NAMA : SATRIA REZHA PRATAMA
NPM : 2215012009
KELAS : A
Sejak era reformasi, Indonesia sudah menggelar empat kali pemilu. Tetapi,pemilu kelima pada tahun 2019, khususnya pemilu presiden memliki konstelasi politik yang lebih menyita perhatian publik. Sebagimana diketahui untuk kedua kalinya Joko Widodo kembali berhadapan dengan Prabowo Subianto.
Adapun dampak pilpres yang telah digelar beberapa kali terhadap upaya pendalaman dan konsolidasi demokrasi.
- Deepening democracy dan tantangannya
Dalam konteks Indonesia, proses demokrasi yang berlangsung dipengaruhi beberapa faktor misalnya budaya politik, perilaku aktor dan kekuatan-kekuatan politik.
- Pemilu presiden 2019 dan masalahnya
Pemilu merupakan sarana dan momentum terbaik bagi rakyat, khususnya untuk menyalurkan aspirasi politiknya. Pemilu 2019 menjadi test case penguatan sistem presidensial,pelembagaan parpol dan koalisi parpol yang terukur dan terformal. Dengan kata lain pilpres 2019 perlu disikapi dengan rasional, dewasa, profesional,adil,jujur,bijak,dan beradab.
- Politisasi indentitas: berebut suara muslim
Pemilu serentak 2019 tak lepas dari isu politik identitas dan agama. Fenomena politisasi identitas dan agama juga diwarnai dengan berebut suara muslim.
- Pemilu dan kegagahan parpol
Pemilu bukan hanya sebagai penanda suksesi kepemimpinan tapi juga merupakan koreksi/evaluasi terhadap pemerintah dan konsep Deepening democracy untuk meningkatkan kualitas demokrasi. Sejak 1999 kinerja parpol tidak kunjung menghasilkan landasan/platform politik nasional. Kampanye lebih ke pameran pernah pernik demokrasi ketimbang untuk memetakan dan menjawab persoalan bangsa.
- Pemilu dalam masyarakat plural
Mungkin bijak untuk memahami makna demokrasi dalam sebuah negara yang plural dan multikultural seperti Indonesia.
- Pemilu dan politisasi birokrasi
Reformasi politik dan pemilu juga menuntut lahirnya reformasi birokrasi yang profesional terbebas dari pragmatisme dan kooptasi partai politik dan penguasa.