Posts made by YUANI TRI ASTUTI 2213053046

Nama : Yuani Tri Astuti
Npm : 2213053046

Nama jurnal : Jurnal JIPSINDO
Oleh : Enung Hasanah
Nomor : 2
Volume : 6
Tahun Terbit : 2019
Judul Jurnal : PERKEMBANGAN MORAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN TEORI KOHLBERG.

Pembahasan
Teori Kohlberg dikenal sebagai teori yang mengukur tingkatan moral seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat perkembangan moral siswa SD yang berusia antara 11-12 tahun, berdasarkan tahapan perkembangan teori Kohlberg. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa anak-anak SD yang berusia 11-12 tahun secara umum termasuk dalam tahap pra konvensional tahap yang dominan diikuti tahap 2 dan 2/3. yang cenderung melakukan sesuatu kegiatan bukan karena membutuhkan hasil melainkan karena takut dihukum.

Teori Kohlberg mengatakan bahwa perkembangan moral seseorang terjadi melalui tiga tingkatan, yaitu tingkat prakonvensional, konvensional, dan postkonvensional. Dalam konteks sekolah dasar, banyak siswa berada di tingkat prakonvensional, di mana mereka masih memandang moralitas sebagai sesuatu yang terkait dengan hukuman dan hadiah. Misalnya, jika mereka tidak melakukan perbuatan yang dilarang, maka mereka tidak akan dihukum.

Namun, semakin mereka tumbuh dan berkembang, maka mereka akan memasuki tingkat konvensional di mana moralitas dipandang sebagai sesuatu yang terkait dengan norma-norma sosial dan etika. Siswa mulai memahami konsep-konsep seperti kesetiaan dan kewajiban terhadap orang lain.

Tingkat post-konvensional adalah tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral. Di sini, siswa memiliki pandangan terhadap moralitas sebagai sesuatu yang lebih luas, terkait dengan prinsip-prinsip moral yang universal dan etis. Mereka mulai berpikir kritis dan mampu memahami bahwa moralitas adalah suatu kewajiban terhadap keseluruhan manusia.

Pendidik dan orang tua dapat membantu siswa dalam perkembangan moral mereka dengan memberikan pengalaman-pengalaman yang positif, memberikan dorongan untuk berpikir kritis, dan membimbing mereka melalui diskusi terkait dengan prinsip-prinsip moral yang universal. Pengalaman pemasyarakatan seperti kegiatan sosial dapat membantu siswa menjadi lebih peka terhadap kondisi sosial dan dunia yang lebih luas, yang dapat mempercepat perkembangan moral mereka.

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teori perkembangan moral Kohlberg, anak-anak usia 11-12 tahun memang masih berada pada tahap pra konvensional tahap yang dominan diikuti tahap 2 dan 2/3, yang cenderung ingin melakukan sesuatu karena takut dihukum. Dalam hasil penelitian sederhana ini, responden yang berusia 11-12 tahun cenderung baru memasuki tingkat 1 tahap 1, meskipun pada kasus tertentu mungkin saja ada pengecualian yaitu pada usia 11-12 bisa saja berada pada tingkat perkembangan moral yang lebih rendah atau yang lebih tinggi.
Nama: Yuani Tri Astuti
Npm :2213053046

-Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Volume : -
Nomor : 2
Halaman : 209-221
Tahun Terbit : 2009
Judul : PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Nama Penulis : Sudiati

Pembahasan
Isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda.
A.Indonesia
Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim.
B. India
Ruang lingkup pendidikan nilai meliputi (a) pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah, (b) untuk tingkat dasar program lebih dititikberatkan pada pengindentikasian nilainilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat, (c) pengembangan konseling melalui pendekatan agama, (d) program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru.
C. Malaysia
Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya, (a) nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif (b) alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, (c) cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru, dan (d) pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeksi (Mujlyana, 2004: 237).
D. Cina
Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai.

2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a. Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog
banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baiknya sebuah tindakan.

b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi.

c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan.
Demikian pula, banyak sumber pengembangan nilai-nilai dan banyak
pula faktor lain yang membatasinya.

d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode.
•Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran
•Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang
diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku
yang baik dapat dipraktikkan.
Nama :Yuani Tri Astuti
Npm :2213053046

Degradasi Moral Pelajar Jaman Modern.

Sebuah tragedi tragis kembali muncul dari dunia pendidikan di Indonesia. Seorang siswa dikabarkan telah menganiyaya gurunya sendiri hingga tewas , korban bernama Ahmad Budi Cahyono guru honorer SMA N 1 torjun sampang jawa timur, Budi meninggal kan seorang istri yang bernama Sianingsih yang tengah mengandung 5 bulan.setelah itu muncul video seorang murid yang sepertinya masih duduk di bangku sekolah menengah pertama mengajak duel kepala sekolahnya.
lantas dimanakah moral anak bangsa? dan calon penerus masa depan kita?

_Menurut kovesioner KPAI bidang pendidikan yaitu, Retno Listyarti
Kekerasan yang di lakukan oleh anak maupun anak yang jadi korbannya cukup tinggi. Sejak tahun 2014 meningkat, tetapi pada tahun 2017 menurun. Meskipun terjadi penurunan bukan berarti angka itu kemudian berkurang atau kejadiannya berkurang.
Namun terkait dengan kasus ini sebenarnya anak tidak berdiri sendiri artinya pasti ada sebab dan penyebabnya, yaitu :
1. memang mungkin dari pola pengasuhan bagaimana anak ini di rumah yang artinya sikap dan prilaku ketika di sekolah tidak terbentuk secara tiba tiba pasti ada sebuah proses panjang dalam hidupnya.

2. bagaimana cara guru di kelas melakukan pengolaan pada kelas jadi menghadapi anak anak tertentu seperti ini memang pasti ada di banyak sekolah , walaupun tidak banyak jumlah anak di sekolah tetapi di setiap sekolah pasti ada anak yang seperti ini.
dan untuk kejadian di pukul hingga tewas ini menjadi yang pertama di indonesia.
Nama:Yuani Tri Astuti
Npm :2213053046

6 Tahap Perkembangan Moral menurut Kohlberg

Tahap perkembangan moral dibagi menjadi 3 level, yaitu :

Level 1
Pra-Konvensional (menghindari hukuman dan keuntungan & minat pribadi) dimana seseorang memiliki alasan untuk melakukan atau tidak tindakan agar menghindari hukuman serta seseorang melakukan tindakan dengan memperhitungkan apa yang akan di dapatkannya

Level 2
Konvensional (menjaga sikap orang baik dan memelihara peraturan) dimana seseorang memikirkan kesepakatan sosial dan pendapat yang berlaku di masyarakat dan mematuhi peraturan yang berlaku

Level 3
Pasca Konvensional (orientasi kontrak sosial dan prinsip etika universal) dimana setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda serta hak individu dilihat secara bersamaan dengan hukum yang ada atau yang berlaku dan seseorang melakukan hal yang menurut ya benar walaupun bertentangan dengan hukum yang berlaku