Posts made by Santika Tri Adelia Putri 2213053055

Nama : Santika Tri Adelia Putri
NPM : 2213053055
Kelas : 3F

Analisis video 1
Peran pendidik SD dalam menanamkan pendidikan nilai dan moral melalui PPKN

Dalam video tersebut dijelaskan bahwa kesadaran nilai moral mengarahkan anak untuk mampu membuat pertimbangan secara matang atas perlakuan dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun masyarakat.
Apabila seseorang tidak dibekali oleh pendidikan moral maka akan terjadi masalah moral. Pendidikan moral dianggap sangat penting disosialisasikan kepada peserta didik demi kemajuan bangsa, karena kepribadian dan karakter peserta didik yang baik akan membantu generasi masa depan yang cerah.
Beberapa hal yang perlu diketahui tentang pentingnya PPKN dalam Pendidikan Nilai dan Moral :
1. Pembangunan watak dan karakter.
2. Wahana sosial Pedagogis pencerdasan kehidupan bangsa.
3. Acuan penerapan keberhasilan pendidikan moral di sekolah.
4. Jembatan untuk menuju pendidikan moral yang baik dan luhur.
5. Pendidikan kewarganegaaraan diharapkan dapat membantu peserta didik untuk dapat meningkatkan pengetahuan serta untuk mengetahui tentang pentingnya nilai dan moral.
Adapun peran pendidik menanamkan pentingnya pendidikan nilai moral melalui PPKN
1. Indoktrinasi : pendekatan ini akan membantu peserta didik untuk tumbuh menjadi dewasa untuk peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai disiplin sejak dini melalui interaksi antara guru dan siswa.
2. Klarifikasi nilai : dengan pendekatan ini secara tidak langsung guru menyampaikan kepada peserta didik mengenai benar atau salah, baik atau buruk namun siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan dan menyatakan nilai-nilai dengan caranya sendiri.
3. Teladan atau contoh : anak anak memiliki kemampuan yang mengajak untuk meniru, Oleh karena itu seorang guru ndaknya memberikan contoh dan teladan yang baik kepada peserta didik.
4. Pembiasaan dalam berprilaku : dembiasaan untuk peserta didik dapat dilakukan dengan cara seperti sebelum dan sesudah memulai pelajaran hendaknya berdoa terlebih dahulu.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan :
1. Memberikan pengertian, pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila.
2. Menanamkan nilai nilai moral Pancasila ke dalam diri anak didik.
3. Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila.
4 menggugah kesadaran anak didik sebagai warga negara dan warga.
5. Memberikan motivasi agar dalam setiap tingkah laku bertindak dan berperilaku harus sesuai Pancasila.
6. Mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga negara dan warga masyarakat Indonesia yang baik.
7. Pembangunan watak dan karakter.
Nama : Santika Tri Adelia Putri
NPM : 2213053055
Kelas : 3F

Analisis jurnal 1
PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH

Jurnal tersebut menjelaskan bahwa sekolah adalah tempat publik bagi peserta didik untuk dapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya. Sekolah bukan sebagai perluasan tempat kerja atau sebagai lembaga garis depan dalam pertempuran pasar internasional dan kompetisi asing, sekolah sebagai ruang publik yang demokratis dibangun untuk
membentuk siswa dapat mengajukan pertanyaan kritis, menghargai dialog yang bermakna dan menjadi agensi kemanusiaan. Peserta didik belajar wacana tentang organisasi umum dan tanggung jawab sosial. Dalam konteks inilah, guru berfungsi untuk mewujudkan peserta didik agar menjadi warga negara yang aktif dalam masyarakat yang demokratis. Hal tersebut juga diamanatkan di dalam tujuan pendidikan berdasarkan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pada intinya materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar untuk menjadi orang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan. Pendidikan moral pada masa sekarang menghadapi berbagai tantangan seiring dengan kemajuan zaman yang ditandai oleh keterbukaan informasi dan kecanggihan teknologi. Schools juga mengidentifikasi bahwa “nilai-nilai inti” bagi sekolah mereka (sekolah dasar), yaitu: keramahan, kejujuran, tanggung jawab, warga negara yang bertanggung jawab, toleransi, patriotisme, dan belas kasih.

Selain itu juga dijelaskan tentang tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Maka, evaluasi pendidikan nilai juga mencakup tiga ranah tersebut. berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku. Evaluasi pendidikan moral sebenarnya yang terakhir dan sangat penting adalah perilaku. Perilaku moral sangat sulit untuk dievaluasi. Perilaku moral hanya mungkin dievaluasi secara akurat dengan melakukan observasi (pengamatan) dalam jangka waktu yang relatif lama dan secara terus-menerus.
Nama : Santika Tri Adelia Putri
NPM : 2213053055
Kelas : 3F

Analisis jurnal 2
PENDEKATAN PENDIDIKAN NILAI SECARA KOMPREHENSIF SEBAGAI SUATU ALTERNATIF PEMBENTUKAN AKHLAK BANGSA

Dari jurnal tersebut dijelaskan bahwa pendekatan pendidikan nilai dan moral yang dahulu dianggap cukup efektif. Pada generasi masa lalu pendidikan moral yang bersifat indoktrinatif sudah cukup memadahi untuk membendung terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma- norma kemasyarakatan. Sebagai gantinya diperlukan pendekatan pendidikan nilai dan moral yang memungkinkan subjek didik mampu mengambil keputusan secara mandiri dalmn memilih nilai-nilai yang saling bertentangan, seperti yang terjadi pada kehidupan sait ini. Untuk itu, penggunaan model pendekatan komprehensif, yang diharapkan dapat memberikan pemecahan masalah yang secara relatiflebih tuntas. Istilah komprehensif yang digunakan dalam pendidikan nilai Inencakup berbagai aspek.

Selain itu, pendidikan menekankan segi akademik, yang sangat esensial ialah pemberian pendidikan mengenai kewajiban warga negara dan nilai-nilai moral, serta sifat-sifat yang dianggap baik oleh kebanyakan orang tua, pendidik, dan anggota masyarakat seeara keseluruhan. Yang sangat penting juga ialah kita perlu mengajarkan keterampilan: mengatasi masalah, berpikir kritis dan kreatif, dan membuat keputusan sendiri dengan penuh rasa tanggung jawab, kepada generasi muda. Tanpa itu semua sistem pendidikan tidaklah berharga dalam masyarakat yang demokratis dan dalam dunia yang senantiasa berubah. Apabila dilihat dari substansinya, ada empat pendekatan yang dianggap gerakan utama dalam bidang pendidikan nilai yang komprehensif, yaitu realisasi nilai, pendidikan watak, pendidikan kewaganegaraan, dan pendidikan moral. Keempat jenis substansi tersebut patut di pertimbangkan dalam melaksanakan pendidikan nilai dan moral di Indonesia. Bagian-bagian yang dianggap relevan dapat di integrasikan kedalam program Pendidikan Agama dan Pendidikan Moral Pancasila Khususnya mengenai. pendidikan kewarganegaraan, tennasuk didalamnya pemabaman dan penghargaan terhadap sitem demokrasi, ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan bekerja sama dan ketrampilan mengatasi konflik.
Pendidikan dan moral yang terlalu berfokus pada pengembangan kognitif tingkat rendah perlu dilengkapi dengan pengembangan kognitif tingkat tinggi sampai subyek didik memiliki ketrampilan membuat keputusan moral yang tepat secara mandiri memiliki komitmen yang tinggi untuk bertindak selaras dengan keputusan moral tersebut, memilki kebiasaan (habit) untuk melakukan tindakan bermoral.

Ada juga penjelasan tentang penalaran moral. Dimana penalaran moral merupakan proses intelektual. Banyak orang yang berpendapat bahwa moralitas yang sebenarnya lebih banyak berasal dari perasaan dari pada pikiran. Ajaran "mencintai tetangga" yang muncul dalam setiap Agama besar di dunia ini, bukanlah suatu putusan intelektual tetapi keputusan berdasarkan pertimbangan perasaan atau bati nurani. Oleh karena itu pendekatan- pendekatan lain dalmp pendidikan moral menekan kan teknik-teknik yang didesain untuk meningkatkan rasa kasihan dan mengutamakan kepentingan orang lain. "latihan empati" banyak digunakan untuk menolong murid-murid memahami dan menghargai perasaan orang lain. Pendidikan nilai dan moral juga hendaknya dapat mengembangkan subjek didik secara holistik, yang mencakup pengembangkan kecerdasan intelektual, emosional, dan spritual, pendekatan pendidikan nilai dan moral yang masih bemuansa indoktrinasi periu diinovasi dengan pendekatan komprehensif yang meliputi : inculcating, menanamkan niIai dan moralitas, meneladakan nilai dan moralitas, facilitating 'memudahkan' perkembangan nilai dan moral, dan skill development 'pengembangan ketrampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tenteram dan kebidupan sosial yang .konstruktif, berbagai manifestasi kekuatan iman setiap' warganegara indonesia.
Nama : Santika Tri Adelia Putri
NPM : 2213053055
Kelas : 3F

Analisis Video 1
6 Tahap Perkembangan Moral Menurut Kohlberg

Lowrence Kohlberg melakukan penelitian di Amerika dan kemudian menjadi pondasinya untuk merumuskan tahap perkembangan moral. Menurut Khohlberg perkembangan moral dibagi menjadi tiga level di mana setiap level memiliki dua.
1. Level pertama Pra-Konvensional yang terdiri dari tahap satu yaitu menghindari hukuman pada tahap ini seseorang memiliki alasan untuk bertindak atau tidak bertindak sesuatu karena untuk menghindari hukuman, contohnya adalah ketika seseorang tidak menerobos lampu merah saat berkendara di jalan raya semata-mata agar tidak terkena tilang dan tahap dua yaitu keuntungan dan minat pribadi pada tahap ini tindakan dilakukan dengan memperhitungkan apa yang akan didapat oleh nya.
2. Level kedua Konvensional yang terdiri dari tahap ketiga menjaga sikap dan orang baik pada tahap ini seseorang memikirkan bagaimana kesepakatan sosial yang ada dan pendapat orang lain terhadapnya dan tahap keempat yaitu memelihara peraturan pada tahap ini jika peraturan tidak ada yang mematuhi maka keadaan akan menjadi kacau karena peraturan harus dipatuhi.
3. Level ketiga Pasca-Konvensional Yang terdiri dari tahap kelima orientasi kontrak sosial pada tahap ini setiap orang menyadari bahwa orang memiliki latar belakang dan situasi berbeda tidak ada yang absolut atau pasti ketika melihat sebuah kasus untuk itu hak-hak individu harus dilihat bersamaan dengan hukum yang ada dan tahap ke enam yaitu prinsip etika universal pada tahap ini menggambarkan prinsip internal seseorang di mana seseorang akan melakukan hal yang dianggapnya benar walaupun bertentangan dengan hukum yang ada.

Kohlberg juga menggunakan cerita dilema dalam penelitiannya salah satunya adalah dilema heinz.