Posts made by Santika Tri Adelia Putri 2213053055

Nama : Santika Tri Adelia Putri
NPM : 2213052055
Kelas : 3F

Analisis video 2
Degradasi Moral Pelajar Jaman Modern - Opini

Menurut Komisioner KPAI Bidang Pendidikan yaitu ibu Retno Listyarti, kekerasan di Indonesia cukup tinggi baik yang dilakukan oleh anak maupun anak sebagai korban. Menurut data sejak tahun 2014 kekerasan di Indonesia meningkat akan tetapi di tahun 2017 kekerasan yang terjadi sudah penurunan. Menanggapi kasus yang terjadi bahwa apa yang dilakukan anak sebenarnya tidak berdiri sendiri artinya pasti ada sebab dan akibat yang menyebabkan anak bertindak seperti itu. Menurut KPAI poin yang dapat diambil adalah :
1. Kita harus melihat pola pengasuhan anak di rumah karena sikap dan prilaku anak tidak terbentuk secara tiba-tiba akan tetapi melalui proses yang panjang.
2. Bagimana guru melalukan pengelolaan kelas dalam menghadapi anak.
3. Apapun masalah yang ada tidak boleh ditindak dengan kekerasan baik yang dilakukan oleh siswa maupun guru.

Menurut Praktisi Pendidikan yaitu ibu Dr. itje Chodidjah, MA menjelaskan bahwa sebenarnya sebelum menjadi guru harus memenuhi kelengkapan yang utama seperti yang sudah diatur dalam undang-undang bahwa seorang guru harus memiliki 4 standar kompetensi utama yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi pedagogik. Akan tetapi pada kenyaataannya keempat kompetensi ini belum dilaksanakan secara holistik. Selain itu, seorang guru juga harus memahami ragam kepribadian anak dan cara menangani anak dengan ragam yang berbeda. Pembekalan guru juga masih terlalu didominasi oleh pembekalan knowlage, sedangkan penguatan yang bersifat keterampilan dan pembenahan prilaku belum menjadi fokus utama.

Menurut psikolog yaitu Ibu Vero Adesla menjelaskan bahwa seorang anak akan bertumbuh sesuai dengan level tingkat kognisi yaitu kemampuan untuk menalar dan berfikir "apakah aksi itu berlanjut pada konsekuensi tertentu", akan tetapi apabila seorang anak tidak mampu mengelola emosi ketika dia marah ataupun benci maka seorang anak anak muncul implus yang mendorong anak untuk bereaksi seketika tanpa memikirkan akibatnya. Jadi, kemampuan untuk mengelola emosi harus dilatih kepada anak-anak. Selain itu, level toleransi terhadap stres dan frustasi yang saat ini semakin turun. Contohnya terlalu banyaknya informasi yang diserap dalam satu waktu dimana informasi itu belum tentu penting sehingga level terhadap stres akan semakin tinggi sedangkan level mengelola emosi.
Nama : Santika Tri Adelia Putri
Kelas : 3F
NPM : 2213053055

Analisis jurnal 2
PERKEMBANGAN MORAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN TEORI KOHLBERG

Teori Kohlberg dikenal sebagai teori yang mengukur tingkatan moral seseorang. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa untuk menemukan tahap kepatutan moral seseorang, Kohlberg telah menyusun instrumen penelitian guna menggolongkan proses penalaran orang tersebut dalam mengatasi dilema moral. Bukan hanya hal itu Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku moral, artinya apa yang dilakukan oleh seorang indivdu tidak menjadi pusat pengamatannya. Mengamati tingkah laku tidak menunjukan banyak mengenai kematangan moral. Menurut penelitian Kohlberg menunjukan bahwa bila penalaran-penalaran yang diajukan oleh seseorang mengapa ia mempunyai pertimbangan moral tertentu atau melakukan tindakan tertentu diperhatikan, maka akan tampak jelas adanya perbedaan-perbedaan yang berarti dalam pendangan moral orang tersebut.

Jurnal tersebut juga menjelaskan bahwa perkembangan Moral menurut teori Kohlberg dibagi menjadi 3 level, yang masing-masing level dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut: Level 1. Moralitas Prakonvensional, level 2. Moralitas Konvensional, dan level 3. Moralitas Pasca-konvensional. Dari teori perkembangan moral Kohlberg, anak-anak usia 11-12 tahun memang masih berada pada tahap pra konvensional tahap 1⁄2 yang dominan diikuti tahap 2 dan 2/3, yang cenderung ingin melakukan sesuatu karena takut dihukum.
Nama : Santika Tri Adelia Putri
NPM : 2213053055
Kelas : 3F

Analisis jurnal 1
PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL

Dari jurnal diatas dijelaskan tentang isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, India, Malaysia dan Cina.

• Indonesia
Di dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa pendidikan nilai di Indonesia masih dikatakan belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Hal ini karena pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.
• India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Adapun ruang lingkup pendidikan nilai meliputi pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah, tingkat dasar program lebih dititik beratkan pada pengindentikasian nilai-nilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat, pengembangan konseling melalui pendekatan agama, dan program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru.
• Malaysia
Pendidikan nilai di malaysia dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Meskipun pendidikan nilai di Malaysia cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan formal, akan tetapi sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala.
• Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Walaupun se- kolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Dari pemaparan isu tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai memiliki persamaan dan perbedaan. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan tersebut selalu berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara.

Selain itu juga dijelaskan bahwa Pendidikan nilai moral adalah pen- didikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Pendidikan nilai moral merupakan alternatif pemecahan masalah yang bersifat lokal, regional, nasional, dan internasional.
Nama : Santika Tri Adelia Putri
NPM : 2213053055
Kelas : 3F

Analisis video 2
Mirisnya Kekerasan Di lingkungan Sekolah

Masalah kekerasan di lingkungan sekolah memang menjadi hal yang perlu diperhatikan. Karena adalah hak anak untuk mendapat pengawasan menjadi terabaikan.

Adapun beberapa data tercatat tentang kekerasaan anak yang dilakukan teman sebaya, diantaranya :
1. Pada September 2015, di SD Negeri Kebayoran Lema, Jakarta. Siswi kelas dua SD meninggal dunia setelah berkelahi dengan teman sekelasnya di lingkungan sekolah. Permasalahan yang diduga awalnya adalah karena perkelahiaan mulut.
2. Pada Agustus 2017, lokasi di Sukabumi, Jawa Barat siswa kelas dua SD meninggal dunia setalah berkelahi di halaman sekolah. Dugaan dari permasalahan tersebut karena adalah dirundung dan dilempar minuman beku.
3. Pada November 2017, di SD Negeri, Kabupaten Bandung terjadi duel antar dua siswa kelas lima SD saat perlombaan senam hari guru. Dugaan permasalahan yang terjadi adalah pelaku terganggu korban yang menyalakan motor bising.

Melihat fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya pengawasan terhadap anak di lingkungan sekolah oleh warga sekolah dan guru, selain itu pengawasan dan pengarahan orang tua di lingkungan keluarga dalam setiap perkembangan nilai-nilai etika, sikap dan moral pada anak. Selain itu, Penyaringan konten negarif dari media sosial juga diperlukan karena bisa jadi anak mengalami permasalahan yang disebabkan oleh penyalahgunaan sosial media. Ada juga penyebab dari kekerasan yang terjadi adalah karena bullying. Tindakan bullying yang dilakukan disekolah dapat merusak mental anak bahkan dapat membut anak depresi. Untuk itu, harus adanya pengawasan yang ekstra terhadap anak baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga dan penanaman pendidikan moral sejak dini.
Nama : Santika Tri Adelia Putri
NPM : 2213053055
Kelas : 3F

Analisis video 1
Apakah Motal? - The Trolley Problem

Sekenario 1 yaitu permasalahan tentang adanya rel kereta yang melaju lurus dan di depannya terdapat lima orang yang terikat di rel yang tidak bisa terlepas sedangkan jika berbelok akan ada satu orang yang di tali di rel kereta maka hal yang dilakukan menurut pendapat saya adalah menarik tuas kereta agar berbelok dan menabrak satu orang daripada harus menabrak orang sekaligus.

Sekenario kedua yaitu terdapat kasus dimana ada 2 orang berada diatas jembatan dengan 1 orang berbadan kurus dan 1 orang dihadapannya berbadan besar. Di mana di depanmu, ada satu orang yang dapat kamu dorong ke rel kereta untuk menghentikan kereta dan menyelamatkan lima orang yang ada di jalur depan. Untuk itu hal yang perlu dilakukan adalah tetap melaju dibandingkan menjatuhkan 1 orang.

The trolley problem merupakan sebuah sekenario moralitas. Philippa Foot mengajukan sebuah eksperimen yang kemudian dikenal dengan trolley problem pada tahun 1967. Eksperimental dari pertanyaan tersebut sengaja di adaptasi untuk memahami konteks moral dalam berbagai kondisi seperti perang, penyiksaan, drone, aborsi, dan eutanasia. Studi ini menjadi semakin penting dalam perkembangan AL di mana mesin diberikan kontrol untuk mengambil keputusan mana yang lebih bermoral pada berbagai kondisi. The troll problem membuat semua kita semakin berfikir tentang konsekuensi dari sebuah pilihan.

Apakah mengorbankan yang lebih sedikit untuk menyelamatkan nya lebih banyak adalah sesuatu yang lebih bermoral? atau hanya sebuah pembenaran belaka? Pembelajaran orang seperti ini adalah sebuah doktrin bahwa harus ada yang dikorbankan demi kepentingan yang lebih besar. Jadi tidak heran jika moral sering digunakan sebagai alat penguasa dan segelintir orang untuk membenarkan perang, memberangus etnis tertentu, genocide, diskriminasi minoritas, pengerusakan lingkungan, dan industrialisasi dengan alasan demi perdamaian dunia, demi kepentingan umum, demi kelompok yang lebih besar, dan demi masa depan yang lebih cerah atau karena pemikiran 90% orang yaitu tak mengapa mengorbankan yang sedikit untuk yang lebih besar.

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa setiap sebuah keputusan yang diambil pasti akan ada konsekuensi nya.