གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ Mery Nurkhaliza 2213053009

Nama: Mery Nurkhaliza
NPM: 2213053009

Izin menjawab pertanyaan saudari Andini Putri Endria,
Menyusun bahan ajar untuk mengembangkan keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis) di kelas rendah memerlukan pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak usia dini. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil dalam menyusun bahan ajar tersebut:

1. Mendengarkan
- Pilih Teks atau Cerita yang Sederhana: Pilih cerita atau teks yang relevan dengan kehidupan anak-anak dan sesuai dengan pengalaman mereka sehari-hari. Pastikan kalimatnya singkat dan menggunakan kosakata yang mudah dipahami.
- Gunakan Media Audio: Sediakan media audio seperti rekaman cerita atau lagu yang mudah didengar dan menarik. Musik dan sajak anak-anak dengan rima yang mudah dipahami bisa membantu meningkatkan keterampilan mendengarkan.
- Kegiatan Mendengarkan Aktif: Setelah mendengarkan cerita, ajukan pertanyaan sederhana seperti, “Siapa tokoh dalam cerita ini?” atau “Apa yang terjadi di akhir cerita?” untuk melatih pemahaman dan daya ingat mereka.
- Permainan Mendengarkan: Buat permainan yang melibatkan instruksi lisan, seperti “Simon Says” atau permainan teka-teki yang melibatkan mendengarkan kata kunci.

2. Berbicara
- Latih dengan Cerita dan Dialog: Gunakan cerita bergambar atau boneka untuk mendorong anak-anak bercerita kembali dengan kata-kata mereka sendiri. Guru dapat memulai cerita, kemudian anak-anak melanjutkannya.
- Latihan Kosakata dan Pengucapan: Buat latihan pengulangan kosakata baru dengan aktivitas menyebutkan nama benda di kelas atau di sekitar mereka. Dorong anak-anak untuk mengucapkan kata-kata dengan benar dan jelas.
- Bermain Peran: Sediakan permainan peran (role play) di mana anak-anak dapat berpura-pura menjadi karakter dalam situasi yang sederhana, seperti berbelanja di toko atau menjadi guru di kelas. Ini membantu mereka mengembangkan keterampilan berbicara dalam konteks sosial yang bermakna.
- Pertanyaan Terbuka: Saat berdiskusi dengan anak-anak, ajukan pertanyaan terbuka yang memicu mereka untuk berbicara lebih banyak, seperti “Apa yang kamu sukai dari cerita ini?” atau “Bagaimana menurutmu kita bisa menyelesaikan masalah ini?”

3. Membaca
- Pengenalan Huruf dan Suara: Bahan ajar harus mencakup pengenalan huruf dan bunyi yang sesuai dengan tahap perkembangan. Gunakan buku atau kartu bergambar yang mengasosiasikan huruf dengan gambar benda yang akrab bagi anak-anak.
- Buku Cerita dengan Gambar: Gunakan buku cerita yang memiliki gambar besar dan teks singkat. Gambar membantu anak-anak memahami konteks cerita dan membantu pengembangan kosakata.
- Latihan Membaca Bersama: Ajak anak-anak membaca bersama-sama secara lantang. Mulailah dengan membaca cerita pendek, kemudian dorong mereka untuk mengikuti atau mengulang kata-kata yang mereka dengar.
- Aktivitas Membaca Mandiri: Sediakan waktu untuk membaca mandiri dengan memilih buku yang sesuai dengan minat dan kemampuan anak-anak. Perpustakaan kelas atau sudut membaca dapat memotivasi mereka untuk mengeksplorasi buku-buku baru.

4. Menulis
- Menulis Huruf dan Kata Sederhana: Mulailah dengan mengenalkan bentuk huruf melalui latihan menulis di papan tulis, buku latihan, atau media yang lebih interaktif seperti pasir atau tanah liat. Setelah itu, dorong anak-anak untuk menulis kata-kata sederhana seperti nama mereka, nama benda, atau kata-kata yang baru mereka pelajari.
- Kegiatan Menulis Terbimbing: Sediakan kegiatan menulis yang terbimbing di mana anak-anak diminta menuliskan kata-kata atau kalimat sederhana berdasarkan gambar atau instruksi. Misalnya, “Tuliskan apa yang kamu lihat di gambar ini.”
- Membuat Buku Sendiri: Ajak anak-anak membuat buku kecil sendiri, dengan mereka menggambar dan menulis satu atau dua kalimat yang menceritakan gambar tersebut. Ini mengembangkan keterampilan menulis serta imajinasi mereka.
- Latihan Menulis Kreatif: Berikan latihan menulis bebas seperti "tuliskan tiga hal yang kamu sukai" atau "buatlah kalimat tentang hewan favoritmu". Ini membantu anak-anak terbiasa menuangkan ide dalam bentuk tulisan.

Prinsip Penting dalam Menyusun Bahan Ajar:
1. Bertahap dan Berkelanjutan: Keterampilan berbahasa anak di kelas rendah berkembang secara bertahap. Bahan ajar harus disusun dengan urutan yang dimulai dari yang paling sederhana hingga lebih kompleks seiring dengan perkembangan anak.
2. Berbasis Aktivitas: Anak-anak belajar bahasa lebih efektif melalui aktivitas yang melibatkan pengalaman langsung, seperti permainan, cerita, atau kegiatan berbasis proyek.
3. Integrasi Antar Keterampilan: Pastikan bahan ajar tidak berdiri sendiri, tetapi mengintegrasikan keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dalam satu kegiatan. Misalnya, setelah mendengarkan cerita, siswa dapat berdiskusi, membaca ulang, dan menulis cerita mereka sendiri.
4. Kontekstual dan Relevan: Bahan ajar harus relevan dengan kehidupan sehari-hari anak dan kontekstual. Gunakan tema-tema yang dekat dengan pengalaman mereka seperti keluarga, sekolah, hewan, dan lingkungan sekitar.
5. Pendekatan Multisensori: Gunakan berbagai alat bantu visual, audio, dan kinestetik untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar anak. Misalnya, gunakan gambar, lagu, atau gerakan tangan saat mengajarkan huruf atau kosakata.
Nama: Mery Nurkhaliza
NPM: 2213053009

Izin menjawab pertanyaan saudari Vita Mulyasari,
Untuk memastikan bahwa bahan ajar Kurikulum Merdeka dapat diakses oleh semua peserta didik, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan atau berada di daerah terpencil, serta memastikan bahwa bahan ajar tersebut mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah pada siswa, terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan.

A. Aksesibilitas Bahan Ajar untuk Semua Peserta Didik
1. Pengembangan Bahan Ajar yang Inklusif
- Bahan Ajar untuk Siswa dengan Keterbatasan: Bahan ajar perlu disediakan dalam berbagai format untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan disabilitas. Misalnya, menyediakan bahan dalam bentuk audio bagi siswa tunanetra, atau video dengan bahasa isyarat dan subtitle bagi siswa tunarungu. Penggunaan teknologi seperti screen readers untuk siswa dengan gangguan penglihatan juga bisa diterapkan.
- Aksesibilitas Teknologi: Gunakan teknologi pendidikan yang mendukung aksesibilitas, seperti aplikasi yang ramah disabilitas, perangkat yang dilengkapi dengan fitur aksesibilitas, dan penggunaan teks alternatif untuk gambar dalam bahan ajar digital.
2. Modul Cetak dan Media Alternatif
- Untuk Daerah Terpencil: Di daerah dengan keterbatasan akses internet, bahan ajar perlu disediakan dalam bentuk cetak atau melalui media seperti radio, TV pendidikan, atau modul audio-visual dalam bentuk CD/DVD. Ini memastikan bahwa meskipun teknologi digital terbatas, bahan ajar tetap bisa diakses.
- Pembelajaran Offline: Penggunaan aplikasi dan platform yang dapat diakses secara offline juga penting untuk daerah yang tidak memiliki akses internet stabil.
3. Dukungan Infrastruktur
- Kolaborasi dengan Pemerintah dan Swasta: Pemerintah dan pihak swasta perlu bekerja sama untuk menyediakan perangkat teknologi seperti laptop, tablet, atau modul cetak ke daerah-daerah terpencil. Selain itu, peningkatan infrastruktur internet di wilayah-wilayah tersebut juga perlu diprioritaskan.
- Pelatihan Guru dan Tenaga Pengajar: Guru perlu dilatih untuk menyesuaikan bahan ajar dengan kebutuhan siswa, baik di daerah terpencil maupun dengan keterbatasan, serta mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk menciptakan pembelajaran yang inklusif.
4. Pendekatan Fleksibel dan Kontekstual
- Penyesuaian dengan Kebutuhan Lokal: Sekolah di daerah terpencil dapat menyesuaikan materi ajar dengan sumber daya lokal dan kearifan budaya setempat, sehingga tetap relevan dan mudah dipahami oleh peserta didik di lingkungan tersebut.

B. Mendukung Pengembangan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Pemecahan Masalah
1. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
- Bahan ajar Kurikulum Merdeka dapat dirancang dengan pendekatan pembelajaran berbasis proyek, di mana siswa terlibat langsung dalam proyek yang membutuhkan pemecahan masalah nyata, kolaborasi, dan inovasi. Ini mendorong siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, serta memberikan pengalaman praktis dalam menerapkan pengetahuan mereka.
2. Penggunaan Pendekatan Inkuiri dan Eksploratif
- Kurikulum Merdeka mendukung pendekatan inkuiriyang mendorong siswa untuk bertanya, mengeksplorasi, dan menemukan jawaban melalui penelusuran mendalam. Bahan ajar perlu dirancang untuk memicu rasa ingin tahu, memberikan ruang bagi siswa untuk bereksperimen, dan melibatkan mereka dalam kegiatan diskusi yang merangsang berpikir kritis.
3. Pengintegrasian Problem-Solving dan Case Study
- Studi Kasus dan Pemecahan Masalah: Bahan ajar yang mencakup studi kasus dan situasi masalah dari dunia nyata dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Misalnya, siswa diminta untuk menganalisis situasi, membuat hipotesis, dan merancang solusi, yang semuanya mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
4. Penggunaan Media Kreatif dan Interaktif
- Media pembelajaran yang interaktif, seperti simulasi, permainan edukatif, atau alat bantu visual, dapat merangsang kreativitas siswa. Selain itu, mendorong penggunaan teknologi digital untuk tugas-tugas kreatif seperti membuat video, animasi, atau presentasi dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa.
5. Umpan Balik yang Konstruktif
- Guru perlu memberikan umpan balik yang spesifik dan konstruktif terkait proses berpikir siswa dalam menyelesaikan tugas. Umpan balik yang tepat akan membantu siswa memahami cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mereka.
6. Pemberian Tantangan Berjenjang
- Tugas dan bahan ajar dapat disusun dengan tingkat kesulitan yang berjenjang untuk mendorong siswa terus berpikir lebih dalam dan kreatif dalam menyelesaikan tantangan. Hal ini akan membantu siswa mengasah keterampilan berpikir logis dan kreatif secara berkelanjutan.

Dengan mengimplementasikan strategi-strategi tersebut, bahan ajar Kurikulum Merdeka akan dapat diakses oleh semua peserta didik dan efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah pada siswa.
Nama: Mery Nurkhaliza
NPM: 2213053009

Izin bertanya kepada kelompok 5, Apa dampak dari tidak adanya asesmen yang efektif dalam pembelajaran serta bagaimana asesmen berperan dalam memberikan umpan balik yang konstruktif kepada peserta didik? Terima kasih.

PGSD_PPIPS_C_Ganjil 24/25 -> FORUM DISKUSI KELOMPOK 2

Mery Nurkhaliza 2213053009 གིས-
Nama: Mery Nurkhaliza
NPM: 2213053009

Izin menjawab pertanyaan dari saudari melda setialista.
Menurut kelompok kami, Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory) berperan penting dalam membantu peserta didik mengembangkan kesadaran sosial dan keterampilan berpikir kritis di kelas IPS dengan cara berikut:
1. Pengamatan dan Peniruan: Teori ini menyatakan bahwa individu belajar melalui pengamatan dan peniruan aktivitas sosial di lingkungannya. Dalam kelas IPS, peserta didik dapat melihat dan meniru perilaku sosial yang positif dari guru dan teman-temannya, seperti berdiskusi, berbagi pendapat, dan menyelesaikan masalah bersama.
2. Pengembangan Imajinatif dan Kreativitas: Dengan menggunakan teori belajar sosial, peserta didik dapat membangun imajinatif dan kreativitas melalui aktivitas seperti mengumpulkan data, menganalisis, dan menirukan atau memodelkan perilaku sosial. Hal ini membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam konteks sosial.
3. Pembelajaran yang Bermakna: Teori ini memandang belajar sebagai proses yang bermakna, di mana peserta didik membangun pengetahuan sendiri melalui pengalamannya. Dengan demikian, peserta didik IPS dapat memahami dan mengaplikasikan konsep sosial dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan kesadaran sosial dan keterampilan berpikir kritis.
Dengan demikian, teori pembelajaran sosial membantu peserta didik mengembangkan kesadaran sosial dan keterampilan berpikir kritis melalui proses belajar yang interaktif dan bermakna.