Posts made by KHAIRANI ULYA 2213053115

Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

Analisis video 4
"Pelajar Anti Korupsi"

Dalam video tersebut menunjukkan seorang pelajar yang melakukan tindakan korupsi dengan mengubah nominal uang fotokopi dari Rp. 5000 menjadi Rp. 10.000. Tindakan tercela ini memberikan kerugian kepada orang lain. Kesadaran terhadap tindakan tersebut muncul ketika seorang teman secara tidak sengaja membicarakan korupsi di Indonesia. Poin yang ingin disampaikan adalah bahwa korupsi tidak hanya terjadi dalam skala besar, melainkan juga bisa dimulai dari hal-hal kecil.

Generasi muda, yang terdiri dari anak-anak, remaja, dan pemuda, merupakan lapisan terbawah dalam masyarakat, memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa. Upaya untuk menanamkan pola pikir, sikap, dan perilaku antikorupsi dapat dilakukan melalui pembelajaran anti korupsi di setiap sekolah. Pembelajaran ini bukan hanya sekadar proses pendidikan, tetapi juga merupakan bagian dari pembudayaan. Pendekatan ini melibatkan usaha sadar dan sistematis untuk memberikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap, dan keterampilan kepada pelajar agar mereka mau dan mampu mencegah serta menghilangkan peluang berkembangnya tindakan korupsi.
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

Analisis video 3

Perbedaan dalam sistem pendidikan antara Indonesia dan Jepang dapat diidentifikasi melalui beberapa aspek:

1. Kebersihan sejak dini: Di Indonesia, kurikulum pendidikan belum mengajarkan secara menyeluruh tentang kebersihan dan pengelolaan sampah, sementara di Jepang, kurikulum mewajibkan peserta didik untuk aktif menjaga kebersihan kelas mereka sebagai bentuk kerjasama dan kepedulian terhadap lingkungan.

2. Makan bersama: Di Indonesia, sekolah dasar umumnya memiliki kantin dan banyak pedagang dari luar, berbeda dengan Jepang di mana sekolah menyediakan makan siang dengan perhatian khusus terhadap menu, gizi, dan tata cara makan. Makan bersama di Jepang bertujuan membangun hubungan positif.

3. Mata pelajaran: SD di Jepang memiliki jumlah mata pelajaran yang sedikit dan tidak berulang dalam seminggu, meningkatkan efektivitas pembelajaran.

4. Pendidikan karakter: Di Jepang, tiga tahun pertama SD fokus pada pendidikan karakter seperti sopan santun dan tolong-menolong, berbeda dengan Indonesia yang cenderung lebih memprioritaskan aspek akademik dan ujian.

5. Membaca terlebih dahulu: Di Jepang, minat baca ditingkatkan melalui kegiatan literasi atau membaca sebelum pembelajaran dimulai, sementara di Indonesia, minat baca masih rendah karena kebiasaan membaca belum terbentuk di sekolah.

6. Perlengkapan sekolah: Sekolah di Jepang menyediakan perlengkapan sekolah seragam bagi semua siswa tanpa perbedaan, untuk mencegah kesenjangan sosial, sementara di Indonesia, perlengkapan seragam dan peralatan dapat berbeda-beda.

7. Seragam sekolah: Sekolah di Jepang hanya memiliki satu seragam, sedangkan di Indonesia bisa memiliki tiga atau lebih, yang dianggap sebagai beban tambahan.

Walaupun sistem pendidikan Jepang memiliki kelebihan, seperti pendidikan karakter dan kebersihan yang terintegrasi, tekanan belajar yang tinggi di Jepang telah menyebabkan banyak kasus bunuh diri. Setiap negara memiliki sistem pendidikan yang unik dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

Analisis Video 2
"Potret Pendidikan di Dusun Terpencil"

Hasil analisis dari video tersebut menunjukkan bahwa para siswa SD Negeri di desa Gelar, Kabupaten Sikka, memerlukan perhatian lebih dari pemerintah. Sekolah yang berada di dusun terpencil ini terpaksa melakukan kegiatan belajar-mengajar di teras kelas, karena ketiadaan ruang kelas yang memadai. Sekolah yang terletak di kaki Gunung Api Gone ini hanya memiliki enam ruangan, di mana lima di antaranya digunakan sebagai ruang kelas dan satu sebagai ruang guru.

Meskipun hanya memiliki sedikit fasilitas, para siswa tetap bersemangat untuk belajar, meski perpustakaan tidak tersedia. Setiap hari, mereka harus berjalan kaki dua kilometer untuk bisa belajar di sekolah. Saat pandemi COVID-19, ketika pemerintah mengkampanyekan belajar dari sekolah, sekolah ini tidak dapat melaksanakannya karena belum ada jaringan telekomunikasi di wilayah tersebut. Anak-anak belajar di teras karena kurangnya ruang belajar, dan pada musim hujan, mereka menghadapi kesulitan karena harus berteduh di bawah pohon akibat hujan dan angin.

Harapan saya adalah agar pemerintah segera membangun satu ruang kelas agar anak-anak dapat belajar dengan aman. Pihak sekolah juga berharap pemerintah dapat memperhatikan kondisi mereka dengan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

Analisis video 1
“Sepenggal Cerita Pengajar Muda di Pelosok Kalimantan – Lentera Indonesia”

Martencis Siregar, seorang pengajar muda dari Gerakan Indonesia Mengajar, menghadapi tantangan signifikan di Desa Tanjung Matol Nunukan, Kalimantan Utara, seperti yang terungkap dalam video tersebut. Sebelumnya terlibat sebagai relawan dalam gerakan peduli HIV AIDS di Jayapura, Papua, Martencis kini mengajar kelas 1 sambil memberikan les kepada murid kelas 6. Meskipun harus menempuh perjalanan 7 jam dari kabupaten, Martencis dengan tekun beradaptasi dengan tantangan di pelosok Tanjung Matol.

Dalam konteks ini, minimnya minat anak-anak untuk melanjutkan pendidikan SD menjadi hambatan utama. Budaya pernikahan dini, di mana beberapa anak perempuan dilamar sebelum lulus SD, menjadi masalah serius yang dihadapi. Martencis berusaha mengubah pandangan ini dengan meningkatkan kesadaran orang tua terhadap pentingnya pendidikan. Di SDN 11 Sembakung, dia dihadapkan pada tantangan kreatif, terutama dengan kelas 1 yang menjadi langkah awal panjang bagi anak-anak kelas rendah. Kepala sekolah memberikan penghargaan unik dengan mengajak mereka ke pinggiran Tanjung Matlu untuk memberikan wawasan tentang dunia luar.

Cerita mengenai Rory, seorang gadis berusia 18 tahun yang tertarik dengan pendidikan di Tanjung Matlu, menambah dimensi positif pada naratif tersebut. Bersama guru-guru yang penuh dedikasi, seperti Martencis, mereka bersama-sama membentuk masa depan anak-anak desa. Walaupun dihadapkan pada kendala budaya dan kurangnya perhatian terhadap pendidikan anak perempuan, upaya mereka dalam menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dengan metode kreatif memberikan harapan akan perubahan di Tanjung Matol. Dengan cita-cita sederhana untuk mendorong anak-anak masuk sekolah, Martencis dan timnya membawa cahaya pendidikan, membuka pintu untuk masa depan yang lebih baik bagi generasi Tanjung Matlu.
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

Analisis jurnal 1

A. Identitas Jurnal
Judul : Kesadaran Moral Kehidupan Bermasyarakat: Suatu Pemikiran Kefilsafatan
Penulis : Suparlan Suhartono

B. Pembahasan
Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani "philo sophia," yang mengandung kata 'philein' atau 'philia' untuk cinta, dan 'sophia' untuk kearifan (Suhartono, 2005). Dengan demikian, filsafat dapat diartikan sebagai cinta terhadap kearifan. Konsep ini menyoroti hubungan dalam kebaikan antara subyek dan obyek, menekankan pentingnya pengetahuan mendalam tentang hakikat obyek untuk bertindak baik. Kearifan juga mencakup pengetahuan nilai-nilai di balik tindakan arif.

Cinta kearifan mencerminkan perilaku yang mengandung nilai-nilai aksiologis keindahan, kebenaran, dan kebaikan (Suhartono, 2004). Istilah filsafat itu sendiri membawa persoalan tentang sistem perilaku atau etika. Moral, berasal dari bahasa Latin "mos" atau "mores," mengacu pada prinsip-prinsip benar dan salah dalam perilaku, sementara etika, berasal dari bahasa Yunani "ethos," mempertimbangkan ajaran-ajaran moral.

Pemahaman tentang moral dan etika menyoroti pentingnya tata tertib tingkah laku yang dianggap baik atau luhur dalam suatu lingkungan atau masyarakat (Ensiklopedi Umum, 1977). Moralitas mendorong individu untuk melakukan perbuatan baik, sementara etika mencerminkan filsafat yang merefleksikan ajaran moral, mempertanyakan mengapa harus mengikuti moralitas tertentu.

Dalam hubungan antara moral dan etika, moral cenderung bersifat abstrak universal, sementara etika lebih bersifat konkret dan khusus (obyektif). Pemikiran filsafat dan moral membentuk kerangka pikir di mana individu, dalam keterikatan moral, dapat hidup harmonis dalam masyarakat dengan prinsip etika normatif.

Pemikiran filosofis tentang manusia dan masyarakat menyoroti pandangan "Timur" yang menekankan sifat hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Pandangan ini menghindari bahaya individualisme tanpa mengabaikan pentingnya peran individu dalam kelangsungan kehidupan bersama. Dalam kehidupan bermasyarakat, terdapat tarik-menarik antara paham individualisme dan kolektivisme, yang membutuhkan keseimbangan dan pengelolaan moral.

Kesadaran moral menjadi dasar etika dalam kehidupan bermasyarakat, memandu perilaku jujur, kesyukuran, kesabaran, dan keikhlasan. Kesadaran moral juga berperan sebagai pengendali perilaku, mengarahkan individu untuk berbuat baik sesuai dengan norma-norma etika. Rekonstruksi sosial melalui "revolusi moral" diakui sebagai solusi untuk mengatasi ketidakseimbangan antara hak individu dan hak masyarakat.

Pentingnya moral dan etika dalam pendidikan menjadi kunci untuk membentuk individu yang terdidik, memiliki kesadaran akan tujuan dan asal-usul kehidupan. Pendidikan memainkan peran integral dalam membangun kesadaran moral, kreativitas, dan keadilan sosial, sehingga masyarakat dapat berkembang menuju keberlanjutan yang diarahkan oleh nilai-nilai etika.