M. Nashirul Haqq Cayaputra (2217011123)
1. Bagaimana tantangan dan dinamika Pancasila terjadi pada masyarakat?
Jawab:
Dewasa ini kita mengenal pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang mempersatukan kita dari berbagai latar belakang dalam satu kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun menurut saya terdapat tantangan dan dinamika pancasila yang terjadi pada masyarakat kita, dan bagi saya ini cukup destruktif. Tantangan dan dinamikanya antara lain "
Intoleransi antar umat beragama" dan "
Perpecahan akibat perpecahan pandangan yang mengakibatkan kekerasan".
a. Lidah kita amat mudah sekali mengatakan "NKRI harga mati" tapi di sisi lain kita tidak segan untuk saling membunuh hanya karna berbeda supporter bola seperti yang pernah terjadi antara supporter bola persija dan supporter persib. Kita baru berbicara tentang supporter bola, belum tragedi sampit, tragedi jum'at kelabu, pembantaian tahun 1998 dan masih banyak lagi. Apakah NKRI harga mati hanyalah slogan belaka ?
b. Pada konteks intoleransi umat antar beragama, kita kerap menjumpai pemberitaan mengenai pembubaran paksa dan persekusi jemaat gereja yang sedang beribadah, bahkan pembubaran ini diwarnai dengan cemooh dan penertawaan. Di sisi lain terdapat beberapa sekolah di Indonesia yang melarang penggunaan hijab yang menyebabkan publik marah dan mengecam kebijakan sekolah ini sebagai pelanggaran hak beragama. Bagaimana bisa aksi yang serupa namun mendapatkan tanggapan yang berbeda, ketika berbicara tentang pelarangan hijab kita teriak pelanggaran hak dengan keras, sedangkan pembubaran gereja hanya sedikit yang mengaitkannya sebagai pelanggaran hak.
Dari sini nampak jelas tantangan dan dinamika pancasila pada masyarakat indonesia, kita cukup lantang bicara tentang pancasila, ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dsb namun sayangnya hanya sebatas kata-kata, tidak perbuatan.
2. Mengapa saat ini tantangan dan dinamika masih menjadi sebuah tantangan besar bagi negara kita?
Jawab:
Menurut jurnalis senior Moctar Lubis dalam bukunya berjudul Manusia Indonesia, bahwa
Manusia Indonesia cenderung menyangka "apabila telah membicarakannya sama seperti telah melakukannya" dan "mengucapkan niat = hal itu telah terjadi".
Jika kita kaitkan statement beliau dengan dinamika dan tantangan pancasila yang saya jabarkan diatas, maka kita semua gemar bicara tentang toleransi, persatuan, keadilan, pancasila, merakyat, kemanusiaan dll, tapi sayangnya kita hanya sebatas membicarakannya saja, tidak melakukannya juga. Dan sialnya kita menyangka bahwa membicarakannya berarti telah melakukannya, jadi kita beranggapan jika berbicara tentang toleransi sama seperti telah melakukan toleransi, bicara tentang persatuan sama seperti telah mengimplementasikan persatuan pada pancasila, bicara tentang NKRI harga mati sama seperti telah melaksanakan slogan tersebut. Indonesia Emas 2045 pun sama, kita mengucapkan niat Indonesia akan mencapai keemasan pada 2045 dan beranggapan mengucapkan niat tersebut sama seperti telah melakukannya.
3. Apa yang perlu diperbaiki maupun yang harus dijaga dalam menjaga kesatuan NKRI
Hal yang perlu kita perbaiki bersama untuk menjaga persatuan NKRI adalah dengan menurunkan ego masing-masing pihak dan bersungguh-sungguh melaksanakan apa yang telah kita diskusikan, sehingga kita tidak hanya ribut di ruang
diskusi tetapi kita laksanakan lewat perbuatan dan terciptalah
Manusia Pancasila.
Manusia Pancasila adalah manusia Indonesia yang menghayati dan membuat dasar dan pedoman hidupnya dasar tingkah-laku dan budi pekertinya berdasar pada Pancasila: Ketuhanan,Kemanusiaan, Keadilan Sosial, Kerakyatan, Persatuan Indonesia (Lubis, 1977).