Posts made by Afanin Yuli Safitri 2213053020

Nama: Afanin Yuli Safitri
NPM: 2213053020
ANALISIS VIDEO 1
Judul Video: Pentingnya Pendidikan Nilai dan Moral

Kesadaran nilai moral berguna untuk mengarahkan anak supaya mampu membuat pertimbangan secara matang atas perilakunya dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun masyarakat. Pada saat ini, kesadaran moral dalam pendidikan masih kurang diperhatikan sehingga banyak kasus atau masalah terkait dengan kesadaran moral yang  memprihatinkan di dunia pendidikan. Jika seorang peserta didik tidak diajarkan pendidikan nilai dan juga moral mungkin akan terjadi masalah moral yaitu masalah yang saat ini sangat menyita perhatian terutama dari para pendidik, alim ulama pemuka masyarakat dan orangtua.

Pendidikan moral sangat penting disosialisasikan kepada peserta didik karena pendidikan sangat berarti bagi kemajuan sekolah, bangsa, dan negara.
Kepribadian dan karakter peserta didik yang baik akan membentuk Generasi masa depan yang cerah. Pentingnya mata pelajaran PPKN dalam penanaman pendidikan nilai dan moral:
1. Pembangunan Watak atau karakter
2. Secara makro PPKN merupakan Wahana sosial pedagogis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Acuan penerapan keberhasilan pendidikan nilai dan juga moral di sekolah
4. Jembatan untuk menjadi pendidikan nilai dan moral yang baik

Peran pendidik SD dalam menanamkan pendidikan nilai dan moral melalui mata pelajaran PPKN dapat menggunakan beberapa pendekatan supaya penanaman nilai Moral ini diterapkan dengan baik pada diri peserta didik.
1. Pendekatan indoktrinasi
Membantu peserta didik tumbuh menjadi dewasa dengan menanamkan nilai-nilai disiplin sejak dini melalui interaksi antara guru dan siswa.
2. Pendekatan klarifikasi nilai
Peserta didik diajak untuk mendiskusikan isu-isu moral, benar atau salah baik atau buruk tetapi siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan dan menyatakan nilai-nilai dengan caranya sendiri.
3. Memberi teladan atau contoh
Anak punya kemampuan menonjol dalam hal meniru, Oleh karena itu seorang guru sebaiknya dapat dijadikan teladan maupun contoh dalam bidang moral bagi peserta didik. 
4. Pembiasaan
Penanaman moral biasanya lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan, seperti berdoa sebelum dan sesudah belajar atau berdoa sebelum makan dan minum, dll.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
1. Memberikan pengertian pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila
2. Menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam diri peserta didik
3. Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila
4. Mendorong kesadaran peserta didik sebagai warga negara dan warga
5. Memberikan motivasi agar dalam setiap langkahnya bertindak dan berperilaku sesuai dengan nilai moral dan juga norma Pancasila
6.  Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warganegara dan jika warga masyarakat Indonesia yang baik.

Pendidikan moral ini dapat membentuk karakter kepribadian dan akan memiliki budi pekerti yang luhur Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan nilai dan juga moral karena yang disampaikan oleh mata pelajaran ini adalah nilai-nilai moral yang diperlukan oleh seorang warga negara dalam berkehidupan sebagai warga negara dan masyarakat 


Nama: Afanin Yuli Safitri
NPM: 2213053020
ANALISIS JURNAL 2

Judul Jurnal: PENDEKATAN PENDIDIKAN NILAI SECARA KOMPREHENSIF
SEBAGAI SUATU ALTERNATIF PEMBENTUKAN AKHLAK BANGSA
Penulis : Darmiyati Zuchdi
Tahun: 2001

Pencarian alternatif terbaik untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu diupayakan. Pendekatan pendidikan nilai yang seperti apakah yang dapat meningkatkan kualitas akhlak peserta didik, yang nantinya akan berdampak pada kualitas akhlak bangsa Indonesia.
Karena kondisi masa kini pendekatan
pendidikan nilai dan moral yang dulu
cukup efektif kini, tidak lagi sesuai untuk
membangun generasi sekarang dan yang
akan datang. Oleh karena alasan tadi, disarankan penggunaan model pendekatan komprehensif, yang diharapkan dapat memberikan pemecahan masalah yang secara relatif dan lebih tuntas.

Pendidikan nilai harus komprehensif, meliputi persalahan yang berkaitan dengan nilai-nilai yang bersifat pribadi sampai pertanyaan-pertanyaan yang mengenai etika secara umum. Metode pendidikan nilai juga memuat inkulkasi (penanaman) nilai, pemberian teladan, dan penyiapan generasi muda agar dapat mandiri dan bertanggung jawab. Pendidikan nilai hendaknya terjadi dalam keseluruhan proses pendidikan di kelas, ekstrakurikuler, bimbingan dan penyuluhan, dan semua aspek kehidupan. Orang tua, lembaga keagamaan, penegak hukum, polisi, organisasi kemasyrakatan, semua perlu berpartisipasi dalam pendidikan nilai.

Dilihat dari substansinya, ada empat pendekatan dalam bidang pendidikan nilai yang komprehensif, yaitu:
1. Realisasi nilai
Realisasi nilai adalah gerakan utama dalam bidang pendidikan nilai. Semua pendekatan untuk menolong individu menentukan, menyadari, mengimplementasikan, bertindak dan mencapai nilai-nilai yang mereka yakini dalam kehidupan temasuk pendekatan realisasi nilai.
2. Pendidikan watak
Tujuan pendidikan watak adalah mengajarkan nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Nilai-nilai ini juga digambarkan sebagai perilaku moral.
3. Pendidikan kewaganegaraan 
Aspek utama pendidikan kewarganegaraan meliputi pengetahuan
untuk menjadi warga negara yang baik, apresasi terhadap sitem demokrasi dan nilai kewarganegaraan, dan keterampilan berfikir kritis.
4. Pendidikan moral
Pendidikan moral mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketrampilan, dan
perilaku yang baik, jujur, dan penyayang
dapat dinyatakan dengan istilah "bemoral".
Tujuan utama pendidikan moral yaitu
menciptakan individu yang otonom, yang
memahami nilai-nilai moral dan memiliki
komitmen untuk bertindak konsisten dengan nilai-nilai tersebut.

Pendidikan nilai dan moral hendaknya dapat mengembangkan peserta didik secara holistik, mencakup pengembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spritual. Pendekatan pendidikan nilai dan moral yang masih benuansa indoktrinasi periu didorong dengan pendekatan komprehensif yang meliputi: inculcating menanamkan niIai dan moralitas, modeling 'meneladakan ' nilai dan moralitas, facilitating 'memudahkan' perkembangan nilai dan moral, dan skill development 'pengembangan ketrampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tenteram.

Nama: Afanin Yuli Safitri
NPM: 2213053020
ANALISIS JURNAL 1

Judul Jurnal: PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Penulis: Rukiyati
Nama jurnal: Jurnal Humanika
Nomor: No. 1
Tahun: September 2017

Pendidikan moral di sekolah perlu dilaksanakan secara bersungguh-sungguh untuk membangun generasi bangsa yang berkualitas. Pendidik utama di sekolah adalah guru. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa pendidik moral di sekolah tidak terbatas pada guru semata tetapi Keluarga, sekolah, dan masyarakat bersama-sama bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak muda agar bermoral baik sekaligus pintar secara intelektual sehingga terwujud generasi muda yang unggul. Karena guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula.

Materi pendidikan moral mencakup ajaran dan pengalaman belajar supaya menjadi orang bermoral berkaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010).

Metode pendidikan moral yang sesuai dengani inkulkasi atau penanaman nilai yaitu
1. Inkulkasi nilai
Cara inkulkasi nilai dimulai dengan mengidentifikasi secara jelas nilai-nilai apa yang diharapkan akan tertanam dalam diri subjek didik. Hasilnya adalah “nilai-nilai target” yang akan dicapai dalam program pendidikan moral.
2. Metode keteladanan
Orang tua dan guru adalah sosok yang harus memberikan teladan baik kepada peserta didik. Anak-anak lebih mudah meniru perilaku dari pada harus mengingat dan mengamalkan kata-kata yang diucapkan oleh orang tua dan guru.
3. Metode klarifikasi nilai
pendekatan klarifikasi nilai berupaya  membantu anak muda menjawab beberapa pertanyaan dan membangun sistem nilai sendiri.
4. Metode fasilitasi nilai
Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa supaya dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun berkelompok, seperti fasilitas beribadah berupa masjid dan mushola.
5. Metode keterampilan nilai moral
Keterampilan moral dalam diri peserta didik dapat diwujudkan dimulai dengan pembiasaan.

Evaluasi pendidikan moral dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Evaluasi pendidikan moral mencakup tiga ranah yaitu evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51). Ada pula pengukuran dengan skala sikap. Meskipun dinamakan skala sikap, karakteristik afektif yang dievaluasi dapat pula mencakup minat, motivasi, apresiasi, kesadaran akan harga diri dan nilai.

Komponen-komponen pendidikan moral di sekolah juga mencakup materi, variasi metode, dan evaluasi yang menyeluruh. Dengan memperhatikan komponen diatas, sekolah dengan guru dapat merancang pendidikan moral secara lebih komprehensif sehingga hasilnya dapat dicapai secara optimal, yaitu berkembangnya nilai-nilai moral dalam diri peserta didik sehingga mereka menjadi generasi muda yang berkualitas.
Nama: Afanin Yuli Safitri
NPM: 2213053020
Kelas: 3G
Prodi: PGSD

ANALISIS JURNAL 2

Judul Jurnal: PERKEMBANGAN MORAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN TEORI KOHLBERG
Penulis: Enung Hasanah
Tahun: September 2019
No/Vol: No. 2, Volume 6

Teori Kohlberg dikenal sebagai teori yang mengukur tingkatan moral seseorang. Teori Kohlberg membagi Perkembangan Moral menjadi 3 level: 
1. Moralitas Pra-konvensional
Tahap 1 - Ketaatan dan Hukuman.
Tahap 2 - Individualisme dan Pertukaran.
2. Moralitas Konvensional
Tahap 3 - Hubungan Interpersonal.
Tahap 4 - Menjaga Ketertiban Sosial.
3. Moralitas Pasca-konvensional.
Tahap 5 - Kontrak Sosial dan Hak Perorangan.
Tahap 6 - Prinsip Universal.
Berdasarkan teori Kohlberg, pada umumnya anak-anak yang berusia sekitar 10–13 tahun berada pada tahap pra-konvensional, meskipun juga ada orang-orang dewasa yang berhenti perkembangannya pada tahap tersebut.

Dari hasil penelitian, secara umum (90%) perkembangan moral para responden usia 11-12 tahun masih berada pada tingkat pra konvensional. Alasan yang mereka katakan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sejalan dengan yang dikatakan Kohlberg, dimana pada tingkatan ini, jika seorang anak mendengar bahwa sesuatu itu baik atau buruk, gambaran yang ada padanya berbeda sekali dengan yang ada pada orang dewasa. Anak pada tingkatan ini mempunyai pandangan yang sempit sekali tentang masyarakat. Tindakan hanya dinilainya dalam ukuran konsekuensi yang mungkin akan terjadi. (10%) responden memiliki tingkat perkembangan moral yang lebih tinggi dibanding teman-teman sebayanya dan menunjukan bahwa perkembangan moralnya sudah mencapai Tingkat 2 tahap 3. Anak-anak SD yang berusia 11-12 tahun secara umum termasuk dalam tahap pra konvensional tahap ½ yang dominan diikuti tahap 2, yang cenderung melakukan sesuatu kegiatan bukan karena membutuhkan hasil melainkan karena takut dihukum.