གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ SELVIA NUR SAQINAH 2213053193

Nama: Selvia Nur Saqinah
Nomor: 2213053193
Kelas: 3G

Moralitas menjadi sebuah dilema

Philippa foot pada tahun 1967 ikut mengajukan sebuah eksperimen yang dikenal sebagai Trolley Problem. Pertanyaan mengenai moralitas menjadi sebuah dilema yang telah diadaptasi untuk memahami konteks moral dalam berbagai kondisi, seperti: perang, penyiksaan, aborsi. Lalu study ini kemudian menjadi semakin penting saat perkembangan AL (Artificial Intellegence) dimana mesin diberikan kontrol untuk mengambil keputusan mana yang lebih bermoral pada berbagai kondisi yang terjadi.

The trolley problem membuat kita Berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dalam sebuah pilihan, apakah itu dibuat berdasarkan nilai moral tertentu atau lebih kepada hasil akhirnya, dan bagaimana kita mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-harisehari-hari. Apakah mengorbankan yang lebih sedikit untuk menyelamatkan yang lebih banyak adalah sesuatu yang lebih bermoral? Atau hanya sebuah kebenaran belakang? Maka tak heran bawa moral sering digunakan sebagai alat oleh penguasa dan segelintir orang-orang untuk membenarkan perang, menjelakan etnis tertentu, diskriminasi minoritas, pengrusakan lingkungan, industialisasi, dan lain sebagainya, hanya dengan alasan demi perdamaian dunia, dan kepentingan umum, demi kepentingan kelompok yang lebih besar, demi masa depan yang lebih cerah, atau terdapat 90% orang berpikir demikian tak mengapa mengorbankan yang lebih sedikit untuk yang lebih besar , lantas semua itu seolah menjadi lebih benar dan lebih bermoral.
Nama: Selvia Nur Saqinah
Npm: 2213053193
Kelas: 3G
Prodi: PGSD

Nama jurnal: Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora
Volume : 1
Nomer : 1
Halaman : 90-105
Tahun terbit : 2010
Judul jurnal : MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA
DI KALANGAN REMAJA
Nama penulis: H. Wanto Rivaie

ABSTRAK
Munculnya berbagai kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan penggunaan obat terlarang narkoba dan semacamnya, merupakan pelarian dari suasana mental remaja yang bersifat keriminal. Untuk itu
upaya pendidikan perlu perlakuan yang menitik beratkan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.

PENDAHULUAN
Generasi yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia adalah generasi yang kelak
mampu mempertanggung jawabkan perbuatan, tindakan dan perilaku sekecil apapun, harus dapat dipertanggung jawabkan baik terhadap Tuhan, dirinya sendiri dan kepada masyarakat luas. Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan manakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus
dan konsisten disertai keteladanan orang tua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita, masyarakat dan bangsa Indonesia ini, agar kelak tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam
UU Sisdiknas 2003 dapat tercapai dengan baik tanpa upaya tersebut maka pembinanaan generasi muda yang bertanggung jawab dan akhlaq mulia
hanya sebagai buah bibir dan isapan Jempol belaka.

PEMBAHASAN
-Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa

Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. Nilai-nilai hubungan antar manusia seyogyanya seperti tersebut pada soal ini, dan untuk menjawabnya, terkait dengan
kedudukan manusia sebagai makhluk Sosial, dan sekaligus sebagai makhluk individual seperti yang dinyatakan Prof . Dr. H. Nursid S, dalam bukunya (2008, 31-44) bahwa manusia baru dapat dikatakan manusia yang sebenarnya, bila ada di dalam masyarakat. Dari sini muncul pentingnya peran penting keluarga dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa. Di dalam keluarga mulai ditanamkan nilai-nilai keimanan, nilai-nilai, dan etika pergaulan. Sebelum Sekolah Dasar bagi yang tergolong keluarga mampu dan modern anaknya dititipkan ke preschool (play group dan TK).

-Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern

Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh
tradisi kehidupan masyarakat atau oleh
usaha yang terprogram,direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern. Namun demikian sesederhana apapun
pembentukan jati diri generasi muda tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan. Jati diri seseorang akan terbangun manakala seseorang dapat membedakan dirinya dengan makhluk lain, khususnya manusia lainnya yang ada diluar dirinya dan menyadari tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya selaku manusia. Dengan
upaya yang serius dan terus menerus maka suatu saat akan dirasakan dan diketahui apa dan siapa diri kita masing-masing. Cara yang lain dapat dilakukan melalui refleksi diri jika kita bandingkan dengan makhluk hidup dan tak hidup. Refleksi dimensi asasi manusia akan lahir dari rasa kagum terhadap alam semesta dengan segala isinya, alam manusia dengan karya, cipta dan karsanya dan Sang Pencipta yang maha besar, akan dapat membuka cakrawala kekaguman

KESIMPULAN
Pembwntukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki
Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum
melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan
seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat
Indonesia.Ke depan ke tiga lingkungan
pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilainilai agama yang suci, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.
Nama: Selvia Nur Saqinah
Npm : 2213053193
Kelas :3G
Prodi : pgsd

Nama jurnal: JURNAL PEMIMPIN-PENGABDIAN MASYARAKAT ILMU PENDIDIKAN
Volume : 2
Nomer : 1
Halaman : 13-17
Tahun terbit : Edisi Januari 2022
Judul jurnal : PENERAPAN NILAI MORAL PANCASILA DALAM
MEWUJUDKAN GENERASI ANTI KORUPSI DI SD NEGERI OSILOA KUPANG TENGAH!
Nama penulis: Asti Yunita Benu, Agnes Maria Diana Rafael, dkk

ABSTRAK
Pendidikan moral pancasila sangatlah penting, dengan adanya metode sosialisasi yang diterapkan bagi anak sekolah dasar diharapkan dapat menumbuhkan nilai-nilai moral pancasila yang ditanam sejak dini. Dengan menanamkan nilai moral sejak dini dapat mencengah ajakan/dorongan negatif
untuk melalukan korupsi sejak dini. Penanaman nilai moral pancasila kepada
peserta didik dapat membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi
emas dalam mewujudkan budaya anti korupsi sejak dini.


PENDAHULUAN
moral pancasila adalah sikap bermasyarakat yang baik dimana harus dilakukan oleh masyarakat. Pendidikan Moral Pancasila merupakan pendidikan yang berupaya untuk menumbuh kembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidahkaidah dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsipprinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma yang mengikat kehidupan masyarakat, negara, dan bangsa. Sebagaimana nilai dan norma, moral pun dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau agama, moral filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan sebagainya. 

METODE
Metode yang digunakan adalah sosialisasi kepada siswa kelas III-V di SD Negeri Osiloa, tentang menanamkan sikap dan nilai kejujuran, nilai kedisiplinan, nilai tanggung jawab serta nilai keadilan.

PEMBAHASAN
Tujuan dari Penerapan Nilai Moral Pancasila Sejak Dini Dalam Mewujudkan Generasi Anti Korupsi di SD Negeri Osiloa Kupang Tengah ialah membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas dengan jiwa Pancasila yang baik guna menghadapi dinamika perubahan, menembangkan pendidikan nasional yang meletakan pendidikan moral Pancasila sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan keterlibatan publik yang di lakukan melalui
pendidikan jalur formal, nonformal dan informal, merevitalisasi dan memperkuat potensi pendidik, tenaga pendidikan, peserta didik ,masyarakat dan lingkungan keluarga. Nilai moral dan hukum mempunyai keterkaitan yang sangat erat sekali. Moralitas identik dengan perbuatan baik dan perbuatan buruk(etika) yang mana cara
pengukurannya adalah melalui nilai- nilai yang terkandung dalam perbuatan tersebut. Pada dasarnya nilai, moral, dan hukum mempunyai fungsi yaitu untuk melayani manusia. pertama, berfungsi mengingatkan manusia untuk melakukan kebaikan demi diri sendiri dan sesama sebagai bagian dari masyarakat

KESIMPULAN
Dari sosialisasi penerapan nilai moral pancasila dalam mewujudkan generasi anti korupsi di SD Negeri Osiloa Kupang
Tengah, dapat disimpulkan bahwa dengan menanamkan nilai moral sejak dini dapat mencengah ajakan/dorongan negatif
untuk melalukan korupsi sejak dini. Penanaman nilai moral pancasila kepada peserta didik dapat membangun dan
membekali peserta didik sebagai generasi emas dalam mewujudkan budaya anti korupsi sejak dini.

3G 2023 Pendidikan nilai dan moral -> Forum Analisis Video

SELVIA NUR SAQINAH 2213053193 གིས-
Nama: Selvia Nur Sakinah
Npm: 2213053193
Kelas: 3G
Prodi: PGSD

Nilai yang harus kita teladani dan kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari dari vidio tersebut yaitu berdasarkan pancasila.

- sila pertama tentunya bersyukur kepada Tuhan, melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut, berdoa terlebih dahulu ketika melakukan kegiatan contohnya seperti mau masuk kamar mandi kita sebaiknya berdoa terlebih dahulu, dan menghormati agama lain.

-sila ke dua: membantu orang yang sedang terkena musibah, tidak berperilaku kasar, menolong teman yang sedang kesulitan, dan bersikap sopan kepada orang tua
○sila ke tiga: menanamkan rasa cinta tanah air contohnya yaitu bangga menggunakan produk indonesia, mengikuti upacara bendera dengan tertib.

-sila keempat: menyampaikan pendapat, menerima hasil musyawarah dengan lapang dada, musyawarah pemilihan ketua kelas, menghargai pendapat orang lain.

-sila ke lima: tidak berbuat curang dengan orang lain, menghargai hasil karya orang lain, bergotong royong ketika membersihkan kelas,

Lalu menurut saya agar seseoarang dapat meneladani dan menerapkan nilai nilai tersebut, apa lagi saat ini era modern yang sangat terasa sudah terkikisnya nilai, moral, etika dilingkungan generasi muda yaitu yang paling utama menanamkan dalam diri sendiri untuk menerapkan nilai-nilai pancasila serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga seseorang tersebut dapat terbiasa untuk meneladani dan menjalankan nilai-nilai tersebut.
Nama: Selvia Nur Saqinah
Npm: 2213053193
Kelas: 3G
Prodi: PGSD

Nama jurnal: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha
volume: 9
Nomer: 3
Halaman: 710-724
Tahun terbit: September, 2021
Judul Jurnal: PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM SISTEM KURIKULUM PENDIDIKAN DI ACEH
Nama penulis: Iwan Fajri , Rahmat , Dadang Sundawa3, Mohd Zailani Mohd Yusoff

Isi jurnal

Aceh dalam proses penyelenggaraan nya selain berpedoman dengan peraturan yang dikeluarkan oleh pusat juga berpedoman pada qanun yang ada di provinsi Aceh.
Dasar qanun tersebut adalah pelaksanaan pendidikan Islam di sekolah di Provinsi Aceh, dapat terlaksana secara ideal. Penyelenggaraan pendidikan Islam berpedoman pada ketentuan Qanun Aceh Nomor 9 Tahun 2015 perubahan atas Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, dan Pasal 1 ayat 21 adalah pendidikan yang didasarkan atau dijiwai dengan ajaran Islam. Dengan dasar tersebut satuan pendidikan yang ada di provinsi Aceh menyelenggarakan pendidikan berdasarkan ajaran islam. pembinaan dan pengembangan potensi peserta didik dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang relevan dengan syariat Islam dan budaya Aceh.
Pelaksanaan pendidikan di Sekolah di Aceh secara keseluruhan sudah Islami, dengan indikator sistem pengelolaan madrasah memiliki nilai transparansi, akuntabilitas, pendekatan keteladanan, pengembangan budaya berorientasi islami dan penerapan kurikulum islami sebagaimana diatur dalam qanun. Pendidikan nilai dan moral di satuan pendidikan di Aceh diselenggarakan selain sesuai dengan pendidikan nasional, juga mengacu pada penerapan melalui kurikulum islami yang berpedoman sesuai dengan qanun pendidikan di Aceh. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di Aceh berbasis dan berorientasi kepada budaya islami yang berbasis syariat islam di Aceh.