Posts made by KHAIRANI ULYA 2213053115

Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

6 Tahap Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kholberg

1. Pra-Konvensional
• Menghindari Hukuman
Pada tahap ini seseorang memiliki alasan untuk bertindak atau tidak bertindak sesuatu karena untuk menghindari hukuman. Contohnya ketika seseorang tidak menerobos lampu merah dijalan, karena ia tidak ingin dikejar dan ditilang oleh polisi.
• Keuntungan dan minat pribadi
Melakukan segala tindakan dengan memperhitungkan apa yang akan didapatkan olehnya (konsekuensinya). Seperti "Apa untungnya bagiku, aku akan membantunya karena suatu hari dia akan membalas membantuku".

2. Konvensional
• Menjaga sikap orang baik
Seseorang memikirkan bagaimana kesepakatan sosial yang ada dan pendapat orang lain terhadapnya. Seseorang lebih memilih diam agar tidak terjadi pertengkaran karena itu tidak baik dan orang baik tidak melakukannya.
• Memelihara peraturan
Di tahap ini seseorang berpikir bahwa peraturan harus selalu dipatuhi karena jika tidak maka keadaan akan menjadi kacau.

3. Pasca Konvensional
• Orientasi kontrak sosial
Di tahap ini seseorang menyadari bahwa setiap orang memiliki latar belakang dan situasi berbeda.
• Prinsip etika universal
Dalam tahap ini mengambarkan prinsip internal seseorang. Ia melakukan hal yang dianggapnya benar. Walaupun bertentangan dengan hukum yang ada.
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

"Pendidikan Moral di Era Globslisasi"
Penulis: Hidayati
Tahun terbit: 2008

Kehadiran globalisasi tentu membawa pengaruh bagi suatu kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi meliputi berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, dan sosial-budaya Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai-nilai dan moral:

1. Aspek politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat
2. Dari aspek ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan demikian akan meningkatkan pula kehidupan ekonomi bangsa.
3. Aspek sosial-budaya, kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi, disiplin, dan Iptek dari bangsa yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa.

Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai-nilai dan moral

1. Aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri ( seperti kentuky, Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut, dll) yang membanjiri Indonesia. Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukkan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita.
2. Masyarakat kita, khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh sebagian masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
3. Terjadinya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal ini dapat menimbulkan konflik yang dapat menggangu stabilitas bangsa.
4. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antar pelaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Pola perilaku budaya luar (pengaruh era global), seringkali dianggap simbol kemajuan. Kemajuan teknologi dan informasi telah membawa perubahan konsep hidup dan perilaku sosial. Kita mesti prihatin dan sekaligus menaruh perhatian lebih jika menjumpai sebagian dari remaja kita menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang tidak bermanfaat bahkan tidak berguna sama sekali bagi masadepannya.

Dunia pendidikan telah kehilangan nilai-nilai moral, ini bisa dilihat dari kenyataan banyaknya praktik dalam dunia pendidikan yang justru membuat anak belajar tidak jujur, curang, dan malas. Anak juga bisa merasakan bagaimana praktik kolusi, korupsi, da nepotisme telah pula masuk dalam dunia pendidikan. Misalnya pungutan uang sekolah yang harus dibayar oleh orang tua mereka yang tidak jelas penggunaannya. Fenomena kecurangan saat ujian nasional, karena gurunya khawatir anak didiknya tidak lulus maka diterapkan praktik perjokian, atau bahkan kepala sekolahnya nekat mencuri soal ujian nasional demi mengejar prestasi anak didiknya dengan cara curang. Perbuatan curang tersebut tentu saja dilihat dan dialami oleh anak didiknya.

Sebagai seorang pendidik kita kadang miris menyaksikan kebobrokan nilai-nilai moral dalam dunia pendidikan tersebut. Nilai-nilai moral yang dibangun dari bawah dengan susah payah dan melalui proses yang lama dan panjang, agar anak didik tidak sekedar memiliki pengetahuan tetapi juga memiliki sikap dan perilaku luhur, akhirnya sirna pada akhir tahun waktu ujian nasional. Kita mesti sadar bahwa dekadensi nilai-nilai moral dalam dunia pendidikan kita layak dicermati dampaknya. Praktik pembelajaran yang tidak menjunjung nilai-nilai moral akan berdampak pada karakter generasi muda kita. Kecurangan yang dijumpai di sekolah telah mematikan sikap jujur, ulet, teliti, dan adil dalam diri anak didik.
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

Analisis jurnal
•IDENTITAS JURNAL
- Nama jurnal : Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Undiksha Vol. 9 No. 3 (September, 2021)
- Tahun terbit : September, 2021
- Volume : 9
- Nomer : 3
- Judul jurnal : PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM SISTEM KURIKULUM PENDIDIKAN DI ACEH
- Penulis Jurnal : Iwan Fajri, Rahmat, Dadang Sundawa, Mohd Zailani Mohd Yusoff
- Korespondensi : iwanfajri@upi.edu, rahmat@upi.edu, dadangsundawa@upi.edu, myzailani@uum.edu.my
- Kata kunci : Kurikulum Islami, Pendidikan Nilai, Pendidikan Aceh, Qanun.

•Pembahasan:
Di Indonesia, pendidikan nilai telah diatur dalam sistem pendidikan nasional. Ada delapan belas nilai yang perlu diintegrasikan guru dalam pembelajaran. Kedelapan belas nilai tersebut adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, pekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, ingin tahu, nasionalis, patriotik, menghargai prestasi, ramah dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, sadar lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab (Kemendiknas, 2010).
Proses pendidikan di sekolah harus diarahkan pada pembentukan nilai-nilai kebaikan siswa. Seperti di Aceh contohnya, pendidikan Islami di Aceh adalah sebuah konsep ideal untuk mempersiapkan peserta didik atau tenaga kependidikan yang berwawasan keilmuan dan kepribadian sebagai nilai inti tujuan dan strategi pendidikan nasional pendidikan Aceh.

Kurikulum Pendidikan Aceh Islami merupakan amanah dari Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2015 perubahan atas Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Pemerintah Provinsi Aceh melalui Dinas Pendidikan dan dinas-dinas terkait mulai mengimplementasikan kurikulum pendidikan islam mulai tahun 2018 dengan maksud, sistem pendidikan yang sesuai dengan kekhasan dan sosial budaya masyarakat Aceh. Selanjutnya penyelenggaraan Pendidikan Islami di Aceh adalah sebagai upaya untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian peserta didik dalam rangka mewujudkan masyarakat Aceh (ureung Aceh) yang berperadaban dan bermartabat.
Integrasi budaya Islam dalam Manajemen Sekolah bertujuan untuk membentuk pola perilaku warga sekolah; Guru, tenaga administrasi, dan siswa yang relevan dengan hukum Islam (Maimun et al., 2019; Yusuf, Sanusi, et al., 2020). Ia menambahkan, budaya Islam di sekolah diperlakukan melalui beberapa aspek; Budaya disiplin, budaya berkomunikasi dengan sopan, dan menciptakan lingkungan madrasah yang kondusif dan Islami. Budaya Islam yang dikembangkan di sekolah mengacu pada syariat Islam yang berlaku di Aceh dan selanjutnya dibuat dalam bentuk peraturan di sekolah. Strategi membangun budaya Islam di sekolah adalah; penerapan peraturan sekolah, mendandani/menekan seragam madrasah mengikuti kaidah sekolah dan Qanun Syariah Islam, berkomunikasi dengan guru dan teman belajar dengan menggunakan bahasa yang sopan, menampilkan perilaku yang berkaitan dengan budaya Aceh dan pendidikan qanun Aceh (Sanusi et al., 2021).
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115

Pada video tersebut, kita dapat menyimpulkan betapa pentingnya pendidikan karakter sejak dini. Seperti yang telah kita ketahui bersama, pendidikan paling pertama bagi peserta didik yaitu terdapat di lingkungan rumah yaitu keluarga. Maka dari itu pentingnya menanamkan nilai-nilai kebaikan dan penanaman moral sejak anak kecil. Dengan adanya kasus tersebut, menurut pendapat saya hal ini terjadi karna kurangnya pengawasan dan pengajaran etika dan sopan santun dari orang tua siswa-siswi masing-masing. Tetapi ini juga harus mengapa bisa terjadi perkelahian antar anak murid SD di lingkungan sekolah.

Sebagai seorang calon pendidik, hendaknya kita menanamkan nilai dan moral kepada peserta didik agar terbentuk karakter yang berbudi pekerti, disiplin, penuh tanggung jawab, menghargai sesama, dan bijaksana. Penanaman nilai-nilai pancasila juga diperlukan agar terciptanya jiwa pancasilais terhadap peserta didik, terutama nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan.
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115
Kelas : 3G

Dalam The Trolley Problem teori ini, kita dihadapkan dengan bagaimana harus menilai sebuah tindakan moral. Dua pilihan 'simalakama' yang dapat menjadikan kita 'seolah buta moral atau tak punya hati' karena pilihan apa pun akan menjadikan kita 'pembunuh yang terpaksa'. Terdapat dua prinsip dasar untuk menilai tindakan ini, yakni

1) prinsip konsekuensialisme, yaitu prinsip yang menilai moralitas suatu tindakan tergantung dari akibat yang ditimbulkan. Baik atau buruknya suatu tindakan, penilaiannya tergantung akibat. Lebih baik membunuh 1 orang dari pada membunuh 5 orang.
2) prinsip kategoris. Moralitas tindakan tergantung persyaratan absolut, kewajiban, dan hak kategoris. Membunuh adalah salah, jadi membunuh 1 orang untuk menyelamatkan 5 orang adalah salah.