གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ Igha Mawardhani

MPPE B2025 -> CASE STUDY

Igha Mawardhani གིས-

Nama : Igha Mawardhani

NPM: 2313031043


1. Kesesuaian Teknik Pengumpulan Data dengan Pendekatan Kuantitatif

Teknik pengumpulan data menggunakan angket (kuesioner) dengan skala Likert sudah sesuai dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan pada pengukuran variabel secara angka dan analisis statistik. Skala Likert memungkinkan sikap, persepsi, dan motivasi guru diukur secara terstruktur dan dapat diolah secara statistik, sehingga hasil penelitian dapat diuji dan digeneralisasikan.

 

2. Kelebihan dan Kelemahan Penggunaan Angket

Kelebihan:

  • Dapat menjangkau banyak responden dalam waktu relatif singkat.
  • Data mudah diolah karena sudah berbentuk angka.
  • Responden memiliki kebebasan menjawab tanpa tekanan langsung dari peneliti.
  • Cocok untuk mengukur sikap dan persepsi seperti gaya kepemimpinan dan motivasi kerja.

Kelemahan:

  • Jawaban responden bisa bersifat subjektif atau tidak sepenuhnya jujur.
  • Peneliti tidak dapat menggali alasan di balik jawaban responden secara mendalam.
  • Risiko salah tafsir terhadap pernyataan angket.
  • Responden cenderung memilih jawaban tengah (netral) tanpa pertimbangan mendalam.

 

3. Teknik Analisis Statistik yang Paling Tepat

Untuk menjawab dua tujuan penelitian tersebut, teknik analisis yang tepat adalah:

  1. Analisis regresi linier sederhana
    Digunakan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru. Regresi dapat menunjukkan seberapa besar dan seberapa signifikan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
  2. Uji beda (ANOVA satu arah)
    Digunakan untuk mengetahui perbedaan motivasi kerja berdasarkan tingkat pendidikan guru (misalnya S1, S2, S3). ANOVA tepat digunakan karena membandingkan lebih dari dua kelompok pendidikan.

 

4. Potensi Bias dan Masalah Validitas serta Cara Mengatasinya

Beberapa potensi bias dan masalah validitas yang mungkin muncul antara lain:

  • Bias sosial (social desirability bias):
    Guru cenderung memberikan jawaban yang “aman” atau positif terhadap kepala sekolah.
    Solusi: Menjamin anonimitas responden dan menjelaskan bahwa data hanya untuk kepentingan akademik.
  • Bias instrumen:
    Pernyataan angket kurang jelas atau bermakna ganda.
    Solusi: Melakukan uji validitas dan reliabilitas serta uji coba (pilot test) angket sebelum digunakan.
  • Bias respon:
    Responden mengisi angket tanpa membaca dengan serius.
    Solusi: Membuat pernyataan singkat, jelas, dan tidak terlalu panjang, serta memberi waktu pengisian yang cukup.
  • Masalah validitas eksternal:
    Sampel tidak mewakili seluruh guru SMA negeri di kota X.
    Solusi: Menggunakan teknik sampling yang tepat dan melibatkan guru dari berbagai sekolah.

 

MPPE B2025 -> CASE STUDY

Igha Mawardhani གིས-

Nama : Igha Mawardhani

NPM : 2313031043


1. Jenis Skala Pengukuran pada Setiap Item Kuesioner

  1. Usia responden (dalam tahun)
    Skala rasio
    Alasan: Usia memiliki jarak yang jelas antar nilai dan memiliki angka nol yang bermakna (usia 0 tahun), sehingga perbandingan seperti “dua kali lebih tua” dapat dilakukan.
  2. Jenis kelamin (laki-laki/perempuan)
    Skala nominal
    Alasan: Jenis kelamin hanya berfungsi sebagai kategori pembeda tanpa tingkatan atau urutan.
  3. Tingkat kepuasan terhadap pelayanan dosen pembimbing akademik
    Skala ordinal
    Alasan: Pilihan jawaban memiliki urutan dari sangat tidak puas sampai sangat puas, tetapi jarak antar kategori belum tentu sama.
  4. Jumlah mata kuliah yang diambil semester ini
    Skala rasio
    Alasan: Data berupa hitungan yang memiliki nol absolut (0 mata kuliah) dan jarak antar nilai bersifat tetap.
  5. Urutan prioritas dalam memilih universitas
    Skala ordinal
    Alasan: Data menunjukkan peringkat kepentingan, namun selisih antar peringkat tidak dapat diukur secara pasti.

 

2. Apakah Seluruh Data Dapat Dianalisis dengan Statistik Parametrik?

Tidak, seluruh data tidak dapat langsung dianalisis menggunakan statistik parametrik.

Statistik parametrik mensyaratkan data minimal berskala interval atau rasio serta berdistribusi normal. Dalam kuesioner ini, sebagian besar data berskala nominal dan ordinal, seperti jenis kelamin, tingkat kepuasan, dan urutan prioritas. Data jenis ini lebih tepat dianalisis menggunakan statistik nonparametrik, kecuali jika data ordinal (misalnya kepuasan) diolah dengan asumsi tertentu dan memenuhi syarat tambahan.

 

3. Metode Analisis Hubungan Kepuasan dan Jumlah Mata Kuliah

Metode analisis yang paling tepat adalah korelasi Spearman Rank.

Alasannya:

  • Tingkat kepuasan berskala ordinal.
  • Jumlah mata kuliah berskala rasio, tetapi tidak harus berdistribusi normal.
  • Korelasi Spearman cocok untuk melihat hubungan antara dua variabel ketika salah satunya atau keduanya berskala ordinal.

Metode ini dapat menunjukkan apakah terdapat hubungan antara tingkat kepuasan layanan akademik dengan jumlah mata kuliah yang diambil mahasiswa, tanpa melanggar asumsi statistik.

MPPE B2025 -> CASE STUDY

Igha Mawardhani གིས-

Nama : Igha Mawardhani

NPM : 2313031043


1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA negeri di Provinsi Jawa Barat yang mengikuti pembelajaran matematika, khususnya yang berada pada sekolah yang menerapkan pembelajaran hybrid. Populasi ini dipilih karena tujuan penelitian adalah mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid pada tingkat SMA negeri di seluruh wilayah Jawa Barat, bukan hanya di daerah tertentu.

Sampel adalah sebagian siswa kelas XI dari beberapa SMA negeri terpilih di Provinsi Jawa Barat yang mewakili kondisi sekolah di berbagai kota dan kabupaten. Sampel diambil karena jumlah sekolah dan siswa sangat besar dan tersebar luas, sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti seluruh populasi secara langsung. Sampel berfungsi sebagai wakil populasi agar hasil penelitian tetap dapat digeneralisasikan.

 

2. Teknik Sampling yang Paling Tepat

Teknik sampling yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini adalah stratified random sampling (sampling berstrata).

Alasan pemilihan teknik:

  • Kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital berbeda antar daerah.
  • Jumlah sekolah dan siswa tidak merata di setiap kota/kabupaten.
  • Tidak semua sekolah menerapkan pembelajaran hybrid dengan tingkat yang sama.

Dengan stratified random sampling, populasi dibagi terlebih dahulu ke dalam beberapa strata (lapisan) yang relevan, misalnya:

  • Wilayah kota dan kabupaten
  • Tingkat ketersediaan infrastruktur digital (tinggi, sedang, rendah)
  • Sekolah yang konsisten dan kurang konsisten menerapkan pembelajaran hybrid

Cara penerapan dalam konteks ini:

  1. Mengelompokkan SMA negeri di Jawa Barat ke dalam strata berdasarkan wilayah atau karakteristik tertentu.
  2. Menentukan jumlah sampel dari setiap strata secara proporsional.
  3. Memilih sekolah dan siswa secara acak dari masing-masing strata.

Dengan cara ini, sampel yang diambil lebih mewakili keragaman kondisi di seluruh Jawa Barat.

 

3. Kelemahan Jika Sampel Hanya Diambil dari Kota Besar

Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, maka terdapat beberapa potensi kelemahan, yaitu:

  • Hasil penelitian menjadi kurang mewakili kondisi nyata SMA negeri di seluruh Jawa Barat, terutama daerah pinggiran dan pedesaan.
  • Bias infrastruktur, karena sekolah di kota besar umumnya memiliki fasilitas dan akses digital yang lebih baik.
  • Validitas eksternal menurun, artinya hasil penelitian sulit digeneralisasikan ke sekolah dengan kondisi sosial dan ekonomi yang berbeda.
  • Efektivitas metode hybrid bisa terlihat lebih tinggi dari kondisi sebenarnya, karena didukung fasilitas yang memadai.

Dengan demikian, pengambilan sampel yang hanya berfokus pada kota besar berisiko menghasilkan kesimpulan yang tidak utuh dan kurang akurat.