Posts made by Asty Yulia Pratiwi 2213053255

Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255
Kelas : 3H

Analisis Jurnal 1

Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Penulis : Sudiati
Nomor Jurnal : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL

Jurnal tersebut membahas tentang isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara tersebut dapat dijadikan acuan mengenai karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda. Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia, sedangkan Cina merupakan perwakilan negara sosialis komunis.
1. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektariansubjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif.
2. India
Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara
khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal.
3. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti
program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.
4. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan
kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai.

2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
1.Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pada dasarnya setiap pribadi memperoleh nilainya sendiri dari kebudayaan eksternal. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar.

2.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Kedua, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Ketiga, pribadi yang terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Keempat, pribadi yang terintegrasikan menggambarkan suatu kebulatan kesadaran.

3. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.

4.Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya. Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik.

Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia. Pendidikan nilai moral merupakan alternatif pemecahan masalah yang bersifat lokal, regional, nasional, dan internasional.
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255
Kelas : 3H

Analisis video 2

Degredasi Moral Pelajaran Zaman Modern

Dalam video tersebut terdapat informasi bahwa seorang siswa telah menganiaya gurunya hingga tewas. Korban bernama Budi Cahyono yang merupakan seorang guru honorer SMAN 1 Torjun, Sampang Jawa Timur. Korban meninggalkan istri yang tengah hamil 5 bulan. Selain itu juga terdapat siswa yang masih duduk di bangku SMP tengah mengajak duel kepala sekolahnya. Lantas bagaimana moral anak bangsa Indonesia saat ini?
Menurut KPAI kita harus melihat pola asuh anak di rumah karena itu merupakan sebuah proses panjang dalam hidupnya. Di banyak sekolah pasti terdapat anak-anak yang memiliki perilaku kurang baik. Cara menghadapi murid zaman dulu dengan zaman sekarang tentunya berbeda. Menurut sisi pengamat pendidikan, seorang guru tentunya memiliki standar kompetensi. Pembekalan seorang sebelum menjadi guru harus memiliki 4 standar kompetensi yaitu ompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. Kompetensi sosial dan kepribadian harus dimiliki seorang guru ketika mengajar di kelas. Berdasarkan sisi prikologis, anak memiliki tingkat kognisi tertentu, level stress seorang anak misalnya tuntutan tugas yang harus dipelajari saat ini, kemampuan dalam mengelola emosi inilah yang harus dilatih dan diajarkan kepada anak atau peserta didik.
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255
Kelas : 3H

6 Tahap Perkembangan Moral Menurut Kohlberg

Lawrence Kohlberg telah melakukan penelitian di Amerika sehingga menghasilkan rumusan perkembangan moral.
Menurutnya terdapat 3 level perkembangan moral dan setiap level memiliki 2 tahap sehingga seluruhnya menjadi 6 tahap. Tahap-tahap tersebut antara lain:
1. Pra-konvensional
- menghindari hukuman (pada tahap ini seseorang memiliki alasan untuk bertindak atau tidak bertindak sesuatu karena untuk menghindari hukuman)
- keuntungan dan minat pribadi (pada tahap ini seseorang memperhitungkan apa yang akan diperolehnya)
2. Konvensional
- menjaga sikap orang baik (pada tahap ini seseorang memikirkan bagaimana kesepakatan sosial yang ada serta pendapat orang lain terhadapnya)
- memelihara peraturan (tahap ini seseorang memelihara peraturan)
3. Pasca-konvensional
- orientasi kontrak sosial (pada tahap ini seseorang memiliki latar belakang serta situasi berbeda, tidak ada yang pasti dalam sebuah kasus, hak individu harus dilihat bersamaan dengan hukum)
- prinsip etika universal (tahap ini menggambarkan prinsip internal seseorang)

Kohlberg menggunakan cerita dilema dalam penelitiannya. Salah satunya yaitu dilema Heinz tentang dirinya yang dilema karena istrinya yang sedang sakit kanker membutuhkan obat, tetapi ia tidak memiliki cukup uang untuk membeli obat tersebut, haruskah ia mencuri obat tersebut? dan mengapa?
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM: 2213053255

Analisis Jurnal 2

PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI DI ERA GLOBALISASI

Indonesia pada saat ini telah mengalami krisis akhlak dan moral Melalui pendidikan, Indonesia telah gagal dalam membentuk manusia yang berkepribadian. beriman, menghargai perbedaan dan berakhlak mulia. Pendidikan di Indonesia juga gagal dalam mengembangkan nilai-nilai dalam diri peserta didik. Padahal tujuan dari pendidikan adalah menaburkan berbagai nilai dan mengembangkan tata nilai dan moral. Salah satu indikasi kegagalan tersebut yakni Indonesia pada saat ini termasuk salah satu negara yang terkorup di dunia. Untuk kawasan Asia, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Bangladesh ( Media Indonesia. 11 Maret 2003)
- Pengertian nilai
Menurut I Wayan Koyan (Dwi Siswoyo. 2005 :22), nilai adalah segala sesuatu yang berharga. Nilai itu ada dua yaitu nilai ideal dan nilai aktual Nilai ideal adalah nilai yang menjadi cita-cita setiap orang, sedangkan nilai aktual adalah nilai yang diekspresikan dalam perilaku sehari-hari. Nilai adalah sesuatu yang berharga, sesuatu yang indah, sesuatu yang berguna, sesuatu yang memperkaya batin, sesuatu yang menyadarkan manusia akan harkat dan martabatnya. Nilai berfungsi untuk mendorong, mengarahkan sikap dan perilaku.

-Globalisasi dan Dampaknya Terhadap Nilai-nilai dan Moral
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagusau yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (A. Jamil Edison, dkk 2005). Sebagai proses globalisusi berlangsung melalui dua dimensi ruang dan waktu. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan faktor pendukung utama dalam globalisasi. Perkembangan teknologi informasi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya. Pengaruh globalisasi meliputi berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, dan sosial-budaya

-Mengapa Pendidikan Nilai Gagal?
Globalisasi telah membawa dampak yang sangat berarti dalam berbagai dimensi kehidupan manusia. Fenomena kekekrasan yang terjadi terus menerus dan dimana-mana dalam skala yang semakin luas dan serius. Ini menjadi gambaran yang buruk mengenai citra kita sebagai suatu bangsa. Mengapa ini semua terjadi pada bangsa kita yang sebelumnya dikenal sebagai bangsa yang ramah, suka bergotong royong, suka bertoleransi, suka hidup dalam damai dan penuh kerukunan, dan berbudaya tinggi. Tidak lain salah satu jawabannya adalah sebagai akibat kegagalan pendidikan dalam melaksanakan pendidikan nilai Nilai- nilai luhur yang ditanamkan di sekolah, tampaknya tidak masuk dan tidak berkembang dalam diri peserta didik. faktor-faktor penyebab gagalnya pendidikan nilai antara lain:
1. Pendidikan di sekolah hanyalah acara formal.
2. Materi, karena banyaknya materi pelajaran yang dituntut kurikulum pendidikan seperti ini sudah menanamkan sikap brutalisme, apreori, dan frustasi.
3. Proses, dalam proses pembelajaran anak didik tidak dilibatkan dalam pengalaman fisik dau mental.

-Pentingnya Pendidikan Nilai dan Moral Bagi anak
Tujuan pendidikan adalah menjadikan peserta didik menjadi "manusia yang utuh sempurna. Tercapainya kesempurnaan ditunjukkan oleh terbentuknya "pribadi yang bermoral" (Driyakara. 1980: 129). Pribadi yang bermoral adalah yang memiliki kemampuan untuk mengelola hidupnya sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Kemampuan seperti itu ada pada hati nurani yang telah mencapai kedewasaan. Maka dari itu segala usaha yang bertujuan untuk membina hati nurani mesti diarahkan agar peserta didik mempunyai kepekaan dan penghayatan atas nilai-nilai luhur. Usaha- usaha seperti itulah yang disebut "pendidikan nilai".
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

Analisis Jurnal 1

PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM SISTEM KURIKULUM PENDIDIKAN DI ACEH

Penyelenggaraan pendidikan di provinsi Aceh, Indonesia, sejatinya mengacu pada sistem pendidikan nasional, sama dengan provinsi lain yang ada di Indonesia. Tetapi, sejak Aceh diberikan status khusus lewat Undang- Undang No 44 Tahun 1999 tentang Keistimewaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam serta Undang- Undang No 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus, Pemerintah Aceh yang memiliki kewenangan otonom dalam pelaksanaan pendidikan dengan keunikan serta otonomi khusus provinsi Aceh dengan hukum Islam (Ahamd, 2019; Bahri, 2013) Penyelenggaraan pendidikan Islam berpedoman pada ketentuan Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2015 perubahan atas Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, dan Pasal 1 ayat 21 adalah pendidikan yang didasarkan atau dijiwai dengan ajaran Islam.

- Landasan penyelenggaraan pendidikan islami di Aceh
Penerapan kurikulum Islam berdasarkan Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2015 perubahan atas Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 44 ayat (2) mengatur bahwa kurikulum pendidikan Islam harus memuat mata pelajaran antara lain yakni: (a) Mata Pelajaran Inti: (1). Pendidikan Islam dan amalannya terdiri dari (Keyakinan dan akhlak, fiqih), Al Quran dan Hadis (2). Pendidikan Kewarganegaraan; (3) Matematika / aritmatika; (4) Ilmu Pengetahuan Alam; (5) Ilmu Sosial; (6) Bahasa dan Sastra Indonesia; (7) Bahasa Inggris; (8) Arab; (9). Pendidikan jasmani dan olahraga; dan (10) Sejarah Kebudayaan Islam. (b). Mata pelajaran muatan lokal terdiri dari: (1) Bahasa daerah; (2) Sejarah Aceh; (3) Adat, budaya, dan kearifan lokal dan (4) Pendidikan Keterampilan. Pembinaan dan pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang relevan dengan syariat Islam dan budaya Aceh. Salah satu budaya Aceh yaitu seni tari Lampuan Aceh lari merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang sangat diminati oleh siswa (Erni, 2019).

-Integrasi budaya islami dalam proses pendidikan di Aceh
Samina (2015) menguraikan pendidikan islami ialah bentuk komitmen pemerintah Aceh terhadapmasyarakat tentang praktek pendidikan yang ada di provinsi Aceh. Secara filosofi kehidupan masyarakat Aceh, maka kurikulum pendidikan islam sangat cocok dengan budaya yang ada di lingkungan masyarakat yang berbasis islami. Penerapan kurikulum islami tidak hanya berfokus pada mata pelajaran agama islam saja, tetapi lebih luas dari itu yang menyangkut permasalahan penerapan nilai-nilai islam dalam kehidupan sekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat. Selain itu juga nilai keislaman tercerminkan dalam interaksi sosial warga sekolah, suasana ruang kelas yang bernuansa islam, suasana asrama serta lingkungan sekolah yang bercorak islami.

-Implementasi pendidikan nilai dan moral di Aceh
Jika dilihat, secara umum sekolah-sekolah di Kabupaten/Kota di Aceh merasakan bahwa kurikulum islam terlalu tergesa-gesa untuk diterapkan, ini terlihat dari ketidak seriusan pemerintah melalui dinas terkait dalam mempersiapkan segala kebutuhan penerapan kurikulum islam tersebut. Di sekolah-sekolah kurikulum islam hanya dimaknai sekedar wacana tanpa aksi nyata, karena mereka belum memperoleh gambaran secara nyata tentang bagaimana proses pengajaran, pembelajaran dan evaluasi dalam kurikulum islam yang diterapkan dan diinginkan oleh dinas pendidikan. Menurut pengakuan guru, pemahaman kurikulum Aceh belum utuh, serta sulit untuk diterapkan di sekolah, selain tidak ada sarana dan prasarana pendukung, metode pelaksanaanya juga masih berantakan (Majelis Pendidikan Aceh, 2019). Islam berupaya memadukan semua aspek kehidupan materialistis atau spiritual, dan berupaya membangun tujuan individu sejalan dengan tujuan masyarakat dan menyerukan kepada semua untuk mengintegrasikan perkataan dengan perbuatan, serta menyeimbangkan antara kebutuhan manusia dalam kehidupan ini dan keinginannya dalam kehidupan. kehidupan lain. Secara singkat, penerapan pendidikan nilai dan moral dalam pendidikan di Aceh melalui kurikulum islami sesuai dengan yang diamanatkan oleh qanun Aceh tentang pendidikan. Kurikulum islami ini mengatur satuan pendidikan yang ada di Aceh melalui dinas pendidikan untuk diterapkan di sekolah. Proses penerapan ini melalui perumusan visi sekolah yang berdasarkan nilai-nilai islami, perumusan strategi pembelajaran berbasis nilai islami, integrasi dalam setiap mata pelajaran yang ada dan penambahan muatan lokal berbasis budaya syariat islam di Aceh melalui peraturan gubernur.