Nama : Ninda Aprilia
Npm : 2217011097
Kelas : A
artikel "Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019" karya R. Siti Zuhro:
Artikel ini menganalisis pelaksanaan Pemilu Presiden 2019 di Indonesia dalam konteks konsolidasi dan pendalaman demokrasi. Penulis menyoroti bahwa meskipun Indonesia telah menjalani lima kali pemilu pasca-Reformasi, kualitas demokrasi masih jauh dari substansial. Pilpres 2019 memperlihatkan dominasi demokrasi prosedural yang berfokus pada aspek teknis penyelenggaraan, tanpa disertai penguatan pilar-pilar demokrasi seperti partai politik yang berfungsi optimal, birokrasi netral, dan partisipasi publik yang rasional. Dalam konteks sosial-politik, pilpres 2019 juga menandai tajamnya polarisasi masyarakat akibat politisasi identitas dan agama, seperti perebutan suara umat Islam yang dimanipulasi lewat ijtima ulama dan pencalonan figur agamis. Penulis menilai bahwa partai politik gagal menjalankan fungsinya sebagai sarana kaderisasi dan artikulasi kepentingan rakyat, terbukti dengan maraknya pencalonan artis dan lemahnya platform ideologis. Selain itu, birokrasi turut terseret dalam politik praktis, memperlihatkan minimnya netralitas dan independensi aparatur negara. Penulis juga menekankan bahwa kerusuhan pasca-pemilu dan tingginya ketidakpercayaan publik terhadap penyelenggara pemilu serta lembaga hukum menunjukkan lemahnya *trust building* dalam demokrasi. Di akhir artikel, penulis menggarisbawahi pentingnya sinergi antara partai, pemerintah, media, masyarakat sipil, dan birokrasi untuk menciptakan pemilu yang tidak hanya damai, tetapi juga berkontribusi terhadap konsolidasi demokrasi yang substansial. Artikel ini menyajikan analisis kritis dan komprehensif atas dinamika politik Indonesia menjelang dan sesudah Pilpres 2019 serta menjadi refleksi penting bagi penguatan demokrasi ke depan.
Npm : 2217011097
Kelas : A
artikel "Demokrasi dan Pemilu Presiden 2019" karya R. Siti Zuhro:
Artikel ini menganalisis pelaksanaan Pemilu Presiden 2019 di Indonesia dalam konteks konsolidasi dan pendalaman demokrasi. Penulis menyoroti bahwa meskipun Indonesia telah menjalani lima kali pemilu pasca-Reformasi, kualitas demokrasi masih jauh dari substansial. Pilpres 2019 memperlihatkan dominasi demokrasi prosedural yang berfokus pada aspek teknis penyelenggaraan, tanpa disertai penguatan pilar-pilar demokrasi seperti partai politik yang berfungsi optimal, birokrasi netral, dan partisipasi publik yang rasional. Dalam konteks sosial-politik, pilpres 2019 juga menandai tajamnya polarisasi masyarakat akibat politisasi identitas dan agama, seperti perebutan suara umat Islam yang dimanipulasi lewat ijtima ulama dan pencalonan figur agamis. Penulis menilai bahwa partai politik gagal menjalankan fungsinya sebagai sarana kaderisasi dan artikulasi kepentingan rakyat, terbukti dengan maraknya pencalonan artis dan lemahnya platform ideologis. Selain itu, birokrasi turut terseret dalam politik praktis, memperlihatkan minimnya netralitas dan independensi aparatur negara. Penulis juga menekankan bahwa kerusuhan pasca-pemilu dan tingginya ketidakpercayaan publik terhadap penyelenggara pemilu serta lembaga hukum menunjukkan lemahnya *trust building* dalam demokrasi. Di akhir artikel, penulis menggarisbawahi pentingnya sinergi antara partai, pemerintah, media, masyarakat sipil, dan birokrasi untuk menciptakan pemilu yang tidak hanya damai, tetapi juga berkontribusi terhadap konsolidasi demokrasi yang substansial. Artikel ini menyajikan analisis kritis dan komprehensif atas dinamika politik Indonesia menjelang dan sesudah Pilpres 2019 serta menjadi refleksi penting bagi penguatan demokrasi ke depan.