Posts made by Refiana Sari 2213053261

NAMA : REFIANA SARI

NPM : 2213053261

KELAS : 3H

Nama Jurnal : Dinamika Pendidikan
Volume : -
Nomor : 2
Halaman : 63-75
Tahun Terbit : 2008
Judul : Pentingnya Pendidikan Nilai di Era Globalisasi
Nama Penulis : Hidayati

Pendahaluan:

Sampai saat ini, Indonesia masih mengalami krisis multidimensi, salah satunya dibidang Pendidikan. Melalui pendidikan, Indonesia telah gagal dalam membentuk manusia yang berkepribadian, beriman, menghargai perbedaan dan berakhlak mulia. Pendidikan juga gagal dalam mengembangkan nilai-nilai dalam diri peserta didik. Pendidikan kita lebih menitikberatkan pada pengembangan ranah kognitif.


Pembahasan:

Pengertian Nilai

Menurut I Wayan Koyan (Dwi Siswoyo. 2005 :22), nilai adalah segala sesuatu yang berharga. Nilai itu ada dua yaitu nilai ideal dan nilai aktual. Nilai ideal adalah nilai yang menjadi cita-cita setiap orang, sedangkan nilai aktual adalah nilai yang diekspresikan dalam perilaku sehari-hari. Nilai berfungsi untuk mendorong, mengarahkan  sikap dan perilaku. Pendidikan nilai merupakan bagian integral kegiatan Pendidikan, karena pada dasarnya Pendidikan melibatkan pembentukan sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.

Globalisasi dan Dampaknya Terhadap Nilai-nilai dan Moral

Kehadiran globalisasi tentu membawa pengaruh bagi suatu kehidupan suatu negara termasuk Indonesia Pengaruh sebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif Pengaruh globalisasi meliputi berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Era globalisasi telah membuat kehidupan mengalami perubahan yang signifikan, bahkan terjadi degradasi moral dan sosial budaya yang cenderung kepada pola-pola perilaku menyimpang. Hal ini sebagai dampak pengapdosian budaya luar secara berlebihan dan tak terkendali oleh sebagian remaja kita. Persepsi budaya luar ditelan mentah-mentah tanpa mengenal lebih jauh nilai-nilai budaya luar secara arif dan bertanggungjawab

 Mengapa Pendidikan nilai gagal?

Dunia pendidikan telah kehilangan nilai-nilai moral, ini bisa dilihat dari kenyataan banyaknya praktik dalam dunia pendidikan yang justru membuat anak belajar tidak jujur, curang, dan malas. Anak juga bisa merasakan bagaimana praktik kolusi, korupsi, da nepotisme telah pula masuk dalam dunia pendidikan. Misalnya pungutan uang sekolah yang harus dibayar oleh orang tua mereka yang tidak jelas penggunaannya. Fenomena kecurangan saat ujian nasional, karena gurunya khawatir anak didiknya tidak lulus maka diterapkan praktik perjokian, atau bahkan kepala


NAMA : REFIANA SARI
NPM : 2213053261
KELAS : 3H
 
Nama jurnal : Jurnal pendidikan kewarganegaraan
Nomor : 3
Tahun Terbit : 2021
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM SISTEM KURIKULUM PENDIDIKAN DI ACEH

Pambahasan:

Landasan Pendidikan Islam di Aceh

Penyelenggaraan pendidikan Islam berpedoman pada ketentuan Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2015 perubahan atas Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, dan Pasal 1 ayat 21 adalah pendidikan yang didasarkan atau dijiwai dengan ajaran Islam. Dengan dasar tersebut satuan pendidikan yang ada di provinsi Aceh menyelenggarakan pendidikan berdasarkan ajaran islam. Salah satu hasil dari amanah qanun tersebut adanya kurikulum Aceh (kurikulum islami) sebagai landasan dalam menerapkan pendidikan di provinsi Aceh. Dengan ciri khas tersebut penerapan pendidikan Islam dalam rangka pembentukan generasi muda Aceh yang berakhlak mulia mengikuti budaya Aceh dan syariat Islam (Sulaiman et al., 2020).

Penerapan kurikulum Islam berdasarkan Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2015 perubahan atas Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 44 ayat (2) mengatur bahwa kurikulum pendidikan Islam harus memuat mata pelajaran sebagai berikut: (a) Mata Pelajaran Inti: (1). Pendidikan Islam dan amalannya terdiri dari (Keyakinan dan akhlak, fiqh) dan Al Quran dan Hadis) (2). Pendidikan Kewarganegaraan; (3) Matematika / aritmatika; (4) Ilmu Pengetahuan Alam; (5) Ilmu Sosial; (6) Bahasa dan Sastra Indonesia; (7) Bahasa Inggris; (8) Arab; (9). Pendidikan jasmani dan olahraga; dan (10) Sejarah Kebudayaan Islam. (b). Mata pelajaran muatan lokal terdiri dari: (1) Bahasa daerah; (2) Sejarah Aceh; (3) Adat, budaya, dan kearifan lokal dan (4) Pendidikan Keterampilan

Integrasi budaya islami dalam proses pendidikan di Aceh

Integrasi budaya Islam dalam Manajemen Sekolah bertujuan untuk membentuk pola perilaku warga sekolah; Guru, tenaga administrasi, dan siswa yang relevan dengan hukum Islam (Maimun et al., 2019; Yusuf, Sanusi, et al., 2020). Ia menambahkan, budaya Islam di sekolah diperlakukan melalui beberapa aspek; (1) Budaya Disiplin, (2) Budaya berkomunikasi dengan sopan, dan (3) Menciptakan lingkungan madrasah yang kondusif dan Islami. Budaya Islam yang dikembangkan di sekolah mengacu pada syariat Islam yang berlaku di Aceh dan selanjutnya dibuat dalam bentuk peraturan di sekolah. Strategi membangun budaya Islam di sekolah adalah; (1) Penerapan Peraturan sekolah, (2), mendandani / menekan seragam madrasah mengikuti kaidah sekolah dan Qanun Syariah Islam, (3) berkomunikasi dengan guru dan teman belajar dengan menggunakan bahasa yang sopan, (4) menampilkan perilaku yang berkaitan dengan budaya Aceh dan pendidikan qanun Aceh (Sanusi et al., 2021)

Implementasi pendidikan nilai dan moral di Aceh

Secara umum sekolah-sekolah di Kabupaten/Kota di Aceh merasakan bahwa kurikulum islam terlalu tergesa-gesa untuk diterapkan, ini terlihat dari ketidak seriusan pemerintah melalui dinas terkait dalam mempersiapkan segala kebutuhan pengimpelmentasian kurikulum islam tersebut. Di banyak sekolah kurikulum islam hanya dimaknai sekedar wacana tanpa aksi nyata, karena mereka belum memperoleh gambaran secara nyata tentang bagaimana proses pengajaran, pembelajaran dan evaluasi dalam kurikulum islam yang diterapkan dan diinginkan oleh dinas Pendidikan.

 


NAMA : REFIANA SARI
NPM : 2213053261
KELAS : 3H

Dalam video diatas yang sudah saya lihat tercatat beberapa kasus, dimana ini menjadi fokus utama dalam menangani kekerasan di lingkungan sekolah.
Pertama, September 2015 Seorang siswa kelas 2 SD Negeri meninggal dunia akibat perkelahian mulut dengan teman sekelasnya.
Kedua, Agustus 2017 Siswa kelas 2 SD di sukabumi, jawa barat meninggal dunia akibat berkelahi di halaman sekolah.Dugaan nya karena siswa dirundung dan dilempari minuman beku.
ketiga, November 2017 perkelahian antara 2 siswa SD Negeri kelas 5 di kabupaten Bandung pada saat perlombaan senam hari guru. Dugaan pelaku terganggu karena korban menyalakan motor bising.

dari kasus-kasus diatas, dapat kita simpulkan bahwa anak dibawah umur harus mendapatkan pengawasan yang lebih baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sekitar.
NAMA : REFIANA SARI
NPM : 2213053261
KELAS : 3H

Dalam video diatas dapat kita tarik garis besarnya (menurut pendapat saya),
Philippa Foot seorang filsuf berargumen bahwa ada perbedaan antara membunuh dan membiarkan mati. Yang pertama bersifat aktif, sedangkan yang kedua bersifat pasif. 

Dalam dilema troli pertama, orang yang menarik tuas berarti menyelamatkan nyawa lima orang dan membiarkan satu orang mati. Menarik tuas tidak menyebabkan kerugian langsung pada orang yang berada di jalur samping. Namun dalam skenario jembatan penyeberangan, mendorong orang gemuk itu ke bawah adalah tindakan pembunuhan yang disengaja. Hal ini terkadang digambarkan sebagai prinsip efek ganda, yang menyatakan bahwa secara tidak langsung menyebabkan kerugian (sebagai efek samping atau “ganda”) diperbolehkan jika tindakan tersebut mendorong kebaikan yang lebih besar. Namun, tidak diperbolehkan untuk secara langsung menyebabkan kerusakan, bahkan dalam mengejar kebaikan yang lebih besar.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang menyetujui beberapa tindakan yang menyebabkan kerusakan, tetapi tindakan lain dengan hasil yang sama tidak diperbolehkan. Tidak semua orang menjawab dilema dengan cara yang sama, dan bahkan ketika orang setuju, mereka mungkin memiliki pembenaran yang berbeda atas tindakan yang mereka pertahankan. Eksperimen pemikiran ini telah digunakan untuk merangsang diskusi tentang perbedaan antara membunuh dan membiarkan mati

Dilema ini memicu berbagai pertimbangan etika, seperti utilitarianisme (mengambil tindakan yang akan menghasilkan hasil terbaik untuk sebagian besar orang), deontologi (mengikuti aturan moral seperti "tidak membunuh"), dan konsekuensialisme (mengukur tindakan berdasarkan konsekuensinya). Dilema ini juga digunakan untuk menjelaskan perbedaan antara tindakan yang disebabkan secara langsung dan tindakan yang disebabkan secara tidak langsung.

Nama : Refiana sari

NPM : 2213053261


Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora
Volume : 1
Nomor : 1
Halaman : 90-100
Tahun Terbit : 2010
Judul : MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA
DI KALANGAN REMAJA

Nama Penulis : H. Wanto Rivaie

Tanggung jawab dan akhlaq akan dapat diwujudkan apabila, sejak dini generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan disertai penerapan nilai dan norma dalam kehidupan sehari-hari yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua, dan lingkungan yang ada disekitar. Dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas 2003 apabila hal-hal tersebut betul betul direalisasikan.

1. Membangun hubungan interpersonal antar bangsa

Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. Nilai-nilai hubungan antar manusia seyogyanya seperti tersebut pada soal ini, dan untuk menjawabnya, terkait dengan kedudukan manusia sebagai makhluk Sosial, dan sekaligus sebagai makhluk individual.  Sementara dalam realitanya masyarakat Indonesia saat ini, hubungan antar manusia yang ada belum berjalan optimal, sangat memprihatinkan. Misalnya, kemiskinan semakin meluas, pemerataan pendidikan belum optimal, pengangguran semakin besar jumlahnya, perampokan, pemerkosaan dan sejenisnya belum mendapat penanganan oleh segenap lapisan masyarakat secara bersinergi (pemerintah, swasta, dan masyarakat luas). Masalah bangsa memerlukan uluran tangan dan pikiran seluruh lapisan masyarakat bangsa Indonesia.

2. Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern

Pembinaan generasi muda melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang ,masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007, 184-185). Namun demikian sesederhana apapun pembentukan jati diri generasi muda tidak bisa dilepaskan dari peran Pendidikan.

3. Diperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru, Dosen, Tokoh Masayarakat Formal/Non Formal)

Dilembaga formal dan non formal (Masyarakat), pendidik yang  bertugas membentuk nilai moral untuk membangun jati diri generasi muda adalah keluarga, guru dan tokoh Masyarakat.  Mendidik berisi muatan tidak hanya pengetahuan tetapi juga nilai-nilai moral yang terkandung didalam Pancasila. Sementara dalam kegiatan mengajar rekanannya lebih pada aspek kognitif.

4.      Penciptaan suasana yang kondusif, aktif, efektif, komunikatif penuh nilai kreatif dan bertanggung jawab

Menciptakan suasana pendidikan yang kondusif dimaksudkan bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil.

5.      Peranan strategis Pendidikan agama dalam pembentukan perilaku peserta didik dalam kondisi Masyarakat yng pluralistis

Dengan landasan pendidikan agama yang dilakukan di keluarga, sekolah dan masyarakat dengan sebaik-baiknya, maka akan terbangun kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai moral yang tertanam dalam pancasila

6.      Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia 

Aspek Biologis, Aspek Sosiopsikologis, Motif Sosiogenesis, Konsepsi Manusia Dalam Psikoanalisis, Teori Behaviorisme