Forum Analisis Video 1

Forum Analisis Video 1

Number of replies: 35

Lampirkan analisis anda mengenai video berikut dengan menyertakan identitas diri seperti nama dan NPM. Dilarang melakukan plagiasi.

In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Aulia Zahwa Adinda 2213053103 -

Nama: Aulia Zahwa Adinda 

NPM: 2213053103

Kelas: 3G


Video diatas menjelaskan  terkait Trolley Problem dimana setiap keputusan yang kita buat harus bisa dan siap dipertanggung jawabkan dikemudian hari. Tetapi ini bukan tentang keputusan mana yang paling benar atau salah melainkan tentang moralitas kita terhadap sesuatu. Sering kali kita mengesampingkan orang lain demi diri sendiri, sering kali kita egois. Moralitas tidak pernah berdiri sendiri diposisi yang netral, Identitas kita dan orang selalu menyertai keputusan yanh berhubungan dengan moralitas.Moralitas bisa menjadi masalah saat

Kita sebagai manusia harus berani mengambil keputusan eputusan. Setiap pilihan ada beban moral masing-masing. Tapi masalahnya kita harus memilih. Jika tidak mau dihadapkan pada dilema moralitas, nerarti kita tidak melakukan hal di dalam hidup ini. Tidak memililih bahkan tidak mau melakukan sesuatu juga sebenarnya kita juga telah memilih dengan risiko moral: kita buang hidup kita dengan menyia-nyiakannya , kasihan kedua oorang tua kita yang telah membesarkan kita.
Jadi pertanyaannya tidak selalu soal moralitas. Tapi juga masalah pengambilan keputusan. Itu sebabnya kita tidak memberikan anak di bawah umur mengambil keputusan, karena ketika seseorang mengambil keputusan (biasanya leader) yang menanggung beban moralnya. 

In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by MIFTAHUL JANNAH 2253053012 -
Nama : Miftahul Jannah
Npm : 2253053012
Kelas : 3G

ANALISIS VIDEO 1

Dalam video tersebut kita dihadapkan persoalan dilematis tentang moralitas yakni teori The Trolley Problem. Terdapat pilihan dari prespektif yang berbeda untuk mencari nilai moral yang lebih baik atau hanya tipuan belaka.

Kemudian Terdapat juga problem, memilih untuk menyelamatkan 1 orang atau 5 orang, Pilihan yang terdapat dalam video tersebut itu tidak ada yang benar keduanya hanya mendatangkan penyesalan serta rasa bersalah karena kita memilih dengan waktu yang sangat tipis, laju atau cepat dan pilihannya pun tetap menjadikan kita sebagai seorang pembunuh.
Maka dari itu ketika hal ini terjadi dan tidak mempunyai opsi lain, kita dapat melakukan apa yang menurut kita benar kedua duanya juga memiliki resiko, pastinya ada yang menyalahkan diri kita karna sudah membunuh orang namun ada juga yang memahami dan setuju atas situasi yang kita hadapin karena kita tidak punya pilihan selain mengorbankan salah satunya.

Adapun problem selanjutnya, walaupun menyelamatkan 5 orang itu namun masih akan terlibat, karena 1 orang yang di atas itu tidak akan mati jika kita tidak mendorong nya dan resikonya juga tidak akan lebih besar.

Untuk problem terakhir sudah jelas kita harus memilih untuk menyelamatkan keluarga.
In reply to MIFTAHUL JANNAH 2253053012

Re: Forum Analisis Video 1

by Natasya Bunga Nitara 2213053012 -
Nama : Natasya Bunga Nitara
Npm : 2213053012
Analisis Video 1

Berdasarkan hasil analisis video diatas yang menjelaskan bahwa Silam foot mengajukan sebuah eksperimen yang kemudian dikenal sebagai trolly problem. Eksperimental dari pertanyaan yang baru saja kita mainkan yang telah diadaptasi memahami konteks moral dalam berbagai kondisi seperti perang penyiksaan. Drone aborsi dan euthanasia studi ini kemudian menjadi semakin penting saat perkembangan Al (Artificial Intelligence). Machine learning di mana mesin diberikan kontrol untuk mengambil keputusan mana yang lebih bermoral pada berbagai kondisi yang terjadi.

The trolley problem yang membuat kita berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari sebuah pilihan, Apakah itu dibuat berdasarkan nilai moral tertentu atau lebih kepada hasil akhirnya dan bagaimana kita mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari, Apakah mengorbankan yang lebih sedikit untuk menyelamatkan yang lebih baik adalah sesuatu yang lebih bermoral atau hanya sebuah pembenaran belaka. kita mungkin sering mendengarnya bahkan sepanjang hidup kita pelajaran moral seperti ini kerap masuk sebagai sebuah doktrin bahwa memang harus selalu ada yang dikorbankan demi kepentingan yang lebih besar, maka tak heran jika kemudian moral sering digunakan sebagai alat oleh penguasa dan segelintir orang untuk membenarkan perang, memberangus etnis tertentu, genocide diskriminasi minoritas, pengrusakan lingkungan, industrialisasi dan lain sebagainya. hanya dengan alasan demi perdamaian dunia, demi kepentingan umum, demi kelompok yang lebih besar, demi masa depan yang lebih cerah atau karena 90% orang berpikir demikian tak mengapa mengorbankan yang sedikit untuk yang lebih besar dan semua itu seolah menjadi benar dan lebih bermoral.

Sekarang mari kita hapus tentang apa yang sudah kita yakini dari moralitas, apa yang kita pahami selama ini tentang moral justru sering dimanfaatkan oleh pihak tertentu atau bahkan diri kita sendiri untuk menyakiti orang lain, dari sinilah kita diberitahu bahwa moralitas memang terlalu sering jadi alat pembenaran saat kita berada di posisi yang diuntungkan atau yang memiliki kepentingan bukan sebab pada akhirnya moralitas ternyata hanyalah soal egoisme manusia dengan kepentingan dirinya atau kelompok sendiri.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Chindy Alviona 2213053093 -
Nama: Chindy Alviona
NPM: 2213053093
Kelas: 3G
Prodi: PGSD

Analisis Vidio 1

dari vidio tersebut menjelaskan terkait Philippa Foot
Kembali ke tahun 1967 Silam foot mengajukan sebuah eksperimen yang kemudian dikenal sebagai trolly problem. Eksperimental dari pertanyaan yang baru saja kita mainkan yang telah diadaptasi memahami konteks moral dalam berbagai kondisi seperti perang penyiksaan. Drone aborsi dan euthanasia studi ini kemudian menjadi semakin penting saat perkembangan Al (Artificial Intelligence). Machine learning di mana mesin diberikan kontrol untuk mengambil keputusan mana yang lebih bermoral pada berbagai kondisi yang terjadi. The trolley problem membuat kita Berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari sebuah pilihan, Apakah itu dibuat berdasarkan nilai moral tertentu atau lebih kepada hasil akhirnya dan bagaimana kita mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari, Apakah mengorbankan yang lebih sedikit untuk menyelamatkan yang lebih baik adalah sesuatu yang lebih bermoral atau hanya sebuah pembenaran belaka. kita mungkin sering mendengarnya bahkan sepanjang hidup kita pelajaran moral seperti ini kerap masuk sebagai sebuah doktrin bahwa memang harus selalu ada yang dikorbankan demi kepentingan yang lebih besar, maka tak heran jika kemudian moral sering digunakan sebagai alat oleh penguasa dan segelintir orang untuk membenarkan perang, memberangus etnis tertentu, genocide diskriminasi minoritas, pengrusakan lingkungan, industrialisasi dan lain sebagainya. hanya dengan alasan demi perdamaian dunia, demi kepentingan umum, demi kelompok yang lebih besar, demi masa depan yang lebih cerah atau karena 90% orang berpikir demikian tak mengapa mengorbankan yang sedikit untuk yang lebih besar. semua itu seolah menjadi benar dan lebih bermoral.
Sekarang mari kita hapus tentang apa yang sudah kita yakini dari moralitas, apa yang kita pahami selama ini tentang moral justru sering dimanfaatkan oleh pihak tertentu atau bahkan diri kita sendiri untuk menyakiti orang lain. Apakah mengorbankan sedikit untuk yang lebih banyak adalah pilihan yang lebih baik? Apakah hanya karena kita merasa itu tidak dilakukan oleh tangan kita sendiri lantas kita boleh menyetujuinya atau membiarkan itu terjadi? kita dapat menggunakan troli problem untuk bertanya mengenai persoalan moralitas dari hal-hal seperti Apakah mengorbankan tumbuh kembang anak kita saat ini dengan alasan pekerjaan demi masa depannya sehingga anak kita lantas jadi anak pembantu merupakan pilihan moral yang lebih baik atau hanya pembenaran semata dari orang tua yang egois? Apakah diskriminasi dan stigmatisasi kelompok minoritas oleh kaum mayoritas atau yang merasa dirinya paling benar paling berkuasa dengan alasan demi kepentingan umum atau kepentingan mayoritas dapat dibenarkan? Apakah perang terhadap sekelompok orang ayat yang tertentu oknum yang dicap pembuat onar dengan mengorbankan orang yang tidak bersalah hanya demi alasan perdamaian dan ketertiban dunia merupakan pilihan yang lebih bermoral dalam konsep berpikir mengorbankan sedikit untuk yang lebih banyak? mungkin itu jadi pilihan yang lebih bermoral tapi coba bayangkan Jika kamu berada di sisi yang berbeda, Kamu adalah si anak bukan sang orang tua kamu adalah minoritas bukan yang mayoritas Kamu adalah korban bukan pemenang perang sekarang pertanyaan, Apakah kamu masih berpikir jika itu terjadi pilihan yang lebih bermoral? dari sinilah kita diberitahu bahwa moralitas memang terlalu sering jadi alat pembenaran saat kita berada di posisi yang diuntungkan atau yang memiliki kepentingan bukan sebab pada akhirnya moralitas ternyata hanyalah soal egoisme manusia dengan kepentingan dirinya atau kelompok sendiri.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by ADELIA PRASETIYANI 2213053039 -
Nama : Adellia Prasetiyani
Npm : 2213053039
Kelas : 3G

Analisis Vidio 1

Didalam video tersebut menjelaskan tentang moralitas yakni tentang teori The Trolley Problem.
Trolley Problem adalah sebuah eksperimen pemikiran dalam etika yang digunakan untuk menguji moralitas dan pengambilan keputusan. Dalam situasi ini, seorang individu dihadapkan dengan pilihan sulit: mengalihkan jalur sebuah trem yang menuju lima orang, tetapi dengan mengorbankan satu orang yang berada di jalur yang dialihkan, atau membiarkan trem terus berjalan dan lima orang tersebut akan terbunuh.

Teori moralitas dalam Trolley Problem dapat dibagi menjadi beberapa pendekatan, termasuk:

1. Deontologi: Pemikiran Kantian berpendapat bahwa tindakan memiliki nilai moral intrinsik yang tidak boleh dilanggar. Oleh karena itu, mengalihkan trem untuk menyelamatkan lima orang mungkin dianggap sebagai pelanggaran tindakan moral karena sengaja membahayakan satu orang.
2. Utilitarianisme: Pendekatan utilitarianisme menilai tindakan berdasarkan dampaknya pada kebahagiaan dan penderitaan. Dalam konteks ini, mengorbankan satu orang untuk menyelamatkan lima orang mungkin dianggap sebagai tindakan yang etis jika jumlah kebahagiaan yang dihasilkan lebih besar daripada jumlah penderitaan.
3. Etika kewajiban: Teori etika kewajiban berfokus pada kewajiban dan tanggung jawab moral.

Beberapa mungkin berpendapat bahwa kewajiban moral adalah untuk melindungi nyawa sebanyak mungkin, sehingga mengalihkan trem dapat dianggap sebagai tindakan yang benar. Pendekatan individu terhadap Trolley Problem dapat bervariasi, dan ada berbagai pandangan etika yang berbeda tentang apa yang merupakan tindakan yang benar dalam situasi semacam itu. Tidak ada jawaban yang benar atau salah mutlak dalam Trolley Problem, dan itu sering digunakan untuk memicu diskusi tentang moralitas dan etika.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by LATIFA NURMALA 2213053166 -
Nama : Latifa Nurmala
Npm : 2213053166
Kelas : 3G

Hasil Analisis Video I

Philippa Foot kembali ke tahun 1967 silam foot mengajukan sebuah eksperimen yang kemudian dikenal sebagai trolly problem. The trolley problem membuat kita berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari sebuah pilihan, bahwa memang harus selalu ada yang dikorbankan demi kepentingan yang lebih besar, maka tak heran jika kemudian moral sering digunakan sebagai alat oleh penguasa dan segelintir orang untuk membenarkan perang, memberangus etnis tertentu, diskriminasi minoritas, pengrusakan lingkungan, industrialisasi dan lain sebagainya. Hanya dengan alasan demi perdamaian dunia, demi kepentingan umum, atau demi kelompok yang lebih besar. Karena 90% orang berpikir demikian tak mengapa mengorbankan yang sedikit untuk yang lebih besar. Semua itu seolah menjadi benar dan lebih bermoral.

Apa yang kita pahami selama ini tentang moral justru sering dimanfaatkan oleh pihak tertentu atau bahkan diri kita sendiri untuk menyakiti orang lain. Apakah mengorbankan sedikit untuk yang lebih banyak adalah pilihan yang lebih baik? Apakah hanya karena kita merasa itu tidak dilakukan oleh tangan kita sendiri lantas kita boleh menyetujuinya atau membiarkan itu terjadi? kita dapat menggunakan trolly problem untuk bertanya mengenai persoalan moralitas dari hal-hal seperti apakah diskriminasi dan stigmatisasi kelompok minoritas oleh kaum mayoritas atau yang merasa dirinya paling benar paling berkuasa dengan alasan demi kepentingan umum atau kepentingan mayoritas dapat dibenarkan? Apakah perang terhadap sekelompok orang atau oknum yang dicap pembuat onar dengan mengorbankan orang yang tidak bersalah hanya demi alasan perdamaian dan ketertiban dunia merupakan pilihan yang lebih bermoral dalam konsep berpikir mengorbankan sedikit untuk yang lebih banyak? Dari sinilah kita diberitahu bahwa moralitas memang terlalu sering jadi alat pembenaran saat kita berada di posisi yang diuntungkan atau yang memiliki kepentingan bukan sebab pada akhirnya moralitas ternyata hanyalah soal egoisme manusia dengan kepentingan dirinya atau kelompok sendiri.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Chalistya Syahla Ilham Radinda 2213053262 -
Nama : Chalistya Syahla Ilham R
NPM : 2213053262
Kelas : 3G
Prodi : PGSD

Analisis Video

Apakah moral? The Trolley Problem
Philippa Foot Pada tahun 1967 Foot mengajukan sebuah eksperimen yang dikenal sebagai Trolley Problem. The Trolley Problem membuat kita berfikir jauh tentang konsekuensi dari sebuah pemilihan apakah itu dibuat berdasarkan nilai moral tertentu atau lebih kepada hasil akhirnya dan bagaimana kita mengekspresikannya dalam kehidupan sehari hari. Kita mungkin pernah mendengarkannya bahwa sepanjang hidup pembelajaran moral seperti ini kerap masuk sebagai sebuah dokterin bahwa memang harus selalu ada yang dikorbankan demi kepentingan yang lebih besar. maka tidak heran jika moral sering digunakan alat oleh penguasa dan segelintir orang untuk membenarkan perang, memberantas entis tertentu, genocide, diskriminasi minoritas, perusakan lingkungan, industrialisasi, dll. Maka dengan itu mengapa banyak mereka membenarkan seolah menjadi benar dan lebih bermoral.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Mutiara Deva Gusti 2213053135 -
Nama : Mutiara Deva Gusti
Npm : 2213053135
Kelas : 3G

ANALISIS VIDEO

Judul : THE TROLLEY PROBLEM

Philippa Foot tahun 1967, foot mengajukan suatu eksperimen yaitu the trolley problem.
Ekperimen yang telah diadaptasi untuk memhami konteks moral dalam berbagai kondisi antara lain : perang,penyiksaan , drone, aborsi dan euthanasia. Studi ini semakin penting saat perkembangan dengan kehadiran AI ( Artificial intelligence), machine learning dimana mesin diberi control untuk mengambil keputusan mana yang lebih bermoral pada berbagai kondisi yang terjadi.
the trolley problem membuat kita berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari sebuah pilihan,apakah itu dibuat berdasarkan nilai moral tertentu atau lebih kepada hasil akhirnya dan bagaimana kita mengekspresikannya dalam kehidupan sehari hari.
Bahwa memnag harus ada yang dikorbankan demi kepentingan yang lebih besar maka, tak heran jika kemudian moral sering digunakan sebagai alat oleh penguasa atau segelintir orang untuk membenarkan perang, membrangus etnis tertentu,genocide, diskriminasi minoritas, pengerusakan lingkungan,industrialisasi hanya dengan alasan demi perdamaian dunia, demi kepentingan umum,demi kelompok yang lebih besar,demi masa depan yang lebih cerah, atau karna 90 persen orang berpikir demikian tak mengapa mengorbankan yang sedikit untuk yang lebih besar lantas semua itu seolah menjadi benar dan bermoral.
Sebab pada akhirnya moralitas ternyata hanyalah soal egoisme manusia dengan kepentingan dirinya atau kelompoknya sendiri.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Annisa Fadillah Quraini 2253053026 -
Nama: Annisa Fadillah Quraini
NPM: 2253053026

The Trolley Problem merupakan sebuah skenario atau eksperimen pemikiran yang digunakan dalam etika dan filsafat untuk menggali pertanyaan tentang moralitas dan pengambilan keputusan moral. Skenario ini melibatkan situasi fiktif di mana seorang individu dihadapkan pada pilihan sulit yang melibatkan nyawa orang lain. Seringkali, skenario ini diilustrasikan sebagai berikut:
Ada kereta yang tak terkendali yang menuju ke arah lima pekerja rel. Anda berada di sisi sebelah kiri rel dan di tangan Anda ada sebuah tuas yang dapat mengganti jalur kereta. Anda tahu bahwa jika Anda mengganti jalur kereta, kereta akan berbelok ke jalur lain, tetapi ada seorang pekerja rel di sana. Dalam situasi ini, Anda dihadapkan pada pilihan antara membiarkan kereta melaju dan menabrak lima pekerja rel atau mengganti jalur kereta untuk menyelamatkan lima pekerja tetapi mengorbankan satu pekerja rel.
Terdapat beberapa pendekatan teoritis dalam menganalisis moralitas dalam konteks The Trolley Problem:
1. Konsekuensialisme: Pendekatan ini menekankan bahwa keputusan yang etis adalah yang menghasilkan konsekuensi yang paling baik secara keseluruhan. Dalam konteks Trolley Problem, ini berarti mengganti jalur kereta untuk menyelamatkan lima pekerja rel karena itu akan mengurangi jumlah korban.
2. Deontologi: Pendekatan ini mengutamakan prinsip moral atau aturan yang harus diikuti tanpa memandang konsekuensinya. Dalam konteks ini, beberapa orang mungkin berargumen bahwa membunuh seseorang dengan mengganti jalur kereta adalah tindakan yang tidak etis meskipun bertujuan untuk menyelamatkan lima orang.
3. Utilitarianisme: Teori utilitarianisme memandang bahwa tindakan yang benar adalah yang menghasilkan sejumlah kebahagiaan yang maksimum atau penderitaan yang minimum bagi semua orang yang terlibat. Ini berarti dalam kasus Trolley Problem, tindakan yang benar adalah yang menghasilkan hasil yang paling baik dalam hal kebahagiaan keseluruhan.

The Trolley Problem mengilustrasikan kompleksitas dalam pengambilan keputusan moral dan memunculkan pertanyaan etis tentang nilai nyawa individu versus jumlah. Setiap pendekatan etika dapat menghasilkan hasil yang berbeda dalam skenario ini, dan itu menjadi bahan diskusi yang berharga dalam memahami moralitas.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by DEVI KELANA RINDU BINTARA 2213053095 -
Nama : Devi Kelana Rindu Bintara
Npm : 2213053095
Kelas : 3G

Hasil Analisis Video I

Pada tahun 1967, Philippa Foot memperkenalkan sebuah eksperimen yang dikenal sebagai "trolly problem." Eksperimen ini mengajak kita untuk merenungkan lebih mendalam mengenai konsekuensi dari suatu pilihan, dimana terkadang diperlukan pengorbanan demi kepentingan yang lebih besar. Hal ini mengakibatkan moral seringkali digunakan sebagai alat untuk melegitimasi tindakan-tindakan seperti perang, penindasan etnis tertentu, diskriminasi terhadap minoritas, kerusakan lingkungan, industrialisasi, dan lain sebagainya. Semua ini dilakukan dengan dalih demi perdamaian dunia, kepentingan umum, atau kelompok yang lebih besar. Karena sebagian besar orang berpikir bahwa mengorbankan sedikit demi kepentingan yang lebih besar adalah hal yang dapat diterima, maka tindakan tersebut sering dianggap benar dan moral.

Apa yang kita telah pahami selama ini mengenai moral seringkali dimanfaatkan oleh pihak tertentu, bahkan oleh diri kita sendiri, untuk menyakiti orang lain. Pertanyaannya, apakah mengorbankan sebagian untuk kepentingan yang lebih besar selalu merupakan pilihan yang lebih baik? Apakah kita dapat menyetujuinya atau membiarkannya terjadi hanya karena tindakan tersebut tidak dilakukan oleh tangan kita sendiri?

Kita dapat menggunakan kasus trolly problem sebagai cara untuk mengajukan pertanyaan tentang moralitas terkait dengan isu-isu seperti diskriminasi dan stigmatisasi terhadap kelompok minoritas oleh mayoritas yang merasa superior, dengan dalih demi kepentingan umum atau mayoritas. Apakah perang melawan sekelompok orang atau individu yang dianggap sebagai penyebab masalah, dengan mengorbankan orang yang tidak bersalah demi alasan perdamaian dan ketertiban dunia, benar-benar merupakan pilihan yang lebih bermoral?

Semua ini membawa kita pada pemahaman bahwa moralitas terlalu sering digunakan sebagai alat pembenaran ketika kita berada dalam posisi yang menguntungkan atau memiliki kepentingan pribadi atau kelompok. Pada akhirnya, moralitas sering kali dapat dikaitkan dengan egoisme manusia dan kepentingan pribadi atau kelompok.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by KHAIRANI ULYA 2213053115 -
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115
Kelas : 3G

Dalam The Trolley Problem teori ini, kita dihadapkan dengan bagaimana harus menilai sebuah tindakan moral. Dua pilihan 'simalakama' yang dapat menjadikan kita 'seolah buta moral atau tak punya hati' karena pilihan apa pun akan menjadikan kita 'pembunuh yang terpaksa'. Terdapat dua prinsip dasar untuk menilai tindakan ini, yakni

1) prinsip konsekuensialisme, yaitu prinsip yang menilai moralitas suatu tindakan tergantung dari akibat yang ditimbulkan. Baik atau buruknya suatu tindakan, penilaiannya tergantung akibat. Lebih baik membunuh 1 orang dari pada membunuh 5 orang.
2) prinsip kategoris. Moralitas tindakan tergantung persyaratan absolut, kewajiban, dan hak kategoris. Membunuh adalah salah, jadi membunuh 1 orang untuk menyelamatkan 5 orang adalah salah.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Aura Fitria Ananda 2213053094 -
Nama : Aura Fitria Ananda
NPM : 2213053094
Kelas : 3G

Hasil Analisis Video yang berjudul “THE TROLLEY PROBLEM”

Video tersebut menjelaskan tentang moralitas yakni tentang teori The Trolley Problem.

The trolley problem membuat kita lebih memikirkan tentang konsekuensi dari sebuah pilihan, bahwa memang selalu ada yang harus dikorbankan demi kebaikan yang lebih besar, namun bukan tentang keputusan mana yang benar atau salah melainkan bagaimana moralitas kita terhadap sesuatu. Tidak heran jika kemudian moral sering digunakan sebagai alat oleh penguasa dan beberapa orang untuk membenarkan perang, memberangus etnis tertentu, diskriminasi minoritas, pengrusakan lingkungan, industrialisasi dan lain sebagainya. Hanya dengan alasan demi perdamaian dunia, demi kepentingan umum, atau demi kelompok yang lebih besar. Karena kebanyakan orang berpikir demikian tak mengapa mengorbankan yang sedikit untuk yang lebih besar.
Teori moralitas dalam Trolley Problem dibagi menjadi beberapa pendekatan, yaitu deontologi, utilitarianisme, dan etika kewajiban.

Terdapat beberapa argumen bahwa kewajiban moral yaitu untuk melindungi nyawa sebanyak mungkin, sehingga mengalihkan trem dapat dianggap sebagai tindakan yang benar. Pendekatan individu terhadap Trolley Problem dapat bervariasi, dan ada berbagai pandangan etika yang berbeda tentang apa yang merupakan tindakan yang benar dalam situasi semacam itu. Tidak ada jawaban yang benar atau salah mutlak dalam Trolley Problem, dan itu sering digunakan untuk memancing diskusi tentang etika dan moralitas.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by NADIA NUR SAFITRI 2213053275 -
Nama : Nadia Nur Safitri
NPM : 2213053275
Kelas : 3G
Analisis Video

The Trolley Problem oleh Philippa Foot mengangkat pertanyaan mendasar tentang etika dan nilai moral. Eksperimen ini memaksa kita untuk mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan moral, apakah itu berdasarkan pada prinsip tertentu atau pada hasil akhirnya. Hal ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita mengaplikasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari.
Penting untuk diingat bahwa dalam kasus Trolley Problem, tidak ada jawaban yang benar atau salah secara mutlak. Sebaliknya, hal ini memunculkan diskusi tentang berbagai sudut pandang etika yang dapat dipertimbangkan dalam situasi yang sulit. Namun, penting juga untuk diwaspadai bahwa moral tidak boleh disalahgunakan atau dimanipulasi oleh pihak-pihak yang berkuasa untuk kepentingan mereka sendiri.Penting bagi masyarakat untuk memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai moral dan etika, sehingga mereka dapat mengambil keputusan yang bermakna dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari, tanpa terjebak dalam penyalahgunaan oleh penguasa atau kekuatan yang lain.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Andika Purbaya 2213053169 -
Nama : Andika Purbaya
Npm : 2213053169
Kelas : 3G

Analisis video

Setelah saya melihat video tersebut saya beranalisis bahwa Silam foot mengajukan sebuah eksperimen yang kemudian dikenal sebagai trolly problem. The trolley problem dapat membuat kita berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari sebuah pilihan, Apakah itu dibuat berdasarkan nilai moral tertentu atau lebih kepada hasil akhirnya dan bagaimana kita mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari, apakah mengorbankan yang lebih sedikit untuk menyelamatkan yang lebih baik adalah sesuatu yang lebih bermoral atau hanya sebuah pembenaran belaka.

Kita mungkin sering mendengarnya bahkan sepanjang hidup kita pelajaran moral seperti ini masuk sebagai sebuah doktrin bahwa memang harus selalu ada yang dikorbankan demi kepentingan yang lebih besar, maka tak heran jika kemudian moral sering digunakan sebagai alat oleh penguasa dan segelintir orang untuk membenarkan perang, memberangus etnis tertentu, genocide diskriminasi minoritas, pengrusakan lingkungan, industrialisasi dan lain sebagainya. hanya dengan alasan demi perdamaian dunia, demi kepentingan umum, demi kelompok yang lebih besar, demi masa depan yang lebih cerah atau karena 90% orang berpikir demikian tak mengapa mengorbankan yang sedikit untuk yang lebih besar dan semua itu seolah menjadi benar dan lebih bermoral.

Mulai sekarang mari kita hapus tentang apa yang sudah kita yakini dari moralitas, apa yang telah kita pahami selama ini tentang moral justru sering dimanfaatkan oleh pihak tertentu atau bahkan diri kita sendiri untuk menyakiti orang lain. Dari sinilah kita diberitahu bahwa moralitas memang terlalu sering jadi alat pembenaran saat kita berada di posisi yang diuntungkan atau yang memiliki kepentingan bukan sebab pada akhirnya moralitas ternyata hanyalah soal egoisme manusia dengan kepentingan dirinya atau kelompok sendiri.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Rohmah Shela Saputri 2213053112 -
Nama: Rohmah Shela Saputri
NPM: 2213053112
Kelas: 3G

Analisis Vidio
Video mengenai "The Trolley Problem" menghadirkan dilema moral yang memaksa untuk memasukkan nilai-nilai moral mereka dan melibatkan mereka dalam pemikiran filosofis yang mendalam. Skenario-skenario yang diberikan mengilustrasikan konflik moral yang kompleks dan mengundang penonton untuk memutar perspektif yang berbeda dalam menghadapi situasi dilematis.

Dalam skenario awal, video menunjukkan bahwa mayoritas orang akan cenderung memilih untuk mengorbankan satu orang demi menyelamatkan lima orang dalam situasi kereta yang mendekati lima orang di rel. Ini menggambarkan tindakan yang menghasilkan manfaat yang lebih besar dan dianggap lebih baik secara moral.

Namun, video selanjutnya memperkenalkan variasi skenario yang melibatkan tindakan aktif, seperti mendorong seseorang untuk menghentikan kereta, yang membuat banyak orang enggan melakukannya meskipun hasil akhirnya tetap sama. Hal ini menggambarkan bahwa keputusan moral tidak selalu terkait dengan hasil akhir, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh tindakan yang harus dilakukan.

Selain itu, video memperkenalkan eksperimen "Troli Problem" yang lebih luas, menekankan pentingnya memahami konsekuensi dari keputusan moral dalam berbagai konteks, termasuk dalam pengambilan keputusan. Ini adalah ketegangan dalam memahami moralitas dan bahwa tidak selalu ada jawaban yang benar atau salah dalam situasi dilematis.

Pemirsa juga diajak untuk memikirkan bagaimana keputusan moral dapat dipengaruhi oleh perspektif pribadi dan konteks, dan bahwa moralitas bukanlah hal yang kaku. Video ini mengingatkan bahwa pemikiran kritis tentang moralitas penting dalam menghadapi situasi kehidupan sehari-hari.

Kesimpulannya, video ini memicu pemikiran mendalam tentang moralitas, dilema moral, dan konflik nilai-nilai dalam konteks "The Trolley Problem." Itu merangsang pemirsa untuk berpikir dan memikirkan pandangan moral mereka sendiri.
In reply to Rohmah Shela Saputri 2213053112

Re: Forum Analisis Video 1

by Ricca Tri Fadillah 2213053161 -
Nama:Ricca Tri Fadillah
Npm:2213053161

Analisis vidio 1
Pada tahun 1967 Silam foot mengajukan sebuah eksperimen yang kemudian dikenal sebagai trolly problem. Eksperimental dari pemilihan antar 2 tindakan yang mana kedua nya akan mengakibatkan kematian yang telah diadaptasi memahami konteks moral dalam berbagai kondisi seperti perang penyiksaan. Drone aborsi dan euthanasia studi ini kemudian menjadi semakin penting saat perkembangan Al (Artificial Intelligence). Machine learning di mana mesin diberikan kontrol untuk mengambil keputusan mana yang lebih bermoral pada berbagai kondisi yang terjadi. Pada trolly problem tidak ada jawaban yang benar ataupun salah karena pada hal ini kita diberikan pilihan untuk merenungi nilai nilai moral yang kita miliki.Moralitas sering digunakan oleh pemerintah dan sejumlah kecil masyarakat sebagai alat untuk membenarkan perang, pemusnahan kelompok etnis tertentu, genosida, diskriminasi terhadap kelompok minoritas, dan perusakan lingkungan industri.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Evinna Winda Merita 2213053297 -
Nama : Evinna Winda Merita
NPM : 2213053297

Analisis Video 1
“THE TROLLEY PROBLEM”

Pada tahun 1967, Foot mengusulkan eksperimen yang dikenal sebagai masalah troli. Penelitian aborsi dan euthanasia menggunakan drone menjadi semakin penting seiring dengan berkembangnya kecerdasan buatan. Masalah troli membuat kita lebih memikirkan konsekuensi dari pilihan yang dibuat berdasarkan nilai-nilai moral tertentu, atau lebih banyak tentang hasil akhir dan bagaimana kita mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari ketika kita membiarkan diri kita berkorban lebih sedikit demi mencapai tujuan. menyimpan sesuatu yang lebih baik yang lebih. pembenaran moral atau sederhananya. Seringkali kita mendengarnya, bahkan sepanjang hidup kita, bahwa pelajaran moral seperti itu seringkali dipahami sebagai doktrin bahwa sesuatu harus selalu dikorbankan demi kebaikan bersama, sehingga tidak mengherankan jika moralitas sering dijadikan alat oleh penguasa dan segelintir orang. orang menjadi untuk membenarkan perang, penindasan terhadap kelompok etnis tertentu, genosida, diskriminasi terhadap kelompok minoritas, perusakan lingkungan hidup, industrialisasi, dll. hanya demi perdamaian dunia, demi kepentingan umum, demi kepentingan kelompok yang lebih besar, demi masa depan yang lebih baik atau karena 90% orang berpikir bahwa tetap mengorbankan hal kecil demi hal yang lebih besar adalah hal yang benar.semuanya tampak benar dan lebih bermoral.Sekarang mari kita hapus apa yang selama ini kita yakini mengenai moralitas. Faktanya, apa yang kita pelajari tentang moralitas seringkali dimanfaatkan oleh beberapa pihak, bahkan diri kita sendiri, untuk merugikan orang lain.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Ivo Yuniarta 2213053231 -
Nama: Ivo Yuniarta
NPM: 2213053231
Kelas: 3G

Analisis vidio yang berjudul " Apakah MORAL?The trolley problem"

Moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Moral merupakan standar perilaku yang memungkinkan setiap orang untuk dapat hidup secara kooperatif dalam suatu kelompok. Moral dapat mengacu pada sanksi-sanksi masyarakat terkait perilaku yang benar dan dapat diterima.

-Kasus pertama, saya ikut bertanggung jawab terhadap akibat dari pengoperasian kereta tersebut.
- Kasus kedua, Saya tidak punya tanggung jawab di situ. Sehingga tidak ada tanggungjawab dari Saya untuk menyelamatkan mereka.
- Kasus ketiga, dimana rel yang 2 adalah anggota keluarga, dengan terpaksa Saya harus mengorbankan yang 5, dikarenakan tanggung jawab Saya terhadap keluarga lebih penting daripada tanggungjawab Saya terhadap pekerjaan Saya.

Moralitas menurut saya adalah ketepatan mengambil keputusan, dan tidak melibatkan diri didalam masalah yang bukan menjadi tanggung jawab kita. Tanggungjawab bisa menjadi kunci kita terhadap melakukan tindakan sesuatu. Perkara kita dipandang oleh masyarakat seperti apa, itu bukan soal. Karena kita tidak akan pernah bisa menyenangkan banyak orang.
In reply to Ivo Yuniarta 2213053231

Re: Forum Analisis Video 1

by RAMADYA VINTIKA LARAS 2213053264 -
Nama : Ramadya Vintika Laras
NPM : 2213053264
Kelas : 3G

Dari video yang telah saya simak terkait dengan moral tersebut
Moral merupakan suatu tindakan yang mengacu pada nilai yang dianut masyarakat. Moral memiliki dua pandangan yang berbeda yaitu moral yang baik atau positif dan moral yang buruk atau negatif. Moral yang buruk bertentangan dengan nilai yang dianut masyarakat sehingga akan menimbulkan sanksi-sanksi baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dari video tersebut tentang animasi yang menggambarkan trolly problem bahwasanya setiap orang akan ada pada suatu keadaan dimana ia akan dihadapkan pada keadaan yang membuatnya mengarah pada moralitas negatif (buruk). Dan disitulah manusia seharusnya dapat menggunakan sudut pandang nya tidak hanya pada satu sisi melainkan dari sisi yang lain juga. Misalnya seperti pada kereta yang melaju kencang jika tetap lurus akan menabrak 5 orang sedangkan jika berbelok maka akan menabrak 1 orang. Dalam hal ini mungkin sebagian besar orang akan memilih menyelamatkan 5 orang tersebut sehingga mengorbankan 1 orang. Namun, jika 1 orang itu adalah anggota keluarga kita maka kita akan memilih menyelamatkan 1 orang itu dan mengorbankan 5 orang lainnya. Dari sini kita belajar bahwasanya dalam mengambil sebuah keputusan akan selalu ada sikap egoisme, maka dari itu kita perlu memiliki sikap empati juga bagaimana ketika aku menjadi dia. Jadi sebagai manusia janganlah kita mudah menyalahkan orang lain, coba kita renungi bahwa setiap keputusan yang diambil oleh orang lain ada sebuah pertimbangan besar yang telah dipertimbangkannya.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Nola Diva Brilian 2213053199 -
Nama: Nola Diva Brilian
Npm: 2213053199


Dari video yang sudah saya tonton, menurut saya antara the trolley problem yang di jelaskan dan nilai moral yang di contohkan ada perbedaannya.

Dalam The Trolley Problem, situasi disederhanakan menjadi pilihan antara mengorbankan satu orang untuk menyelamatkan banyak orang. Ini adalah kondisi ekstrem di mana pilihan sangat terbatas, dan mengutamakan kepentingan mayoritas menjadi fokus utama.

Namun, dalam kehidupan sehari-hari, pilihan moral seringkali jauh lebih kompleks. Selalu ada kemungkinan untuk menemukan solusi yang tidak menyakiti orang lain. Bahkan, beberapa orang mungkin bersedia mengorbankan diri mereka sendiri demi kebaikan bersama. Mengapa, dalam situasi nyata, kita kadang-kadang melihat tindakan seperti perang, diskriminasi, atau genosida? Ini menunjukkan bahwa tindakan semacam itu tidak hanya tentang pertimbangan moral; keegoisanan juga memainkan peran penting.
Moral terlalu sempit untuk diukur dari teori ini. Karena teori ini sangat sederhana untuk mendalami nilai moral manusia yang luas.
Dan kembali lagi, 'Hidup itu Pilihan'
Dan dalam menentukan pilihan banyak aspek yang harus dipertimbangkan bukan hanya moral saja
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by AULIA MAHARANI PUTRI 2213053010 -
Nama : Aulia Maharani Putri
Npm : 2213053010
Kelas : 3G

Analisis Video 1
Judul : Apakah Moral? ~ The Trolley Problem
Nama YouTube : Rianto Astono
Tahun Publikasi : 28 Agustus 2020
Pembahasan :

Pailippa foot, pada tahun 1967 lalu food mengajukan sebuah eksperimen yang dikenal dengan Troleyy Problem. Yang diadaptasi agar memahami konteks moral dalam kondisi apapun yaitu seperti perang penyiksaan, drone, aborsi, serta eutansia. Pada saat perkembangan Artifical Intelligence) semakin penting.

Machine Learning -> mesin diberikan kontrol supaya mengambil keputusan yang lebih bermoral saat berbagai kondisi yang terjadi.

Dalam The Trolley Problem membuat seseorang berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari sebuah pilihan. Pelajaran moral ini kerap masuk sebagai sebuah docking harus ada yang dikorbankan untuk kepentingan yang lebih besar moral pun sering digunakan untuk alat oleh penguasa dan segelintir orang untuk membenarkan perang, memberantas etnis tertentu, Genocide, diskriminasi minoritas pengrusakan lingkung.an industrialisasi dan lain-lain, untuk kepentingan umum.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Silvia Novi Fitriana 2213053062 -
Nama : Silvia Novi Fitriana
Npm : 2213053062
Kelas : 3G

Analisis video 1
Pada tahun 1967, Philippa Foot memperkenalkan sebuah eksperimen yang dikenal sebagai "trolly problem". Dari eksperimen tersebut membuat kita lebih memikirkan konsekuensi dari sebuah pilihan, dalam sesuatu yang harus selalu dikorbankan. Oleh karena itu sudah pasti terdapat banyak sekali resiko dalam setiap pilihan. Dalam eksperimen tersebut tidak ada jawaban yang mutlak benar atau salah. Pentingnya bagi masyarakat untuk memiliki pemahaman yang kuat mengenai nilai-nilai moral dan etika sehingga mereka dapat mengambil keputusan secara jelas, terarah, dan bertanggung jawab. Dalam mengambil sebuah keputusan sebaiknya tidak hanya dari satu aspek moralitas saja, diperlukan juga aspek-aspek lain seperti realitas dan efisiensi untuk mencapai suatu keputusan yang baik. Moralitas selalu berkaitan dengan pengambilan keputusan, maka dari itu sebelum pengambilan keputusan perlu pertimbangan lebih matang untuk menghindari akibat yang fatal.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Fadhila Cahya Ningtyas 2213053271 -
Nama : Fadhila Cahya Ningtyas
NPM : 2213053271
Kelas : 3G

Analisis Video
Dari video tersebut terdapat dua pertanyaan survei kepada orang-orang dan penonton video mengenai moralitas. Dua pertanyaan tersebut berisi tentang pilihan menyelamatkan dan membunuh orang di mana keduanya sama-sama berujung membunuh orang lain. Antara menarik tuas kereta atau tidak dan mendorong satu orang atau tidak. Jelas dua pertanyaan tersebut membingungkan untuk dijawab.

Pada tahun 1967 Philippa Foot mengajukan sebuah eksperimen yang dikenal dengan Trolley Problem.
Eksperimental dari pertanyaan di atas telah diadaptasi untuk memahami konteks moral dalam kondisi seperti perang, penyiksaan, drone, aborsi dan eutanasia. Seperti ini menjadi penting saat perkembangan AI ( Artificial Inteligence) macine learning, di mana mesin diberikan kontrol untuk mengambil keputusan mana yang lebih bermoral pada berbagai kondisi yang terjadi. The Trolley Problem membuat manusia berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari sebuah pilihan apakah dibuat berdasarkan nilai moral tertentu atau lebih pada hasil akhirnya dan bagaimana kita mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari. Suatu pemikiran bahwa mengorbankan sesuatu yang kecil untuk mendapatkan sesuatu yang besar kerap masuk sebagai doktrin di kehidupan, akibatnya moral sering digunakan sebagai alat oleh penguasa dan segelintir orang untuk membenarkan perang, memusnahkan etnis tertentu, genocide, diskriminasi minoritas, pengrusakan lingkungan, dan sebagainya hanya dengan alasan demi kepentingan dunia, kepentingan umum, atau demi masa depan yang lebih cerah. Mengorbankan sedikit demi mendapatkan yang lebih banyak bukanlah pilihan yang baik, dan apabila suatu hal yang buruk meskipun tidak dilakukan dengan tangan kita sendiri kita tidak boleh menyetujuinya atau membiarkan itu terjadi. Perilaku penyimpangan moral seperti diskriminasi dan stigmatisasi kelompok minoritas oleh kaum mayoritas, atau orang yang merasa paling benar dan paling berkuasa dengan alasan kepentingan umum bukanlah hal yang dapat dibenarkan. Begitu juga dengan perang terhadap sekelompok orang, oknum yang dicat pembuat toner dengan mengorbankan orang yang tidak bersalah hanya demi alasan perdamaian dan ketertiban dunia bukan juga pilihan yang lebih bermoral. Agar tidak berpikir untuk mengorbankan sesuatu yang sedikit untuk mendapatkan yang lebih besar kita harus berpikir dari sisi yang berbeda.

Moralitas memang sering menjadi alat pembenaran dari suatu penyimpangan saat seseorang berada di posisi yang diuntungkan atau memiliki kepentingan. Pada akhirnya moralitas hanya menjadi egoisme manusia dengan kepentingannya sendiri atau kelompoknya sendiri.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Safira Sita Salsabilla 2213053027 -
Nama : Safira Sita Salsabilla
NPM : 2213053027

Analisis Video 1
Dari video yang berjudul " Apakah MORAL? The Trolley Problem dapat dianalisis mengenai beberapa persolan dilematis dari Trolley Problem klasik untuk memahami konteks moral.
The Trolley Problem membuat kita berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari sebuah pilihan apakah berdasarkan nilai moral tertentu atau lebih kepada hasil akhirnya serta bagaimana mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, berpikir tentang mengorbankan yang lebih sedikit untuk menyelamatkan yang lebih banyak adalah sesuatu yang bermoral atau tidak karena seperti yang kita tahu bahwa harus ada yang dikorbankan demi kepentingan yang lebih besar. Dengan demikian moral sering digunakan sebagai alat oleh penguasa dan segelintir orang untuk membenarkan perang, memberantas etnis tertentu, Genocide, diskriminasi minoritas, pengrusakan lingkungan, industrialisasi, dan sebagainya. Alasannya demi perdamaian dunia, demi kepentingan umum, demi kelompok yang lebih besar, demi masa depan yang cerah, dan memilih mengorbankan yang sedikit demi menyelamatkan banyak terkesan lebih bermoral.

Kita harus memahami tentang moralitas dengan benar agar moralitas tidak dimanfaatkan oleh pihak tertentu atau diri kita sendiri untuk menyakiti orang lain. Moralitas sering menjadi alat pembenaran saat seseorang di posisi yang diuntungkan atau yang memiliki kepentingan yang ternyata itu hanyalah soal egoisme manusia dengan kepentingan dirinya atau kelompoknya sendiri.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Wike Oktaviana 2213053194 -
Nama : Wike Oktaviana
NPM : 2213053194
Kelas : 3G

Trolley Problem, sebuah dilema moral yang sering digunakan pada filosofi untuk memeriksa perspektif moral dan etika. Skenario awal menggambarkan situasi di mana seseorang harus memilih antara membiarkan kereta meluncur dan membunuh lima orang atau mengambil tindakan untuk membuat kereta berbelok dan menyelamatkan lima orang dengan mengorbankan satu orang. Ini menciptakan konflik antara nilai moral yang berbeda.
Dalam video jg menjelaskan bagaimana tindakan pasif dan aktif bisa mempengaruhi keputusan moral seseorang. Dilema moral ini ialah cara guna merangsang pemikiran terkait nilai-nilai etika dan juga bagaimana kita bisa mendefinisikan apa yang benar atau salah dalam berbagai konteks. Ini juga menggambarkan bagaimana pandangan moral dapat dipengaruhi oleh konteks dan perspektif individu.

Dalam video juga menjelaskan bahwa moralitas sering digunakan sebagai alat pembenaran guna tindakan yang sebenarnya egois atau untuk membenarkan tindakan yang mengorbankan beberapa orang demi kepentingan yang lebih besar. Ini mengajukan pertanyaan yang penting tentang bagaimana kita memahami dan menerapkan moralitas dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam konteks kebijakan, konflik, dan keputusan yang mempengaruhi banyak orang.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Ihya Ghulam Halim 2213053178 -
Nama : Ihya Ghulam Halim
NPM : 2213053178
Kelas : 3G

Setelah menonton dan juga mengamati video yang telah disajikan mengenai moral bisa disimpulkan bahwasanya di dalam video tersebut terdapat sebuah pertanyaan-pertanyaan yang membuat kita Berpikir lebih keras, salah satu pertanyaan yang membuat kita berpikir keras yaitu Bayangkan Pada suatu hari kamu berada dalam sebuah situasi Genting kamu berada dalam ruang kemudi kereta yang sedang bergerak kencang di depanmu kamu melihat Ada 5 orang yang terikat di rel dan tidak bisa bergerak jika Kereta menabrak orang tersebut kamu tahu kelimanya pasti akan meninggal dunia kabar baiknya di depanmu terdapat cabang perlintasan yang dapat membuat kereta berbelok hanya dengan menarik tuas yang ada di ruang kemudi tersebut tapi masalahnya saat kamu menatap ke arah lintasan tersebut ternyata di sana ada satu orang lain yang juga terikat di rel kamu tidak tahu cara menghentikan kereta satu-satunya yang dapat kamu lakukan adalah menarik tuas dan membuat kereta berbelok Jika kamu membiarkan kereta pada posisinya maka kereta akan terus meluncur dan membunuh 5 orang jika kamu memutuskan untuk berbelok maka kereta akan menabrak satu orang kita anggap tidak ada kemungkinan lain tetap lurus berarti 5 koin berbelok berarti satu koin sekarang keputusan berada di tangannya diam dan tetap membiarkan kereta berjalan lurus atau menarik tuas untuk membuat kereta berbelok apa yang akan kamu lakukan?

Banyak dari mereka yang menjawab lebih baik kereta tersebut dibelokkan sehingga hanya akan ada satu orang yang terbunuh daripada 5 orang yang terbunuh pada saat kereta tetap berjalan lurus, mengenai hal itu prinsip moralnya sederhana yaitu lebih baik menyelamatkan 5 orang daripada hanya satu orang yang diselamatkan mungkin sebagian kita juga berpikiran sama.

Dan Menurut pendapat saya sepanjang hidup kita pelajaran moral seperti ini kerap masuk sebagai sebuah doktrin bahwa memang harus selalu ada yang dikorbankan demi kepentingan yang lebih besar maka tak heran jika kemudian moral sering digunakan sebagai alat oleh pemasar dan segelintir orang untuk membenarkan perang, memberangus etnis tertentu, diskriminasi minoritas, pengerusakan lingkungan industrialisasi, dan lain sebagainya.

Dan kita dapat menggunakan trolley problem untuk bertanya-tanya mengenai persoalan moralitas daripada hal-hal seperti : Apakah mengorbankan tubuh kembang anak kita ini dengan alasan pekerjaan demi masa depannya sehingga anak kita lantas jadi pembantu rumah tangga atau yang lain sebagainya. Maka sangat dibutuhkan pilihan moral yang lebih baik atau hanya pembenaran semata dari orang tua yang egois.

Dari trolley problem kita bisa belajar atau memahami nilai moral keputusan apa yang harus kita lakukan, yang mana di antara dua pilihan keputusan tersebut adalah suatu hal yang berat bagi kita semua.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by RILIAN TSABITHA SURI 2213053141 -
Nama: Rilian Tsabitha Suri
NPM: 2213053141
Kelas: 3G

Pada tahun 1967, philippa foot mengajukan sebuah eksperimen yang dikenal sebagai trolley problem untuk memahami konteks moral dalam berbagai kondisi seperti perang, penyiksaan, drone, aborsi, dan eutanasia. The trolley problem membuat kita berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari sebuah pilihan dan bagaimana kita mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam video yang dicontohkan, menurut saya permasalahan dari teori the trolley problem problem ini tidak bisa disamakan dengan konteks yang ada di dunia nyata karena pada kasus yang dicontohkan kita dihadapkan pada sebuah pilihan yang sangat sedikit dan tidak ada solusi atau jalan keluar yang logis. Teori ini membuat kita menjadi lebih merenung dan berpikir lagi akan sebuah tindakan yang akan kita lakukan. Secara moral juga tentunya tidak ada yang benar diantara kedua kasus yang dicontohkan. Baik membunuh satu ataupun 5 orang tentu saja sama-sama sebuah kesalahan.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Afanin Yuli Safitri 2213053020 -

Nama: Afanin Yuli Safitri
NPM: 2213053020
Kelas: 3G
Prodi: PGSD
ANALISIS VIDEO 1

Phillip food tahun 1967 mengajukan sebuah eksperimen yang kemudian dikenal sebagai trolly problem eksperimental untuk memahami konteks moral dalam berbagai kondisi seperti perang, penyiksaan, aborsi dan euthanasia. Trolly problem membuat berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari sebuah pilihan apakah itu dibuat berdasarkan nilai moral tertentu atau lebih kepada hasil akhirnya dan bagaimana kita mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari.


Seperti masalah di video semua itu tergantung keputusannya masing-masing , di setiap keputusan memiliki resiko. Apa pun keputusan yang kita ambil pasti ada pemikiran orang lain tentang keputusan yang baik atau buruk. Dan Moral adalah baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Apapun pilihannya kita harus bisa mempertanggungjawabkan pilihan yang telah kita pilih. Moralitas tidak pernah berdiri sendiri di posisi yang netral. Identitas kita dan identitas orang yang dikorbankan selalu menyertai keputusan2 yang berhubungan dengan moralitas.

In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by SELVIA NUR SAQINAH 2213053193 -
Nama: Selvia Nur Saqinah
Nomor: 2213053193
Kelas: 3G

Moralitas menjadi sebuah dilema

Philippa foot pada tahun 1967 ikut mengajukan sebuah eksperimen yang dikenal sebagai Trolley Problem. Pertanyaan mengenai moralitas menjadi sebuah dilema yang telah diadaptasi untuk memahami konteks moral dalam berbagai kondisi, seperti: perang, penyiksaan, aborsi. Lalu study ini kemudian menjadi semakin penting saat perkembangan AL (Artificial Intellegence) dimana mesin diberikan kontrol untuk mengambil keputusan mana yang lebih bermoral pada berbagai kondisi yang terjadi.

The trolley problem membuat kita Berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dalam sebuah pilihan, apakah itu dibuat berdasarkan nilai moral tertentu atau lebih kepada hasil akhirnya, dan bagaimana kita mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-harisehari-hari. Apakah mengorbankan yang lebih sedikit untuk menyelamatkan yang lebih banyak adalah sesuatu yang lebih bermoral? Atau hanya sebuah kebenaran belakang? Maka tak heran bawa moral sering digunakan sebagai alat oleh penguasa dan segelintir orang-orang untuk membenarkan perang, menjelakan etnis tertentu, diskriminasi minoritas, pengrusakan lingkungan, industialisasi, dan lain sebagainya, hanya dengan alasan demi perdamaian dunia, dan kepentingan umum, demi kepentingan kelompok yang lebih besar, demi masa depan yang lebih cerah, atau terdapat 90% orang berpikir demikian tak mengapa mengorbankan yang lebih sedikit untuk yang lebih besar , lantas semua itu seolah menjadi lebih benar dan lebih bermoral.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Nura Assyifa 2213053134 -
Nama : Nura Assyifa
NPM : 2213053134
Kelas : 3G

Analisis video 1, dengan judul
"Apakah MORAL? ~ The Trolley Problem"

Dalam video tersebut disajikan suatu gambaran, bagaimana ketika kita sedang mengendarai sebuah kereta yang sedang melaju kencang, dimana terdapat pilihan jika kita berjalan lurus akan ada 5 orang yang berbaring di rel kereta, namun jika kita menarik tuas dan memilih jalur sebelahnya akan ada 1 orang yang berbaring di kereta. Jika saya dalam posisi tersebut saya akan memilih menarik tuas, karena akan ada 5 orang yang terselamatkan walaupun akan ada orang lain yang menjadi korban.

Gambaran kedua disajikan 5 orang yang berbaring di rel kereta dan sebuah jembatan dengan saya dan orang lain yang berbadan besar yang dapat memperlambat kereta. Pertanyaannya apakah saya akan mendorong orang tersebut atau saya tidak akan melakukan apapun, jawabannya saya tidak akan mendorong orang tersebut, alasannya karena 5 orang dibawah memilih untuk mengakhiri hidupnya, sedangkan orang yang berada diatas jembatan dengan saya tidak bersalah, lalu mengapa saya harus mendorongnya.

Dalam mengambil keputusan kita harus tahu pilihan mana yang lebih bermoral pada kondisi yang sedang kita hadapi. Dalam setiap kejadian kita harus bisa membayangkan bagaimana jika kita diposisi orang lain agar, kita dapat memahami apa yang orang lain rasakan dan tidak hanya mementingkan diri sendiri. Walaupun nyatanya moralitas ternyata hanyalah soal egoisme manusia dengan kepentingan dirinya atau kelompoknya sendiri. 
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Shelly Shelly -
Nama: Shelly
NPM: 2253053019
Kelas: 2G


Berdasarkan video diatas yang menjelaskan bahwa Silam foot mengajukan sebuah eksperimen yang kemudian dikenal sebagai trolly problem. Eksperimental dari pertanyaan yang baru saja kita mainkan yang telah diadaptasi memahami konteks moral dalam berbagai kondisi seperti perang penyiksaan. Drone aborsi dan euthanasia studi ini kemudian menjadi semakin penting saat perkembangan Al (Artificial Intelligence). Machine learning di mana mesin diberikan kontrol untuk mengambil keputusan mana yang lebih bermoral pada berbagai kondisi yang terjadi.


Teori Trolley Problem adalah sebuah eksperimen pemikiran dalam etika yang digunakan untuk menguji moralitas dan pengambilan keputusan. Dalam situasi ini, seorang individu dihadapkan dengan pilihan sulit: mengalihkan jalur sebuah trem yang menuju lima orang, tetapi dengan mengorbankan satu orang yang berada di jalur yang dialihkan, atau membiarkan trem terus berjalan dan lima orang tersebut akan terbunuh. Terdapat beberapa argumen bahwa kewajiban moral yaitu untuk melindungi nyawa sebanyak mungkin, sehingga mengalihkan trem dapat dianggap sebagai tindakan yang benar. Pendekatan individu terhadap Trolley Problem dapat bervariasi, dan ada berbagai pandangan etika yang berbeda tentang apa yang merupakan tindakan yang benar dalam situasi semacam itu. Tidak ada jawaban yang benar atau salah mutlak dalam Trolley Problem, dan itu sering digunakan untuk memancing diskusi tentang etika dan moralitas.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by DINDA MULIA SAPUTRI 2253053042 -
Nama : Dinda mulia saputri
Npm : 2253053042
Analisis video 1
Dalam video terlampir Ini adalah inti dari eksperimen pemikiran klasik yang dikenal sebagai trolley problem atau trolley dilemma. Dilema ini memungkinkan kita memikirkan konsekuensi suatu tindakan dan bertanya apakah nilai moralnya ditentukan semata-mata oleh hasilnya. Nilai dan moral yaitu suatu yang menimbulkan berbagai pertanyaan dan dilema moral yang kompleks. Masalah ini sering digunakan oleh para filsuf dan ahli etika untuk menguji kemampuan seseorang dalam mempertimbangkan dan membuat keputusan etis yang tepat dalam situasi yang sulit. Masalah ini juga dapat membantu orang memahami dan mengembangkan kesadaran moral mereka, serta mengajarkan pentingnya mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan kita.sifat moral atau seperangkat prinsip dan nilai yang berkaitan dengan baik dan jahat. Jadi, moralitas suatu tindakan berarti aspek moral dari suatu tindakan atau baik atau buruknya tindakan tersebut. Istilah manusia mengacu pada manusia atau orang lain yang melakukan tindakan yang mempunyai nilai positif.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Widia Nata Saputri 2213053057 -
Nama : Widia Nata Saputri
NPM : 2213053057
Kelas : 3G

Analisis Video 1 yang berjudul : THE TROLLEY PROBLEM
Philippa Foot tahun 1967 mengajukan suatu eksperimen yaitu the trolley problem. Ekperimen yang telah diadaptasi untuk memahami konteks moral dalam berbagai kondisi berupa perang, penyiksaan, drone, aborsi dan euthanasia. Studi ini semakin penting saat perkembangan dengan kehadiran AI ( Artificial intelligence), machine learning dimana mesin diberi control untuk mengambil keputusan mana yang lebih bermoral pada berbagai kondisi yang terjadi.

Dalam The Trolley Problem, situasi disederhanakan menjadi pilihan antara mengorbankan satu orang untuk menyelamatkan banyak orang. Ini adalah kondisi ekstrem di mana pilihan sangat terbatas, dan mengutamakan kepentingan mayoritas menjadi fokus utama. Apa yang kita telah pahami selama ini mengenai moral seringkali dimanfaatkan oleh pihak tertentu, bahkan oleh diri kita sendiri, untuk menyakiti orang lain.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Farida Juwita 2213053179 -
Nama : Farida Juwita
NPM : 2213053179
Kelas : 3G

Setelah mengamati video yang berjudul Apakah Itu Moral-The Trolley Problem, saya mendapat bahwa Trolley Problem dalam video ini merupakan teori filosof yang menawarkan pertanyaan terkait perspektif nilai dan moral seseorang.
Dalam permasalahan yang ditawarkan pertama, mengenai pengambilan keputusan terhadap hilangnya 5 nyawa atau hilangnya 1 nyawa. Tentu saya sendiri akan memilih 1 nyawa daripada 5 nyawa.
Sedangkan pada persoalan kedua terkait, memilih untuk mendorong 1 orang lain untuk menghentikan kereta atau membiarkan kereta melaju menabrak 5 orang di rel. Disini, saya akhirnya memilih untuk tidak melakukan apapun, karena menurut saya, itu diluar kendali saya. Jika mendorong 1 orang sama saja saya membuat diri saya terperangkap dalam kesalahan yang akan berlarut. Sehingga saya memutuskan untuk tidak melakukan apapun.
Namun, ternyata dalam kedua persoalan ini justru dapat membawa dilema terkait moralitas. Trolley Problem disini ternyata mengungkap bahwa dilema ini sering diadaptasikan dalam konteks perang maupun persoalan besar. Sehingga moralitas pun dipertanyakan karena justru menjadi alat sebagai penutup antara keegoisan atau sebagai pembenaran sebuah keputusan untuk mengorbankan banyak orang lain demi kepentingan yang lebih menguntungkan atau besar.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Video 1

by Dinda Kusumawati Subagio 2253053016 -
Nama: Dinda Kusumawati Subagio
Npm: 2253053016

Analisis video 1

Philip Foods mengusulkan eksperimen pada tahun 1967 yang disebut Masalah Eksperimen Troli, yang berasal dari pertanyaan yang baru saja kami ajukan, yang telah diadaptasi untuk memahami konteks moral dalam berbagai kondisi, seperti perang, penyiksaan, genderang, aborsi, dan euthanasia, ini Penelitian menjadi semakin penting seiring berkembangnya pembelajaran kecerdasan buatan di Mesir, di mana mesin diberi kendali untuk membuat keputusan yang lebih etis.

Moralitas seringkali menjadi alat pembenaran ketika kita berada pada posisi yang menguntungkan atau menguntungkan, bukan karena pada akhirnya moralitas hanyalah persoalan egoisme manusia yang berpusat pada kepentingan diri sendiri atau kelompoknya sendiri.