Posts made by nabila Nur Haliza

1.Design thinking bisa dibilang jadi senjata utama buat organisasi yang mau berubah, karena pendekatannya fokus ke manusia (human-centered). Jadi bukan cuma mikirin produk atau layanan dari sisi teknis aja, tapi juga dari apa yang sebenarnya dibutuhin pengguna. Dengan cara ini, organisasi bisa lebih adaptif sama perubahan, lebih kreatif, dan nggak takut buat nyoba hal-hal baru. Akhirnya, design thinking jadi motor transformasi yang bikin organisasi lebih lincah dan relevan

2.Kalau perusahaan punya inisiatif inovasi yang konsisten, biasanya performa bisnisnya ikut terdongkrak. Misalnya, ada ide baru buat produk yang lebih praktis atau layanan yang lebih cepat itu bikin pelanggan makin puas. Dampaknya bisa berupa peningkatan penjualan, loyalitas konsumen, sampai brand yang makin kuat. Inovasi juga bikin perusahaan nggak gampang kalah sama kompetitor, karena selalu ada “sesuatu yang fresh” buat ditawarkan.

3.Seorang pemimpin di era inovasi gak cukup cuma pintar ngatur orang, tapi harus bisa jadi role model dalam berpikir terbuka, berani ambil risiko, dan ngehargain ide-ide baru dari timnya. Keterampilan kayak komunikasi efektif, empati, sampai kemampuan memfasilitasi brainstorming jadi kunci penting. Cara mengembangkannya bisa lewat latihan langsung di proyek, ikut pelatihan kepemimpinan kreatif, atau bahkan sekadar belajar dari trial and error bareng tim

4.Budaya perusahaan ibarat tanah tempat benih design thinking ditanam. Kalau budayanya terbuka, kolaboratif, dan mendukung eksperimen, ide-ide design thinking bakal tumbuh subur. Tapi kalau budayanya kaku, penuh hierarki, atau takut gagal, otomatis design thinking jadi susah berkembang. Jadi budaya kerja sangat menentukan apakah pemikiran desain bisa bener-bener jalan atau cuma jadi jargon doang.

5.Banyak perusahaan besar yang justru kesulitan berinovasi karena terlalu nyaman dengan zona aman mereka. Misalnya, struktur birokrasi yang ribet, budaya takut gagal, atau fokus yang berlebihan pada profit jangka pendek. Selain itu, mindset “kalau sudah jalan, jangan diubah” sering jadi penghalang terbesar. Padahal, kekuatan korporat yang besar seharusnya bisa jadi modal untuk eksplorasi ide-ide baru, bukan jadi penghambat.

6.Transformasi ini nggak bisa instan, ada tahapannya. Pertama, organisasi harus paham dulu apa itu design thinking dan kenapa penting. Kedua, mulai terapkan di proyek kecil biar bisa belajar dari pengalaman nyata. Ketiga, dorong kolaborasi lintas tim, karena ide terbaik biasanya datang dari kombinasi perspektif yang berbeda. Terakhir, jangan lupa bikin budaya apresiasi—hargai setiap ide, bahkan yang gagal, supaya orang-orang tetap berani bereksperimen.

7.Dalam strategi bisnis, design thinking bisa jadi pendekatan buat nyari solusi yang bener-bener nyambung sama kebutuhan pasar. Misalnya, sebelum bikin produk baru, perusahaan bisa observasi langsung gaya hidup target konsumennya, bikin prototipe, lalu uji coba. Dengan begitu, strategi yang dibuat nggak cuma spekulasi, tapi hasil dari pemahaman mendalam terhadap user. Alhasil, bisnis bisa lebih tepat sasaran, fleksibel, dan lebih cepat adaptasi sama perubahan.
1.Cerita dalam konteks desain bukan sekadar kisah fiksi, melainkan narasi yang dipakai untuk menggambarkan pengalaman pengguna. Dengan cerita, kita bisa menjelaskan siapa pengguna, apa masalah yang mereka hadapi, bagaimana interaksi mereka dengan produk/jasa, dan emosi yang muncul. Cerita membantu tim desain untuk berempati dengan pengguna, sehingga solusi yang dibuat terasa relevan dan nyata.

2.Prototipe adalah versi awal atau model percobaan dari sebuah produk/ide yang digunakan untuk menguji, memvisualisasikan, dan memperbaiki konsep sebelum dibuat secara final. Bentuknya bisa sederhana seperti sketsa di kertas, wireframe digital, atau bahkan model fisik. Intinya, prototipe membantu tim untuk “mencoba dulu” sebelum mengeluarkan banyak biaya dan waktu untuk
implementasi penuh

3.Cerita bisa dijadikan pondasi untuk membuat prototipe. Misalnya: dari sebuah cerita tentang pengguna yang kesulitan mencari jadwal transportasi, tim desain bisa membuat prototipe aplikasi pencarian jadwal bus. Dengan begitu, prototipe tidak dibuat asal, tapi selalu terkait dengan kebutuhan nyata. Cerita memberi konteks emosional, sedangkan prototipe memberi bentuk nyata dari solusi. Keduanya saling melengkapi: cerita membuat tim paham “mengapa”, prototipe menjawab “bagaimana”.

4.Dalam fase definisi masalah, ada beberapa praktik dan alat desain yang sering dipakai:
Empathy Map: memahami pikiran, perasaan, kebutuhan, dan hambatan pengguna.
User Journey Map: memetakan perjalanan pengguna dari awal sampai akhir saat menggunakan produk/jasa.
Persona: membuat karakter fiksi yang mewakili segmen pengguna, agar tim bisa lebih fokus pada kebutuhan nyata.
5 Whys / Root Cause Analysis: teknik untuk menggali akar masalah dengan bertanya “mengapa” secara bertahap.
Affinity Diagram: mengelompokkan ide atau masalah berdasarkan tema agar lebih mudah dipahami.
Semua alat ini membantu agar masalah yang didefinisikan bukan sekadar asumsi, tapi betul-betul berakar pada pengalaman pengguna

5.Mengintegrasikan desain profesional sejak awal artinya melibatkan prinsip desain (visual, interaksi, pengalaman pengguna) sejak proses ideasi, bukan hanya saat produk hampir jadi. Caranya:
Kolaborasi lintas tim: desainer bekerja bareng developer, peneliti, dan stakeholder sejak awal.
Rapid prototyping & testing: desainer membuat mockup sederhana untuk diuji sejak ide masih mentah.
Design Thinking mindset: menggunakan pendekatan iteratif (empathize, define, ideate, prototype, test).
Visual storytelling: menyajikan ide dalam bentuk visual (sketsa, storyboard, flowchart) agar mudah dipahami semua pihak.
Dengan begitu, desain bukan hanya “hiasan” di akhir, tapi menjadi strategic tool yang membentuk arah produk sejak fase awal