Posts made by Bunga Amanda Sastra Ayu Pitaloka

Nama: Bunga Amanda Sastra Ayu Pitaloka
Npm: 2213053034

analisis vidio
“ Mirisnya Kekerasan Dilingkungan Sekolah “

Hanya karena hal sepele nyawa seorang anak bisa menghilang ditangan temanya sendiri yang lebih miris hal ini terjadi dilingkungan sekolah sendiri. Hak anak untuk mendapatkan pengawasan pun terabaikan seperti vidio anak anak sedang duel kembali menggegerkan dunia pendidikan lalu ada juga kasus penganiayaan anak yang dilakukan oleh teman sebayanya.
Seperti Bulan September tahun 2015,
Siswa kelas 2 Sd meninggal dunia setelah berkelahi dengan teman sekelasnya dilingkungan sekolah.
Dugaannya yaitu Perkelahian Mulut.
Ini menjadi catatan untuk kita juga bagaimana lingkungan yang seharusnya menjadi tempat kedua anak anak itu bisa mendapatkan pendidikan dan juga perlindungan justru menyebabkan korban jiwa.
Kita tentu saja harus coba menelusuri sebab penyebab dan bagaimana akhirnya sekolah bisa lepas memantau anak anak tersebut. Tetapi anak anak ini masi dibawah umur , usianya kalo dibawah umur dari 12-18 tahun tentu ada hak dan kewajiban orang tua juga untuk melakukan pembinaan terhadap anaknya.
Nama: Bunga Amanda Sastra Ayu Pitaloka
Npm: 2213053034

Analisis Vidio
“ THE TROLLEY PROBLEM “

vidio ini mengajak kita untuk menghadapi sebuah persoalan dilematis tentang moralitas. Dengan pertanyaan filosofis dari trolley problem yang klasik.
vidio ini juga akan membuat kita berpikir untuk mendefinisikan kembali moralitas dari perspektif yang berbeda.
pada persoalan pertama:
pada suatu hari kita berada didalam situasi genting dikereta yang sedang bergerak kencang, didepan kereta ada 5 orang yang terikat di rel dan tidak bisa bergerak. Jika kereta menabrak 5 orang tersebut maka kelimanya akan meninggal dunia. Lalu kabar baiknya terdapat cabang perlintasan yang dapat membuat kereta berbelok hanya dengan menarik tuas yang ada diruang kemudi tersebut. Tetapi masalahnya saat kita menatap ke arah lintasan tersebut ada satu orang juga yang terikat di rel dan tidak bisa bergerak. Dan kita tidak tahu cara menghentikan kereta, satu satunya cara yang bisa kita lakukan yaitu menarik tuas dan membuat kereta berbelok. Tetapi jika kita membiarkan kereta pada posisinya maka kereta akan terus meluncur dan membunuh 5 orang tetapi jika kita memutuskan untuk berbelok maka kereta akan menabrak 1 orang.
dari persoalan tersebut banyak yang memilih untuk berbelok dan hanya 1 orang yang terbunuh ketimbang 5 orang yang terbunuh.
Prinsip moralnya: lebih baik menyelamatkan 5 orang daripada hanya 1 orang.
Tetapi apakah dengan merelakan 1 orang terbunuh demi menyelamatkan 5 orang adalah pilihan moral yang lebih baik?
Pada persoalan kedua:
Sebuah kereta bergerak cepat menuju 5 orang yang terikat direl kali ini hanya ada satu lintasan saja. Disini kamu berada diatas jembatan bukan didalem kereta lalu didepan kamu ada seseorang yang bertubuh sangat besar. Saat melihat kereta meluncur kamu tahu jika kamu mendorong orang bertubuh besar itu maka bobotnya dapat memberhentikan kereta sehingga 5 orang terselamatkan dan orang bertubuh besar meninggal dunia, tetapi jika kamu tidak mendorong orang trsebut maka 5 orang tersebut yang meninggal dunia.
Pada persoalan kedua ini banyak yang memilih untuk tidak mendorong orang tersebut maka 5 orang yang meninggal dunia.
Mengapa mereka memilih untuk tidak mendorong orang tersebut karena pada skenario ini terjadi perbuatan aktif. Tetapi mereka juga lupa jika menarik tuas untuk membelokan kereta juga merupakan perbuatan aktif. Dari sinilah moralitas menjadi sebuah dilema.
Philippa Food kembali ke tahun 1967 silam foot mengajukan sebuah eksperimen yang kemudian dikenal sebagai TROLLEY PROBLEM. Eksperimental dari pertanyaan yang kita mainkan tadi untuk memahami konteks moral dalam berbagai kondisi, seperti:
Perang, penyiksaan, drone, aborsi dan eutanasia. Studi ini menjadi sangat penting saat perkembangan AI (Artificial Intelligence) , Machine Learning dimana mesin diberikan kontrol untuk mengambil keputusan mana yang lebih bermoral pada berbagai kondisi yang terjadi. The Trolley Problem membuat kita berpikir lebih jauh tentang konsekuensi dari sebuah pilihan.
Nama: Bunga Amanda Sastra Ayu Pitaloka
Npm: 2213053034

Analisis Jurnal 2
“Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia di Kalangan Remaja”

• Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa.
Nilai-nilai hubungan antar warga bangsa dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera. Nilai-nilai hubungan antar manusia terkait dengan kedudukan manusia sebagai makhluk Sosial, dan sekaligus sebagai makhluk individual.

• Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern.
Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, dalam membina kepribadian sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007,184-185).

• Diperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru, Dosen, Tokoh Masayarakat Formal/Non Formal).
Tokoh pendidikan Nasional menyatakan ada tiga pusat lingkungan pendidikan/tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Di keluarga pendidikan dilakukan oleh orang tua, di sekolah oleh guru-guru, di masyarakat oleh tokoh-tokoh masyarakat atau para instruktur. Pendidikan dalam arti luas sangat berperan dalam upaya memanusiakan manusia yang memiliki jati diri yang khas dari seorang individu.

• Penciptaan Suasana Yang Kondusif Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan BertanggungJawab.
Menciptakan suasana pendidikan yang kondusif aktif, efektif, komunikatif perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil. Hal ini dilakukan agar tujuan tercapai. Melalui pendidikan arti luas maupun sempit, ketidakberdayaannya memerlukan bantuan orang lain.

• Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis.
Dengan landasan pendidikan agama yang dilakukan di keluarga, sekolah dan masyarakat dengan sebaik-baiknya, maka akan terbangun kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai moral yang termaktub dalam pancasila. Dan membangun peserta didik dan warga bangsa yang selalu menjunjung tinggi, dan menerapkan dalam hidup sehari-hari pola perilaku yang sesuai dengan agama yang dianutnya.

• Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia:
Ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial, istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).
Nama: Bunga Amanda Sastra Ayu Pitaloka
Npm: 2213053034

Analisis Jurnal 1
“PENERAPAN NILAI MORAL PANCASILA DALAM MEWUJUDKAN GENERASI ANTI KORUPSI DI SD NEGERI OSILOA KUPANG TENGAH”

Nilai Moral pancasila adalah suatu pedoman bagi masyarakat untuk bertindak hidup sebagaimana telah diatur dalam pancasila atau ideologi Indonesia, dengan kata lain moral pancasila adalah sikap bermasyarakat yang baik dimana harus dilakukan oleh masyarakat.
Pendidikan Moral Pancasila merupakan pendidikan yang berupaya untuk menumbuh kembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pengajarannya menitik beratkan pada penghayatan dan pengalaman butir-butir Pancasila (36 butir Pancasila) sebagaimana termuat dalam Tap MPR RI No. II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengalaman Pancasila atau Eka Prasetya Pancarya. Butir pancasila merupaan petunjuk-petunjuk nyata dan jelas wujud pengalaman Pancasila yakni sebagai berikut:
1. Pengalaman sila kesatu, Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
2. Pengalaman sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradap.
•  Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antar sesama manusia.
3. Pengalaman sila ketiga peraturan Indonesia.
• Cinta tanah air dan bangsa.
4. Pengalaman sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
• Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
5. Pengalaman sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
•  Menghormati hak-hak orang lain .
•  Suka memberi pertolongan kepada orang lain.

Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia.
moral dapat dibedakan seperti:
moral ketuhanan atau agama, moral filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan sebagainya. Nilai, norma, dan moral secara bersama mengatur kehidupan masyarakat dalam berbagai aspeknya.
Dengan menanamkan nilai moral sejak dini dapat mencengah ajakan/dorongan negatif untuk melalukan korupsi sejak dini. Penanaman nilai moral pancasila kepada peserta didik dapat membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas dalam mewujudkan budaya anti korupsi sejak dini.
Nama: Bunga Amanda Sastra Ayu Pitaloka
Npm: 2213053034

menganalisis vidio:
“Pengamalan Sila Pancasila Dalam Kehidupan”

Nilai-nilai yang harus kita teladani dalam kehidupan sehari-hari:
• Sila Pertama “Ketuhanan yang maha esa”
Sila Pertama mengajak kita untuk percaya kepada tuhan dan melaksanakan perintahnya.
Contohnya :
1. Bersyukur Kepada Tuhan.
2. Melaksanakan Ibadah sesuai dengan agama yang dianut.
3. Tidak memaksakan suatu agama kepada orang lain.
4. Berdoa Sebelum dan Sesudah Makan.
5. Menghormati Agama orang lain.

• Sila Kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Sila Kedua mengajak kita untuk bersikap saling mencintai sesama manusia.
contohnya :
1. Membantu Korban Bencana Alam.
2. Tidak Berbuat Kasar Kepada Orang Lain.
3. Membantu Adik Belajar.
4. Menolong Teman yang Kesulitan.
5. Bersikap Sopan Kepada Orang Tua.

• Sila Ketiga “Persatuan Indonesia”
Sila Ketiga mengajak kita untuk cinta terhadap Bangsa Indonesia.
Contohnya :
1. Mengikuti Upacara Bendera dengan tertib.
2. Mencintai dan Bangga menggunakan barang buatan Indonesia.
3. Bermain dengan Rukun.
4. Melestarikan Budaya Daerah.
5. Berteman tidak membeda-bedakan suku dan agama.

• Sila Keempat “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan”
Sila Keempat mengajak kita untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah.
Contohnya :
1. Menyampaikan Pendapat.
2. Berdiskusi/ Kerja Kelompok.
3. Menerima Hasil Musyawarah dengan lapang dada.
4. Saling Menghargai Pendapat.
5. Musyawarah dalam pemilihan ketua kelas.

• Sila Kelima “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Sila Kelima mengajak kita untuk bersikap adil terhadap sesama.
Contohnya :
1. Tidak berbuat curang kepada orang lain.
2. Menghargai hasil karya orang lain.
3. Tidak Boros dan Suka menabung.
4. Melaksanakan Hak dan Kewajiban secara seimbang.
5. Bergotong Royong membersihkan kelas.

Cara agar seseorang dapat meneladani dan menerapkan nilai nilai tersebut yaitu:
•Menanamkan Pendidikan Karakter.
•Pembinaan di Lingkup Sekolah.
•Perhatian di Lingkungan Keluarga.
•Menciptakan Lingkungan Pergaulan yang Kondusif.
•Penerapan Sanksi.
•Kesadaran Individu.