesis, dan merancang solusi, yang semuanya mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
4. Penggunaan Media Kreatif dan Interaktif
- Media pembelajaran yang interaktif, seperti simulasi, permainan edukatif, atau alat bantu visual, dapat merangsang kreativitas siswa. Selain itu, mendorong penggunaan teknologi digital untuk tugas-tugas kreatif seperti membuat video, animasi, atau presentasi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.
5. Umpan Balik yang Konstruktif
- Guru perlu memberikan umpan balik yang spesifik dan konstruktif terkait proses berpikir siswa dalam menyelesaikan tugas. Umpan balik yang tepat akan membantu siswa memahami cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mereka.
6. Pemberian Tantangan Berjenjang
- Tugas dan bahan ajar dapat disusun dengan tingkat kesulitan yang berjenjang untuk mendorong siswa terus berpikir lebih dalam dan kreatif dalam menyelesaikan tantangan. Hal ini akan membantu siswa mengasah keterampilan berpikir logis dan kreatif secara berkelanjutan.
Dengan mengimplementasikan strategi-strategi tersebut, bahan ajar Kurikulum Merdeka akan dapat diakses oleh semua peserta didik dan efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah pada siswa.