Posts made by Deasy Adelia Syahrani 2213053091

Nama : Deasy Adelia Syahrani
NPM : 2213053091
Kelas : 3H

Nama Jurnal : JIPSINDO
Volume : 6
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2019
Judul : PERKEMBANGAN MORAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN TEORI KOHLBERG
Nama Penulis : Enung Hasanah

Teori Kohlberg dikenal sebagai teori yang mengukur tingkatan moral seseorang. Teori Kohlberg mengenai perkembangan moral secara formal disebut cognitive-dvelopmental theory of moralization, yang berakar pada karya Piaget. Asumsi utama Piaget adalah bahwa kognisi (pikiran) dan afek (perasaan) berkembang secara paralel dan keputusan moral merupakan proses perkembangan kognisi secara alami. Sebaliknya, kebanyakan ahli psikologi pada masa itu berasumsi bahwa pikiran moral lebih merupakan proses psikologi dan sosial. Dalam mengembangkan teorinya, Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku moral, artinya apa yang dilakukan oleh seorang indivdu tidak menjadi pusat pengamatannya.
Penelitian Kohlberg menunjukan bahwa bila penalaran-penalaran yang diajukan oleh seseorang mengapa ia mempunyai pertimbangan moral tertentu atau melakukan tindakan tertentu diperhatikan, maka akan tampak jelas adanya perbedaan-perbedaan yang berarti dalam pendangan moral orang tersebut.
Teori (Kohlberg; L., Hersh, R.H. 1977) tentang Perkembangan Moral dibagi menjadi 3 level, yang masing-masing level dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Level 1. Moralitas Pra-konvensional
1) Tahap 1 Ketaatan dan Hukuman
2) Tahap 2 Individualisme dan Pertukaran
2. Level 2. Moralitas Konvensional
1) Tahap 3 Hubungan Interpersonal
2) Tahap 4 Menjaga Ketertiban Sosial
3. Level 3. Moralitas Pasca-konvensional
1) Tahap 5 Kontrak Sosial dan Hak Perorangan
2) Tahap 6 Prinsip Universa
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teori perkembangan moral Kohlberg, anak-anak usia 11-12 tahun memang masih berada pada tahap pra konvensional tahap ½ yang dominan diikuti tahap 2 dan 2/3, yang cenderung ingin melakukan sesuatu karena takut dihukum. Dalam hasil penelitian sederhana ini, responden yang berusia 11-12 tahun cenderung baru memasuki tingkat 1 tahap 1, meskipun pada kasus tertentu mungkin saja ada pengecualian yaitu pada usia 11-12 bisa saja berada pada tingkat perkembangan moral yang lebih rendah atau yang lebih tinggi.
Nama : Deasy Adelia Syahrani
NPM : 2213053091
Kelas : 3H

ANALISIS JURNAL
Nama Jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Nomor : 2
Tahun: 2009
Judul : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Nama Penulis : Sudiati

Pendidikan nilai dan moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Menurut John P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian menunjukkan beberapa karakteristik. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan
Model pendidikan afektif yang dipandang relevan dengan pendidikan nilai adalah model komunikasi, model kepekaan perhatian, model analisis transaksional, model membangun hubungan manusiawi, dan model kejiwaan sosial.

Pendidikan nilai atau moral sebagai isu global di beberapa negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) menampakkan adanya perbedaan dan kesamaan. Perbedaan yang ada disebabkan oleh adanya perbedaan ideologi bangsa. Walaupun demikian, negara-negara itu memberikan penekanan pendidikan nilai moral pada nilai etik-moral; terutama dalam hal nilai-nilai yang bersifat asasi manusia, universal, dan global.

Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan John P. Miller cenderung bersifat individualistik. Oleh karena itu, konsep itu memerlukan penyempurnaan dengan mempertimbangkan paradigma yang dikemukakan oleh Capra. Lebih lanjut, dalam implementasikannya, diperlukan strategi pendidikan nilai moral yang tepat melalui pemilihan pendekatan (approach), metode (method), dan teknik (technique) pendidikan nilai moral yang sesuai.
Nama : Deasy Adelia Syahrani
NPM : 2213053091
Kelas : 3H

ANALISIS VIDEO

Degradasi Moral Pelajaran Jaman Modern

1) Menurut KPAI
Dari data KPAI kekerasan memang sangat tinggi semenjak 2014 terjadi penaikan kasus yang sangat tinggi baik yang dilakukan oleh anak atau anak menjadi korban
Berkaitan dengan kasus kekerasan ini sebenernya anak tidak akan berdiri sendiri tentu ada sebab dan penyebab, salah satu yang paling utama adalah kita harus melihat pola pengasuhan bagaimana anak dirumah.

2) Menurut Praktisi Pendidikan
Untuk menjadi sosok seorang guru tentu saja harus memiliki kelengkapan, hal ini sudah diatur dalam UUD bahwa seorang guru harus memiliki empat standar kompetensi utama, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi professional, kompetensi pedagogi

3) Menurut sisi psikologi
Anak akan tumbuh ada tingkat level kognisi. Kognisi adalah kemampuan untuk menalar dan berfikir apakah aksi itu akan berlanjut pada konsekuensi tertentu. Tetapi, pada kasus kalau anak itu tidak mampu mengelola emosi, Ketika dia marah akan muncul rangsangan yang mendorong dia untuk bereaksi seketika.
Nama : Deasy Adelia Syahrani
NPM : 2213053091
Kelas : 3H

ANALISIS VIDEO

6 Tahapan Perkembangan menurut Kohlberg
Lawrence Kohlberg melakukan penelitian di Amerika yang kemudian menjadi pondasi untuk merumuskan tahapan-tahapan perkembangan moral. Menurut Kohlberg tahap perkembangan moral dibagi menjadi 3 level dan setiap level memiliki 2 tahapan sehingga seluruhnya menjadi 6 tahap
1) Pra Konvesional
• Menghindari hukuman
• Keuntungan dan minat pribadi
2) Konvesional
• Menjaga sikap baik
• Memelihara peraturan
3) Pasca Konvesional
• Orientasi kontrak sosial
• Prinsip etika universal
NAMA : Deasy Adelia Syahrani
NPM : 2213053091
Kelas : 3H

ANALISIS JURNAL

Nama Jurnal : Dinamika Pendidikan
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2008
Judul : PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI DI ERA GLOBALISASI
Nama Penulis : Hidayati

A. Pengertian Nilai
Menurut I Wayan Koyan (Dwi Siswoyo, 2005: 22), nilai adalah segala sesuatu yang berharga. Nilai itu ada dua yaitu nilai ideal dan nilai aktual. Nilai ideal adalah nilai yang menjadi cita-cita setiap orang. Sedangkan, actual adalah nilai yang diekspresikan dalam prilaku sehari-hari.
Pendidikan niai merupakan bagian intregal kegiatan pendidikan, karena pada dasarnya pendidikan melibatkan pembentukan sikap, watak dan kepribadian peserta didik. Pendidikan tidak hanya bertujuan menghasilkan pribadi yang cerdas dan terampil, tetapi juga pribadi yang berbudi luhur. Oleh sebab itu, pendidikan harus membantu peserta didik untuk mengalami nilai-nilai dan menmepatkannya secara intregal dalam keseluruhan hidup mereka.

B. Globalisasi dan Dampaknya Terhadap Nilai-nilai dan Moral
Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman Bersama bagi bangsa-bangsa diseluruh dunia (A. Jamil Edison, dkk :2005)

Pengaruh positif dari globlalisasi :
1) Aspek politik, pemerintah dijalankan secara terbuka dan demokratis jika pemerintah dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapatkan tanggapan positif dari rakyat
2) Aspek ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan demikian akan meningkatkan pula kehidupan ekonomi bangsa.
3) Aspek sosial-budaya, kita dapat meniru pola piker yang baik seperti etos kerja yang tinggi, disiplin dan Iptek dari bangsa yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa.

Pengaruh negative dari globalisasi :
1) Aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negri karena vabyajnya produk luar negri
2) Masyarakatkita, khususnya anak muda yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena cenderung meniru gaya kebarat-baratan
3) Terjadinya kesenjangan sosial
4) Munculnya sikap individualisme

C. Pentingnya Pendidikan Nilai dan Moral Bagi Anak
Tujuan pendidikan adalah menjadikan peserta didik menjadi "manusia yang utuh sempurna". Tercapainya kesempurnaan ditunjukkan oleh terbentuknya "pribadi yang bermoral" (Driyakara. 1980: 129). Pribadi yang bermoral adalah yang memiliki kemampuan untuk mengelola hidupnya sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Kemampuan seperti itu ada pada hati nurani yang telah mencapai kedewasaan. Maka dari itu segala usaha yang bertujuan untuk membina hati nurani mesti diarahkan agar peserta didik mempunyai kepekaan dan penghayatan atas nilai-nilai luhur. Usaha- usaha seperti itulah yang disebut "pendidikan nilai"

Sasaran pendidikan nilai adalah agar peserta didik dapat mengalami dan menghayati nilai-nilai. Jadi nilai-nilai itu tidak hanya sekedar diajarkan dan diketahui saja, tetapi harus dialami dan dihayati. Dalam menghayati nilai-nilai, perlu ada kemahiran untuk menangkap nilai-nilai lewat pengalaman-pengalaman nyata. Pendidikan nilai akan berhasil jika peserta didik ada disposisi batin yang benar, antara lain sikap terbuka dan percaya, jujur, rendah hati, bertanggungjawab, berniat baik, dan taat melaksankan nilai-nilai. Nilai itu tidak dapat dipaksakan dari luar, melainkan masuk ke dalam hati kita secara lembut ketika hati kita secara bebas membuka diri.