Posts made by Eri Zenta Zikra Birama Putri

MPPE B2025 -> Diskusi

by Eri Zenta Zikra Birama Putri -
Nama : Eri Zenta Zikra Birama Putri
NPM : 2313031040

Teori
Teori adalah seperangkat konsep, prinsip, dan proposisi yang telah teruji dan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena. Dalam penelitian, teori berfungsi sebagai landasan ilmiah yang memberikan arah, acuan, serta dasar argumentasi terhadap masalah yang diteliti. Misalnya, teori motivasi Herzberg dapat digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi kinerja karyawan.
Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan alur logis yang menggambarkan hubungan antara teori dan variabel yang akan diteliti. Kerangka pikir biasanya berupa uraian atau bagan yang menunjukkan bagaimana variabel-variabel saling berhubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerangka pikir disusun berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, sehingga memberikan gambaran yang lebih spesifik mengenai alur pengaruh antarvariabel dalam penelitian.
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang masih perlu diuji secara empiris. Hipotesis dirumuskan berdasarkan teori dan kerangka pikir, sehingga bersifat rasional dan dapat diuji menggunakan data. Misalnya, jika teori menyatakan bahwa motivasi memengaruhi kinerja, maka hipotesis dapat dirumuskan sebagai: “Motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.”
Hubungan antara teori, kerangka pikir, dan hipotesis
Ketiganya saling berkaitan dan membentuk alur penelitian yang sistematis. Teori menjadi landasan konseptual yang menjelaskan fenomena. Dari teori, peneliti menyusun kerangka pikir yang lebih aplikatif untuk menggambarkan hubungan antarvariabel sesuai konteks penelitian. Selanjutnya, kerangka pikir tersebut menjadi dasar dalam merumuskan hipotesis yang dapat diuji secara empiris. Dengan kata lain, teori memberikan arah, kerangka pikir menjelaskan hubungan antarvariabel, dan hipotesis menjadi pernyataan yang harus dibuktikan melalui penelitian.

MPPE B2025 -> CASE STUDY 2

by Eri Zenta Zikra Birama Putri -
Nama : Eri Zenta Zikra Birama Putri
NPM : 2313031040

1. Teori-teori yang dapat digunakan sebagai landasan teori
Dalam penelitian mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan, terdapat beberapa teori yang relevan untuk dijadikan dasar pijakan. Pertama, teori kepemimpinan transformasional dan transaksional yang dikembangkan oleh Bass dan Avolio menjelaskan bagaimana pemimpin dengan gaya transformasional mampu menginspirasi, memotivasi, dan memberi visi yang jelas, sementara kepemimpinan transaksional berfokus pada pertukaran berupa reward dan punishment. Kedua, teori LMX (Leader–Member Exchange) menekankan kualitas hubungan antara pemimpin dan bawahan; semakin tinggi kualitas hubungan ini, semakin besar pengaruh positifnya terhadap kinerja karyawan. Ketiga, teori Path-Goal menyatakan bahwa pemimpin harus menyesuaikan gaya kepemimpinannya (directive, supportive, participative, achievement-oriented) dengan kondisi bawahan untuk mempermudah pencapaian tujuan. Selain itu, teori motivasi kerja seperti Expectancy Theory dan Herzberg’s Motivation-Hygiene Theory juga dapat dijadikan rujukan untuk menjelaskan bagaimana gaya kepemimpinan berperan dalam membentuk motivasi karyawan yang kemudian berdampak pada kinerja. Dengan memadukan teori-teori tersebut, penelitian dapat memiliki landasan teoretis yang kuat.

2. Kerangka pikir penelitian
Kerangka pikir penelitian ini dibangun dengan memposisikan gaya kepemimpinan sebagai variabel independen (X) dan kinerja karyawan sebagai variabel dependen (Y). Pemikiran dasarnya adalah bahwa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pimpinan perusahaan akan memengaruhi cara karyawan bekerja, termotivasi, dan mencapai target yang ditetapkan. Pemimpin dengan gaya transformasional cenderung meningkatkan motivasi, kepuasan, dan komitmen kerja, yang pada akhirnya berdampak positif pada kinerja. Sebaliknya, gaya kepemimpinan laissez-faire yang cenderung pasif dapat melemahkan motivasi dan menurunkan produktivitas karyawan. Dalam hubungan ini, motivasi kerja dapat berperan sebagai variabel mediasi, di mana gaya kepemimpinan memengaruhi motivasi, lalu motivasi mendorong kinerja. Selain itu, faktor lain seperti budaya organisasi atau kualitas hubungan LMX dapat menjadi variabel moderator yang memperkuat atau memperlemah hubungan antara gaya kepemimpinan dan kinerja karyawan. Dengan demikian, kerangka pikir ini menyajikan hubungan yang logis dan sistematis mengenai bagaimana gaya kepemimpinan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja karyawan.

3. Hipotesis penelitian
Berdasarkan kerangka pikir tersebut, hipotesis penelitian dapat dirumuskan secara ilmiah. Hipotesis nol (H₀) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Sebaliknya, hipotesis alternatif (H₁) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Untuk memperdalam analisis, hipotesis dapat dirinci lagi, misalnya: “Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan,” atau “Motivasi kerja memediasi hubungan antara gaya kepemimpinan dan kinerja karyawan.” Hipotesis ini bersifat operasional, sehingga dapat diuji dengan metode kuantitatif melalui survei dan analisis statistik, atau diperkaya dengan pendekatan kualitatif agar diperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai mekanisme pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja.

MPPE B2025 -> CASE STUDY

by Eri Zenta Zikra Birama Putri -
Nama : Eri Zenta Zikra Birama Putri
NPM : 2313031040

1. Teori-teori yang relevan sebagai landasan teori
Dalam penelitian mengenai pengaruh pembelajaran daring terhadap hasil belajar mahasiswa pascapandemi, ada beberapa teori yang dapat digunakan sebagai dasar pijakan. Pertama, teori konstruktivisme menjelaskan bahwa pembelajaran akan lebih efektif jika mahasiswa terlibat aktif dalam membangun pengetahuannya, baik melalui interaksi dengan materi maupun diskusi daring. Kedua, teori behaviorisme dapat digunakan untuk melihat bagaimana pemberian umpan balik dan penguatan melalui sistem online memengaruhi hasil belajar mahasiswa. Selanjutnya, teori kognitivisme relevan karena menekankan pentingnya cara mahasiswa memproses informasi dalam lingkungan digital. Selain itu, teori pembelajaran online (E-learning theory) menegaskan bahwa desain instruksional, interaktivitas, serta penggunaan multimedia berperan penting dalam efektivitas pembelajaran daring. Terakhir, taksonomi Bloom dapat dijadikan acuan dalam mengukur hasil belajar mahasiswa, baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

2. Kerangka pikir penelitian
Kerangka pikir penelitian ini dibangun dengan melihat hubungan antara pembelajaran daring sebagai variabel independen dan hasil belajar mahasiswa sebagai variabel dependen. Pembelajaran daring meliputi aspek desain pembelajaran, kualitas interaksi antara dosen dan mahasiswa, aksesibilitas teknologi, serta partisipasi aktif mahasiswa dalam kegiatan belajar. Apabila pembelajaran daring dikelola dengan baik, maka mahasiswa akan lebih termotivasi, aktif, dan mampu memahami materi secara lebih optimal. Kondisi tersebut pada akhirnya akan tercermin dalam hasil belajar yang lebih baik. Sebaliknya, jika pembelajaran daring tidak dirancang dengan baik, minim interaksi, serta terkendala akses, maka hasil belajar mahasiswa akan menurun. Dengan demikian, kerangka pikir ini menunjukkan adanya dugaan bahwa pembelajaran daring memiliki pengaruh langsung terhadap hasil belajar mahasiswa pascapandemi.

3. Hipotesis penelitian
Hipotesis nol (H₀) menyatakan bahwa pembelajaran daring tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar mahasiswa di masa pascapandemi COVID-19. Sementara itu, hipotesis alternatif (H₁) menyatakan bahwa pembelajaran daring berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar mahasiswa pada masa pascapandemi. Jika penelitian ini dibuat lebih spesifik, hipotesis alternatif dapat dirinci, misalnya bahwa kualitas interaksi dalam pembelajaran daring berpengaruh positif terhadap hasil belajar mahasiswa, atau bahwa kemudahan akses teknologi dalam pembelajaran daring turut memengaruhi pencapaian akademik mereka. Dengan hipotesis ini, penelitian dapat diuji secara ilmiah menggunakan data yang terukur.

MPPE B2025 -> CASE STUDY

by Eri Zenta Zikra Birama Putri -
Nama : Eri Zenta Zikra Birama Putri
NPM : 2313031040

1. Identifikasi masalah penelitian
Masalah utama yang relevan dari kasus tersebut adalah penurunan jumlah mahasiswa baru selama tiga tahun terakhir, meskipun universitas telah melakukan berbagai upaya promosi melalui media sosial, pameran pendidikan, dan kerja sama dengan sekolah. Hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara strategi promosi yang dijalankan dengan hasil yang diperoleh, sehingga perlu diteliti faktor-faktor penyebabnya.

2. Variabel penelitian
Dari kasus di atas, dapat diidentifikasi beberapa variabel penelitian, misalnya:
1. Strategi promosi universitas → variabel independen (independent variable), karena diduga memengaruhi persepsi calon mahasiswa.
2. Jumlah mahasiswa baru yang mendaftar → variabel dependen (dependent variable), karena merupakan hasil atau outcome yang dipengaruhi oleh strategi promosi maupun faktor lain.

Selain itu, dapat juga ditambahkan variabel persepsi calon mahasiswa terhadap citra universitas sebagai variabel intervening, karena bisa menjadi faktor penghubung antara promosi dengan keputusan mendaftar.

3. Paradigma penelitian yang paling tepat
Paradigma yang paling sesuai untuk kasus ini adalah paradigma kritis, karena penelitian tidak hanya berhenti pada mengukur hubungan sebab-akibat, tetapi juga ingin mencari akar permasalahan yang lebih mendalam, misalnya apakah promosi yang dilakukan tepat sasaran, apakah ada masalah kualitas layanan atau akreditasi, atau faktor eksternal seperti persaingan dengan universitas lain. Paradigma kritis memungkinkan peneliti mengkaji faktor struktural dan kontekstual, bukan hanya data kuantitatif. Namun, bila penelitian difokuskan pada hubungan langsung antara promosi dan jumlah mahasiswa baru, paradigma positivisme dengan pendekatan kuantitatif juga relevan. Pilihan ini bergantung pada tujuan penelitian.

4. Rumusan masalah dan pertanyaan penelitian
Rumusan masalah:
“Terjadi penurunan jumlah mahasiswa baru dalam tiga tahun terakhir di universitas X meskipun telah dilakukan berbagai upaya promosi, sehingga perlu diteliti faktor-faktor yang memengaruhi keputusan calon mahasiswa untuk mendaftar.”

Pertanyaan penelitian:
“Apa saja faktor yang memengaruhi penurunan jumlah mahasiswa baru di universitas X, dan bagaimana efektivitas strategi promosi yang telah dilakukan?”

MPPE B2025 -> Diskusi

by Eri Zenta Zikra Birama Putri -
Nama : Eri Zenta Zikra Birama Putri
NPM : 2313031040

Seorang peneliti perlu memahami masalah, variabel, dan paradigma penelitian karena ketiganya merupakan fondasi utama dalam sebuah penelitian ilmiah. Pertama, memahami masalah penelitian sangat penting karena masalah adalah titik awal yang menentukan arah penelitian. Tanpa masalah yang jelas, penelitian akan kehilangan fokus dan tujuan. Menurut Creswell (2018), penelitian yang baik selalu berangkat dari masalah yang nyata, relevan, dan memiliki nilai akademis maupun praktis. Dengan memahami masalah secara mendalam, peneliti dapat merumuskan pertanyaan penelitian yang tajam dan signifikan. Kedua, memahami variabel penelitian diperlukan terutama dalam penelitian kuantitatif. Variabel berfungsi sebagai objek yang diukur atau diamati, baik dalam bentuk variabel independen, dependen, maupun kontrol. Sugiyono (2019) menjelaskan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut. Pemahaman yang tepat tentang variabel membuat peneliti mampu menyusun hipotesis yang relevan, memilih instrumen yang sesuai, dan menentukan teknik analisis yang tepat. Ketiga, paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang memberi arah pada pendekatan dan metode yang digunakan. Paradigma berfungsi sebagai lensa untuk memahami realitas. Menurut Kuhn (1970), paradigma adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi landasan dalam memandang dunia dan bagaimana penelitian seharusnya dilakukan. Dengan memahami paradigma, peneliti dapat menentukan apakah akan menggunakan pendekatan kuantitatif, kualitatif, atau kombinasi (mixed methods). Hal ini akan berpengaruh pada desain penelitian, teknik pengumpulan data, hingga cara analisis yang dilakukan. Secara keseluruhan, memahami masalah, variabel, dan paradigma bukan sekadar kebutuhan teknis, tetapi merupakan syarat agar penelitian memiliki arah yang jelas, metode yang tepat, dan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tanpa pemahaman yang mendalam terhadap ketiga hal ini, penelitian berpotensi menghasilkan data yang tidak valid atau kesimpulan yang lemah.