Forum Analisis Jurnal 1

Forum Analisis Jurnal 1

Number of replies: 31

Lampirkan analisis anda mengenai jurnal diatas, dengan menyertakan identitas diri seperti nama dan NPM.

In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by INTAN SARI 2213053002 -
NAMA : INTAN SARI
NPM : 2213053002

Analisis jurnal 1
REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL

•identitas jurnal
nama penulis: Ulil hidayah
nama jurnal : jurnal pendagogik
nomor,vol : no 01,vol .05
tahun penerbit: 2018

•pendahuluan
Secara universal sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia (Baharun, 2017a). Hal ini dapat dilihat dari fenomena-fenomenakerusuhan yang mewarnai negeri ini. Banyak diantaranya pemicu terjadi konflik dalam negeri diakibatkan oleh perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah antara kelompok satu dan lainnya, baik itu perbedaan agama, suku, budaya bahkan yang lebih fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok-kelompok yang memiliki paham ideology yang berbeda (Fauzi, 2017), sehingga bendera politik identitas mulai menjadi isu yang sensitif ketika dikibarkan di wilayah tertentu atau menjadi benturan keras yang memicu saling merasa benar dan saling menyalahkan antar golongan yang berbeda sudut pandang pemahaman.

• Tujuan pendidikan nasional
peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan
terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Disekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar jurang pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah (Fauzi, 2015).

• Tantangan materi pembelajaran di sekolah
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam (Muchlis Sholichin, 2007)

•kemudian Guru merupakan ujung tombak dari kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang menjadi motivator bagi peserta didik dalam memacu aktivitas belajarnya (Baharun, 2017b). Dalam proses pembelajaran kurikulum 2013, saat ini lebih banyak memberikan ruang pada peserta didik untuk mengeksplor secara bebas pengetahuan yang diperoleh, bahkan ada rambu-rambu “guru haram menerangkan”. Pendidik bertindak sebagai fasilitator dan pendamping dalam kegiatan pembelajaran untuk mengantarkan peserta didikmencapai tujuan serta menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif (Bali, 2015).

•Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangatmenentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan kehidupan (Muali, 2016). Sebab, acuan kurikulum pemerintah yang berlaku secara umum tidak bisa memastikan keadaan pada tiap-tiap institusi pendidikan.

•Kesimpulan
Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggungj awab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalammembentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas. Sehingga evaluasi pendidikan perlu kiranya melakukan perbaikan secara terus menerus dan serius dalam memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa. Dan melalui pendidikan moral di sekolah khususnya yang tercakup dalam materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditambah lagi dengan pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan yang secara jelas bertanggung jawab atas penanaman nilai-nilai moral bagi warga Indonesia. Sehingga menumbuhkan sikap toleransi, Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Adelina Kusumawati 2213053234 -
Nama : Adelina Kusumawati
NPM : 2213053234

Identitas jurnal
Nama jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume: 05
Nomor: 01
Tahun: 2018
Judul: Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Ulil Hidayah

Pembahasan
Tujuan pendidikan masional
Peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Pada era otonomi, kualitas pendidikan akan sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah. Ketika pemerintah daerah memiliki political will yang baik dan kuat terhadap dunia pendidikan, ada peluang yang cukup luas bahwa pendidikan di daerah bersangkutan akan maju (Baharun, 2012).

Tantangan materi pelajaran di sekolah
Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam (Muchlis Sholichin, 2007). Sedangkan PKn adalah pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga Negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik demokratis (Subhan Sofhiyan). Kandungan moral dari kedua mata pelajaran di atas telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya.
Pendidikan moral ada pada materi ajar PAI misalnya berisi materi pokok meneladani sifat Rosulullah, hidup hemat dan sederhana, menghindari judi dan pertengkaran. Sedangkan materi pada PKn diantaranya adalah pendidikan politik atau mengenai ketatanegaraan yang berlandaskan Pancasila guna merajut manusia dalam masyarakat yang bersatu dalam kebhinnekaan (Ahmad, 2017).

Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar isi, kompetensi inti dan materi
Sedangkan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.
Pada tahap evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia, ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikapsikap karakter selama proses pembelajaran. Namun, perlu juga menekankan bahwa penilaian juga berdasarkan sikap dan keterampilan sehari-hari selama dalam masa pengamatan guru.

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui: a) Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan, b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya. Isu-isu yang diberikan harus sesuai dengan daya kemampuan peserta didik. Kemudian pendidik sebagai fasilitator mengoreksi hasil kerja peserta didik dan memberikan ulasan dengan membawa sudut pandang kebersatuan kebhinnekaan, c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas tapi lebih luas cakupannya, d) Pendidik menyisipkan pembelajaran multicultural melalui kurikulum laten secara sporadic, e) Evaluasi tulis berupa ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik. Penilaian lebih ditekankan pada ranah afektif yang berimplikasi pada penilaian psikomotorik peserta didik.

Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang. Upaya pemberian pendidikan moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu: Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), analisis nilai (values clarification approach), pembelajaran berbuat (action learning approach) (Teuku Ramli Zakaria, 2011)
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Refiana Sari 2213053261 -

Nama : Refiana Sari 

NPM : 2213053261


Analisis Jurnal :

REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL

Pendahuluan:

Secara universal sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia (Baharun, 2017a). Hal ini dapat dilihat dari fenomena-fenomena kerusuhan yang mewarnai negeri ini. Banyak diantaranya pemicu terjadi konflik dalam negeri diakibatkan oleh perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah antara kelompok satu dan lainnya, baik itu perbedaan agama, suku, budaya bahkan yang lebih fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok-kelompok yang memiliki paham ideology yang berbeda (Fauzi, 2017), sehingga bendera politik identitas mulai menjadi isu yang sensitif ketika dikibarkan di wilayah tertentu atau menjadi benturan keras yang memicu saling merasa benar dan saling menyalahkan antar golongan yang berbeda sudut pandang pemahaman

Tujuan Pendidikan Nasional:

peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Di sekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar jurang pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah (Fauzi, 2015)

Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah:

Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah. PAI dan PKn pada era Kurikulum 2013 ini memiliki porsi 3 jam pelajaran dalam sepekan, mengingat kurikulum sebelumnya mata pelajaran PAI hanya memiliki porsi waktu dua jam pelajaran. Maka dalam hal ini harapannya out put pendidikan memiliki nilai kepribadian yang unggul secara pribadi dan sosial yang tidak cukup hanya diketahui dan dipahami, tetapi juga dirasakan serta dijadikan sebuah aksi dalam kehidupan anak didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral:

Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui: a) Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan, b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya. Isu-isu yang diberikan harus sesuai dengan daya kemampuan peserta didik. Kemudian pendidik sebagai fasilitator mengoreksi hasil kerja peserta didik dan memberikan ulasan dengan membawa sudut pandang kebersatuan kebhinnekaan, c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui: a) Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan, b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya. Isu-isu yang diberikan harus sesuai dengan daya kemampuan peserta didik. Kemudian pendidik sebagai fasilitator mengoreksi hasil kerja peserta didik dan memberikan ulasan dengan membawa sudut pandang kebersatuan kebhinnekaan, c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas


In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Mesri Rahayu 2213053250 -

NAMA: MESRI RAHAYU

NPM: 2213053250

KELAS: 3H

IDENTITAS JURNAL

Nama Jurnal: Jurnal Pedagogik

Volume: 05

Nomor: 01

Tahun: 2018

Judul: Rekontruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial

Penulis: Ulil Hidayah

Pendidikan Nasional memiliki peran yang penting dalam dinamika perjalanan Bangsa Indonesia. Pendidikan memiliki peran sebagai agen of change, yang dimana merubah dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang kurang beradab menjadikan nya lebih beradab.  Pendidikan Moral disekolah dapat di implementasikan melalui mata pelajaran PKN dan PAI (Pendidikan Agama Islam). Dalam 2 pembelajaran tersebut pendidikan nilai moral diajarkan secara berkesinambungan, yang mana dalam pembelajaran PAI akan di ajarkan adab, etika dan nilai budi pekerti, setelahnya dalam pembelajaran PKN akan di ajarkan mengenai hak dan kewajiban serta tanggung jawab atas nilai-nilai moral yang ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menimbulkan sikap toleransi.

Sikap yang di harapkan setelah peserta didik memperoleh pembelajaran PAI dan PKN adalah Mampu menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial. Menghargai hidup dalam perbedaan dilingkungan jangkauan pergaulan dan keberdaannya, serta Mempunyai semangat belajar untuk mengetahui berbagai wawasan keilmuan dan pemahaman tentang fenomena dan kejadian yang namapak di sekitar lingkungan, sehingga bisa berfikir dan bersikap bijak ketika dihadapkan dengan gesekan perbedaan dan perpecahan antar golongan.

In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Nisa Az Zukhrufi -
Nama : Nisa Az Zukhrufi
Npm : 2213053142

Analisis Jurnal 1

Nama jurnal : jurnal pedagodik
Nomor : 01
Volume : 5
Halaman : 69 - 81
Tahun terbit : 2018
Nama penulis : Ulil Hidayah
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL

Pembahasan :

• Tujuan Pendidikan Nasional

Peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik.

• Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah

Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

• Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah

Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar isi, kompetensi inti dan materi.

Sedangkan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Dalam hal ini dipaparkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran PAI dan PKn di sekolah sudah menekankan pada kegiatan active learning, di mana peserta didik dapat mengeksplor wawasan dan pengetahuannya sendiri melalui sumber beajar yang tidak terbatas.

Tahap evaluasi merupakan salah satu komponen pembelajaran yang memiliki peranan penting, dimana tolak ukur keberhasilan siswa selama melakukan proses pembelajaran dapat diketahui melalui evaluasi penilaian. Evaluasi meliputi semua aspek penilaian pembelajaran pada ranah kemampuan berpikir (kognitif), kemampuan rasa, sikap atau perilaku (afektif) serta kemampuan keterampilan (psikomotorik).

• Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral

Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran khususnya mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui:
a) Rekonstruksi pertama dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus yang terjadi di lingkungan kehidupan
b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya.
c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas tapi lebih luas cakupannya
d) Pendidik menyisipkan pembelajaran multicultural melalui kurikulum laten secara sporadic
e) Evaluasi tulis berupa ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik.

• Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal

Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang. Upaya pemberian pendidikan moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu:
Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), analisis nilai (values clarification approach), pembelajaran berbuat (action learning approach) .
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Mutiara Putri 2213053247 -
Nama : Mutiara Putri
NPM : 2213053247

Analisis Jurnal 1
Identitas Jurnal
Nama Jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume: 05
Nomor: 01
Tahun: 2018
Judul: Rekontruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Ulil Hidayah

Pembahasan
Tujuan Pendidikan Nasional
Secara universal kesimpulan menyeluruh pengertian ta’dib/pendidikan adalah menjadikan manusia yang terus berusaha untuk mengembangkan kebaikan bagi dirinya sendiri, masyarakatnya secara adil dan bertanggung jawab terhadap aturan-aturan Tuhan. Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik.

Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas penanaman dan penghayatan sikap budi pekerti peserta didik adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kandungan moral dari kedua mata pelajaran tersebut telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah lingkungan masyarakat.

Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar isi, kompetensi inti dan materi pelajaran. Sedangkan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.

Pada tahap evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia, ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikap-sikap karakter selama proses pembelajaran.

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui: 
a) Kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya.
b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya.
c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas saja, tetapi lebih luas lagi cakupannya.
d) Pendidik menyisipkan pembelajaran multicultural melalui kurikulum laten secara sporadic,
e) Evaluasi tulis berupa ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik.

Kesimpulan
Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggung jawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas. Sehingga evaluasi pendidikan perlu kiranya melakukan perbaikan secara terus menerus dan serius dalam memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Mita Yogi Handayani 2213053107 -
Nama : Mita Yogi Handayani
NPM : 2213053107
Kelas : 3H

ANALISIS JURNAL 1

-Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Pedagogik
Volume : 05
Nomor : 01
Halaman : 69-81
Tahun Terbit : 2018
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Nama Penulis : Ulil Hidayah

-Pendahuluan
Secara universal sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang
signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia. Sejalan dengan arus globalisasi, potret pendidikan Islam dewasa ini melahirkan dua sudut pandang yang berbeda. Ada tiga kelompok besar prototype
out put pendidikan dewasa yaitu Pendidikan menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai terhadap teknologi, Memiliki kemampuan intelektual dan mampu
menghayati terhadap nilai-nilai ajaran agama, Kelompok yang memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai
agama.

- Tujuan Pendidikan Nasional
Pendidikan mengambil pada istilah ta’dzib artinya bahwa pendidikan merupakan proses perwujudan manusia yang mempunyai adab. Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Pemerintah telah memberikan kebijakan system desentralisasi
yang berlanjut pada system demokrasi kepada setiap daerah dan sekolah untuk
mengolah dan mengembangkan sendiri potensi yang dimiliki daerah dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

- Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial
yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling
bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Kandungan moral dari kedua mata pelajaran di atas telah mencakup
norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan
memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi
toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah -tengah lingkungan masyarakatnya.

-Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013.
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013
menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.
Pada tahap evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada
kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia,
ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikapsikap karakter selama proses pembelajaran.

- Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn
sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui
tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata
pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka
panjang dan permanen pada peserta didik melalui:
1. Rekonstruksi pertama
harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar
pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan
2. Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang
marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya.
3. Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas tapi lebih luas cakupannya
4. Pendidik menyisipkan pembelajaran
multicultural melalui kurikulum laten secara sporadic
5. Evaluasi tulis berupa
ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik.
Penilaian lebih ditekankan pada ranah afektif yang berimplikasi pada penilaian psikomotorik peserta didik.

- Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik. Upaya pemberian pendidikan
moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu:
Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive
moral development approach), analisis nilai (values clarification approach),
pembelajaran berbuat (action learning approach).
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Lutpi mawar jerlika 2213053100 -
NAMA : Lutpi Mawar Jerlika
NPM : 2213053100

Analisis jurnal 1
REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL

•identitas jurnal
nama penulis: Ulil hidayah
nama jurnal : jurnal pendagogik
nomor,vol : no 01,vol .05
tahun penerbit: 2018

•pendahuluan
Secara universal sistem Pendidikan Nasional mempunyai peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia (Baharun, 2017a). Hal ini dapat dilihat dari fenomena-fenomenakerusuhan yang mewarnai negeri ini. Banyak diantara pemicu terjadinya konflik dalam negeri disebabkan oleh perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah antara kelompok satu dan lainnya, baik itu perbedaan agama, suku, budaya bahkan yang lebih fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok-kelompok yang memiliki pemahaman ideologi yang berbeda ( Fauzi, 2017), sehingga bendera politik identitas mulai menjadi isu yang sensitif ketika dikibarkan di wilayah tertentu atau menjadi benturan keras yang memicu saling merasa benar dan saling menyalahkan antar golongan yang berbeda sudut pandang pemahaman.

• Tujuan pendidikan nasional
peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah mengubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau mengubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi budaya (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan
terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Disekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki budaya berbeda-beda dalam bentuk hubungan/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk mengungkap perpecahan pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah (Fauzi, 2015).

• Tantangan materi pembelajaran di sekolah
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam (Muchlis Sholichin, 2007)

•kemudian Guru merupakan ujung tombak dari kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang menjadi motivator bagi peserta didik dalam memacu aktivitas belajarnya (Baharun, 2017b). Dalam proses kurikulum 2013, saat ini lebih banyak memberikan ruang pada peserta didik untuk mengeksplor secara bebas pengetahuan pembelajaran yang diperoleh, bahkan ada rambu-rambu “guru haram menerangkan”. Pendidik bertindak sebagai fasilitator dan pendamping dalam kegiatan pembelajaran untuk mengantarkan peserta didik mencapai tujuan serta menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif (Bali, 2015).

•Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Untuk mewujudkan keharmonisan sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangatmenentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan peserta didik itu sendiri dari lingkungan ia tinggal dan melangsungkan kehidupan (Muali, 2016). Sebab, acuan kriteria pemerintah yang berlaku secara umum tidak dapat memastikan keadaan pada setiap institusi pendidikan.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Deasy Adelia Syahrani 2213053091 -
Nama: Deasy Adelia Syahrani
NPM: 2213053091
Kelas: 3H

ANALISIS JURNAL
Nama Jurnal : Jurnal Pedagogik
Volume : 05
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2018
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Nama Penulis : Ulil Hidayah

Hal ini dapat dilihat dari fenomena-fenomena kerusuhan yang mewarnai negeri ini. Banyak diantaranya pemicu terjadi konflik dalam negeri diakibatkan oleh perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah antara kelompok satu dan lainnya, baik itu perbedaan agama, suku, budaya bahkan yang lebih fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok-kelompok yang memiliki paham ideology yang berbeda (Fauzi, 2017), sehingga bendera politik identitas mulai menjadi isu yang sensitif ketika dikibarkan di wilayah tertentu atau menjadi benturan keras yang memicu saling merasa benar dan saling menyalahkan antar golongan yang berbeda sudut pandang pemahaman. Politik identitas dikaitkan dengan kepentingan-kepentingan anggota sebuah kelompok sosial yang merasa diperas dan tersingkir oleh dominasi arus besar dalam sebuah bangsa (Ahmad Syafi’I Ma’arif, 2012).

A. Tujuan Pendidikan Nasional
Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Di sekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar jurang pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah (Fauzi, 2015).

B. Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggungjawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas. Sehingga evaluasi pendidikan perlu kiranya melakukan perbaikan secara terus menerus dan serius dalam memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa.
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kompetensi: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi, (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa yang lainnya. (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Abdul Ghofur, 2007). Pendidikan moral ada pada materi ajar PAI misalnya berisi materi pokok meneladani sifat Rosulullah, hidup hemat dan sederhana, menghindari judi dan pertengkaran. Sedangkan materi pada PKn diantaranya adalah pendidikan politik atau mengenai ketatanegaraan yang berlandaskan Pancasila guna merajut manusia dalam masyarakat yang bersatu dalam kebhinnekaan (Ahmad, 2017).

C. Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Jika disintesis antara mata pelajaran PAI dan PKn akan menjadi sebuah objek kajian pembelajaran moral yang membentuk kepribadian pesera didik yang bisa menjamin kebersatuan kebhinnekaan dengan memiliki sikap sebagai berikut: 1) Taat pada ajaran agama yang dianutnya serta tidak mudah terprovokasi oleh kelompok lain, 2) mengikuti teladan nabi Muhammad; melalui peristiwa hijrahnya ke Madinah, peserta didik dapat meneladani kisah Nabi Muhammad SAW yang mempersaudarakan kaum anshor dan kaum muhajirin dan menciptakan perdamaian antara kaum muslim dan kaum non muslim melalui piagam Madinah. Sehingga menumbuhkan sikap toleransi, 3 ) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, 4) Menghargai hidup dalam perbedaan di lingkungan jangkauan pergaulan dan keberadaannya, 5) Mempunyai semangat belajar untuk mengetahui berbagai wawasan keilmuan dan pemahaman tentang fenomena dan kejadian yang nampak di sekitar lingkungan, sehingga bisa berpkir dan bersikap bijak ketika dihadapkan dengan gesekan perbedaan dan perpecahan antar golongan, 6) Mampu menalar dan mengurai secara mandiri berbagai aspek permasalahan di sekitar lingkungan hidupnya secara objektif, 7) Mempunyai wawasan pendidikan politik; tentang ketatanegaraan sehingga dapat menempatkan diri sebagai bagian dari warga negara, 8) Tumbuhnya semangat nasionalisme yang turut serta menjunjung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Devana Okta Mahdalena 2253053034 -
Nama : Devana Okta Mahdalena
Npm :2253053034
Kelas:3H

“Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial” membahas tentang pentingnya pendidikan moral dalam mencapai keharmonisan sosial di Indonesia. sistem pendidikan nasional berperan penting dalam membentuk dinamika bangsa dan mengatasi konflik yang disebabkan oleh perbedaan agama, suku, budaya, dan ideologi.. Isu politik identitas, menekankan perlunya pendidikan untuk meningkatkan pemahaman dan hidup berdampingan secara damai di antara kelompok-kelompok yang berbeda.
perlunya rekonstruksi dalam evaluasi pendidikan moral. metode evaluasi yang ada saat ini, yang berfokus pada hafalan dan soal pilihan ganda, tidak secara efektif mengukur keberhasilan siswa dalam mata pelajaran moral dan Pancasila. evaluasi tidak hanya mempertimbangkan kinerja akademik tetapi juga pengembangan karakter dan perilaku sehari-hari.
pentingnya mengintegrasikan pendidikan moral ke dalam kurikulum nasional. Ini menekankan perlunya mengembangkan keterampilan spiritual, sosial, kognitif, dan praktis siswa. para pendidik juga di sarankan merencanakan dan mengevaluasi pengajaran pendidikan moral berdasarkan kebutuhan individu dan lingkungan siswa.
menekankan pentingnya pendidikan moral dalam meningkatkan keharmonisan sosial dan menyarankan rekonstruksi metode evaluasi untuk mengukur perkembangan moral siswa secara efektif.
Jika disintesis antara mata pelajaran PAI dan PKn akan menjadi sebuah objek kajian pembelajaran moral yang membentuk kepribadian pesera didik yang bisa menjamin kebersatuan kebhinnekaan dengan memiliki sikap sebagai berikut: 1) Taat pada ajaran agama yang dianutnya serta tidak mudah terprovokasi oleh kelompok lain, 2) mengikuti teladan nabi Muhammad; melalui peristiwa hijrahnya ke Madinah, peserta didik dapat meneladani kisah Nabi Muhammad SAW yang mempersaudarakan kaum anshor dan kaum muhajirin dan menciptakan perdamaian antara kaum muslim dan kaum non muslim melalui piagam Madinah. Sehingga menumbuhkan sikap toleransi, 3 ) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, 4) Menghargai hidup dalam perbedaan di lingkungan jangkauan pergaulan dan keberadaannya, 5) Mempunyai semangat belajar untuk mengetahui berbagai wawasan keilmuan dan pemahaman tentang fenomena dan kejadian yang nampak di sekitar lingkungan, sehingga bisa berpkir dan bersikap bijak ketika dihadapkan dengan gesekan perbedaan dan perpecahan antar golongan, 6) Mampu menalar dan mengurai secara mandiri berbagai aspek permasalahan di sekitar lingkungan hidupnya secara objektif, 7) Mempunyai wawasan pendidikan politik; tentang ketatanegaraan sehingga dapat menempatkan diri sebagai bagian dari warga negara, 8) Tumbuhnya semangat nasionalisme yang turut serta menjunjung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia .
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by RELLYS PRATIWI -
Nama : Rellys Pratiwi
NPM : 2213053070
Analisis jurnal 1

identitas jurnal
nama penulis: Ulil hidayah
nama jurnal : jurnal pendagogik
nomor,vol : no 01,vol .05
tahun penerbit: 2018

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial

Peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang
yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang
yang perilakunya tidak baik menjadi baik.
•Tantangan materi pelajaran di sekolah
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam
indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta
didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak
berada di lingkungan sekolah.PAI dan PKn pada era Kurikulum 2013 ini memiliki porsi 3 jam
pelajaran dalam sepekan, mengingat kurikulum sebelumnya mata pelajaran
PAI hanya memiliki porsi waktu dua jam pelajaran. Maka dalam hal ini
harapannya out put pendidikan memiliki nilai kepribadian yang unggul secara pribadi dan sosial yang tidak cukup hanya diketahui dan dipahami, tetapi juga dirasakan serta dijadikan sebuah aksi dalam kehidupan anak didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Proses pembelajaran harus dapat menjadi wahana untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat berinteraksi secara ekstensif dengan masyarakat,mengembangkan sikap dan perilaku
demokratis, serta menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar peserta didik.

•Persiapan pelaksanaan dan evaluasi PAI dan PKN di sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat
pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu
melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar
isi, kompetensi inti dan materi.
pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013
menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Dalam hal ini dapat dipaparkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran PAI dan PKn di sekolah sudah
menekankan pada kegiatan active learning, di mana peserta didiky dapat mengeksplor wawasan dan pengetahuannya sendiri melalui sumber belajar
yang tidak terbatas.
Pada tahap evaluasi ini, merupakan salah satu komponen pembelajaran
yang memiliki peranan penting, dimana tolak ukur keberhasilan siswa selama
melakukan proses pembelajaran dapat diketahui melalui evaluasi penilaian. evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada
kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia, ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikap sikap karakter selama proses pembelajaran. Namun, perlu juga menekankan
bahwa penilaian juga berdasarkan sikap dan keterampilan sehari-hari selama dalam masa pengamatan guru.

•Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata
pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik

•Output pendidikan yang didambakan Menuju masyarakat Ideal
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan
manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap
peranannya di masa sekarang dan akan datang.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Shella Priscillia 2253053054 -
NAMA : Shella Priscillia
NPM : 2253053054

ANALISIS JURNAL 1

REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL

•identitas jurnal
nama penulis: Ulil hidayah
nama jurnal : jurnal pendagogik
nomor,vol : no 01,vol .05
tahun penerbit: 2018

Rekonstruksi evaluasi pendidikan moral menuju harmoni sosial. Artikel ini menekankan pentingnya evaluasi yang holistik terhadap pendidikan Islam, yang didasarkan pada nilai-nilai ilahi dan manusia. Artikel ini juga menyoroti perubahan dalam kurikulum pendidikan Islam dan pendidikan kewarganegaraan, serta peran guru dalam memfasilitasi pembelajaran. Proses evaluasi dianggap penting dalam menilai keberhasilan pendidikan moral, dan harus mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Artikel ini menyarankan perlunya merevaluasi metode evaluasi yang digunakan dalam pendidikan moral untuk memastikan pencapaian tujuannya.

Selain itu, bahwa kurikulum saat ini di Indonesia belum efektif dalam mencapai tujuan pendidikan, dan menyarankan perlunya rekonstruksi metode evaluasi. Mengusulkan beberapa strategi untuk mengevaluasi pendidikan moral, termasuk mengintegrasikan pendidikan moral dengan situasi kehidupan nyata, menggabungkan pembelajaran multikultural, dan fokus pada aspek afektif dan psikomotorik pembelajaran. Artikel ini menyimpulkan dengan menyoroti hasil yang diharapkan dari pendidikan moral, seperti toleransi, rasa hormat, dan nasionalisme.

Secara keseluruhan,memberikan pemahaman tentang pentingnya evaluasi yang holistik dalam pendidikan moral, serta perlunya rekonstruksi metode evaluasi yang digunakan. Artikel ini juga menyoroti perubahan dalam kurikulum dan peran guru dalam pendidikan moral. Strategi evaluasi yang diusulkan dalam artikel ini dapat membantu mencapai tujuan pendidikan moral yang diinginkan, yaitu harmoni sosial dan pengembangan individu yang bermoral.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Sherli Marsela 2213053233 -
Nama: Sherli Marsela
NPM: 2213053233

ANALISIS JRUNAL 1
Identitas jurnal
Nama jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume: 05
Nomor: 01
Tahun: 2018
Judul: Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Ulil Hidayah

Tujuan Pendidikan Nasional
Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Di sekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar jurang pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah.

Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah 
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam.

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral 
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan kehidupan.

Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal 
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang. Upaya pemberian pendidikan moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu: Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), analisis nilai (values clarification approach), pembelajaran berbuat (action learning approach).


In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Shinta Dwi Kartika 2213053127 -
Nama :Shinta Dwi Kartika
NPM : 2213053127
Analisis jurnal 1

Nama jurnal : jurnal pedagodik
Nomor : 01
Volume : 5
Halaman : 69 - 81
Tahun terbit : 2018
Nama penulis : Ulil Hidayah
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL

PENDAHULUAN
Secara universal sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia (Baharun, 2017a). Hal ini dapat dilihat dari fenomena-fenomena kerusuhan yang mewarnai negeri ini. Banyak diantaranya pemicu terjadi konflik dalam negeri diakibatkan oleh perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah antara kelompok satu dan lainnya, baik itu perbedaan agama, suku, budaya bahkan yang lebih fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok-kelompok yang memiliki paham ideology yang berbeda (Fauzi, 2017), sehingga bendera politik identitas mulai menjadi isu yang sensitif ketika dikibarkan di wilayah tertentu atau menjadi benturan keras yang memicu saling merasa benar dan saling menyalahkan antar golongan yang berbeda sudut pandang pemahaman

Mengutip pendapat Ngainun Naim, ada tiga kelompok besar prototypeout put pendidikan dewasa ini. Pertama, pendidikan menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai terhadap teknologi, namun kurang mampu memahami, menjalankan dan menghayati nilai-nilai agama. Kedua, mereka yang memiliki kemampuan intelektual dan mampu menghayati terhadap nilai-nilai ajaran agama akan tetapi tidak mampu menguasai teknologi dan dinamika politik yang ada di dalamnya. Ketiga, kelompok yang memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai agama akan tetapi tidak mampu menghayati nilai-nilai luhur sebagai subtansi ajaran agama (Ngainun Naim, 2010). Adanya ketidakseimbangan antara pola pikir, penghayatan dan tingkah laku yang diperoleh selama masa belajar menjadikan out put pendidikan seperti di atas menjadi cacat pendidikan.

TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
Peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Disekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar

TANTANGAN MATERI PELAJARAN DI SEKOLAH 
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam (Muchlis Sholichin, 2007).

REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL 
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan kehidupan (Muali, 2016). Sebab, acuan kurikulum pemerintah yang berlaku secara umum tidak bisa memastikan keadaan pada tiap-tiap institusi pendidikan.

OUTPUT PENDIDIKAN YANG DIDAMBAKAN MENUJU MASYARAKAT IDEAL 
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang. Upaya pemberian pendidikan moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu: Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), analisis nilai (values clarification approach), pembelajaran berbuat (action learning approach) (Teuku Ramli Zakaria, 2011)..
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by PUTRI ZAFIKA AQWINTARI -
NAMA : PUTRI ZAFIKA AQWINTARI
NPM : 2213053285

Analisis Jurnal 1
REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL

IDENTITAS JURNAL
nama penulis: Ulil hidayah
nama jurnal : jurnal pedagogik
nomor,vol : no 01,vol .05
tahun penerbit: 2018


PENDAHULUAN
Secara umum, sistem pendidikan nasional memegang peranan penting dalam dinamika perjalanan pembangunan bangsa Indonesia (Baharun, 2017a). Hal ini terlihat melalui fenomena kerusuhan yang mewarnai negeri ini. Penyebab terjadinya konflik internal banyak disebabkan karena perbedaan pemahaman sebagai batasan yang jelas yang memisahkan kelompok satu dengan kelompok lainnya, baik agama, suku, budaya, bahkan yang akhir-akhir ini adalah konflik antar kelompok yang berbeda paham ideologi (Fauzi, 2017). ), sehingga panji-panji politik identitas mulai menjadi isu sensitif ketika diangkat di daerah tertentu atau menjadi konflik kekerasan yang menimbulkan rasa saling benar dan saling kritik antar kelompok yang berbeda pandangan pemahaman.

• Tujuan pendidikan nasional
adalah peran pendidikan sebagai agen perubahan untuk mengubah masyarakat yang tidak beradab menjadi beradab atau mengubah masyarakat yang berperilaku buruk menjadi orang baik. Sosiolog Pierre Bourdieu berpendapat bahwa pendidikan adalah agen reproduksi budaya (Piere Bourdieu). Artinya, pendidikan berperan penting dalam mereproduksi dan terus menopang kelas-kelas sosial di masyarakat. Di sekolah, anak berasal dari keluarga dengan budaya yang berbeda dalam hal hubungan sosial/pergaulan, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Oleh karena itu, peran sekolah adalah menjembatani kesenjangan antar kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai moral yang ada di sekolah (Fauzi, 2015).

• Tantangan materi pembelajaran di sekolah
Sampai saat ini, budaya dan penekanan pada sikap etis di sekolah masih bersifat formatif dan belum membuahkan hasil jangka panjang dari nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator keberhasilan akademik siswa di sekolah, sangat menantang ketika siswa yang berpartisipasi tidak lagi berada di lingkungan sekolah. Jika menyangkut soal karakter dan potensi sosial, maka mata pelajaran sekolah yang paling banyak disebut-sebut menimbulkan keresahan tersebut adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan mata pelajaran Pendidikan Umum Masyarakat (PKn). Secara teoritis, IAP merupakan suatu proses pendidikan yang dilakukan oleh pendidik yang bertujuan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan, pemahaman dan penghayatan terhadap pengamalan ajaran Islam (Muchlis Sholichin, 2007)
• Kemudian, guru memimpin kegiatan pendidikan dan pembelajaran serta menjadi penggerak bagi peserta didik untuk mendorong kegiatan pembelajaran (Baharun, 2017b). Selama proses pembelajaran pada program pendidikan tahun 2013, kini terdapat lebih banyak ruang bagi siswa untuk leluasa mengeksplorasi ilmu yang telah diperolehnya, bahkan terdapat papan bertuliskan “tidak ada penjelasan guru”. Pendidik berperan sebagai pembimbing dan pendamping dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu siswa mencapai tujuan dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (Bali, 2015).
•Merekonstruksi Penilaian Pendidikan Moral
Untuk mencapai keselarasan sosial yang diharapkan dari PAI dan pendidikan kewarganegaraan, maka sangat penting untuk menentukan bagaimana cara mengajarkan materi muatan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran siswa Tahap Penilaian di sekolah. Selanjutnya faktor penilaian yang dianggap paling menentukan dalam tingkat pencapaian tujuan harus mempertimbangkan dan menata kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan kedudukan siswa itu sendiri tergantung pada lingkungan sekolah tempat anda tinggal dan memimpin. kehidupan mereka (Muali, 2016). Memang acuan yang berlaku universal pada program pemerintah tidak bisa menjamin keadaan di masing-masing lembaga pendidikan.

Kesimpulan
Tantangan moralnya adalah persoalan jati diri bangsa merupakan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat, khususnya pendidikan berperan penting dalam membentuk dan melahirkan generasi manusia yang unggul secara intelektual dan moral. Oleh karena itu, pengkajian pendidikan harus mengalami perbaikan secara terus-menerus dan serius untuk memenuhi kebutuhan generasi bangsa yang peduli moral. Dan melalui pendidikan akhlak di sekolah khususnya yang bertemakan Pendidikan dan Ciri Keagamaan Islam, serta Pelajaran
Pendidikan Warga Negara jelas mempunyai tanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai moral bagi warga negara Indonesia. Menumbuhkan sikap toleransi, menghargai dan menghargai perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), sopan santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Septa Anggraeni -
Nama : Septa Anggraeni
NPM : 2213053241
Kelas : 3H
Analisis jurnal 1

IDENTITAS JURNAL
nama penulis: Ulil hidayah
nama jurnal : jurnal pedagogik
nomor,vol : no 01,vol .05
tahun penerbit: 2018

REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL
MENUJU HARMONI SOSIAL

Secara universal sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang
signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia (Baharun, 2017a).
Hal ini dapat dilihat dari fenomena-fenomena kerusuhan yang mewarnai
negeri ini. Banyak diantaranya pemicu terjadi konflik dalam negeri diakibatkan
oleh perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah antara kelompok
satu dan lainnya, baik itu perbedaan agama, suku, budaya bahkan yang lebih
fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok-kelompok yang
memiliki paham ideology yang berbeda (Fauzi, 2017), sehingga bendera politik
identitas mulai menjadi isu yang sensitif ketika dikibarkan di wilayah tertentu
atau menjadi benturan keras yang memicu saling merasa benar dan saling
menyalahkan antar golongan yang berbeda sudut pandang pemahaman.

Tujuan Pendidikan Nasional
Merujuk pada pendapat Naquib Al-Attas, akar kata pendidikan
mengambil pada istilah ta’dzib mempunyai pengertian bahwa pendidikan
merupakan proses perwujudan manusia yang mempunyai adab. Dalam hal ini
adab didefinisikan sebagai: (1) The one who is sincerely conscious of his
responsibilities towards and true God, (2) Who understands and fulfills his obligations
to himself and others in his society with justice, and (3) who constantly strives to
improve every aspect of himself towards perfections as a man of adab (Al-Attas, 1999).
Secara universal kesimpulan menyeluruh pengertian ta’dib adalah menjadikan
manusia yang terus berusaha untuk mengembangkan kebaikan bagi dirinya
sendiri, masyarakatnya secara adil dan bertanggungjawab terhadap aturan-
aturan Tuhan.

Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh
ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam
indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta
didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak
berada di lingkungan sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial
yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling
bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis
PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak
didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran
agama Islam (Muchlis Sholichin, 2007).

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn
sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui
tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di
sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan
seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata
kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan
peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan
kehidupan (Muali, 2016). Sebab, acuan kurikulum pemerintah yang berlaku
secara umum tidak bisa memastikan keadaan pada tiap-tiap institusi
pendidikan. Praktisi pendidikan termasuk pimpinan sekolah dan guru perlu
merumuskan ulang model evaluasi pendidikan moral yang tidak sekedar
berdasarkan hasil nilai ulangan harian. Misalnya selama ini sekolah lebih
banyak menekankan hafalan, dan ketepatan dalam menjawab soal pilihan
ganda. Karena penilaian dari system seperti itu jelas bukan tolak ukur
keberhasilan peserta didik pada mata pelajaran moral dan pancasila.

Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik
maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan
manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap
peranannya di masa sekarang dan akan datang. Upaya pemberian pendidikan
moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu:
Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive
moral development approach), analisis nilai (values clarification approach),
pembelajaran berbuat (action learning approach) (Teuku Ramli Zakaria, 2011).
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Mera Dwi Pratiwi Mera -
Nama : Mera Dwi Pratiwi
NPM : 2253053040
Kelas : 3H

Analisis Jurnal 1

IDENTITAS JURNAL
Nama Jurnal : Jurnal Pedagogik
Volume : 05
Nomor : 01
Halaman : 69 - 81
Tahun Terbit : 2018
Judul Jurnal : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL
MENUJU HARMONI SOSIAL
Nama Penulis : Ulil Hidayah

PENDAHULUAN
Secara universal sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia (Baharun, 2017a). Hal ini dapat dilihat dari fenomena-fenomena kerusuhan yang mewarnai negeri ini. Banyak diantaranya pemicu terjadi konflik dalam negeri diakibatkan oleh perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah antara kelompok satu dan lainnya, baik itu perbedaan agama, suku, budaya bahkan yang lebih fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok-kelompok yang memiliki paham ideology yang berbeda (Fauzi, 2017), sehingga bendera politik identitas mulai menjadi isu yang sensitif ketika dikibarkan di wilayah tertentu atau menjadi benturan keras yang memicu saling merasa benar dan saling menyalahkan antar golongan yang berbeda sudut pandang pemahaman.

PEMBAHASAN
Jurnal berjudul “Membangun Kembali Cara Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Keharmonisan Sosial” membahas tentang membangun kembali cara mengevaluasi pendidikan moral menuju keharmonisan sosial. Penulis menekankan pentingnya pendidikan moral dalam membentuk manusia beradab dan mengatasi perselisihan sosial yang ada dalam sistem pendidikan. Artikel tersebut menekankan perlunya perbaikan terus menerus dan serius dalam mengevaluasi pendidikan moral untuk memenuhi kebutuhan moral generasi muda.
Penulis menyarankan agar evaluasi pendidikan etika hendaknya melampaui ranah kognitif dan mencakup penilaian afektif dan psikomotorik. Mata pelajaran pendidikan Islam, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan karakter diidentikkan mempunyai tugas menanamkan nilai-nilai moral pada peserta didik. Artikel tersebut juga menekankan pentingnya toleransi, kejujuran, disiplin, tanggung jawab dan rasa hormat dalam membentuk perilaku dan pemikiran siswa.
Tantangan permasalahan etika di masyarakat dianggap menjadi tanggung jawab semua sektor, khususnya pendidikan, untuk mendidik dan melatih generasi unggul secara intelektual dan moral. Artikel tersebut menekankan peran pendidikan moral dalam menumbuhkan jati diri bangsa, meningkatkan toleransi, dan mengembangkan kesadaran kebangsaan di kalangan peserta didik. Penulis menyarankan agar pendidikan moral juga perlu fokus pada pengembangan pemikiran kritis dan kesadaran politik pada peserta didik.

KESIMPULAN
Secara keseluruhan, jurnal ini menekankan pentingnya merekonstruksi penilaian pendidikan moral guna mencapai keharmonisan masyarakat dan mengatasi tantangan moral yang dihadapi masyarakat. Hal ini menekankan perlunya pendekatan penilaian komprehensif yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Artikel ini memberikan wawasan berharga tentang peran pendidikan moral dalam membentuk perilaku dan pemikiran siswa serta meningkatkan keharmonisan sosial
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by SILMI NUR'AFIFAH 2213053129 -
Nama : Silmi Nur’Afifah
NPM : 2213053129
Kelas : 3H

Nama jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume: 05
Nomor: 01
Tahun: 2018
Judul: Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Ulil Hidayah

Tujuan Pendidikan Nasional
Peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Disekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar urang pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah (Fauzi, 2015).

Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam (Muchlis Sholichin, 2007). PAI dan PKn pada era Kurikulum 2013 ini memiliki porsi 3 jam pelajaran dalam sepekan, mengingat kurikulum sebelumnya mata pelajaran PAI hanya memiliki porsi waktu dua jam pelajaran. Maka dalam hal ini harapannya out put pendidikan memiliki nilai kepribadian yang unggul secara pribadi dan sosial yang tidak cukup hanya diketahui dan dipahami, tetapi juga dirasakan serta dijadikan sebuah aksi dalam kehidupan anak didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Dalam hal ini dapat dipaparkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran PAI dan PKn di sekolah sudah menekankan pada kegiatan active learning, di mana peserta didik dapat mengeksplor wawasan dan pengetahuannya sendiri melalui sumber beajar yang tidak terbatas. Guru merupakan ujung tombak dari kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang menjadi motivator bagi peserta didik dalam memacu aktivitas belajarnya (Baharun, 2017b). Dalam proses pembelajaran kurikulum 2013, saat ini lebih banyak memberikan ruang pada peserta didik untuk mengeksplor secara bebas pengetahuan yang diperoleh, bahkan ada rambu- rambu “guru haram menerangkan”. Pendidik bertindak sebagai fasilitator dan pendamping dalam kegiatan pembelajaran untuk mengantarkan peserta didik mencapai tujuan serta menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif (Bali, 2015). Dari perspektif ini sebenarnya peserta didik tidak hanya butuh sosok guru yang berwawasan luas dan kreatif dalam memonitoring proses pembelajaran, melainkan juga sangat membutuhkan sosok panutan yang memiliki nilai-nilai moral budi luhur sebagai teladan peserta didik. Maka sangat dibutuhkan peran guru yang bisa memberikan teladan moral yang disengaja maupun tidak disengaja melalui kurikulum laten.

Rekontruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui: a) Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan, b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya. Isu-isu yang diberikan harus sesuai dengan daya kemampuan peserta didik. Kemudian pendidik sebagai fasilitator mengoreksi hasil kerja peserta didik dan memberikan ulasan dengan membawa sudut pandang kebersatuan kebhinnekaan, c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui: a) Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan, b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya. Isu-isu yang diberikan harus sesuai dengan daya kemampuan peserta didik. Kemudian pendidik sebagai fasilitator mengoreksi hasil kerja peserta didik dan memberikan ulasan dengan membawa sudut pandang kebersatuan kebhinnekaan, c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas.

Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Jika disintesis antara mata pelajaran PAI dan PKn akan menjadi sebuah objek kajian pembelajaran moral yang membentuk kepribadian pesera didik yang bisa menjamin kebersatuan kebhinnekaan dengan memiliki sikap sebagai berikut: 1) Taat pada ajaran agama yang dianutnya serta tidak mudah terprovokasi oleh kelompok lain, 2) mengikuti teladan nabi Muhammad; melalui peristiwa hijrahnya ke Madinah, peserta didik dapat meneladani kisah Nabi Muhammad SAW yang mempersaudarakan kaum anshor dan kaum muhajirin dan menciptakan perdamaian antara kaum muslim dan kaum non muslim melalui piagam Madinah. Sehingga menumbuhkan sikap toleransi, 3 ) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, 4) Menghargai hidup dalam perbedaan dilingkungan jangkauan pergaulan dan keberadaannya, 5)Mempunyai semangat belajar untuk mengetahui berbagai wawasan keilmuan dan pemahaman tentang fenomena dan kejadian yang nampak di sekitar lingkungan, sehingga bisa berpkir dan bersikap bijak ketika dihadapkan dengan gesekan perbedaan dan perpecahan antar golongan, 6)Mampu menalar dan mengurai secara mandiri berbagai aspek permasalahan di sekitar lingkungan hidupnya secara objektif, 7) Mempunyai wawasan pendidikan politik; tentang ketatanegaraan sehingga dapat menempatkan diri sebagai bagian dari warga negara, 8) Tumbuhnya semangat nasionalisme yang turut serta menjunjung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Fauzi, 2017).
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Diva Azzahra -
Nama :Diva Soraya Azzahra
Npm 2253053035
Kelas:3H
Analisis Jurnal 1

Nama jurnal : jurnal pedagodik
Nomor : 01
Volume : 5
Halaman : 69 - 81
Tahun terbit : 2018
Nama penulis : Ulil Hidayah
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL

•Tujuan Pendidikan Nasional
Merujuk pada pendapat Naquib Al-Attas, akar kata pendidikan
mengambil pada istilah ta’dzib mempunyai pengertian bahwa pendidikan
merupakan proses perwujudan manusia yang mempunyai adab. Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang
yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang
yang perilakunya tidak baik menjadi baik.

•Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh
ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam
indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta
didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak
berada di lingkungan sekolah.

•Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat
pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu
melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar
isi, kompetensi inti dan materi.

•Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn
sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui
tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di
sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan
seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata
kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan
peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan
kehidupan (Muali, 2016).

•Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik
maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan
manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap
peranannya di masa sekarang dan akan datang.

•Kesimpulan
Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi
tanggungjawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang
memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa
yang unggul secara intelektual dan moralitas. Sehingga evaluasi pendidikan
perlu kiranya melakukan perbaikan secara terus menerus dan serius dalam
memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Asty Yulia Pratiwi 2213053255 -
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL

Identitas jurnal
Nama jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume: 05
Nomor: 01
Tahun: 2018
Judul: Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Ulil Hidayah

Pembahasan

Tujuan Pendidikan Nasional
peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Di sekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar jurang pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah (Fauzi, 2015).

Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam (Muchlis Sholichin, 2007). Sedangkan PKn adalah pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga Negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik demokratis (Subhan Sofhiyan). Kandungan moral dari kedua mata pelajaran di atas telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya.

Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar isi, kompetensi inti dan materi. Sedangkan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Dalam hal ini dapat dipaparkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran PAI dan PKn di sekolah sudah menekankan pada kegiatan active learning, di mana peserta didik dapat mengeksplor wawasan dan pengetahuannya sendiri melalui sumber beajar yang tidak terbatas. Definisi evaluasi menurut Nana Sujana adalah proses untuk menentukan atau memberikan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Nana Sujana, 1990). Evaluasi meliputi semua aspek penilaian pembelajaran pada ranah kemampuan berpikir (kognitif), kemampuan rasa, sikap atau perilaku (afektif) serta kemampuan keterampilan (psikomotorik). Pada tahap evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia, ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikapsikap karakter selama proses pembelajaran. Namun, perlu juga menekankan bahwa penilaian juga berdasarkan sikap dan keterampilan sehari-hari selama dalam masa pengamatan guru.

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan kehidupan (Muali, 2016). Sebab, acuan kurikulum pemerintah yang berlaku secara umum tidak bisa memastikan keadaan pada tiap-tiap institusi pendidikan. Praktisi pendidikan termasuk pimpinan sekolah dan guru perlu merumuskan ulang model evaluasi pendidikan moral yang tidak sekedar berdasarkan hasil nilai ulangan harian.

Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Jika disintesis antara mata pelajaran PAI dan PKn akan menjadi sebuah objek kajian pembelajaran moral yang membentuk kepribadian pesera didik yang bisa menjamin kebersatuan kebhinnekaan dengan memiliki sikap sebagai berikut: 1) Taat pada ajaran agama yang dianutnya serta tidak mudah terprovokasi oleh kelompok lain, 2) mengikuti teladan nabi Muhammad, 3 ) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), 4) Menghargai hidup dalam perbedaan di lingkungan jangkauan pergaulan dan keberadaannya, 5) Mempunyai semangat belajar untuk mengetahui berbagai wawasan keilmuan dan pemahaman, 6) Mampu menalar dan mengurai secara mandiri berbagai aspek permasalahan, 7) Mempunyai wawasan pendidikan politik, 8) Tumbuhnya semangat nasionalisme.

Kesimpulan
Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggungjawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas. Sehingga evaluasi pendidikan perlu kiranya melakukan perbaikan secara terus menerus dan serius dalam memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa. Dan melalui pendidikan moral di sekolah khususnya yang tercakup dalam materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditambah lagi dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang secara jelas bertanggungjawab atas penanaman nilai-nilai moral bagi warga Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by INDAH APRILIA WINDIYANI -
Nama : Indah Aprilia Windiyani
Npm : 2213053033

Analisis Jurnal 1
Nama jurnal : jurnal pedagodik
Nomor : 01
Volume : 5
Halaman : 69 - 81
Tahun terbit : 2018
Nama penulis : Ulil Hidayah
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL

Pendahuluan :
Secara universal sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia (Baharun, 2017a). Hal ini dapat dilihat dari fenomena-fenomena kerusuhan yang mewarnai negeri ini. Banyak diantaranya pemicu terjadi konflik dalam negeri diakibatkan oleh perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah antara kelompok satu dan lainnya, baik itu perbedaan agama, suku, budaya bahkan yang lebih fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok-kelompok yang memiliki paham ideology yang berbeda (Fauzi, 2017).

-Tujuan Pendidikan Nasional
Peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Di sekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar jurang pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah (Fauzi, 2015).

-Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauhini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam (Muchlis Sholichin, 2007).
Sedangkan PKn adalah pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga Negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik demokratis (Subhan Sofhiyan).
Pendidikan moral ada pada materi ajar PAI misalnya berisi materi pokok meneladani sifat Rosulullah, hidup hemat dan sederhana, menghindari judi dan pertengkaran. Sedangkan materi pada PKn diantaranya adalah pendidikan politik atau mengenai ketatanegaraan yang berlandaskan Pancasila guna merajut manusia dalam masyarakat yang bersatu dalam kebhinnekaan (Ahmad, 2017).

-Guru merupakan ujung tombak dari kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang menjadi motivator bagi peserta didik dalam memacu aktivitas belajarnya (Baharun, 2017b). Dalam proses pembelajaran kurikulum 2013, saat ini lebih banyak memberikan ruang pada peserta didik untuk mengeksplor secara bebas pengetahuan yang diperoleh, bahkan ada ramburambu “guru haram menerangkan”. Pendidik bertindak sebagai fasilitator dan pendamping dalam kegiatan pembelajaran untuk mengantarkan peserta didik mencapai tujuan serta menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif (Bali,2015).

-Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui:
a) Rekonstruksi pertamaharus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan,
b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya. Isu-isu yang diberikan harus sesuai dengan daya kemampuan peserta didik. Kemudian pendidik sebagai fasilitator mengoreksi hasil kerja peserta didik dan memberikan ulasan dengan membawa sudut pandang kebersatuan kebhinnekaan,
c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitasl tapi lebih luas cakupannya,
d) Pendidik menyisipkan pembelajaran multicultural melalui kurikulum laten secara sporadic,
e) Evaluasi tulis berupa ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik. Penilaian lebih ditekankan pada ranah afektif yang berimplikasi pada penilaian psikomotorik peserta didik.

-Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang. Upaya pemberian pendidikan moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu: Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), analisis nilai (values clarification approach), pembelajaran berbuat (action learning approach) (Teuku Ramli Zakaria, 2011).
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Alya Wahidah Assarifah -
Nama : Alya Wahidah Assarifah
Kelas   : 3H
NPM   : 2213053290
 
ANALISIS JURNAL  1”
Nama jurnal    : Jurnal Pedagogik
Volume            : 05
Nomor             : 01
Tahun              : 2018
Judul               : Rekontruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis            : Ulil Hidayah
 
Pembahasan
1.     Tujuan Pendidikan 
Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di Masyarakat.
 
2.     Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
PAI dan PKn pada era Kurikulum 2013 ini memiliki porsi 3 jam pelajaran dalam sepekan, mengingat kurikulum sebelumnya mata pelajaran PAI hanya memiliki porsi waktu dua jam pelajaran. Maka dalam hal ini harapannya out put pendidikan memiliki nilai kepribadian yang unggul secara pribadi dan sosial yang tidak cukup hanya diketahui dan dipahami, tetapi juga dirasakan serta dijadikan sebuah aksi dalam kehidupan anak didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Proses pembelajaran harus dapat menjadi wahana untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat berinteraksi secara ekstensif dengan masyarakat, mengembangkan sikap dan perilaku demokratis, serta menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar peserta didik (Mushfi & Iq, 2017). Pada kurikulum 2013 PAI ditambahi dengan penekanan istilah (Budi Pekerti) menjadi PAI dan BP. Sedangkan PKn mengalami banyak perubahan muatan, di era orde lama dikenal dengan pendidikan civic. Kemudian pada masa orde baru pendidikan kewarganegaraan sangat insentif dilakukan dengan berbagai bentuk penerapan, seperti Pendidikan Moral dan Pancasila (PMP) dan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Lalu materi ajar Pendidikan Kewarganegaraan pada masa demokrasi berorientasi pada penyiapan peserta didik menjadi warga yang toleran, kritis, aktif dan mandiri.
 
3.     Persiapan, Pelaksanaan dan evaluasi PAI dan PKn di sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar isi, kompetensi inti dan materi. KI 1 merujuk pada pencapaian kompetensi spiritual. Pada KI 2 mecakup aspek sosial. Pada KI 3 mencakup pengembangan kognitif dan pada KI 4 mengarah pada pengembangan implementatif. Pada tahap evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia, ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikap-sikap karakter selama proses pembelajaran.
 
4.     Rekontruksi Evaluasi pendidikan moral
Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui: a) Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan, b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya. Isu-isu yang diberikan harus sesuai dengan daya kemampuan peserta didik. Kemudian pendidik sebagai fasilitator mengoreksi hasil kerja peserta didik dan memberikan ulasan dengan membawa sudut pandang kebersatuan kebhinnekaan, c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas tapi lebih luas cakupannya, d) Pendidik menyisipkan pembelajaran multicultural melalui kurikulum laten secara sporadic, e) Evaluasi tulis berupa ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik. Penilaian lebih ditekankan pada ranah afektif yang berimplikasi pada penilaian psikomotorik peserta didik.
 
5.     Kesimpulan
Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggungjawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas. Sehingga evaluasi pendidikan perlu kiranya melakukan perbaikan secara terus menerus dan serius dalam memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa. Dan melalui pendidikan moral di sekolah khususnya yang tercakup dalam materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditambah lagi dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang secara jelas bertanggungjawab atas penanaman nilai-nilai moral bagi warga Indonesia.
 

 


In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Meldayanti putri 2213053088 -
Nama : Meldayanti Putri
NPM : 2213053088

Analisis Jurnal 1

Judul :REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL
MENUJU HARMONI SOSIAL
Nama Jurnal : Jurnal Pedagogik
Nama Penulis : Ulil Hidayah
No Vol : Vol. 05 No. 01
Tahun : 2018

Pendahuluan
Secara universal sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang
signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia (Baharun, 2017a).
Hal ini dapat dilihat dari fenomena-fenomena kerusuhan yang mewarnai
negeri ini. Banyak diantaranya pemicu terjadi konflik dalam negeri diakibatkan
oleh perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah antara kelompok
satu dan lainnya, baik itu perbedaan agama, suku, budaya bahkan yang lebih
fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok-kelompok yang
memiliki paham ideology yang berbeda (Fauzi, 2017), sehingga bendera politik
identitas mulai menjadi isu yang sensitif ketika dikibarkan di wilayah tertentu
atau menjadi benturan keras yang memicu saling merasa benar dan saling
menyalahkan antar golongan yang berbeda sudut pandang pemahaman.

Tujuan Pendidikan Nasional
Merujuk pada pendapat Naquib Al-Attas, akar kata pendidikan
mengambil pada istilah ta’dzib mempunyai pengertian bahwa pendidikan
merupakan proses perwujudan manusia yang mempunyai adab. Dalam hal ini
adab didefinisikan sebagai: (1) The one who is sincerely conscious of his
responsibilities towards and true God, (2) Who understands and fulfills his obligations
to himself and others in his society with justice, and (3) who constantly strives to
improve every aspect of himself towards perfections as a man of adab (Al-Attas, 1999).

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn
sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui
tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di
sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan
seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata
kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan
peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan
kehidupan (Muali, 2016).

Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik
maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan
manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap
peranannya di masa sekarang dan akan datang. Upaya pemberian pendidikan
moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu:
Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive
moral development approach), analisis nilai (values clarification approach),
pembelajaran berbuat (action learning approach) (Teuku Ramli Zakaria, 2011).
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by CHEZA MELVINOSA 2213053251 -
Analisis Jurnal
Oleh : Cheza Melvinosa 2213053251

Identitas Jurnal
Nama jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume: 05
Nomor: 01
Tahun: 2018
Judul: Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Ulil Hidayah

Pembahasan
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mencapai apa yang diharapkan
tujuan pendidikan. Mulai dari kebijakan sentralisasi yang berubah menjadi
desentralisasi dan kemudian demokratisasi hingga perubahan kurikulum
dinilai mampu meningkatkan mutu dan mutu pendidikan di Indonesia sebagai a
utuh. Namun kenyataannya output pendidikan yang terjadi saat ini masih demikian
diliputi oleh permasalahan yang semakin kompleks. Dari semua permasalahan pendidikan,
disharmonisasi sosial adalah gambaran paling mencolok yang menunjukkan pendidikan itu
gagal membentuk manusia beradab. Artikel ini berupaya mengulas evaluasi tersebut
pendidikan akhlak pada mata pelajaran Pendidikan Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Kedua subjek ini dianggap paling bertanggung jawab terhadap etika
berpikir dan berperilaku manusia terpelajar. Menurut kurikulum
diterapkan saat ini rencana dan proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik, namun perlu dilakukan
dikonstruksikan kembali dalam evaluasi hasil belajar siswa. Dalam harapan
bahwa penilaian utama bukan hanya dari ranah kognitif secara utuh
pembelajaran di kelas, namun lebih dari itu merupakan afektif yang nyata dan permanen
dan penilaian psikomotorik pada diri siswa sampai ia tumbuh dewasa di tengah a
masyarakat sosial yang harmonis.

Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggungjawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas. Sehingga evaluasi pendidikan perlu kiranya melakukan perbaikan secara terus menerus dan serius dalam memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa. Dan melalui pendidikan moral di sekolah khususnya yang tercakup dalam materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditambah lagi dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang secara jelas bertanggungjawab atas penanaman nilai-nilai moral bagi warga Indonesia. Sehingga menumbuhkan sikap toleransi, 3) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, 4) Menghargai hidup dalam perbedaan dilingkungan jangkauan pergaulan dan keberdaannya, 5) Mempunyai semangat belajar untuk mengetahui berbagai wawasan keilmuan dan pemahaman tentang fenomena dan kejadian yang namapak di sekitar lingkungan, sehingga bisa berpkir dan bersikap bijak ketika dihadapkan dengan gesekan perbedaan dan perpecahan antar golongan, 6) Mampu menalar dan mengurai secara mandiri berbagai aspek permasalahan disekitar
lingkungan hidupnya secara objektif, 7) Mempunyai wawasan pendidikan politik; tentang ketatanegaraan sehingga dapat menempatkan diri sebagai bagian dari warga Negara, 8) Tumbuhnya semangat nasionalisme yang turut serta menjunjung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by YUANI TRI ASTUTI 2213053046 -
Nama : Yuani Tri Astuti
Npm :2213053046

IDENTITAS JURNAL

Nama Jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume: 05
Nomor: 01
Tahun: 2018
Judul: Rekontruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Ulil Hidayah

PEMBAHASAN
Pendidikan Nasional memiliki peran yang penting dalam dinamika perjalanan Bangsa Indonesia. Pendidikan memiliki peran sebagai agen of change, yang dimana merubah dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang kurang beradab menjadikan nya lebih beradab.Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan
terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat.
Di sekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar jurang pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah (Fauzi, 2015).

Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah.
Pendidikan Moral disekolah dapat di implementasikan melalui mata pelajaran PKN dan PAI (Pendidikan Agama Islam). Dalam 2 pembelajaran tersebut pendidikan nilai moral diajarkan secara berkesinambungan, yang mana dalam pembelajaran PAI akan di ajarkan adab, etika dan nilai budi pekerti, setelahnya dalam pembelajaran PKN akan di ajarkan mengenai hak dan kewajiban serta tanggung jawab atas nilai-nilai moral yang ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menimbulkan sikap toleransi.
Sikap yang di harapkan setelah peserta didik memperoleh pembelajaran PAI dan PKN adalah Mampu menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Bunga Amanda Sastra Ayu Pitaloka -
Nama: Bunga Amanda Sastra Ayu Pitaloka
NPM: 2213053034

“ REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL “


Identitas Jurnal
Nama Jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume: 05
Nomor: 01
Tahun: 2018
Judul: Rekontruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Ulil Hidayah

Pembahasan:
Tujuan Pendidikan Nasional Secara universal kesimpulan menyeluruh pengertian ta’dib/pendidikan adalah menjadikan manusia yang terus berusaha untuk mengembangkan kebaikan bagi dirinya sendiri, masyarakatnya secara adil dan bertanggung jawab terhadap aturan-aturan Tuhan. Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik.

Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas penanaman dan penghayatan sikap budi pekerti peserta didik adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kandungan moral dari kedua mata pelajaran tersebut telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah lingkungan masyarakat.

Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar isi, kompetensi inti dan materi pelajaran. Sedangkan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.

Pada tahap evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia, ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikap-sikap karakter selama proses pembelajaran.

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui:
a) Kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya.
b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya.
c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas saja, tetapi lebih luas lagi cakupannya.
d) Pendidik menyisipkan pembelajaran multicultural melalui kurikulum laten secara sporadic,
e) Evaluasi tulis berupa ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik.

Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal.
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang. Upaya pemberian pendidikan moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan:
Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), analisis nilai (values clarification approach), pembelajaran berbuat (action learning approach).
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by febe ririn ariyani 2213053277 -
Nama : Febe Ririn Ariyani
NPM : 2213053277

IDENTITAS JURNAL

Nama Jurnal: Jurnal Pedagogik

Volume: 05

Nomor: 01

Tahun: 2018

Judul: Rekontruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial

Penulis: Ulil Hidayah
Tujuan Pendidikan Nasional
Secara universal kesimpulan menyeluruh pengertian ta’dib/pendidikan adalah menjadikan manusia yang terus berusaha untuk mengembangkan kebaikan bagi dirinya sendiri, masyarakatnya secara adil dan bertanggung jawab terhadap aturan-aturan Tuhan. Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik.

Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas penanaman dan penghayatan sikap budi pekerti peserta didik adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kandungan moral dari kedua mata pelajaran tersebut telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah lingkungan masyarakat.

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral

Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan kehidupan.

Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal

Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang. Upaya pemberian pendidikan moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu: Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), analisis nilai (values clarification approach), pembelajaran berbuat (action learning approach).
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by RANI SELVIA -
Nama : Rani selvia
NPM : 2213053209

Analisis Jurnal 1
Identitas Jurnal
Nama Jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume: 05
Nomor: 01
Tahun: 2018
Judul: Rekontruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Ulil Hidayah

Pembahasan
Tujuan Pendidikan Nasional
Secara universal kesimpulan menyeluruh pengertian ta’dib/pendidikan adalah menjadikan manusia yang terus berusaha untuk mengembangkan kebaikan bagi dirinya sendiri, masyarakatnya secara adil dan bertanggung jawab terhadap aturan-aturan Tuhan. Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik.

Kandungan moral dari kedua mata pelajaran tersebut telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah lingkungan masyarakat.

Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar isi, kompetensi inti dan materi pelajaran. Sedangkan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.

Pada tahap evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia, ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikap-sikap karakter selama proses pembelajaran.

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui:
1) Kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya.
2) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya.
3) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas saja, tetapi lebih luas lagi cakupannya.
4) Pendidik menyisipkan pembelajaran multicultural melalui kurikulum laten secara sporadic,
5) Evaluasi tulis berupa ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik.


Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggung jawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Aprita Fahria Zahra 2213053259 -
Nama: Aprita Fahria Zahra
NPM: 2213053259
Kelas: 3H

Analisis Jurnal 1:
Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial

#Identitas Jurnal:
Nama jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume: 05
Nomor: 01
Tahun: 2018
Judul: Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Ulil Hidayah

#Pembahasan
Pendidikan Nasional memiliki peran yang penting dalam dinamika perjalanan Bangsa Indonesia. Pendidikan memiliki peran sebagai agen of change, yang dimana merubah dari yang tidak tahu menjadi tahu, yang kurang beradab menjadikan nya lebih beradab. Pendidikan Moral disekolah dapat di implementasikan melalui mata pelajaran PKN dan PAI (Pendidikan Agama Islam). Dalam 2 pembelajaran tersebut pendidikan nilai moral diajarkan secara berkesinambungan, yang mana dalam pembelajaran PAI akan di ajarkan adab, etika dan nilai budi pekerti, setelahnya dalam pembelajaran PKN akan di ajarkan mengenai hak dan kewajiban serta tanggung jawab atas nilai-nilai moral yang ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menimbulkan sikap toleransi.

Sikap yang di harapkan setelah peserta didik memperoleh pembelajaran PAI dan PKN adalah Mampu menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial. Menghargai hidup dalam perbedaan dilingkungan jangkauan pergaulan dan keberdaannya, serta Mempunyai semangat belajar untuk mengetahui berbagai wawasan keilmuan dan pemahaman tentang fenomena dan kejadian yang namapak di sekitar lingkungan, sehingga bisa berfikir dan bersikap bijak ketika dihadapkan dengan gesekan perbedaan dan perpecahan antar golongan.