གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ Asty Yulia Pratiwi 2213053255

Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

Analisis Jurnal 1

PENANAMAN NILAI-NILAI MORAL PADA SISWA DI SD NEGERI LAMPEUNEURUT
Identitas Jurnal
Nama jurnal: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Prodi PGSD FKIP Unsyiah
Volume: 1
Nomor: 1
Tahun: 2016
Judul: Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Siswa di Sd Negeri Lampeuneurut
Penulis: Ruslan, Rosma Elly, Nurul Aini

Hasil analisis
Bangsa Indonesia telah mengalami kemerosotan moral menyangkut persoalan kejujuran, kebenaran, dan keadilan. Sehingga bangsa ini butuh kembali menanamkan nilai-nilai moral yang dimiliki bangsa ini. Kemerosotan moral yang dialami bila tidak diberikan perhatian khusus akan berakibat buruk bagi generasi mendatang. Pendidikan moral merupakan salah satu pendekatan yang dianggap sebagai gerakan utama dalam penanaman nilai moral pada anak. penanaman nilai-nilai moral adalah bertujuan menanamkan nilai-nilai moral yang mulai luntur di lingkungan anak-anak akibat pengaruh buruk yang mereka dapatkan sehingga diharapkan anak-anak di masa yang akan datang mempunyai moral yang baik.

Penanaman adalah proses, cara, perbuatan menanam, menanami, atau menanamkan (kamus besar bahasa Indonesia, 2005:100). Sedangkan nilai menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005:120) adalah “sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan”. Jadi penanaman nilai adalah menanamkan sifat- sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan”. Sebagai contoh tugas seorang guru tidak hanya mengajarkan siswa belajar agama di sekolah tetapi untuk memperdalam ilmu agama juga belajar di tempat-tempat seperti, pengajian, TPA, dan pasantren. Dengan dorongan dari guru siswa mau menuntut ilmu agama karena sangat berguna bagi mereka untuk kedepannya. Nilia-nilai moral yang ditanamkan melalui pelajaran agama pun sangatlah banyak. Guru menanamkan nilai-nilai moral kepada siswa melalui semua mata pelajaran, dengan cara menyisispkan nilai- nilai moral tertentu, ataupun guru itu sendiri yang menjadi contoh panutan karena jika guru memberikan contoh yang konkret kepada siswa maka akan lebih cepat untuk diterima.

guru di SD Negeri Lampeuneurut sudah menanaman nilai-nilai moral kepada siswanya, nilai-nilai yang ditanamakan adalah nilai agama (religius): kebiasaan berdoa sebelummemulai pelajaran, karena segala sesuatu yang dilakukan diawali dengan doa maka akan bermanfaat ilmu yang didapatnya, dan mengajarkan pentingnya belajar agama selain di sekolah agar berkelanjutan. Nilai kemandiriaan: Mengajarkan melakukan sendiri tugas yang menjadi tanggung jawabnya seperti member latihan individu tanpa ada yang menyontek dan apabila kedapatan akan diberi sanksi yang tegas. Nilai gender: Mengajarkan tidak membedakan perlakuan antara siswa lakilaki dan perempuan. Nilai keadilan: tidak membedakan siswa yang pintar dan kurang pintar, dan menghargai pendapat teman Penanaman nilai-nilai moral bukan hanya dapat dilakukan saat proses belajar mengajar tetapi saat berada di luar kelas juga dapat ditanamkan seperti dilingkungan sekolah maupun di rumah karena dengan adanya berkesinambungan akan menjadikan siswa mempunyai moral yang baik. Dan siswa yang sudah mempunyai nilai moral harus terus dibimbing/diajarkan agar nilai moral tersebut tidak hilang karena apabila sudah ada dasarnya maka segala sesuatu akan lebih mudah.
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

Analisis Video 2

Pendidikan Moral di Sekolah Dasar
Pendidikan moral adalah usaha yang dilakukan secara terencana untuk merubah sikap, tindakan, perilaku yang dilakukan peserta didik agar berhasil dilingkungan masyarakatnya yang sesuai dengan norma dan nilai moral serta kebudayaan di masyarakat setempat.
Tahap-tahap perkembangan moral yaitu :
1. Usia 6-12 bulan (orang tua akan memandu anak serta melindungi bayi)
2. Usia 12-18 bulan (membuat komitmen dan patuh dengan keadaan)
3. Usia 18-30 bulan (anak murni menunjukkan tindakan menolong, rasa bersalah, malu dan empati mendorong perkembangan moral)
4. Usia 30-36 bulan (agresif fisik berkurang)
5. Usia 3-4 tahun (perilaku menolong menjadi lebih lazim untuk memperoleh pujian , penolakan, rasa bersalah dan kepedulian
6. Usia 4-6 tahun (penalaran moral semakin fleksibel)
7. Usia 7-8 tahun (jenis kerusuhan berkurang)
8. Usia 9-11 tahun (penalaran moral makin dipandu oleh rasa keadilan anak ingin menjadi baik untuk memelihara tatanan sosial, agresif beralih ke hubungan)
9. Usia 12-15 tahun (moral mencerminkan peningkatan kesadaran akan keadilan dan pembuat aturan yang kooperatif)
10. Usia 16-20 tahun (relativisme memainkan peran penting dalam penalaran moral)
11. Usia 20-40 atau dewasa muda (penilaian moral bisa menjadi lebih rumit)
12. dewasa tengah pada usia 40 sampai 65 tahun (penilaian moral bisa membeli lebih rumit)
13. dewasa tua pada usia 65 tahun (penilaian moral bisa menjadi lebih rumit)

Implikasi Perkembangan Sosial dan Pribadi anak dalam KBM di Sekolah Dasar
Pada implikasi dalam KBM baik perkembangan pribadi dan sosial sangat diperlukan dalam belajar, anak kadang memerlukan teman untuk membantu proses belajar tapi kadang anak bisa melakukannya sendiri atau Mandiri.

Implikasi identitas gender dalam perkembangan moral anak sekolah dasar, yakni guru sebaiknya mengajarkan murid mengenai identitas gender supaya mengontrol atau perilaku mereka sesuai. Bukan hanya guru saja, tetapi orang tua juga memiliki peranan yang sangat penting.

Permasalahan serta solusi perkembangan Moral anak di Sekolah Dasar
1. Hilangnya kejujuran, ketika anak sudah terbiasa untuk bersikap bohong itu akan membuat anak menjadi pribadi yang pembohong dan akan ketakutan ketika bersikap jujur masalah ini sering terjadi di sekolah ataupun di tempat lainnya, misalnya ketika sedang melaksanakan ujian sekarang ada saja siswa yang mencontek atau bekerjasama dengan temannya, solusi untuk mengatasinya yaitu dengan mengajarkan anak untuk lebih percaya diri akan jawabannya, mengajarkan anak untuk bersikap jujur serta tidak memarahinya.
2. Hilangnya rasa tanggung jawab, Guru diharuskan untuk membimbing anak didiknya dan mengajarkan anaknya untuk memiliki rasa tanggungjawab misalnya ketika anak diberikan tugas atau pekerjaan rumah ada saja siswa yang tidak mengerjakan tugasnya, solusi dari hilangnya rasa tanggung jawab yaitu mengajarkan anak untuk bersikap tanggungjawab. Hal terkecil yang bisa guru lakukan yaitu ketika ada siswa yang tidak mengerjakan tugas maka diminta untuk maju kedepan dan mengerjakan soal yang akan diberikan oleh gurunya.
3. Rendahnya disiplin, misalnya masih saja ada siswa yang tidak tepat waktu untuk datang ke sekolah. Jika ada siswa yang sedang terlambat ke sekolah sebaiknya guru dan kepala sekolah bersikap tegas jika guru tidak bersifat tegas akan membuat anak tersebut menjadi terbiasa tidak tepat waktu.
4. Kurang bisa bekerjasama, misalnya tapi kerja kelompok, solusinya yaitu membiasakan anak untuk lebih banyak terlibat dalam kerjasama Jangan biarkan anak tidak aktif ketika kerjasama
5. Mengambil hak orang lain, misalnya mencuri, solusinya yaitu membiasakan anak untuk menerima apa ya dia miliki Dan tidak boleh mengambil hak milik orang lain.
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

Analisis Video 1
PENDIDIKAN MORAL TANGGUNG JAWAB DIRI DALAM KELUARGA

Tanggung jawab yang dapat diterapkan di dalam keluarga antara lain :
1. Mendengar nasehat Ayah
2. Menemani kakak
3. Menjaga keselamatan adik
4. Membantu Ibu

Kepentingan tanggung jawab di dalam keluarga yaitu :
1. Hubungan keluarga menjadi erat
2. Keselamatan keluarga terjamin
3. Meringankan tugas keluarga
4. Membanggakan keluarga
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

Nama jurnal : Jurnal Pengabdian Dharma Laksana Mengabdi Untuk Negeri
Nomor Jurnal : 1
Volume Jurnal : 3
Halaman Jurnal : 79 - 84
Tahun terbit Jurnal: 2019
Nama penulis Jurnal: Ahmad Yani Nasution, Moh Jazuli
Judul Jurnal : MENANGKAL DEGRADASI MORAL DI ERA DIGITAL BAGI KALANGAN MILLENIAL

Abstrak
Kalangan millenial . Masa depan suatu bangsa sesungguhnya dipegang oleh para pemuda yang merupakan masyarakat yang berada pada usia remaja, maka dari itu penting sekali bangsa ini untuk meningkatkan kualitas para pemudanya untuk Indonesia yang lebih baik.

Pendahuluan
Sebuah perguruan tinggi berkewajiban melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi berupa pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (P3KM) . Diharapkan dengan P3KM tersebut keberadaan perguruan tinggi dapat memberikan kontribusi besar kepada pengembangan keilmuan dan pengabdian kepada masyarakat. Banyak diantara kalangan millennial yang telah menunjukkan degradasi moral seperti minimnya sopan santun (cara berbicara dan berpakaian), kenakalan remaja (sex bebas dan konsumsi obat-obat terlarang), jauh dari nilai-nilai agama. Tujuan dari PKM adalah memberikan pemahaman terkait degradasi moral di kalangan millennial, memberikan pemahaman terkait upaya dalam menangkal degradasi moral di era digital. Solusi yang untuk menangani adanya fenomena degradasi moral di era digital pada kalangan millennial ialah dengan memberikan wawasan keagamaan, meningkatkan keimanan dan ibadah, memberikan pemahaman bagaimana cara bermedia sosial yang baik.

Metode Pelaksanaan Kegiatan
PKM dilaksanakan di Mts Insan Madani Kp. Rahong Desa Tegallega Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor pada hari Senin sampai dengan Rabu, tanggal 17 sampai 19 Desember 2019. Adapun Waktu pelaksanaannya dari pukul 13.30 sampai dengan 17.00 WIB. Subjek dari kegiatan PKM adalah siswa – Siswi Mts Insan Madani tersebut. Metode yang digunakan adalah pelatihan dengan cara memberikan presentasi dan diskusi antara pemateri dan peseerta.

Hasil dan Pembahasan
Pemateri pada pelatihan ini adalah Ahmad Yani Nasution berisikan “Fenomena Degradasi Moral di Era Digital pada kalangan millennial”, dengan moderator Firdaus. Selanjutnya dilanjutkan oleh Muhammad Jazuli dengan judul materi “Solusi Menghadapi Degradasi Moral ”, yang dimoderatori oleh Ahmad Yani Nasution. Terdapat pertanyaan “Bagaimana metode dakwah yang tepat bagi kalangan milenial?” Kemudian Muhammad Jazuli (Pemateri kedua) Menjawab bahwa dakwah yang efektif di kalangan millennial adalah dengan memberikan wawasan keagamaan, meningkatkan keimanan dan ibadah, memberikan pemahaman bagaimana cara bermedia sosial yang baik. Siswa sangat antusias mengkuti kegoatan PKM karena kegiatan PKM dilakukan dalam bentuk pengarahan yang disertai games dan kegiatan seru lainnya.

Kesimpulan dan Saran
Kegiatan PKM dengan tema “Menangkal Degradasi Moral di Era Digital bagi kalangan Millenial di Mts Insan Madani Kp. Rahong Desa Tegallega Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogo Bogor yang telah dilaksanakan oleh tim pengabdian kepada masyarakat program studi Manajemen Universitas Pamulang terlaksana dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Saran dari pelatihan menangkal degradasi moral dalam rangka kegiatan PKM ini adalah hendaknya tim dosen ataupun berbagai pihak lainnya turut serta dalam mendukung program untuk membuat para generasi muda, termasuk pemuda agar mempunyai bekal moral yang baik yang berguna bagi mereka.
Nama : Asty Yulia Pratiwi
NPM : 2213053255

REKONSTRUKSI EVALUASI PENDIDIKAN MORAL MENUJU HARMONI SOSIAL

Identitas jurnal
Nama jurnal: Jurnal Pedagogik
Volume: 05
Nomor: 01
Tahun: 2018
Judul: Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral Menuju Harmoni Sosial
Penulis: Ulil Hidayah

Pembahasan

Tujuan Pendidikan Nasional
peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah merubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau merubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Seorang ahli sosiologi Pierre Bourdieu mengatakan pendidikan adalah agen bagi reproduksi kultural (Piere Bourdieu). Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat. Di sekolah anak-anak yang datang berangkat dari keluarga yang memiliki kultur berbeda-beda dalam bentuk relasi/pergaulan sosial, bahasa dan tradisi, serta gaya hidup lainnya. Sehingga disinilah peran sekolah untuk membongkar jurang pemisah antar kelas-kelas sosial yang berbeda melalui nilai-nilai akhlak di sekolah (Fauzi, 2015).

Tantangan Materi Pelajaran di Sekolah
Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Secara teoritis PAI adalah proses pendidikan yang dilakukan pendidik untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan pengamalan ajaran agama Islam (Muchlis Sholichin, 2007). Sedangkan PKn adalah pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga Negara yang secara politik dewasa dan ikut serta membangun sistem politik demokratis (Subhan Sofhiyan). Kandungan moral dari kedua mata pelajaran di atas telah mencakup norma-norma hidup manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah lingkungan masyarakatnya.

Persiapan, Pelaksanaan dan Evaluasi PAI dan PKn di Sekolah
Pada tahap persiapan yang telah tersusun dalam perangkat pembelajaran SKL (Standard Kompetensi Lulusan) ditentukan terlebih dahulu melalui Permendikbud No. 54 Tahun 2013, kemudian menjadi turunan standar isi, kompetensi inti dan materi. Sedangkan pada tahap pelaksanaan pembelajaran, pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan. Dalam hal ini dapat dipaparkan bahwa proses pelaksanaan pembelajaran PAI dan PKn di sekolah sudah menekankan pada kegiatan active learning, di mana peserta didik dapat mengeksplor wawasan dan pengetahuannya sendiri melalui sumber beajar yang tidak terbatas. Definisi evaluasi menurut Nana Sujana adalah proses untuk menentukan atau memberikan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Nana Sujana, 1990). Evaluasi meliputi semua aspek penilaian pembelajaran pada ranah kemampuan berpikir (kognitif), kemampuan rasa, sikap atau perilaku (afektif) serta kemampuan keterampilan (psikomotorik). Pada tahap evaluasi penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kegiatan diskusi, pengayaan (pendalaman materi), refleksi akhlak mulia, ulangan dalam bentuk soal uraian dan pilihan ganda serta mencatat sikapsikap karakter selama proses pembelajaran. Namun, perlu juga menekankan bahwa penilaian juga berdasarkan sikap dan keterampilan sehari-hari selama dalam masa pengamatan guru.

Rekonstruksi Evaluasi Pendidikan Moral
Untuk mewujudkan harmoni sosial yang diharapkan PAI dan PKn sangat menentukan bagaimana isi materi bisa diajarkan dengan baik melalui tahap perencanaan pembelajaran hingga tahap evaluasi pada peserta didik di sekolah. Lebih dari itu unsur evaluasi yang dianggap paling menentukan seberapa berhasilkah tujuan itu tercapai perlu melihat kembali dan menata kembali suasana belajar sekolah dengan mempertimbangkan keberadaan peserta didik itu sendiri dari segi lingkungan ia tinggal dan melangsungkan kehidupan (Muali, 2016). Sebab, acuan kurikulum pemerintah yang berlaku secara umum tidak bisa memastikan keadaan pada tiap-tiap institusi pendidikan. Praktisi pendidikan termasuk pimpinan sekolah dan guru perlu merumuskan ulang model evaluasi pendidikan moral yang tidak sekedar berdasarkan hasil nilai ulangan harian.

Output Pendidikan yang Didambakan Menuju Masyarakat Ideal
Jika disintesis antara mata pelajaran PAI dan PKn akan menjadi sebuah objek kajian pembelajaran moral yang membentuk kepribadian pesera didik yang bisa menjamin kebersatuan kebhinnekaan dengan memiliki sikap sebagai berikut: 1) Taat pada ajaran agama yang dianutnya serta tidak mudah terprovokasi oleh kelompok lain, 2) mengikuti teladan nabi Muhammad, 3 ) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), 4) Menghargai hidup dalam perbedaan di lingkungan jangkauan pergaulan dan keberadaannya, 5) Mempunyai semangat belajar untuk mengetahui berbagai wawasan keilmuan dan pemahaman, 6) Mampu menalar dan mengurai secara mandiri berbagai aspek permasalahan, 7) Mempunyai wawasan pendidikan politik, 8) Tumbuhnya semangat nasionalisme.

Kesimpulan
Tantangan moral yang menjadi permasalahan identitas bangsa menjadi tanggungjawab semua elemen masyarakat, khususnya pendidikan yang memiliki peran signifikan dalam membentuk dan melahirkan generasi bangsa yang unggul secara intelektual dan moralitas. Sehingga evaluasi pendidikan perlu kiranya melakukan perbaikan secara terus menerus dan serius dalam memenuhi kebutuhan kegelisahan moral generasi bangsa. Dan melalui pendidikan moral di sekolah khususnya yang tercakup dalam materi pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditambah lagi dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang secara jelas bertanggungjawab atas penanaman nilai-nilai moral bagi warga Indonesia.