Nama : Irham Maulana
NPM : 2217011138
Kelas : B
Jurnal ini menganalisis berbagai tantangan yang dihadapi dalam konsolidasi demokrasi di Indonesia, dengan mengambil studi kasus Pemilu Presiden 2019. Meskipun Indonesia telah melalui lima pemilu pasca-Reformasi, kualitas demokrasi dinilai masih belum matang secara substansial. Pilar-pilar utama demokrasi—seperti partai politik, media, birokrasi, dan masyarakat sipil—belum berfungsi secara efektif sebagai penopang demokrasi.
Pemilu 2019 menampilkan tingkat polarisasi yang tinggi antara dua kubu pendukung pasangan calon presiden. Polarisasi ini diperparah dengan penggunaan isu identitas dan agama sebagai alat politik, serta maraknya penyebaran hoaks dan kampanye hitam melalui media sosial. Hal ini menandakan bahwa demokrasi belum tumbuh dalam ruang publik yang sehat dan matang.
Jurnal ini juga menyoroti bahwa Pemilu 2019 gagal menciptakan pergantian kekuasaan yang memperkuat kepercayaan masyarakat. Kerusuhan setelah pengumuman hasil pemilu serta penolakan oleh salah satu kandidat mencerminkan lemahnya mekanisme penyelesaian konflik secara demokratis dan menurunnya kepercayaan publik.
Partai politik juga dikritik karena lebih mementingkan strategi elektoral ketimbang penguatan ideologi dan kaderisasi. Banyak partai justru mencalonkan figur populer atau selebritas daripada memunculkan calon legislatif yang berkualitas, yang pada akhirnya melemahkan kualitas representasi politik.
Politisasi birokrasi menjadi isu serius lainnya, di mana banyak ASN menunjukkan ketidaknetralan dalam pemilu. Keterlibatan aparatur pemerintah dalam dukungan politik mengancam integritas pemilu dan menandakan lemahnya reformasi birokrasi.
Lebih lanjut, penulis menunjukkan bahwa media sosial telah menjadi lahan subur bagi penyebaran ujaran kebencian dan disinformasi, yang memperparah pembelahan sosial dan menunjukkan masih rendahnya literasi politik publik.
Sebagai kesimpulan, jurnal ini menegaskan bahwa demokrasi Indonesia masih menghadapi hambatan struktural dan kultural yang besar. Demokrasi tidak boleh hanya dilihat sebagai proses prosedural seperti pemilu, tetapi harus ditumbuhkan sebagai nilai hidup yang dijalankan melalui budaya politik kritis, lembaga yang kuat, dan partisipasi aktif masyarakat.
NPM : 2217011138
Kelas : B
Jurnal ini menganalisis berbagai tantangan yang dihadapi dalam konsolidasi demokrasi di Indonesia, dengan mengambil studi kasus Pemilu Presiden 2019. Meskipun Indonesia telah melalui lima pemilu pasca-Reformasi, kualitas demokrasi dinilai masih belum matang secara substansial. Pilar-pilar utama demokrasi—seperti partai politik, media, birokrasi, dan masyarakat sipil—belum berfungsi secara efektif sebagai penopang demokrasi.
Pemilu 2019 menampilkan tingkat polarisasi yang tinggi antara dua kubu pendukung pasangan calon presiden. Polarisasi ini diperparah dengan penggunaan isu identitas dan agama sebagai alat politik, serta maraknya penyebaran hoaks dan kampanye hitam melalui media sosial. Hal ini menandakan bahwa demokrasi belum tumbuh dalam ruang publik yang sehat dan matang.
Jurnal ini juga menyoroti bahwa Pemilu 2019 gagal menciptakan pergantian kekuasaan yang memperkuat kepercayaan masyarakat. Kerusuhan setelah pengumuman hasil pemilu serta penolakan oleh salah satu kandidat mencerminkan lemahnya mekanisme penyelesaian konflik secara demokratis dan menurunnya kepercayaan publik.
Partai politik juga dikritik karena lebih mementingkan strategi elektoral ketimbang penguatan ideologi dan kaderisasi. Banyak partai justru mencalonkan figur populer atau selebritas daripada memunculkan calon legislatif yang berkualitas, yang pada akhirnya melemahkan kualitas representasi politik.
Politisasi birokrasi menjadi isu serius lainnya, di mana banyak ASN menunjukkan ketidaknetralan dalam pemilu. Keterlibatan aparatur pemerintah dalam dukungan politik mengancam integritas pemilu dan menandakan lemahnya reformasi birokrasi.
Lebih lanjut, penulis menunjukkan bahwa media sosial telah menjadi lahan subur bagi penyebaran ujaran kebencian dan disinformasi, yang memperparah pembelahan sosial dan menunjukkan masih rendahnya literasi politik publik.
Sebagai kesimpulan, jurnal ini menegaskan bahwa demokrasi Indonesia masih menghadapi hambatan struktural dan kultural yang besar. Demokrasi tidak boleh hanya dilihat sebagai proses prosedural seperti pemilu, tetapi harus ditumbuhkan sebagai nilai hidup yang dijalankan melalui budaya politik kritis, lembaga yang kuat, dan partisipasi aktif masyarakat.