Forum Analisis Jurnal 1

Forum Analisis Jurnal 1

Number of replies: 35

Lampirkan analisis anda mengenai jurnal diatas, dengan menyertakan identitas diri seperti nama dan NPM.

In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Widia Nata Saputri 2213053057 -
Nama : Widia Nata Saputri
NPM : 2213053057
Kelas : 3G
Analisis Jurnal 1

1. Identitas Jurnal
Judul : Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis : Ulil Hidayah

2. Hasil dan Pembahasan
Pendidikan Nasional memiliki peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia. Namun dari banyaknya fenomena yang terjadi terdapat indikasi kegagalan pendidikan dalam melahirkan manusia bermoral dan berbudi pekerti.
A. Tujuan Pendidikan Nasional
Pendidikan sebagai agen perubahan memiliki peran dalam merubah orang yang kurang baik menjadi baik. Out put pendidikan yang melahirkan manusia cakap dalam potensi kepribadian dan sosial. Karena masalah bangsa yang masih menjadi sorotan utama adalah out put pendidikan yang masih buram dalam membangun relasi sosial.

B. Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial
yang dipertanyakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam. Sedangkan PKn adalah pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga Negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik demokratis. Kandungan moral dari kedua mata pelajaran di atas telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya.

C. Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKN di Sekolah
Pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar isi, kompetensi inti dan materi.
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Dalam hal ini dapat dipaparkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran PAI dan PKn di sekolah sudah menekankan pada kegiatan active learning, di mana peserta didik dapat mengeksplor wawasan dan pengetahuannya sendiri melalui sumber belajar yang tidak terbatas.
Pada tahap evaluasi seyogyanya mencakup aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik secara seimbang. Pada tahap evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia, ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikap-sikap karakter selama proses pembelajaran. Namun, perlu juga menekankan bahwa penilaian juga berdasarkan sikap dan keterampilan sehari-hari selama dalam masa pengamatan guru.

D. Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Praktisi pendidikan termasuk pimpinan sekolah dan guru perlu merumuskan ulang model evaluasi pendidikan moral yang tidak sekedar berdasarkan hasil nilai ulangan harian. Landasan tercapainya suatu tujuan pendidikan yang baik adalah melalui implementasi kurikulum yang sesuai dengan kemampuan sekolah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dan disesuai dengan kebutuhan masyarakat dan stakeholder. Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata
pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui: a) Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan, b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya. Lalu pendidik sebagai fasilitator mengoreksi hasil kerja peserta didik dan memberikan ulasan dengan membawa sudut pandang kebersatuan kebhinekaan, c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas tapi lebih luas cakupannya, d) Pendidik menyisipkan pembelajaran multikultural melalui kurikulum laten secara sporadic, e) Evaluasi tulis berupa ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik. Penilaian lebih ditekankan pada ranah afektif yang berimplikasi pada penilaian
psikomotorik peserta didik.

E. Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Jika disintesis antara mata pelajaran PAI dan PKn akan menjadi sebuah objek kajian pembelajaran moral yang membentuk kepribadian peserta didik yang bisa menjamin kebersatuan kebhinekaan dengan memiliki sikap sebagai berikut:
1) Taat pada ajaran agama yang dianutnya serta tidak mudah terprovokasi oleh kelompok lain,
2) mengikuti teladan nabi Muhammad yang dapat menumbuhkan sikap toleransi,
3) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial,
4) Menghargai hidup dalam perbedaan di lingkungan jangkauan pergaulan dan keberadaannya,
5) Mempunyai semangat
belajar untuk mengetahui berbagai wawasan keilmuan dan pemahaman tentang fenomena dan kejadian yang nampak di sekitar lingkungan.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Rohmah Shela Saputri 2213053112 -
Nama: Rohmah Shela Saputri
NPM: 2213053112
Kelas: 3G

Analisis Jurnal

Identitas Jurnal

Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Volume, Nomor dan Halaman: Vol. 05, No. 01, Halaman 69 - 81
Tahun : 2018
Penulis: Hidayah, U.
Reviewer : Rohmah Shela Saputri
Tanggal Reviewer : 25 Oktober 2023
Kata kunci: Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony

Hasil Analisis:
Berdasarkan analisis jurna, terlihat bahwa sistem pendidikan di Indonesia mempunyai peranan yang cukup besar dalam dinamika bangsa. Terjadinya konflik dalam suatu negara seringkali dipicu oleh perbedaan agama, suku, budaya, dan keyakinan ideologi. Konflik-konflik ini menyoroti sensitifnya identitas politik dan perlunya keharmonisan sosial. Persoalan identitas politik dikaitkan dengan kepentingan kelompok sosial yang merasa terpinggirkan dan tertindas oleh kekuatan dominan dalam suatu bangsa. Di Indonesia, masalah-masalah ini mencakup kesenjangan regional dalam hal keadilan dan pembangunan, serta perbedaan agama dan ideologi yang menghambat hidup berdampingan secara damai antara kelompok-kelompok yang berbeda.
Jurnal yang berjudul “Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial” menekankan pentingnya evaluasi pendidikan akhlak untuk menumbuhkan perilaku luhur dan pengembangan karakter pada peserta didik. Penerapan kurikulum yang selaras dengan kemampuan sekolah serta memenuhi kebutuhan masyarakat dan pemangku kepentingan merupakan hal yang krusial dalam mencapai tujuan pendidikan. Meskipun inovasi kurikulum manifes yang digagas pemerintah belum menunjukkan hasil optimal, inovasi kurikulum laten memungkinkan sekolah menyusun kurikulum yang mampu mengatasi kekurangan kurikulum manifes. Kurikulum laten mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap sikap siswa terhadap berbagai permasalahan dan bagaimana sekolah memandangnya berdasarkan jenis kelamin, kemampuan, agama, budaya, ras, dan suku.
Untuk mencapai cita-cita tersebut, perlu dirumuskan sistem evaluasi yang melampaui penilaian kognitif melalui ujian. Penting untuk menilai aspek afektif dan psikomotorik tindakan moral siswa, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Pendekatan evaluasi komprehensif ini akan berkontribusi pada rekonstruksi pendidikan moral dan peningkatan keharmonisan sosial.

Kesimpulan:
Berdasarkan analisis jurnal maka dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia memerlukan rekonstruksi guna mendorong keharmonisan sosial. Sistem pendidikan yang ada saat ini dinilai masih parsial dan kurang pendekatan sistematisnya sehingga berdampak pada lemahnya pengembangan moral dan karakter peserta didik. Hal ini menimbulkan konflik dalam negeri yang dipicu oleh perbedaan agama, suku, budaya, dan keyakinan ideologi. Jurnal ini menekankan perlunya sistem evaluasi komprehensif yang melampaui penilaian kognitif dan mencakup aspek afektif dan psikomotorik tindakan moral siswa. Selanjutnya jurnal
menyoroti pentingnya mengintegrasikan pendidikan moral ke dalam kurikulum dan mengatasi masalah kesenjangan regional, agama, dan budaya. Jurnal yang berjudul “Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial” juga menekankan peran desentralisasi dalam pendidikan dan perlunya kemauan politik yang kuat dari pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Secara keseluruhan, jurnal-jurnal tersebut menyoroti perlunya pendekatan holistik terhadap pendidikan yang menumbuhkan nilai-nilai moral, keharmonisan sosial, dan pengembangan individu yang utuh.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Ivo Yuniarta 2213053231 -
Nama: Ivo Yuniarta
NPM: 2213053231
Kelas: 3G

Identitas Jurnal
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Volume, Nomor dan Halaman: Vol. 05, No. 01, Halaman 69 - 81
Tahun : 2018
Penulis: Hidayah, U.
Tanggal Reviewer : 25 Oktober 2023
Kata kunci: Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony

Isi Jurnal
Banyak pemicu terjadi konflik dalam negeri diakibatkan oleh perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah antara kelompok satu dan lainnya, seperti perbedaan agama, suku, budaya bahkan yang lebih fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok-kelompok yang memiliki paham ideology yang berbeda. hidup tenang berdampingan. Sejalan dengan arus globalisasi, potret pendidikan Islam dewasa ini melahirkan dua sudut pandang yang berbeda (Fauzi, 2018), yaitu;
a) pendidikan Islam tidak lagi dimonopoli oleh kelompok liberalis dan fundamentalis, melainkan telah diwarnai oleh sekelompok Islam lain,
b) pendidikan Islam dipersepsikan menjadi embrio lahirnya kelompok Islam radikal dan Islam fundamentalis.

Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang
yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh
ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah.

Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui:
a) Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa
mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan,
b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya. Isu-isu yang diberikan harus sesuai dengan daya kemampuan peserta didik. Kemudian pendidik sebagai fasilitator mengoreksi hasil kerja peserta didik dan memberikan ulasan dengan membawa sudut pandang kebersatuan kebhinnekaan,
c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian

Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang.

Kesimpulan
Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggungjawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas. Sehingga evaluasi pendidikan perlu kiranya melakukan perbaikan secara terus menerus dan serius dalam memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by ADELIA PRASETIYANI 2213053039 -
Nama : Adellia Prasetiyani
Npm : 2213053039
Kelas : 3G

Analisis Jurnal 1

Identitas Jurnal
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Volume, Nomor dan Halaman: Vol. 05, No. 01, Halaman 69 - 81
Tahun : 2018
Penulis: Hidayah, U.
Tanggal Reviewer : 25 Oktober 2023
Kata kunci: Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony

Hasil Analisis:
isu-isu terkait politik identitas di Indonesia antara lain adalah munculnya kepentingan local seperti tentang keadilan dan pembangunan daerah yang tidak merata serta adanya perbedaan agama dan ideology yang dirasa tidak menjamin antar golongan dapat hidup tenang berdampingan.(Mundiri & Zahra, 2017) Sejalan dengan arus globalisasi, potret pendidikan Islam dewasa ini melahirkan dua sudut pandang yang berbeda (Fauzi, 2018), yaitu; a) pendidikan Islam tidak lagi dimonopoli oleh kelompok liberalis dan fundamentalis, melainkan telah diwarnai oleh sekelompok Islam lain, b) pendidikan Islam dipersepsikan menjadi embrio lahirnya kelompok Islam radikal dan Islam fundamentalis (Fauzi, 2018), sebagaimana hasil penelitian Farida menjelaskan bahwa lahirnya radikalisme dan fundamentalisme dilatarbelakangi oleh pemikiran dan peran sosial kiai, pandangan tersebut secara signifikan memberikan pengaruh terhadap lulusan pendidikan Islam, (Ummah Farida, 2016), Berangkat dari konteks tersebut, diperlukanlah paradigma pendidikan Islam yang lebih membumi dan humanistik, dengan melakukan kajian ulang terhadap sistem nilai sosial pesantren berdasarkan nilai al-Qur'an dan al-Hadits, sesuai dengan konteks ke-Indonesiaan.

Fenomena saling serang dan merasa kelompok yang dianutnya paling benar adalah indikasi dari kegagalan pendidikan melahirkan manusia bermoral dan berbudi pekerti.

Kedua, mereka yang memiliki kemampuan intelektual dan mampu menghayati terhadap nilai-nilai ajaran agama akan tetapi tidak mampu menguasai teknologi dan dinamika politik yang ada di dalamnya.

Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik.

Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat.

Padahal pemerintah sudah memberikan kebijakan system desentralisasi yang berlanjut pada system demokrasi kepada setiap daerah dan sekolah untuk mengolah dan mengembangkan sendiri potensi yang dimiliki daerah dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Karena itu, perlu digarisbawahi adalah out put pendidikan yang melahirkan manusia cakap dalam potensi kepribadian dan sosial.

Karena masalah bangsa yang masih menjadi sorotan utama adalah out put pendidikan yang masih buram dalam membangun relasi sosial.

Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah.
Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Kandungan moral dari kedua mata pelajaran di atas telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Safira Sita Salsabilla 2213053027 -
Nama: Safira Sita Salsabilla
NPM : 2213053027

Analisis Jurnal 1
A. Identitas Jurnal
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Penulis : Ulil Hidayah
Tahun : 2018
Volume : 05
Nomor : 01
Nama jurnal : Jurnal Pedagogik
Kata Kunci : Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony

B. Hasil Analisis Jurnal
•Tujuan Pendidikan Nasional
Merujuk pada pendapat Naquib Al-Attas, akar kata pendidikan mengambil pada istilah ta’dzib mempunyai pengertian bahwa pendidikan merupakan proses perwujudan manusia yang mempunyai adab. Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik.

Pada era otonomi, kualitas pendidikan akan sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah. Ketika pemerintah daerah memiliki political will yang baik dan kuat terhadap dunia pendidikan, ada peluang yang cukup luas bahwa pendidikan di daerah bersangkutan akan maju (Baharun, 2012).Karena itu, perlu digarisbawahi adalah out put pendidikan yang melahirkan manusia cakap dalam potensi kepribadian dan sosial. Karena masalah bangsa yang masih menjadi sorotan utama adalah out put pendidikan yang masih buram dalam membangun relasi sosial.

•Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam (Muchlis Sholichin, 2007). Sedangkan PKn adalah pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga Negara yang secara politik adewasa dan ikut serta membangun sistem politik demokratis (Subhan Sofhiyan).

•Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar isi, kompetensi inti dan materi. Pada KI 1 merujuk pada pencapaian kompetensi spiritual. Pada KI 2 mecakup aspek sosial. Pada KI 3 mencakup pengembangan kognitif dan pada KI 4 mengarah pada pengembangan implementatif.
Sebagaimana yang ditulis di buku ajar, pada kurikulum 2013 tidak lagi menekankan istilah SK (Standar Kompetensi) melainkan menggunakan KI (Kompetensi Inti). Hal ini yang diharapkan pada pendidikan adalah tercapainya system pembelajaran yang dinamis, tidak menciptakan manusia robotic yang hanya patuh dengan aturan-aturan belajar yang kaku.

Sedangkan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Dalam hal ini dapat dipaparkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran PAI dan PKn di sekolah sudah menekankan pada kegiatan active learning, di mana peserta didik dapat mengeksplor wawasan dan pengetahuannya sendiri melalui sumber beajar yang tidak terbatas.

Evaluasi meliputi semua aspek penilaian pembelajaran pada ranah kemampuan berpikir (kognitif), kemampuan rasa, sikap atau perilaku (afektif) serta kemampuan keterampilan (psikomotorik). Pada tahap evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia, ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikapsikap karakter selama proses pembelajaran.

•Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik.

•Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Aulia Zahwa Adinda 2213053103 -
Nama: Aulia Zahwa Adinda
NPM: 2213053105
Kelas: 3G

A. Identitas Jurnal
Judul: REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Volume, Nomor dan Halaman: Vol. 05, No. 01, Halaman 69 - 81
Tahun: 2018
Penulis: Hidayah, U.
Kata kunci: Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony

B. Isi Jurnal
A. Pendahuluan
Secara universal sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari fenomena-fenomena kerusuhan yang mewarnai negeri ini. Politik identitas dikaitkan dengan kepentingan-kepentingan anggota sebuah kelompok sosial yang merasa diperas dan tersingkir oleh dominasi arus besar dalam sebuah bangsa. Sementara isu-isu terkait politik identitas di Indonesia antara lain adalah munculnya kepentingan local seperti tentang keadilan dan pembangunan daerah yang tidak merata serta adanya perbedaan agama dan ideology yang dirasa tidak menjamin antar golongan dapat hidup tenang berdampingan.
Farida menjelaskan bahwa lahirnya radikalisme dan fundamentalisme dilatarbelakangi oleh pemikiran dan peran sosial kiai, pandangan tersebut secara signifikan memberikan pengaruh terhadap lulusan pendidikan Islam. Pesantren menjadi identitas tersendiri bagi lembaga pendidikan Islam Indonesia Bali, Fenomena saling serang dan merasa kelompok yang dianutnya paling benar adalah indikasi dari kegagalan pendidikan melahirkan manusia bermoral dan berbudi pekerti. Salah satu penilaian menyebutkan bahwa system pendidikan nasional masih bersifat parsial, tidak utuh dan tidak sistematis.Implikasi dari system yang semacam ini menghasikan output pendidikan yang memiliki karakteristik labil. Mengutip pendapat Ngainun Naim, ada tiga kelompok besar prototype output pendidikan dewasa ini. Adanya ketidakseimbangan antara pola pikir, penghayatan dan tingkah laku yang diperoleh selama masa belajar menjadikan output pendidikan seperti di atas menjadi cacat pendidikan.

B. Tujuan Pendidikan Nasional
Secara universal kesimpulan menyeluruh pengertian ta’dib adalah menjadikan manusia yang terus berusaha untuk mengembangkan kebaikan bagi dirinya sendiri, masyarakatnya secara adil dan bertanggungjawab terhadap aturanaturan Tuhan. Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural . Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Di sekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar jurang pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah.
Pada era otonomi, kualitas pendidikan akan sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah. Jika harapan masing-masing sekolah sudah tercapai menghasilkan output pendidikan yang cakap di bidang industri maupun prestasi akademik lainnya. Karena itu, perlu digarisbawahi adalah output pendidikan yang melahirkan manusia cakap dalam potensi kepribadian dan sosial

C. Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam. Kandungan moral dari kedua mata pelajaran di atas telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya. Proses pembelajaran harus dapat menjadi wahana untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat berinteraksi secara ekstensif dengan masyarakat, mengembangkan sikap dan perilaku demokratis, serta menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar peserta didik. Pada kurikulum 2013 PAI ditambahi dengan penekanan istilah menjadi PAI dan BP. Sedangkan PKn mengalami banyak perubahan muatan, di era orde lama dikenal dengan pendidikan civic.

D. Pancasila dan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pendidikan moral ada pada materi ajar PAI misalnya berisi materi pokok meneladani sifat Rosulullah, hidup hemat dan sederhana, menghindari judi dan pertengkaran.

E. Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat pembelajaran SKL ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar isi, kompetensi inti dan materi. Dalam rumusan Kompetensi Inti pada mata pelajaran PAI dan PKn kurikulum 2013 disebutkan sebagaimana berikut:

F. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
Dari tabel di atas pada KI 1 merujuk pada pencapaian kompetensi spiritual. Pada KI 2 mecakup aspek sosial. Pada KI 3 mencakup pengembangan kognitif dan pada KI 4 mengarah pada pengembangan implementatif.
Sebagaimana yang ditulis di buku ajar, pada kurikulum 2013 tidak lagi menekankan istilah SK melainkan menggunakan KI.
Sedangkan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Dalam hal ini dapat dipaparkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran PAI dan PKn di sekolah sudah menekankan pada kegiatan active learning, di mana peserta didik dapat mengeksplor wawasan dan pengetahuannya sendiri melalui sumber beajar yang tidak terbatas.
Guru merupakan ujung tombak dari kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang menjadi motivator bagi peserta didik dalam memacu aktivitas belajarnya .
2013, saat ini lebih banyak memberikan ruang pada peserta didik untuk mengeksplor secara bebas pengetahuan yang diperoleh, bahkan ada ramburambu «guru haram menerangkan». Pendidik bertindak sebagai fasilitator dan pendamping dalam kegiatan pembelajaran untuk mengantarkan peserta didik mencapai tujuan serta menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Dari perspektif ini sebenarnya peserta didik tidak hanya butuh sosok guru yang berwawasan luas dan kreatif dalam memonitoring proses pembelajaran, melainkan juga sangat membutuhkan sosok panutan yang memiliki nilai-nilai moral budi luhur sebagai teladan peserta didik. Maka sangat dibutuhkan peran guru yang bisa memberikan teladan moral yang disengaja maupun tidak disengaja melalui kurikulum laten.
Pada tahap evaluasi ini, merupakan salah satu komponen pembelajaran yang memiliki peranan penting, dimana tolak ukur keberhasilan siswa selama melakukan proses pembelajaran dapat diketahui melalui evaluasi penilaian.
Definisi evaluasi menurut Nana Sujana adalah proses untuk menentukan atau memberikan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Evaluasi meliputi semua aspek penilaian pembelajaran pada ranah kemampuan berpikir, kemampuan rasa, sikap atau perilaku serta kemampuan keterampilan. Evaluasi pada aspek kognitif diperoleh melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, yaitu kemampuan peserta didik untuk mengetahui, memahami, mensintesis, menganalisis materi pembelajaran di kelas. Sedangkan evaluasi pada aspek afektif diukur dari kemampuan menerima, berpartisipasi, menilai, mengorganisasi, serta membentuk pola hidup.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Dinda Kusumawati Subagio 2253053016 -
Nama: Dinda Kusumawati Subagio
Npm: 2253053016

Analisis jurnal 1

Kegagalan pendidikan dalam menghasilkan individu yang bermoral dan beretika ditandai dengan saling menyerang dan keyakinan bahwa kelompok sendiri adalah kelompok yang tepat. Salah satu cara untuk mengevaluasi pendidikan moral adalah dengan mengukur aspek kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik. Aspek kognitif diukur dari kemampuan memahami dan mengingat nilai-nilai moral, sedangkan aspek afektif diukur dari kemampuan menerima, terlibat, mengevaluasi, menata dan membentuk gaya hidup berdasarkan nilai-nilai moral. Terakhir, aspek psikomotorik diukur dari kemampuan menerapkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan moral dapat menjembatani kesenjangan antar kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai moral yang diajarkan di sekolah. Pendidikan moral juga dapat membantu menciptakan masyarakat yang harmonis dengan cara menanamkan nilai-nilai moral pada peserta didik sehingga dapat menciptakan masyarakat yang lebih damai dan toleran.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Afanin Yuli Safitri 2213053020 -
Nama: Afanin Yuli Safitri
NPM: 2213053020
Kelas: 3G
Prodi: PGSD
ANALISIS JURNAL 1

Judul Jurnal: REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Penulis: Ulil Hidayah
Nama jurnal: Jurnal Pedagogik,
Vol dan No: Vol. 05 No. 01,
Tahun: 2018

Peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadi orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Pada era otonomi, kualitas pendidikan akan sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah. PAI dan PKn pada era Kurikulum 2013 ini memiliki porsi 3 jam pelajaran dalam sepekan, mengingat kurikulum sebelumnya mata pelajaran PAI hanya memiliki porsi waktu dua jam pelajaran. Maka dalam hal ini harapannya out put pendidikan memiliki nilai kepribadian yang unggul secara pribadi dan sosial yang tidak cukup hanya diketahui dan dipahami, tetapi juga dirasakan serta dijadikan sebuah aksi dalam kehidupan anak didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kompetensi: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan anti korupsi, (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa yang lainnya. (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui: a) Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik, b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya. c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas tapi lebih luas cakupannya, d) Pendidik menyisipkan pembelajaran multicultural melalui kurikulum laten secara sporadic, e) Evaluasi tulis berupa ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik.

Tantangan moral menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggungjawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas. Dan melalui pendidikan moral di sekolah khususnya yang tercakup dalam materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditambah lagi dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang secara jelas bertanggungjawab atas penanaman nilai-nilai moral bagi warga Indonesia. Sehingga menumbuhkan sikap toleransi, 3) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, 4) Menghargai hidup dalam perbedaan dilingkungan jangkauan pergaulan dan keberdaannya, 5) Mempunyai semangat belajar untuk mengetahui berbagai wawasan keilmuan dan pemahaman tentang fenomena dan kejadian yang namapak di sekitar lingkungan, sehingga bisa berpkir dan bersikap bijak ketika dihadapkan dengan gesekan perbedaan dan perpecahan antar golongan, 6) Mampu menalar dan mengurai secara mandiri berbagai aspek permasalahan disekitar lingkungan hidupnya secara objektif, 7) Mempunyai wawasan pendidikan politik; tentang ketatanegaraan sehingga dapat menempatkan diri sebagai bagian dari warga Negara, 8) Tumbuhnya semangat nasionalisme yang turut serta menjunjung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by AULIA MAHARANI PUTRI 2213053010 -
Nama : Aulia Maharani Putri
Npm : 2213053010
Kelas : 3G

Analisis Jurnal 1

A. Identitas jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Pedagogik
Vol/No : 05/01
Tahun: Januari 2018
Judul Jurnal : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Penulis : Ulil Hidayah (STAI Muhammadiyah Probolinggo, Probolinggo.
Kata Kunci : Rekontruksi, Evaluasi, Pendidikan Moral, Keserasian Sosial

B. Pembahasan
Pembahasan dari jurnal ini yaitu secara universal sistem pendidikan nasional mempunyai peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia. Terdapat penyebab terjadinya konflik dalam negeri yang diakibatkan adanya perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah dari kelompok 1 dan lainnya baik itu perbedaan agama, suku, budaya serta fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok yang mempunyai paham ideologi yang berbeda-beda (Fauzy, 2017).
Terdapat peran pendidikan dalam agen perubahan yaitu merubah dari orang yang kurang beradab hingga menjadi orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi lebih baik.


Esensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik akan tetapi lebih dari itu yaitu usaha sadar dalam menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap perannya di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Permasalahan identitas bangsa mempunyai tantangan moral yang menjadi tanggung jawab dari semua elemen masyarakat terkhusus dari dunia pendidikan yang mempunyai peran yang signifikan dalam membentuk generasi secara unggul, intelektual serta moralitas. Dengan adanya pendidikan seharusnya kita melakukan perbaikan secara terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa ini serta dengan adanya pendidikan moral yang ada di sekolah-sekolah terkhususnya yang mencakup materi pelajaran seperti Pendidikan Agama Islam Serta Budi Pekerti ditambah lagi dengan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang jelas jelas bertanggung jawab atas penanaman nilai moral bagi setiap warga negara Indonesi pada akhirnya dapat menumbuhkan sikap toleransi, menghargai hidup dalam perbedaan, mempunyai semangat belajar, mampu menalar dan mengurai secara mandiri, mempunyai wawasan pendidikan politik, serta tumbuhnya semangat nasionalisme.


C. Kesimpulan
Kesimpulannya yaitu sistem pendidikan nasional di Indonesia memiliki peranan yang penting dalam mengatasi konflik internal yang muncul akibat dari perbedaan agama, suku, budaya, dan idiologi. Pendidikan dianggap sebagai agen perubahan untuk mengubah perilaku dan moral individu menuju lebih baik serta dengan adanya pendidikan moral yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang berwatak leluhur dengan.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Aura Fitria Ananda 2213053094 -
Nama : Aura Fitria Ananda
NPM : 2213053094
Kelas : 3G

A. Identitas Jurnal
nama jurnal : Jurnal pedagogik
judul jurnal : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
tahun : Januari-Juni 2018
volume dan nomor : Vol. 05 No. 01
penulis : Ulil Hidayah
korespondensi : Permata_ulya@yahoo.co.id
kata kunci : Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony

B. Hasil Analisis

Secara umum sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia (Baharun, 2017a). Potret pendidikan Islam dewasa ini melahirkan dua sudut pandang yang berbeda (Fauzi, 2018), yaitu; a) pendidikan Islam tidak lagi dimonopoli oleh kelompok liberalis dan fundamentalis, melainkan telah diwarnai oleh sekelompok Islam lain, b) pendidikan Islam dipersepsikan menjadi embrio lahirnya kelompok Islam radikal dan Islam fundamentalis (Fauzi, 2018),hasil penelitian Farida menjelaskan bahwa lahirnya radikalisme dan fundamentalisme dilatarbelakangi oleh pemikiran dan peran sosial kiai, pandangan tersebut secara signifikan memberikan pengaruh terhadap lulusan pendidikan Islam, (Ummah Farida, 2016). 
Salah satu penilaian menyebutkan bahwa system pendidikan nasional masih bersifat parsial, tidak utuh dan tidak sistematis. Implikasi dari system yang semacam ini menghasikan out put pendidikan yang memiliki karakteristik labil.

Mengutip pendapat Ngainun Naim, ada tiga kelompok besar prototype out put pendidikan dewasa ini. Pertama, pendidikan menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai terhadap teknologi, namun kurang mampu memahami, menjalankan dan menghayati nilai-nilai agama. Kedua, mereka yang memiliki kemampuan intelektual dan mampu menghayati terhadap nilai-nilai ajaran agama akan tetapi tidak mampu menguasai teknologi dan dinamika politik yang ada di dalamnya. Ketiga, kelompok yang memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai agama akan tetapi tidak mampu menghayati nilai-nilai luhur sebagai subtansi ajaran agama (Ngainun Naim, 2010). Adanya ketidakseimbangan antara pola pikir, penghayatan dan tingkah laku yang diperoleh selama masa belajar menjadikan out put pendidikan seperti di atas menjadi cacat pendidikan.
Secara umum kesimpulan menyeluruh pengertian ta’dib adalah menjadikan manusia yang terus berusaha untuk mengembangkan kebaikan bagi dirinya sendiri, masyarakatnya secara adil dan bertanggungjawab terhadap aturan- aturan Tuhan.

Peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik.
Pada era otonomi, kualitas pendidikan akan sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah. Ketika pemerintah daerah memiliki political will yang baik dan kuat terhadap dunia pendidikan, ada peluang yang cukup luas bahwa pendidikan di daerah bersangkutan akan maju (Baharun, 2012).
Kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam (Muchlis Sholichin, 2007).
Sedangkan PKn adalah pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga Negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik demokratis (Subhan Sofhiyan). Kandungan moral dari kedua mata pelajaran di atas telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya.
Dari perspektif ini sebenarnya peserta didik tidak hanya butuh sosok guru yang berwawasan luas dan kreatif dalam memonitoring proses pembelajaran, melainkan juga sangat membutuhkan sosok panutan yang memiliki nilai-nilai moral budi luhur sebagai teladan peserta didik.
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah.
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Evinna Winda Merita 2213053297 -
Nama : Evinna Winda Merita
NPM : 2213053297
Kelas : 3G
Analisis jurnal 1 “REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL”

Keywords: Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony
pendidikan akhlak pada mata pelajaran Pendidikan Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kedua subjek ini dianggap paling bertanggung jawab terhadap etika berpikir dan berperilaku manusia terpelajar. Menurut kurikulum diterapkan saat ini rencana dan proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik, namun perlu dilakukan dikonstruksikan kembali dalam evaluasi hasil belajar siswa. Dalam harapan bahwa penilaian utama bukan hanya dari ranah kognitif secara utuh pembelajaran di kelas, namun lebih dari itu merupakan afektif yang nyata dan permanen dan penilaian psikomotorik pada diri siswa sampai ia tumbuh dewasa di tengah masyarakat sosial yang harmonis.
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan kehidupan (Muali, 2016). Sebab, acuan kurikulum pemerintah yang berlaku secara umum tidak bisa memastikan keadaan pada tiap-tiap institusi pendidikan. Praktisi pendidikan termasuk pimpinan sekolah dan guru perlu merumuskan ulang model evaluasi pendidikan moral yang tidak sekedar berdasarkan hasil nilai ulangan harian.
Semua bagian masyarakat bertanggung jawab atas masalah moral yang berkaitan dengan identitas bangsa, terutama pendidikan, yang memainkan peran penting dalam pembentukan generasi baru. yang lebih baik secara intelektual dan moral, sehingga penilaian Pendidikan perlu kiranya melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan serius dalam memenuhi tuntutan moral generasi bangsa, dan melalui pendidikan moral di sekolah, terutama yang dimasukkan ke dalam materi pelajaran Pelajaran ini juga mencakup Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Pendidikan Kewarganegaraan yang jelas menanggung menanamkan nilai-nilai moral di dalam masyarakat Indonesia, sehingga mengembangkan sikap toleransi, 3) Menghargai dan menghayati tindakan yang jujur, disiplin, dan responsif, peduli (toleransi, gotong royong), ramah, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial dengan baik, 4) menghargai hidup dalam perbedaan jangkauan dan variasi pergaulan di lingkungan, 5) Mempunyai keinginan untuk belajar.
In reply to Evinna Winda Merita 2213053297

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Natasya Bunga Nitara 2213053012 -
Nama : Natasya Bunga Nitara
Npm : 2213053012
Analisis Jurnal

A. Identitas Jurnal
Judul : Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis : Ulil Hidayah
Tahun : 2018
Nomor : 01
Volume : 05
Nama Jurnal : Jurnal Pedagogik
Kata Kunci : Rekonstruksi, Evaluasi, Moral edukasi, Sosial harmoni

B. Hasil Analisis
-Tujuan Pendidikan Nasional
Peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat.

-Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan moral ada pada materi ajar PAI misalnya berisi materi pokok meneladani sifat Rosulullah, hidup hemat dan sederhana, menghindari judi dan pertengkaran. Sedangkan materi pada PKn diantaranya adalah pendidikan politik atau mengenai ketatanegaraan yang berlandaskan Pancasila guna merajut manusia dalam masyarakat yang bersatu dalam kebhinnekaan.

-Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
KI 1 merujuk pada pencapaian kompetensi spiritual. Pada KI 2 mecakup aspek sosial. Pada KI 3 mencakup pengembangan kognitif dan pada KI 4 mengarah pada pengembangan implementatif. Sedangkan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan.

-Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Landasan tercapainya suatu tujuan pendidikan yang baik adalah melalui implementasi kurikulum yang sesuai dengan kemampuan sekolah dalam mengelolah sumber daya yang dimiliki dan disesuai dengan kebutuhan masyarakat dan stakeholder. Banks menuliskan bahwa sekolah sebagai sistem sosial mengajarkan dan membentuk kepribadian dan karakter siswa melalui kurikulum yang manifes maupun laten.

-Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Chindy Alviona 2213053093 -
Nama: Chindy Alviona
NPM: 2213053093
Kelas: 3G
Prodi: PGSD

Analisis Jurnal 1
A. IDENTITAS JURNAL
1. Judul Jurnal: REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL
MENUJU HARMONI SOSIAL
2.Penulis: Ulil Hidayah
STAI Muhammadiyah Probolinggo, Probolinggo
Email: Permata_ulya@yahoo.co.id
Jurnal Pedagogik, Vol. 05 No. 01, Januari-Juni 2018
ISSN : 2354-7960
E-ISSN : 2528-5793

B. HASIL ANALISIS
Pada jurnal ini membahas berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan di Indonesia, termasuk perubahan kebijakan dan kurikulum untuk meningkatkan kualitas pendidikan Ini menyoroti masalah kompleks yang dihadapi oleh sistem pendidikan, khususnya masalah ketidakharmonisan sosial, yang menunjukkan kegagalan untuk membentuk individu yang beradab. Pada jurnal ini berfokus pada evaluasi pendidikan moral dalam Pendidikan Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan, yang dianggap bertanggung jawab untuk membentuk etika dan perilaku individu yang berpendidikan, menekankan perlunya merekonstruksi evaluasi hasil pembelajaran siswa, bergerak melampaui penilaian kognitif untuk memasukkan penilaian afektif dan psikomotorik. Tujuan utamanya adalah untuk menumbuhkan masyarakat sosial yang harmonis di mana individu dapat tumbuh dan berkembang.

Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional, sebagaimana dibahas dalam jurnal, adalah untuk memainkan peran penting dalam perkembangan dinamis bangsa Indonesia. Ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kualitas pendidikan di negara ini dengan menerapkan berbagai kebijakan dan perubahan kurikulum. Pemerintah telah melakukan upaya untuk mencapai tujuan pendidikan melalui kebijakan sentralisasi, desentralisasi, dan demokratisasi. Perubahan ini dimaksudkan untuk memberdayakan daerah dan sekolah untuk mengembangkan potensi mereka sendiri dan mencapai tujuan pendidikan. Evaluasi pendidikan moral dalam pendidikan nasional sangat penting untuk memastikan pembentukan individu yang beradab. Pendidikan Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan dianggap bertanggung jawab untuk membentuk etika dan perilaku individu yang berpendidikan. Proses evaluasi perlu direkonstruksi untuk memasukkan penilaian afektif dan psikomotorik, melampaui penilaian kognitif. Tujuannya adalah untuk menciptakan masyarakat sosial yang harmonis di mana individu dapat tumbuh dan berkembang. Sistem pendidikan nasional harus mengintegrasikan pendidikan moral dengan kasus-kasus kehidupan nyata dan mempromosikan persatuan dalam keragaman. Ini juga harus fokus pada mengatasi masalah saat ini dan mempromosikan penyampaian pendidikan moral yang efektif oleh para pendidik.

Tantangan materi pelajaran di sekolah
Mata pelajaran Pendidikan Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PkN) dianggap bertanggung jawab untuk mengatasi tantangan terkait kepribadian dan potensi sosial di sekolah. Mata pelajaran ini bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan, pemahaman, dan praktik ajaran Islam dan pendidikan kewarganegaraan. Kurikulum menekankan pembelajaran aktif, di mana siswa dapat mengeksplorasi wawasan dan pengetahuan mereka sendiri melalui berbagai sumber pembelajaran. Pelaksanaan mata pelajaran ini berfokus pada kegiatan seperti mengamati, mempertanyakan, bereksperimen, bernalar, dan berkomunikasi. Namun, ada kebutuhan untuk nilai-nilai yang diajarkan dalam mata pelajaran ini untuk diinternalisasi secara permanen oleh siswa, bahkan di luar lingkungan sekolah. Tantangan saat ini adalah untuk memastikan bahwa nilai-nilai yang diinginkan dimanifestasikan dalam perilaku dan karakter siswa di luar pengaturan kelas.

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Jurnal ini membahas rekonstruksi evaluasi pendidikan moral menuju keharmonisan sosial.
Evaluasi pendidikan moral tidak terbatas pada instrumen penilaian formal, tetapi juga mencakup ruang lingkup yang lebih luas. Para pendidik dalam penelitian ini menekankan pentingnya menggabungkan kebijaksanaan lokal dan praktik sosial dalam pendidikan inklusif berdasarkan ajaran Islam. Rekonstruksi evaluasi pendidikan moral bertujuan untuk mempromosikan pendidikan Islam moderat dan menumbuhkan keharmonisan sosial. Studi ini menyoroti peran modal sosial di pesantren sebagai paradigma pendidikan Islam moderat.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by LATIFA NURMALA 2213053166 -
Nama : Latifa Nurmala
Npm : 2213053166
Kelas : 3G

Analisis Jurnal

1. Identitas Jurnal
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL
MENUJU HARMONI SOSIAL
Penulis : Ulil Hidayah
Nomor : 1
Tahun Terbit : Januari 2018
Kata Kunci : Rekonstruksi, Evaluasi, Pendidikan Moral, Keserasian Sosial
Korespodensi :
Permata_ulya@yahoo.co.id

2. Hasil Analisis :
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak
didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam. Sedangkan, Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta
didik memiliki kompetensi: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi, (3) berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa yang lainnya. (4)
berinteraksi dengan bangsa-bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Annisa Fadillah Quraini 2253053026 -
Nama : Annisa Fadillah Quraini
NPM : 2253054026
Analisis Jurnal 1

Identitas Jurnal
Judul Jurnal: REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Penulis: Ulil Hidayah
Nama jurnal: Jurnal Pedagogik,
Vol dan No: Vol. 05 No. 01,
Tahun: 2018

Tantangan moral yang menjadi persoalan jati diri bangsa merupakan tanggung jawab bersama seluruh sektor masyarakat, khususnya pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan generasi yang memiliki kecerdasan dan moral yang tinggi. Oleh karena itu, pengkajian pendidikan harus dilakukan secara berkesinambungan dan ketat untuk memenuhi kebutuhan perilaku generasi bangsa.
Mata pelajaran seperti pendidikan agama Islam, pendidikan karakter, dan pendidikan kewarganegaraan mempunyai peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai moral pada warga negara Indonesia. Itu bertujuan untuk:
1. Menumbuhkan karakter sabar, hormat, jujur, disiplin dan tanggung jawab.
2. Mendorong sikap peduli terhadap orang lain, semangat kerjasama, dan budi pekerti yang baik.
3. Mengembangkan rasa percaya diri untuk berinteraksi secara efektif dengan lingkungan.
4. Mengajarkan pentingnya hidup dalam perbedaan dan menghargai keberagaman.
5. Mendorong pembelajaran untuk memahami berbagai aspek keajaiban lingkungan.
6. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis untuk menghadapi konflik dan konflik sosial.
7. Memberikan penjelasan tentang penyelenggaraan negara dan pentingnya sebagai warga negara yang baik.
8. Menumbuhkan semangat patriotisme dan cinta keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia.

Melalui pendidikan akhlak yang baik diharapkan generasi bangsa menjadi manusia yang bertanggung jawab, beretika, dan cinta tanah air yang pada akhirnya akan menunjang jati diri dan perilaku bangsa yang kuat.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Wike Oktaviana 2213053194 -
Nama : Wike Oktaviana
NPM : 2213053194
Kelas : 3G

Analisi jurnal 1

REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL
MENUJU HARMONI SOSIAL
oleh Ulil Hidayah

Secara universal sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia (Baharun, 2017a). peran pendidikan sebagai agen perubahan maksudnya yakni merubah orang yang kurang beradab dan menjadi orang yang beradab atau dari orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam mencapai suatu tujuan pendidikan yang diharapkan. Mulai dari kebijakan sentralisasi yang berubah menjadi desentralisasi dan juga demokratisasi hingga perubahan kurikulum yang mana dianggap mampu meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan di Indonesia dengan cara keseluruhan. Namun, realitas output pendidikan yang terjadi saat ini ialah masih diliputi oleh permasalahan yang semakin kesini semakin kompleks. Dari sekian banyak permasalahan pendidikan, disharmonisasi sosial menjadi gambaran yang paling mencolok yang mana mengindikasikan bahwa pendidikan-pendidikan ini gagal membentuk manusia yang beradab. Dalam artikel mengulas tentang evaluasi pendidikan moral pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kedua mata pelajaran ini dianggap paling bertanggung jawab terhadap etika berpikir dan berperilaku manusia terdidik.

Menurut kurikulum yang yang diterapkan saat ini perencanaan dan proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik, namun perlu dikonstruksi ulang dalam evaluasi hasil belajar siswa. Dengan harapan bahwa penilaian utama bukan hanya dari ranah kognitif sebagai kelengkapan pembelajaran di kelas, namun lebih dari itu adalah penilaian afektif dan psikomotorik dalam diri siswa hingga ia tumbuh berada di tengah-tengah masyarakat sosial yang harmonis. Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan dari pembelajaran PAI dan PKn yakni sangat menentukan bagaimana isi materi yang dapat diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran sampai pada tahap evaluasi pada peserta didik di
sekolah.

Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa saat ini telah menjadi tanggungjawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan juga moralitas. Maka, evaluasi pendidikan perlu untuk melakukan perbaikan dengan cara berkelanjutan dan serius dalam memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa. Melalui pendidikan moral di sekolah terkhususnya yang tercakup dalam materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti serta Pendidikan Kewarganegaraan yang secara jelas bertanggungjawab atas penanaman nilai-nilai moral bagi warga Indonesia. Sehingga menumbuhkan sikap toleransi, Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, tumbuhnya semangat nasionalisme yang turut
serta menjunjung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan lain sebagainya.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by NADIA NUR SAFITRI 2213053275 -
Nama : Nadia Nur Safitri
Npm : 2213053275
Kelas : 3G
Analisis Jurnal 1

Identitas Jurnal
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Volume, Nomor dan Halaman: Vol. 05, No. 01, Halaman 69 - 81
Tahun : 2018
Penulis: Ulil Hidayah
Kata kunci: Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony

Hasil analisis dan kesimpulan
Pentingnya evaluasi pendidikan moral dalam membentuk generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moral. Evaluasi pendidikan di sekolah, terutama dalam materi pelajaran Pendidikan Agama Islam, Budi Pekerti, dan Pendidikan Kewarganegaraan, memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada warga Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sikap toleransi, menghargai nilai-nilai seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, serta memupuk semangat belajar dan wawasan keilmuan. Pentingnya menghargai keberagaman dalam lingkungan sosial dan memiliki kemampuan untuk menghadapi perbedaan dan konflik antar golongan dengan bijak. Selain itu, dijelaskan bahwa warga Negara juga perlu memiliki wawasan politik dan memahami ketatanegaraan, serta menumbuhkan semangat nasionalisme untuk mendukung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Tantangan moral yang dihadapi bangsa merupakan tanggung jawab bersama seluruh masyarakat, dan pendidikan memiliki peran utama dalam mengatasi masalah ini. Evaluasi pendidikan moral harus dilakukan secara terus menerus dan serius untuk memenuhi kebutuhan moral generasi bangsa.

Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa pendidikan moral memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan moralitas generasi muda. Evaluasi pendidikan moral yang terus menerus dan serius adalah kunci untuk memastikan pemenuhan kebutuhan moral generasi bangsa, dan pendidikan menjadi faktor penting dalam mencapai harmoni sosial. Tujuan yang di harapkan Pendidikan Moral yaitu Menumbuhkan sikap toleransi, Menghargai dan menghayati perilaku( jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial) ,
Menghargai perbedaan dan hidup dalam harmoni dengan berbagai golongan, Mendorong semangat belajar dan pemahaman tentang fenomena di sekitar lingkungan, Mengembangkan wawasan pendidikan politik dan nasionalisme.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by DEVI KELANA RINDU BINTARA 2213053095 -
Nama : DEVI KELANA RINDU BINTARA
Npm : 2213053095
Analisis Jurnal 1

A. Identitas Jurnal
Judul : Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis : Ulil Hidayah
Tahun : 2018
Nomor : 01
Volume : 05
Nama Jurnal : Jurnal Pedagogik
Kata Kunci : Rekonstruksi, Evaluasi, Moral edukasi, Sosial harmoni

B. Hasil Analisis
Peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat.

Pendidikan moral ada pada materi ajar PAI misalnya berisi materi pokok meneladani sifat Rosulullah, hidup hemat dan sederhana, menghindari judi dan pertengkaran. Sedangkan materi pada PKn diantaranya adalah pendidikan politik atau mengenai ketatanegaraan yang berlandaskan Pancasila guna merajut manusia dalam masyarakat yang bersatu dalam kebhinnekaan. Landasan tercapainya suatu tujuan pendidikan yang baik adalah melalui implementasi kurikulum yang sesuai dengan kemampuan sekolah dalam mengelolah sumber daya yang dimiliki dan disesuai dengan kebutuhan masyarakat dan stakeholder.

Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by RAMADYA VINTIKA LARAS 2213053264 -
Nama : Ramadya Vintika Laras
NPM : 2213053264
KELAS : 3G

Dari Jurnal 1 yang berjudul "Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial" dapat saya simpulkan bahwa jurnal ini membahas pentingnya rekonstruksi evaluasi pendidikan moral untuk mencapai harmoni sosial melalui mata pelajaran PAI dan PKN. Dalam jurnal ini, penekanan diberikan pada perlunya evaluasi yang berfokus pada aspek perilaku moral dan karakter peserta didik daripada hanya mengandalkan hasil nilai ulangan harian. Evaluasi moral harus mencerminkan pertumbuhan dan akar budi luhur dalam kepribadian peserta didik.

Penulis juga menggarisbawahi peran mata pelajaran PAI dan PKN dalam menanamkan nilai-nilai moral yang baik, seperti toleransi, disiplin, tanggung jawab, dan nasionalisme. Selain itu, sistem evaluasi harus mencakup aspek afektif dan psikomotorik, termasuk penilaian aksi moral peserta didik di dalam dan di luar sekolah.

Kesimpulannya, jurnal ini menekankan perlunya mengubah pendekatan dalam evaluasi pendidikan moral untuk menciptakan generasi yang memiliki karakter moral yang kuat dan mampu menjaga harmoni sosial di masyarakat.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by MIFTAHUL JANNAH 2253053012 -
Nama : Miftahul Jannah
Npm : 2253053012
Kelas : 3G

Analisis jurnal 1

Identitas Jurnal
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Volume, Nomor dan Halaman: Vol. 05, No. 01, Halaman 69 - 81
Tahun : 2018
Penulis: Hidayah, U.
Tanggal Reviewer : 25 Oktober 2023
Kata kunci: Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony

Secara universal sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia. peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat.

PKn adalah pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga Negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik demokratis. Guru merupakan ujung tombak dari kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang menjadi motivator bagi peserta didik dalam memacu aktivitas belajarnya. Dalam proses pembelajaran kurikulum
2013, saat ini lebih banyak memberikan ruang pada peserta didik untuk mengeksplor secara bebas pengetahuan yang diperoleh, bahkan ada ramburambu “guru haram menerangkan”. Pendidik bertindak sebagai fasilitator dan
pendamping dalam kegiatan pembelajaran untuk mengantarkan peserta didik mencapai tujuan serta menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Tahap evaluasi ini, merupakan salah satu komponen pembelajaran
yang memiliki peranan penting, dimana tolak ukur keberhasilan siswa selama melakukan proses pembelajaran dapat diketahui melalui evaluasi penilaian. Pada tahap evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia, ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikapsikap karakter selama proses pembelajaran.

Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi
tanggungjawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang
memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas. Sehingga evaluasi pendidikan perlu kiranya melakukan perbaikan secara terus menerus dan serius dalam
memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Shelly Shelly -
Nama: Shelly
NPM: 2253053019
Kelas: 3G

Analisi jurnal 1
- Identitas jurnal
Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Penulis : Ulil Hidayah
Tahun : 2018
Volume : 05
Nomor : 01
Nama jurnal : Jurnal Pedagogik
Kata Kunci : Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony

- Isi jurnal
Peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadi orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Pada era otonomi, kualitas pendidikan akan sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah. PAI dan PKn pada era Kurikulum 2013 ini memiliki porsi 3 jam pelajaran dalam sepekan, mengingat kurikulum sebelumnya mata pelajaran PAI hanya memiliki porsi waktu dua jam pelajaran. Maka dalam hal ini harapannya out put pendidikan memiliki nilai kepribadian yang unggul secara pribadi dan sosial yang tidak cukup hanya diketahui dan dipahami, tetapi juga dirasakan serta dijadikan sebuah aksi dalam kehidupan anak didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kompetensi: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan anti korupsi, (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa yang lainnya. (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui:
a) Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa
mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan,
b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya. Isu-isu yang diberikan harus sesuai dengan daya kemampuan peserta didik. Kemudian pendidik sebagai fasilitator mengoreksi hasil kerja peserta didik dan memberikan ulasan dengan membawa sudut pandang kebersatuan kebhinnekaan,
c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian

Esensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik akan tetapi lebih dari itu yaitu usaha sadar dalam menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap perannya di masa sekarang dan masa yang akan datang.

- Kesimpulan
Kesimpulannya yaitu sistem pendidikan nasional di Indonesia memiliki peranan yang penting dalam mengatasi konflik internal yang muncul akibat dari perbedaan agama, suku, budaya, dan idiologi. Pendidikan dianggap sebagai agen perubahan untuk mengubah perilaku dan moral individu menuju lebih baik serta dengan adanya pendidikan moral yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang berwatak leluhur dengan
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Andika Purbaya 2213053169 -
Nama : Andika Purbaya
Npm : 2213053169
Kelas : 3G

Analisis Jurnal

Setelah membaca jurnal tersebut saya beranalisis bahwasanya moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggungjawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa
yang unggul secara intelektual dan moralitas. Sehingga evaluasi pendidikan perlu kiranya melakukan perbaikan secara terus menerus dan serius dalam memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa. Dan melalui pendidikan moral di sekolah khususnya yang tercakup dalam materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditambah lagi dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang secara jelas bertanggungjawab atas penanaman nilai-nilai moral bagi warga Indonesia. PAI dan PKn diharapkan sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan
peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan kehidupan (Muali, 2016). Sebab, acuan kurikulum pemerintah yang berlaku
secara umum tidak bisa memastikan keadaan pada tiap-tiap institusi pendidikan. Praktisi pendidikan termasuk pimpinan sekolah dan guru perlu
merumuskan ulang model evaluasi pendidikan moral yang tidak sekedar berdasarkan hasil nilai ulangan harian. Misalnya selama ini sekolah lebih
banyak menekankan hafalan, dan ketepatan dalam menjawab soal pilihan ganda. Karena penilaian dari system seperti itu jelas bukan tolak ukur keberhasilan peserta didik pada mata pelajaran moral dan pancasila.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by RILIAN TSABITHA SURI 2213053141 -
Nama: Rilian Tsabitha Suri
NPM: 2213053141
Kelas: 3G

Analisis Jurnal 1

Identitas Jurnal
Judul Jurnal: REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Penulis: Ulil Hidayah
Nama Jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume, Nomor, dan Halaman: Vol. 05, No. 01, dan Hal 69-81
Tahun: 2018

Hasil analisis:
Masalah bangsa yang masih menjadi sorotan utama adalah out put pendidikan yang masih buram dalam membangun relasi sosial. Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta
didik di sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata
kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan kehidupan. Perlu ada penekanan-penekanan evaluasi yang sifatnya perilaku moral yang berbudi luhur tumbuh dan mengakar pada kepribadian peserta didik sebagai hasil belajar. Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata
pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui:
1. Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan
2. Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya.
3. Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas tapi lebih luas cakupannya
4. Pendidik menyisipkan pembelajaran
multicultural melalui kurikulum laten secara sporadic
5. Evaluasi tulis berupa ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Ricca Tri Fadillah 2213053161 -
Nama:Ricca Tri Fadillah
Npm:2213053161
Kelas:3G

Analisis jurnal
Judul:Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis:Ulil Hidayah
Kata kunci:Rekonstruksi,Evaluasi, Pendidikan Moral, Harmoni Sosial.

Isi jurnal
Pemerintah mencapai kebijakan sentralisasi, desentralisasi, demokratisasi, dan perubahan kurikulum untuk meningkatkan mutu dan pendidikan di Indonesia . Disharmonisasi sosial adalah gambaran paling mencolok yang menunjukkan pendidikan membentuk manusia beradab. Kedua subjek dianggap paling bertanggung jawab terhadap etika berpikir dan berperilaku manusia terpelajar.
Diperlukannya paradigma pendidikan Islam yang lebih membumi dan humanistik, dengan melakukan kajian ulang terhadap sistem nilai sosial pesantren berdasarkan nilai al-Qur’an dan al-Hadits, sesuai dengan konteks ke-Indonesiaan.
Kejadian yang saling menyerang dan merasa kelompok yang diikutinya paling benar adalah indikasi dari kegagalan pendidikan melahirkan manusia bermoral dan berbudi pekerti. Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik.pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat.Karena itu, perlu digarisbawahi adalah out put pendidikan yang melahirkan manusia cakap dalam potensi kepribadian dan sosial.Karena masalah bangsa yang masih menjadi sorotan utama adalah out put pendidikan yang masih buram dalam membangun relasi sosial.
Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertanyakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).Kandungan moral dari kedua mata pelajaran di atas telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya.Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik
maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan
manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap
peranannya di masa sekarang dan akan datang. 
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Mutiara Deva Gusti 2213053135 -
Nama : Mutiara Deva Gusti
NPM : 2213053135
Kelas : 3G

ANALISIS JRUNAL 1
Identitas jurnal
Nama jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume: 05
Nomor: 01
Tahun: 2018
Judul: Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Ulil Hidayah

Tujuan Pendidikan Nasional
Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Di sekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar jurang pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah.

Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam.

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan kehidupan.

Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang. Upaya pemberian pendidikan moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu: Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), analisis nilai (values clarification approach), pembelajaran berbuat (action learning approach).
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Ihya Ghulam Halim 2213053178 -
Nama : Ihya Ghulam Halim
NPM : 2213053178
Kelas : 3G

Analisis jurnal 1

Setelah membaca dan mengamati jurnal yang telah disediakan yaitu dengan judul "REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL, yang ditulis oleh Ulil Hidayah. Bisa di simpulkan bahwasanya Secara universal sistem Pendidikan Nasional memiliki peranan yang signifikan terhadap dinamika perjalanan bangsa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari fenomena-fenomena kerusuhan yang mewarnai negeri ini. Banyak diantaranya pemicu terjadi konflik dalam negeri diakibatkan oleh perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah antara kelompok satu dan lainnya, baik itu perbedaan agama, suku, budaya bahkan yang lebih fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok-kelompok yang memiliki paham ideology yang berbeda. Merujuk pada pendapat Naquib Al-Attas, akar kata pendidikan mengambil pada istilah ta’dzib mempunyai pengertian bahwa pendidikan merupakan proses perwujudan manusia yang mempunyai adab.

Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah.

Guru merupakan ujung tombak dari kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang menjadi motivator bagi peserta didik dalam memacu aktivitas belajarnya. Pada tahap evaluasi ini, merupakan salah satu komponen pembelajaran yang memiliki peranan penting, dimana tolak ukur keberhasilan siswa selama melakukan proses pembelajaran dapat diketahui melalui evaluasi penilaian. Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Fadhila Cahya Ningtyas 2213053271 -
Nama : Fadhila Cahya Ningtyas
NPM : 2213053271
Kelas : 3G

Analisis Jurnal
Identitas Jurnal
Judul : Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Vol, no, tahun, halaman : Vol. 05 No. 01, tahun 2018, 69-81.
Penulis : Ulil Hidayah
Korespondensi : Permata_ulya@yahoo.co.id

Pendahuluan
Pendahuluan dalam jurnal ini menggambarkan peran penting sistem pendidikan nasional dalam dinamika bangsa Indonesia. Pemicu konflik di negara ini sering kali berhubungan dengan perbedaan agama, suku, budaya, dan ideologi. Politik identitas menjadi sensitif dan dapat memicu benturan antar kelompok. Fenomena ini terkait dengan kepentingan kelompok sosial dan isu lokal, seperti keadilan dan pembangunan yang tidak merata. Dalam konteks globalisasi, pendidikan Islam menghadapi dua sudut pandang berbeda: ada yang melihatnya sebagai sarana radikalisme dan fundamentalisme, sementara yang lain mencari pendekatan yang lebih membumi dan humanistik berdasarkan nilai-nilai al-Qur'an dan al-Hadits. Didalam pendahuluan juga disebutkan bahwa pendidikan nasional memiliki kelemahan, seperti ketidakseimbangan dalam menghasilkan lulusan dengan kemampuan intelektual dan pemahaman agama yang tidak seimbang. Terdapat tiga kelompok besar output pendidikan saat ini, masing-masing memiliki kekurangan dalam memahami teknologi, agama, atau nilai-nilai agama. Menurut Mgainun Naim, 2010 kelompok yang memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai agama akan tetapi tidak mampu menghayati nilai-nilai luhur sebagai subtansi ajaran agama.
Selain itu dalam pendahuluan juga dibahas pentingnya mengkaji dan memperbaiki sistem pendidikan untuk menghasilkan individu yang lebih seimbang dalam kemampuan intelektual, pemahaman agama, dan moralitas.

Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah

Jurnal ini membahas tantangan dalam penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah. Hasilnya belum termanifestasi secara permanen dalam diri peserta didik, terutama ketika mereka keluar dari lingkungan sekolah. Terdapat dua mata pelajaran yang dianggap bertanggung jawab atas hal ini, yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
PAI adalah pendidikan untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, dan praktik ajaran agama Islam. Sementara PKn bertujuan untuk membantu peserta didik menjadi warga negara yang politik dewasa dan berkontribusi dalam sistem politik demokratis.

Kedua mata pelajaran ini mencakup norma-norma moral, pemahaman tentang agama dan negara, serta materi tentang toleransi terhadap perbedaan dalam masyarakat. Paradigma pendidikan Islam juga menjadi bagian dari konteks ini. Jurnal ini mungkin menyoroti pentingnya memastikan bahwa materi pelajaran ini dapat membantu peserta didik menginternalisasi nilai-nilai budi pekerti secara permanen dalam kehidupan mereka.

Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah

Jurnal ini membahas persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah. Pada tahap persiapan, disoroti pentingnya memastikan bahwa kurikulum mematuhi standar kompetensi lulusan dan berfokus pada Kompetensi Inti (KI). Kurikulum 2013 menekankan pendekatan yang dinamis dan bukan hanya menciptakan peserta didik yang patuh, tetapi yang mampu belajar dengan cara yang lebih bebas.

Sedangkan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, kurikulum 2013 menerapkan pendekatan saintifik yang mencakup aktivitas seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Peran guru berubah menjadi fasilitator yang mendampingi peserta didik dalam proses pembelajaran, menciptakan suasana kondusif, dan memberikan kebebasan untuk mengeksplorasi pengetahuan.

Evaluasi dalam pembelajaran mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pemberian skor dilakukan dalam berbagai kegiatan, termasuk diskusi, pengayaan materi, refleksi akhlak mulia, ulangan, dan pemantauan sikap karakter peserta didik. Namun, praktek evaluasi kadang-kadang terkendala oleh jumlah jam pelajaran dan materi yang harus dicakup, dan diperlukan keterampilan pendidik dalam melakukan penilaian yang sporadis.

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral

Pentingnya bagaimana materi diajarkan dalam tahap perencanaan pembelajaran hingga evaluasi di sekolah untuk mencapai tujuan harmoni sosial diungkapkan. Artikel menggarisbawahi bahwa kurikulum nasional tidak bisa memastikan keadaan di setiap institusi pendidikan, dan perlu ada penekanan pada evaluasi yang menilai perilaku moral yang mendasari kepribadian peserta didik.

Rekonstruksi evaluasi harus mempertimbangkan kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral, menghadapkan peserta didik pada masalah yang relevan, memberikan ruang untuk kerja berkelompok, menyertakan pembelajaran multikultural, dan menilai aspek afektif dan psikomotorik peserta didik. Evaluasi tulis, seperti ulangan harian, harus menjadi bagian dari penilaian, tetapi bukan penilaian utama.



Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan nasional dengan merujuk pada pemikiran Naquib Al-Attas. Menurut Al-Attas, pendidikan adalah proses perwujudan manusia yang memiliki adab, yang melibatkan kesadaran terhadap tanggung jawab terhadap Tuhan, pemenuhan kewajiban terhadap diri sendiri dan masyarakat dengan adil, serta usaha terus-menerus untuk mencapai kesempurnaan dalam hal akhlak.

Selanjutnya, jurnal ini membahas peran pendidikan sebagai agen perubahan untuk mengubah individu yang kurang beradab menjadi lebih beradab. Pierre Bourdieu, seorang ahli sosiologi, mengatakan bahwa pendidikan berperan dalam reproduksi kultural dan mendampingi berbagai kelas sosial dalam masyarakat. Sekolah memiliki peran penting dalam mengatasi jurang sosial antar kelas melalui nilai-nilai akhlak. Selain itu kebijakan desentralisasi dalam pendidikan dan pentingnya political will dari pemerintah daerah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kesuksesan pendidikan di daerah tertentu sangat tergantung pada komitmen dan kebijakan pemerintah daerah.


Kesimpulan

Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa tantangan moral yang dihadapi bangsa Indonesia adalah tanggung jawab bersama, khususnya pendidikan, dalam membentuk generasi yang unggul secara intelektual dan moral. Evaluasi pendidikan perlu diperbaiki secara serius untuk memenuhi kebutuhan moral generasi bangsa.

Pendidikan moral, terutama melalui mata pelajaran seperti Pendidikan Agama Islam, Budi Pekerti, dan Pendidikan Kewarganegaraan, bertanggung jawab atas penanaman nilai-nilai moral dalam masyarakat. Ini mencakup aspek seperti toleransi, penghargaan terhadap perbedaan, semangat belajar, keterampilan berpikir kritis, pemahaman politik, dan semangat nasionalisme.

Kesimpulan ini menekankan pentingnya pendidikan moral dalam membentuk warga negara yang bermoral dan peduli terhadap masyarakat dan negara serta menekankan perlunya pendidikan moral yang komprehensif dan terus-menerus untuk mendukung perkembangan generasi muda Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Farida Juwita 2213053179 -
Nama : Farida Juwita
NPM : 2213053179
Kelas : 3G

Analisis jurnal yang berjudul "Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial" oleh Ulil Hidayah.

Pendidikan memiliki peran sebagai agen perubahan. Yakni memiliki visi untuk merubah adab yang dimiliki seseorang dari yang tidak baik menjadi baik. Tentu banyak tantangan yang dihadapi dalam mencapai tujuan ini. Dapat dilihat dari berbagai upaya yang dilakukan pemerintah seperti kebijakan sentralisasi yang berubah menjadi desentralisasi, kemudian demokratisasi hingga terjadinya perubahan kurikulum. Dalam era otonomi ini, kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah. Akan ada peluang yang cukup luas untuk pendidikan Indonesia maju dengan political will yang baik dan kuat terhadap pendidikan. Pada era saat ini pula, pendidikan karakter memiliki peran yang penting. Seperti Pendidikan Islam dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kandungan moral dari kedua mata pelajaran di atas telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama serta mengajarkan toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pada era Kurikulum 2013 misalnya, PAI dan PKn meniliki porsi 3 jam pelajaran dalam sepekan. Ini diharapkan dapat memberikan out put berupa nilai kepribadian yang unggul secara pribadi dan sosial serta diimplementasikan dalam kehidupan anak didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam PAI juga ditambahkan penekanan Budi Pekerti.
Dimana pendidikan moral yang ada berupa materi pokok meneladani sifat Rosulullah, hidup hemat dan derhana, menghindari judi dan pertengkaran. Sedangkan PKn mengalami banyak perubahan muatan, seperti Pendidikan Moral dan Pancasila (PMP) serta Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Dalam materi PKn ini mencakup pendidikan politik atau mengenai ketatanegaraan yang berlandaskan Pancasila.
Proses penanaman nilai melalui mata pelajaran PAI dan PKn melalui tahap persiapan, pelaksanaan hingga evaluasi di sekolah. Tahap persiapan dirancang melalui SKL (Standard Kompetensi Lulusan) yang kemudian diturunkan dalam Kompetensi Inti dan materi. Selanjutnya, pada tahap pelaksanaan menggunakan berbagai pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan untuk siswa dapat mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya. Hingga tahap evaluasi, dimana merupakan tahapan pokok guna mengukur keberhasilan siswa selama melakukan proses pembelajaran. Disinilah, evaluasi perlu direkonstruksi pada mata pelajaran PAI dan PKn guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui:
a) Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan
b) Terkadang peserta didik harus dihadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya.
c) Pendidik mencakup instrumen penilaian secara luas
d) Pendidik menyisipkan pembelajaran multicultural melalui kurikulum laten secara sporadic
e) Evaluasi tulis berupa ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik.
Penilaian inu perlu difokuskan pada ranah afektif. Karena dapat berimplikasi secara lansung terhadap perkembangan psikomotor peserta didik.

Evaluasi dalam pendidikan ini haruslah dilakukan perbaikan secara terus menerus terutama pada pendidikan moral di sekolah. Dengan ini, diharapkan dapat dilaksanakan kualitas pendidikan moral dengan baik melalui Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan yang secara jelas bertanggungjawab atas
penanaman nilai-nilai moral bagi warga Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Chalistya Syahla Ilham Radinda 2213053262 -
Nama : Chalistya Syahla Ilham R
Npm : 2213053262
Kelas : 3G
Prodi : PGSD

Jurnal 1
A. Identitas Jurnal
1. Judul : "REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL"
2. Penulis : Ulil Hidayah
3. Vol/Tahun/No : Vol. 05 No. 01, Januari-Juni 2018
4. Kata kunci : Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony

Isi jurnal
Fenomena konflik antarkelompok dan keyakinan bahwa kelompok sendirilah yang paling benar menunjukkan kegagalan sistem pendidikan dalam menghasilkan individu yang beretika. Beberapa penilaian menunjukkan bahwa sistem pendidikan nasional masih belum lengkap dan terstruktur, sehingga menghasilkan lulusan dengan kepribadian yang kurang stabil. Oleh karena itu, peran pendidikan sebagai alat perubahan adalah untuk mengubah individu yang tidak beradab menjadi individu yang lebih beradab, serta mengubah perilaku buruk menjadi perilaku yang lebih baik.

1. Tantangan Materi Ajar di Sekolah
Sampai saat ini sekolah belum mampu membentuk secara utuh nilai-nilai moral yang akan menjadi bagian tetap dalam diri siswa, khususnya setelah mereka lulus sekolah. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sering dianggap sebagai kunci untuk mengatasi masalah ini. Harapannya adalah bahwa pendidikan akan menciptakan individu yang memiliki nilai-nilai baik yang tidak hanya dipahami, tetapi juga diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran harus mempersiapkan siswa untuk berinteraksi dengan masyarakat, mengembangkan sikap demokratis, dan meningkatkan produktivitas pembelajaran.

2. Persiapan, Pelaksanaan, dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Dalam perencanaan pembelajaran, standar kompetensi lulusan (SKL) adalah landasan yang harus diikuti sesuai dengan Permendikbud No. 54 Tahun 2013. Proses pembelajaran harus dinamis dan tidak sekedar menghasilkan siswa yang patuh dan tidak kreatif. Dalam pelaksanaannya digunakan pendekatan saintifik yang menekankan pada observasi, tanya jawab, eksperimen, refleksi dan komunikasi. Guru tidak hanya harus memiliki pengetahuan yang mendalam tetapi juga harus menjadi teladan moral bagi siswa melalui kurikulum tersembunyi. Penilaian memegang peranan penting dalam mengukur keberhasilan siswa.

3. Mengevaluasi Rekonstruksi Pendidikan Moral
Pembelajaran pendidikan Islam dan pendidikan kewarganegaraan harus ditata ulang agar mempunyai dampak jangka panjang dan langgeng bagi peserta didik. Diantaranya:
a) Guru harus mempunyai kapasitas dan kemampuan untuk mengintegrasikan materi etika ke dalam kehidupan siswa sehari-hari.
b) Siswa harus dihadapkan pada permasalahan nyata untuk mencari sebab dan penyelesaiannya.
c) Evaluasi bukan sekadar formalitas belaka.
d) Pendidikan multikultural harus diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah.
e) Penilaian harian bukan satu-satunya ukuran keberhasilan akademik siswa.

4. Hasil pendidikan yang diinginkan untuk masyarakat ideal
Pendidikan moral bertujuan untuk melatih individu yang berakhlak mulia. Pengintegrasian PAI dan PKn dapat menghasilkan peserta didik dengan ciri-ciri seperti:
1) Taat beragama dan tidak mudah terprovokasi.
2) Mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW.
3) Menghargai kejujuran, disiplin, tanggung jawab, kebaikan, kesantunan, dan kepercayaan dalam pergaulan.
4) Menghargai perbedaan dalam lingkungan sosial.
5) Ingin belajar dan berpengetahuan.
6) Keterampilan analitis dan kritis.
7) Pemahaman politik.
8) Nasionalisme dan cinta pada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Nola Diva Brilian 2213053199 -
Nama: Nola Diva Brilian
Npm: 2213053199

Analisis jurnal 1

Judul : REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
Penulis : Ulil Hidayah
Tahun : 2018
Volume : 05
Nomor : 01
Nama jurnal : Jurnal Pedagogik
Kata Kunci : Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony

Dalam jurnal ini, pembahasan dimulai dengan mengakui peran penting sistem pendidikan nasional dalam dinamika perjalanan bangsa Indonesia. Kerusuhan yang terjadi di Indonesia seringkali terkait dengan politik identitas, dimana kelompok-kelompok merasa terpinggirkan dan terkucilkan oleh arus utama dalam masyarakat. Isu-isu seperti ketidakmerataan pembangunan, perbedaan agama, dan perbedaan ideologi menjadi masalah serius dalam dinamika sosial Indonesia.

Pendekatan radikalisme dan fundamentalisme dalam masyarakat juga disebabkan oleh pengaruh sosial dan pemikiran para kiai. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam, memiliki peran penting dalam membentuk pemikiran lulusan pendidikan Islam. Namun, fenomena konflik dan serangan antar kelompok yang merasa keyakinan mereka yang benar merupakan bukti kegagalan pendidikan dalam menciptakan individu yang bermoral dan berbudi pekerti. Sistem pendidikan nasional dianggap parsial, tidak utuh, dan tidak sistematis, yang berdampak pada karakter pendidikan yang labil.

Pentingnya pendidikan moral dijelaskan dalam konteks tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan adalah mengembangkan manusia yang berusaha untuk memajukan kebaikan bagi diri sendiri dan masyarakat, sambil menjalankan aturan-aturan Tuhan. Pendidikan dianggap sebagai agen dalam mereproduksi budaya dan kelas sosial dalam masyarakat. Sekolah memiliki peran untuk mengurangi jurang antar kelas sosial dengan mengajarkan nilai-nilai moral.

Selanjutnya, jurnal membahas tantangan dalam materi pelajaran di sekolah, terutama Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Materi PAI dan PKn harus mencakup norma-norma moral, pemahaman agama, dan nilai toleransi. Proses pembelajaran harus membantu peserta didik berinteraksi dengan masyarakat, mengembangkan sikap demokratis, dan meningkatkan produktivitas.

Jurnal juga membahas pentingnya Pancasila dan pedoman penghayatan dan pengamalan dalam pendidikan moral. Materi ajar PAI, misalnya, mencakup nilai-nilai seperti meneladani sifat Rosulullah, hidup hemat, menghindari judi, dan pertengkaran.

Jurnal menyoroti persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi PAI dan PKn di sekolah. Proses persiapan melibatkan standar kompetensi, sedangkan pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan aktif yang memungkinkan peserta didik mengeksplorasi pengetahuan mereka. Guru diharapkan sebagai fasilitator dan pendamping, yang bukan hanya memiliki wawasan luas tetapi juga menjadi teladan moral bagi peserta didik. Evaluasi menjadi faktor kunci dalam mengukur keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran, mencakup aspek kognitif dan afektif.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Silvia Novi Fitriana 2213053062 -
Nama : Silvia Novi Fitriana
Npm : 2213053062
Kelas : 3G

Analisis Jurnal 1
Identitas Jurnal
Judul Jurnal "Rekontruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Hidayah, U
Volume, Nomor dan Halaman: Vol. 05, No. 01, Halaman 69 - 81
Tahun : 2018
Kata kunci: Reconstruction, Evaluation, Moral Education, Social Harmony

Hasil analisis berdasarkan jurnal tersebut yaitu penanaman dan penerimaan nilai-nilai budi pekerti di suatu sekolah masih dalam tahap pembentukan dan belum mampu menerapkan nilai-nilai ini menjadi bagian permanen dalam diri peserta didik, terutama ketika mereka tidak berada di lingkungan sekolah. Mata pelajaran yang berkaitan dengan permasalahan ini adalah Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). PAI bertujuan memberikan pengetahuan, pemahaman, dan pengamalan ajaran Islam kepada siswa, sedangkan PKn bertujuan untuk melatih siswa berpikir kritis, berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab dalam kegiatan sosial, berbangsa, bernegara, serta mengembangkan karakter positif dan demokratis agar bisa hidup harmonis bersama dengan bangsa lain di dunia. Untuk mencapai harmoni sosial yang diharapkan, penting bagaimana materi dari PAI dan PKn diajarkan dengan baik dan secara detail melalui perencanaan dan evaluasi pembelajaran di sekolah. Perlu adanya penekanan-penekanan evaluasi yang sifatnya perilaku moral yang berbudi luhur tumbuh dan mengakar pada kepribadian peserta didik sebagai hasil belajar. Landasan tercapainya suatu tujuan pendidikan yang baik adalah melalui implementasi kurikulum yang sesuai dengan kemampuan sekolah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dan disesuai dengan kebutuhan masyarakat dan stakeholder. Banks menuliskan bahwa sekolah sebagai sistem sosial mengajarkan dan membentuk kepribadian dan karakter siswa melalui kurikulum yang manifes maupun laten (Banks, 2010).
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by Nura Assyifa 2213053134 -
Nama : Nura Assyifa
NPM : 2213053134
Kelas : 3G

Hasil Analisis Jurnal 1
REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL
(Ulil Hidayah)

- Abstract
This article seeks to review the evaluation of moral education on the subjects of Islamic Education and Civic Education. Both of these subjects are considered the most responsible for the ethics of thinking and behaving of educated human beings.

- Pendahuluan
Fenomena saling serang dan merasa kelompok yang dianutnya paling benar adalah indikasi dari kegagalan pendidikan melahirkan manusia bermoral dan berbudi pekerti. Salah satu penilaian menyebutkan bahwa system pendidikan nasional masih bersifat parsial, tidak utuh dan tidak sistematis. Implikasi dari system yang semacam ini menghasilkan out put pendidikan yang memiliki karakteristik labil.

- Tujuan Pendidikan Nasional
Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Di sekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar jurang pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah (Fauzi, 2015).

- Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah. Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertanyakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

- Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar isi, kompetensi inti dan materi. Sedangkan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Pada tahap evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia, ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikap-sikap karakter selama proses pembelajaran.

- Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Fokus pada tahapan evaluasi pembelajaran ini khususnya pada mata pelajaran PAI dan PKn perlu direkonstruksi guna memberi implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik melalui: a) Rekonstruksi pertama harus dimulai dari kemampuan pendidik dalam membawa materi ajar pendidikan moral kepada peserta didik harus kompeten di bidangnya dan bisa mengintegrasikan dengan kasus-kasus yang banyak terjadi di lingkungan kehidupan, b) Sesekali peserta didik di hadapkan dengan permasalahan yang marak terjadi untuk menemukan penyebab dan solusinya, c) Pendidik tidak terpaku pada instrument penilaian formalitas tapi lebih luas cakupannya, d) Pendidik menyisipkan pembelajaran multicultural melalui kurikulum laten secara sporadic, e) Evaluasi tulis berupa ulangan harian bukan penilaian utama atas keberhasilan belajar peserta didik.

- Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang. Upaya pemberian pendidikan moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu: Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), analisis nilai (values clarification approach), pembelajaran berbuat (action learning approach) (Teuku Ramli Zakaria, 2011).

- Kesimpulan
Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggung jawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas. Sehingga evaluasi pendidikan perlu kiranya melakukan perbaikan secara terus menerus dan serius dalam memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by KHAIRANI ULYA 2213053115 -
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

1. Identitas Jurnal
Judul : Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis : Ulil Hidayah

2. Pembahasan
A. Tujuan Nasional Pendidikan
Peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat.

Pada era otonomi, kualitas pendidikan akan sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah daerah. Ketika pemerintah daerah memiliki political will yang baik dan kuat terhadap dunia pendidikan, ada peluang yang cukup luas bahwa pendidikan di daerah bersangkutan akan maju (Baharun, 2012). Jika harapan masing-masing sekolah sudah tercapai menghasilkan out put pendidikan yang cakap di bidang industri maupun prestasi akademik lainnya. Karena itu, perlu digarisbawahi adalah out put pendidikan yang melahirkan manusia cakap dalam potensi kepribadian dan sosial. Karena masalah bangsa yang masih menjadi sorotan utama adalah out put pendidikan yang masih buram dalam membangun relasi sosial.

B. Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Saat ini, penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah masih bersifat formatif, dan nilai-nilai ini belum menjadi bagian permanen dalam diri peserta didik. Terdapat tantangan ketika peserta didik tidak berada di lingkungan sekolah. Materi pelajaran yang dianggap bertanggung jawab atas hal ini adalah Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran ini mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati agama dan Negara, serta materi toleransi.

PAI dan PKn memiliki peran penting dalam pembentukan kepribadian peserta didik, dan dalam Kurikulum 2013, keduanya memiliki waktu pelajaran yang lebih banyak. Proses pembelajaran diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik untuk berinteraksi dengan masyarakat, mengembangkan sikap demokratis, dan meningkatkan produktivitas kegiatan belajar peserta didik.

Pendidikan moral termasuk dalam materi PAI, sementara PKn berfokus pada pendidikan politik dan ketatanegaraan yang berlandaskan Pancasila. Tujuannya adalah membentuk peserta didik yang kritis, partisipatif, dan memiliki karakter positif untuk hidup bersama dalam kebhinekaan.

C. Persiapan, Pelaksanaan, dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada kurikulum 2013, perangkat pembelajaran mengikuti SKL (Standard Kompetensi Lulusan) yang telah ditentukan oleh Permendikbud No. 54 Tahun 2013. Hal ini bertujuan untuk menciptakan sistem pembelajaran yang dinamis, tidak hanya mencetak peserta didik yang hanya patuh terhadap aturan-aturan belajar yang kaku.

Kurikulum 2013 menekankan pada pendekatan saintifik dalam pelaksanaan pembelajaran, dengan kegiatan yang mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Peserta didik diberi ruang untuk mengeksplorasi pengetahuan mereka melalui sumber belajar yang beragam.

Kurikulum 2013 lebih menekankan pada aspek afektif dalam penilaian, yang kemudian tercermin dalam aspek psikomotorik, sebelum fokus pada penilaian aspek kognitif. Namun, praktik evaluasi di kelas mungkin belum optimal karena keterbatasan waktu dan materi. Penilaian juga harus mencakup aspek sikap dan keterampilan sehari-hari selama pengamatan guru.

D. Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Evaluasi pendidikan moral tidak boleh terbatas pada penilaian kognitif seperti hafalan dan menjawab soal pilihan ganda. Sebaliknya, perlu penekanan pada penilaian perilaku moral yang mengakar pada kepribadian peserta didik sebagai hasil belajar.

Implementasi kurikulum sesuai dengan kemampuan sekolah dan kebutuhan masyarakat adalah kunci untuk mencapai tujuan pendidikan yang baik. Kurikulum manifes yang diatur pemerintah mungkin tidak selalu memberikan hasil yang optimal, sehingga peran kurikulum laten dapat lebih signifikan.

Dalam konteks PAI dan PKn, rekonstruksi evaluasi pembelajaran perlu dilakukan untuk memberikan implikasi jangka panjang dan permanen pada peserta didik. Ini mencakup kompetensi pendidik dalam mengintegrasikan materi moral dengan situasi kehidupan nyata, memberikan tantangan yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, dan menekankan aspek afektif dan psikomotorik dalam penilaian.

E. Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Pendidikan moral memiliki esensi yang lebih luas daripada hanya aspek akademik atau non-akademik. Tujuannya adalah untuk membentuk individu yang memiliki watak luhur dalam semua peran mereka, baik di masa sekarang maupun di masa depan.

Pemberian pendidikan moral dapat dilakukan melalui lima pendekatan, yaitu penanaman nilai, perkembangan moral kognitif, analisis nilai, pembelajaran berbuat, dan pendekatan pembentukan karakter.

Integrasi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dapat membentuk pembelajaran moral yang membantu membentuk kepribadian peserta didik. Ini mencakup nilai-nilai seperti ketaatan pada ajaran agama, toleransi, menghargai perbedaan, semangat belajar, kemampuan menalar, wawasan politik, dan nasionalisme.
Tujuan utama pendidikan moral adalah menciptakan individu yang memiliki integritas moral dan dapat berkontribusi positif dalam masyarakat, menjaga persatuan dalam keberagaman, dan mencintai negara mereka, Republik Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by SELVIA NUR SAQINAH 2213053193 -
Nama: Selvia Nur Saqinah
Npm: 2213053193
Kelas:3G

Analisis jurnal 1

Nama jurnal: Jurnal Pedagogik
Nomer: 01
Vol: 05
Halaman: 69-81
Tahun terbit: 05 Januari-Juni 2018
Judul Jurnal: PENDEKATAN PENDIDIKAN NILAI SECARA KOMPREHENSIF SEBAGAI SUATU ALTERNATIF PEMBENTUKAN AKHLAK BANGSA
Nama penulis: Ulil Hidayah

PENDAHULUAN JURNAL

Salah satu penilaian menyebutkan bahwa system pendidikan nasional masih bersifat parsial, tidak utuh dan tidak sistematis. Implikasi dari system yang semacam ini menghasikan out put pendidikan yang memiliki karakteristik labil. Mengutip pendapat Ngainun Naim, ada tiga kelompok besar prototype out put pendidikan dewasa ini. Pertama, pendidikan menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai terhadap teknologi, namun kurang mampu memahami, menjalankan dan menghayati nilai-nilai agama. Kedua, mereka yang memiliki kemampuan intelektual dan mampu menghayati terhadap nilai-nilai ajaran agama akan tetapi tidak mampu menguasai teknologi dan dinamika politik yang ada di dalamnya. Ketiga, kelompok yang memiliki kemampuan intelektual yang mampu menguasai agama akan tetapi tidak mampu menghayati nilai-nilai luhur sebagai subtansi ajaran agama (Ngainun Naim, 2010). Adanya ketidakseimbangan antara pola pikir, penghayatan dan tingkah laku yang diperoleh selama masa belajar menjadikan out put pendidikan seperti di atas menjadi cacat pendidikan. Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Selain itu Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kompetensi: (1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi, (3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa yang lainnya. (4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (Abdul Ghofur, 2007). Pendidikan moral ada pada materi ajar PAI misalnya berisi materi pokok meneladani sifat Rosulullah, hidup hemat dan sederhana, menghindari judi dan pertengkaran. Sedangkan materi pada PKn diantaranya adalah pendidikan politik atau mengenai ketatanegaraan yang berlandaskan Pancasila guna merajut manusia dalam masyarakat yang bersatu dalam kebhinnekaan (Ahmad, 2017).

PEMBAHASAN

Esesensi pendidikan moral bukan mengajarkan tentang akademik maupun non akademik lebih dari itu adalah usaha sadar untuk menyiapkan manusia seutuhnya menjadi manusia yang berwatak luhur dalam segenap peranannya di masa sekarang dan akan datang. Upaya pemberian pendidikan moral menurut Teuku Ramli dapat dilakukan dengan lima pendekatan, yaitu: Penanaman nilai (inculcation approach), perkembangan moral kognitif (cognitive moral development approach), analisis nilai (values clarification approach), pembelajaran berbuat (action learning approach) (Teuku Ramli Zakaria, 2011). Jika disintesis antara mata pelajaran PAI dan PKn akan menjadi sebuah objek kajian pembelajaran moral yang membentuk kepribadian pesera didik yang bisa menjamin kebersatuan kebhinnekaan dengan memiliki sikap sebagai berikut: 1) Taat pada ajaran agama yang dianutnya serta tidak mudah terprovokasi oleh kelompok lain, 2) mengikuti teladan nabi Muhammad; melalui peristiwa hijrahnya ke Madinah, peserta didik dapat meneladani kisah Nabi Muhammad SAW yang mempersaudarakan kaum anshor dan kaum muhajirin dan menciptakan perdamaian antara kaum muslim dan kaum non muslim melalui piagam Madinah. Sehingga menumbuhkan sikap toleransi, 3 ) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, 4) Menghargai hidup dalam perbedaan di lingkungan jangkauan pergaulan dan keberadaannya, 5) Mempunyai semangat belajar untuk mengetahui berbagai wawasan keilmuan dan pemahaman tentang fenomena dan kejadian yang nampak di sekitar lingkungan, sehingga bisa berpkir dan bersikap bijak ketika dihadapkan dengan gesekan perbedaan dan perpecahan antar golongan, 6) Mampu menalar dan mengurai secara mandiri berbagai aspek permasalahan di sekitar lingkungan hidupnya secara objektif, 7) Mempunyai wawasan pendidikan politik; tentang ketatanegaraan sehingga dapat menempatkan diri sebagai bagian dari warga negara, 8) Tumbuhnya semangat nasionalisme yang turut serta menjunjung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Fauzi, 2017)

KESIMPULAN

melalui pendidikan moral di sekolah khususnya yang tercakup dalam materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditambah lagi dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang secara jelas bertanggungjawab atas penanaman nilai-nilai moral bagi warga Indonesia. Sehingga menumbuhkan sikap toleransi, 3) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, 4) Menghargai hidup dalam perbedaan dilingkungan jangkauan pergaulan dan keberdaannya, 5) Mempunyai semangat belajar untuk mengetahui berbagai wawasan keilmuan dan pemahaman tentang fenomena dan kejadian yang namapak di sekitar lingkungan, sehingga bisa berpkir dan bersikap bijak ketika dihadapkan dengan gesekan perbedaan dan perpecahan antar golongan, 6) Mampu menalar dan mengurai secara mandiri berbagai aspek permasalahan disekitar lingkungan hidupnya secara objektif, 7) Mempunyai wawasan pendidikan politik; tentang ketatanegaraan sehingga dapat menempatkan diri sebagai bagian dari warga Negara, 8) Tumbuhnya semangat nasionalisme yang turut serta menjunjung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal 1

by DINDA MULIA SAPUTRI 2253053042 -
Nama : Dinda mulia saputri
Npm : 2253053042

Judul: Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Dalam jurnal tersebut menjelaskan
Banyak diantaranya pemicu terjadinya konflik dalam negeri yang disebabkan oleh perbedaan yang dimaknai sebagai garis runcing pemisah antara kelompok satu dan lainnya , baik itu perbedaan agama , suku , budaya bahkan yang lebih fenomenal akhir-akhir ini perseteruan antara kelompok-kelompok yang memiliki paham ideologi yang berbeda . sehingga bendera politik identitas mulai menjadi isu yang sensitif ketika dikibarkan di wilayah tertentu atau menjadi benturan keras yang memicu saling merasa benar dan saling menyalahkan antar golongan yang berbeda sudut pandang pemahaman .

Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah mengubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau mengubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik .

Padahal pemerintah telah memberikan kebijakan sistem desentralisasi yang dilanjutkan pada sistem demokrasi kepada setiap daerah dan sekolah untuk mengolah dan mengembangkan sendiri potensi yang dimiliki daerah dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan .

Maka dalam hal ini harapannya keluarnya pendidikan memiliki nilai kepribadian yang unggul secara pribadi _ dan sosial yang tidak cukup hanya diketahui dan dipahami , tetapi juga dirasakan serta dijadikan sebuah aksi dalam kehidupan anak didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan .

Hal ini yang diharapkan pada pendidikan adalah tercapainya sistem pembelajaran yang dinamis , tidak menciptakan manusia robotik yang hanya patuh dengan aturan-aturan belajar yang kaku .

Jika disintesis antara mata pelajaran PAI dan PKn akan menjadi sebuah objek kajian pembelajaran moral yang membentuk kepribadian pesera didik yang bisa menjamin kebersatuan kebhinnekaan dengan memiliki sikap sebagai berikut :
1 ) Taat pada ajaran agama yang dianutnya serta tidak mudah terprovokasi oleh kelompok lain ,
2 ) mengikuti teladan nabi Muhammad ; Melalui peristiwa hijrahnya ke Madinah , peserta didik dapat meneladani kisah Nabi Muhammad SAW yang mempersaudarakan kaum anshor dan kaum muhajirin serta menciptakan perdamaian antara kaum muslim dan kaum non muslim melalui piagam Madinah.

Kesimpulan Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggungjawab semua elemen masyarakat ,khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas