Andani Tanemu
2313031078
1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam kasus ini adalah seluruh SMA negeri di Provinsi Jawa Barat yang memiliki siswa kelas XI dan menerapkan pembelajaran hybrid, yaitu keseluruhan 600 SMA negeri yang tersebar di 27 kota dan kabupaten. Populasi ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid pada skala provinsi, sehingga semua sekolah yang memenuhi kriteria tersebut menjadi bagian dari populasi target.
Sampelnya adalah sebagian SMA negeri dari populasi tersebut yang dipilih untuk mewakili kondisi keseluruhan. Sampel harus mencerminkan variasi daerah, seperti kota, kabupaten, wilayah dengan infrastruktur digital kuat maupun lemah, serta sekolah dengan jumlah siswa berbeda-beda. Dengan demikian, sampel yang terpilih dapat menggambarkan populasi secara lebih akurat.
2. Teknik sampling yang paling tepat
Teknik sampling yang paling tepat adalah cluster random sampling yang digabung dengan stratified sampling (multistage sampling). Ada beberapa alasan mengapa teknik ini cocok. Pertama, populasi tersebar sangat luas (27 kota/kabupaten) sehingga tidak efisien jika melakukan simple random sampling terhadap sekolah individu. Cluster sampling memungkinkan peneliti mengambil kelompok wilayah terlebih dahulu, misalnya kota/kabupaten sebagai cluster awal. Kedua, terdapat perbedaan kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital antar daerah. Dengan menambahkan stratifikasi pada tahap berikutnya, peneliti dapat memastikan setiap kategori wilayah terwakili, misalnya wilayah maju, sedang, dan kurang maju. Ketiga, multistage sampling memudahkan proses pemilihan sampel dengan struktur bertahap dan lebih efisien untuk populasi besar.
Penerapannya dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Pertama, membagi 27 kota/kabupaten ke dalam beberapa stratifikasi, misalnya berdasarkan indeks pembangunan daerah atau tingkat akses internet. Kedua, dari setiap strata, dipilih beberapa kota/kabupaten secara acak sebagai cluster sampel. Ketiga, dari sekolah-sekolah dalam cluster terpilih, dipilih sejumlah SMA negeri secara acak. Keempat, dari sekolah tersebut, peneliti dapat memilih seluruh siswa kelas XI atau mengambil sampel siswa menggunakan teknik sederhana seperti simple random sampling. Prosedur ini memastikan sampel mencerminkan keragaman populasi.
3. Potensi kelemahan jika hanya mengambil sampel dari kota besar
Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah yang berada di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, maka ada risiko bias representativitas sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh Jawa Barat. Kota besar cenderung memiliki infrastruktur digital yang lebih baik, kualitas tenaga pendidik yang lebih stabil, serta kondisi sosial ekonomi siswa yang relatif lebih tinggi. Hal ini menyebabkan efektivitas pembelajaran hybrid di kota besar kemungkinan berbeda dengan sekolah di daerah terpencil atau kabupaten dengan fasilitas terbatas. Dengan demikian, validitas eksternal penelitian menjadi lemah, karena sampel tidak menggambarkan populasi yang sebenarnya. Hasil penelitian pun berpotensi terlalu optimis atau tidak akurat ketika diterapkan pada sekolah-sekolah di luar kota besar.