Posts made by Destia Rahmah Fitriani 2213053082

Nama : Destia Rahmah Fitriani
NPM : 2213053082
Kelas : 3F

Analisis Jurnal 1
"PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL"

Pendidikan nilai moral dari perspektif global adalah pendekatan untuk mengembangkan pemahaman, kesadaran, dan praktik nilai-nilai moral yang berlaku secara universal di seluruh dunia. Pendidikan nilai atau moral sebagai isu global di beberapa negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) menampakkan adanya perbedaan dan kesamaan. Perbedaan yang ada disebabkan oleh adanya perbedaan ideologi bangsa. Walaupun demikian, negara-negara itu memberikan penekanan pendidikan nilai moral pada nilai etik-moral; terutama dalam hal nilai-nilai yang bersifat asasi manusia, universal, dan global. Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.Penyelesaian permasalahan hidup yang dialami umat manusia tidak cukup dalam negeri sendiri, namun banyak hal yang penyelesaiannya dibutuhkan dukungan dan bantuan luar negeri, misalnya terorisme global, masalah ekonomi, dan masalah krisis multidimensional. Pendidikan nilai moral merupakan alternatif pemecahan masalah yang bersifat lokal, regional, nasional, dan internasional.

Berikut beberapa aspek penting dalam meninjau pendidikan nilai moral dari perspektif global :
1. Universalitas Nilai-Nilai Moral : Pendidikan nilai moral yang berorientasi global mengakui adanya nilai-nilai moral yang bersifat universal. Ini mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, empati, keadilan, dan tanggung jawab sosial yang diterima hampir di seluruh budaya dan masyarakat di seluruh dunia.
2. Toleransi dan Penghargaan Terhadap Perbedaan : Perspektif global mengajarkan toleransi terhadap perbedaan budaya, agama, dan pandangan moral. Ini penting karena nilai-nilai moral dapat berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya, dan pendidikan moral harus menghormati keragaman ini.
3. Hak Asasi Manusia : Pendidikan nilai moral di tingkat global sering kali menekankan pentingnya menghormati hak asasi manusia. Prinsip-prinsip dasar seperti martabat manusia, kebebasan, dan non-diskriminasi adalah bagian integral dari pendidikan nilai moral.
4. Etika Global : Etika global melibatkan pemahaman dan praktik prinsip-prinsip moral yang berlaku di seluruh dunia. Ini mencakup konsep-konsep seperti perdamaian, keberlanjutan, tanggung jawab sosial, dan keadilan global.
5. Pendidikan Antarbudaya : Dalam pendidikan nilai moral yang berorientasi global, penting untuk mempromosikan pembelajaran antarbudaya. Ini membantu individu untuk menghargai dan memahami berbagai budaya dan nilai-nilai moral dari berbagai bagian dunia.
6. Kerjasama Internasional : Perspektif global dalam pendidikan moral mendorong kerjasama internasional dalam mempromosikan nilai-nilai moral. Organisasi internasional dan lembaga pendidikan dapat berperan dalam mendukung inisiatif ini.
7. Tantangan Global : Pendidikan nilai moral yang berorientasi global juga harus mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim, kemiskinan, ketidaksetaraan, dan konflik. Ini melibatkan pembelajaran tentang tanggung jawab individu dan masyarakat dalam mengatasi masalah-masalah ini.
8. Peran Keluarga dan Sekolah : Keluarga dan lembaga pendidikan memiliki peran kunci dalam pendidikan nilai moral. Mereka harus bekerja sama untuk membentuk individu yang memiliki nilai-nilai moral yang kuat.

Pendidikan nilai moral dari perspektif global adalah upaya untuk membentuk individu yang tidak hanya memiliki nilai-nilai moral yang kuat sesuai dengan budaya mereka sendiri, tetapi juga memahami dan menghargai keragaman budaya dan memiliki kesadaran terhadap masalah-masalah global. Hal ini membantu menciptakan masyarakat yang lebih baik dan berkelanjutan di tingkat global.
Nama : Destia Rahmah Fitriani
NPM : 2213053082
Kelas : 3F

Analisis Video 2
"Degradasi Moral Pelajar Jaman Modern"

Degradasi moral pelajar zaman modern adalah fenomena di mana nilai-nilai moral tradisional cenderung terkikis atau terdegradasi dalam perilaku dan tindakan pelajar pada era kontemporer. Degradasi moral pelajar zaman modern sering dibicarakan dalam konteks pendidikan dan perkembangan sosial saat ini. Hal ini dapat diakibatkan oleh berbagai faktor dan dapat tercermin dalam berbagai perilaku yang dianggap tidak etis atau tidak sesuai dengan nilai-nilai moral yang diharapkan.

Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap degradasi moral pelajar zaman modern meliputi:
1. Pengaruh Media dan Teknologi : Pelajar modern sering terpapar pada konten media yang menggambarkan perilaku yang tidak etis, kekerasan, atau perbuatan tidak bermoral. Media sosial juga dapat memicu perilaku yang tidak pantas atau cyberbullying.
2. Kurangnya Pengawasan Orang Tua : Beberapa pelajar mungkin kurang mendapatkan pengawasan yang memadai dari orang tua mereka karena kesibukan, dan ini dapat menghasilkan perilaku yang tidak terkendali.
3. Tekanan Pendidikan yang Tinggi : Tekanan untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi dapat mendorong beberapa pelajar untuk menggunakan tindakan curang, seperti mencontek atau berbuat curang dalam ujian.
4. Pengaruh Teman Sebaya : Teman sebaya dapat memiliki pengaruh yang signifikan dalam pembentukan nilai dan perilaku pelajar. Jika teman sebaya terlibat dalam perilaku yang tidak etis, pelajar mungkin cenderung mengikuti.
5. Ketidaksetaraan Sosial dan Ekonomi : Ketidaksetaraan ekonomi dan akses terhadap pendidikan yang berkualitas dapat menciptakan frustrasi dan perasaan ketidakadilan, yang mungkin menyebabkan perilaku yang tidak moral.
6. Krisis Nilai : Beberapa pelajar mungkin mengalami krisis nilai di mana mereka meragukan atau bahkan menolak nilai-nilai moral yang diajarkan oleh masyarakat atau agama mereka.

Untuk mengatasi degradasi moral pelajar zaman modern, perlu adanya upaya dari berbagai pihak:
- Pendidikan Moral : Sekolah dapat memasukkan pendidikan moral yang kuat dalam kurikulum mereka untuk membantu pelajar memahami nilai-nilai moral yang benar dan penting.
- Pengawasan dan Bimbingan Orang Tua : Orang tua harus secara aktif terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka dan memberikan pengawasan dan bimbingan yang diperlukan.
- Peran Positif Model : Masyarakat dan tokoh-tokoh yang memiliki integritas moral yang tinggi dapat menjadi panutan bagi pelajar.
- Promosi Kepedulian Sosial : Membangun kesadaran sosial dan empati pada pelajar dapat membantu mereka lebih memahami konsekuensi sosial dari perilaku mereka.
- Penggunaan Teknologi yang Bijak : Orang tua dan pendidik harus mengajarkan pelajar cara menggunakan teknologi dan media sosial dengan bijak dan etis.
- Mengembangkan Lingkungan Aman : Menciptakan lingkungan di mana pelajar merasa aman untuk berbicara tentang masalah moral dan etika juga sangat penting.

Dalam mengatasi degradasi moral pelajar zaman modern, kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat sangatlah penting untuk membangun nilai-nilai moral yang kuat pada generasi muda. Bagaimanapun, penting untuk diingat bahwa tidak semua pelajar zaman modern mengalami degradasi moral, dan banyak dari mereka masih memegang nilai-nilai moral yang baik. Selain itu, ada upaya yang dapat dilakukan oleh keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk memperbaiki moral pelajar, termasuk dengan memberikan pendidikan moral yang kuat, mendukung lingkungan yang positif, dan mempromosikan nilai-nilai etika dan empati dalam kehidupan sehari-hari.
Nama : Destia Rahmah Fitriani
NPM : 2213053082
Kelas : 3F

Analisis Video 1
"6 TAHAP PERKEMBANGAN MORAL MENURUT KOHLBERG"

Lawrence Kohlberg adalah seorang psikolog yang dikenal karena teori perkembangan moralnya. Dia mengemukakan bahwa perkembangan moral individu melewati enam tahap yang dibagi menjadi tiga tingkatan. Berikut adalah enam tahap perkembangan moral menurut Kohlberg :

Tingkatan 1: Moralitas Prekonvensional
1. Tahap 1 - Orientasi Hukum dan Ketertiban : Pada tahap ini, individu mengikuti aturan dan norma yang ditetapkan oleh otoritas eksternal. Mereka tunduk pada hukum dan peraturan karena takut hukuman atau konsekuensi negatif.
2. Tahap 2 - Orientasi Manfaat Pribadi : Pada tahap ini, individu mulai mempertimbangkan keuntungan pribadi dalam mengambil keputusan moral. Mereka dapat bertindak sesuai aturan jika ada manfaat yang diharapkan bagi diri sendiri.

Tingkatan 2 : Moralitas Konvensional
3. Tahap 3 - Orientasi Persetujuan Sosial : Pada tahap ini, individu mulai mempertimbangkan pandangan dan ekspektasi orang lain dalam menilai tindakan moral. Mereka ingin diterima oleh kelompok sosial mereka dan melakukan apa yang dianggap baik oleh mayoritas.
4. Tahap 4 - Orientasi Hukum dan Tata Kelola Sosial : Pada tahap ini, individu mulai menghormati otoritas dan aturan yang ada dalam masyarakat. Mereka menghargai prinsip-prinsip hukum dan tatanan sosial yang berlaku.

Tingkatan 3 : Moralitas Postkonvensional
5. Tahap 5 - Orientasi Kontraktual dan Hak Asasi Manusia : Pada tahap ini, individu mulai mempertimbangkan prinsip-prinsip universal dan hak asasi manusia dalam mengambil keputusan moral. Mereka melihat hukum sebagai kontrak sosial yang dapat diperbaiki dan berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
6. Tahap 6 - Orientasi Prinsip Etika Universal : Pada tahap ini, individu mencapai tingkat tertinggi perkembangan moral. Mereka bertindak berdasarkan prinsip-prinsip etika universal dan nilai-nilai moral yang sangat tinggi, bahkan jika itu bertentangan dengan hukum atau norma sosial. Mereka memiliki rasa tanggung jawab moral yang tinggi terhadap prinsip-prinsip tersebut.

Kohlberg menganggap bahwa tidak semua individu mencapai tahap tertinggi perkembangan moralnya, dan perkembangan moral bisa berhenti pada salah satu tingkatan yang lebih rendah. Faktor-faktor seperti pendidikan, pengalaman, dan lingkungan sosial dapat mempengaruhi perkembangan moral seseorang.
Nama : Destia Rahmah Fitriani
NPM : 2213053082
Kelas : 3F

Analisis Jurnal 2
"PENTINGNYA PENDIDIKAN NILAI DI ERA GLOBALISASI"

Dalam jurnal tersebut di jelaskan bahwa Pendidikan nilai itu tetap sangat penting di era globalisasi. Globalisasi adalah proses integrasi ekonomi, politik, sosial, dan budaya antar negara-negara di seluruh dunia. Dalam konteks globalisasi, pendidikan nilai memiliki peran kunci dalam membentuk individu yang dapat berkontribusi positif dalam masyarakat global. Berikut adalah beberapa alasan mengapa pendidikan nilai tetap relevan dan penting di era globalisasi :
1. Pengembangan Karakter dan Etika : Pendidikan nilai membantu dalam pengembangan karakter individu. Ini mencakup nilai-nilai seperti integritas, rasa tanggung jawab, empati, dan etika yang kuat. Individu yang memiliki nilai-nilai ini cenderung membuat keputusan yang baik dan berkontribusi positif dalam konteks global.
2. Pemahaman Pluralisme dan Multikulturalisme : Globalisasi membawa berbagai budaya, bahasa, dan nilai-nilai ke dalam kontak langsung. Pendidikan nilai membantu individu memahami dan menghormati keragaman budaya ini. Ini penting untuk menciptakan masyarakat global yang inklusif dan harmonis.
3. Kesadaran Lingkungan : Pendidikan nilai juga mencakup kesadaran terhadap lingkungan dan pentingnya berkelanjutan. Dalam era globalisasi, tantangan lingkungan seperti perubahan iklim adalah masalah global yang memerlukan tindakan bersama. Pendidikan nilai dapat memotivasi individu untuk berperan aktif dalam melindungi lingkungan.
4. Kemampuan Berpikir Kritis dan Etis : Pendidikan nilai membantu individu mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sehingga mereka dapat menilai informasi dengan bijak dan membuat keputusan yang etis dalam situasi kompleks. Hal ini penting dalam menghadapi dilema etis yang sering timbul dalam bisnis, politik, dan kehidupan sehari-hari.
5. Komitmen terhadap Keadilan Sosial : Pendidikan nilai mendorong individu untuk memahami pentingnya keadilan sosial dan hak asasi manusia. Dalam konteks global, ini berarti mendukung upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan, diskriminasi, dan pelanggaran hak asasi manusia di seluruh dunia.
6. Kemampuan Berkomunikasi Antarbudaya : Pendidikan nilai juga membantu individu mengembangkan kemampuan berkomunikasi antarbudaya yang baik. Ini penting dalam konteks globalisasi karena orang harus berinteraksi dengan individu dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan bahasa.
7. Pengembangan Kepemimpinan dan Kolaborasi : Pendidikan nilai juga dapat membantu dalam pengembangan kepemimpinan yang berpusat pada nilai-nilai yang kuat. Individu yang memiliki integritas dan komitmen terhadap kebaikan bersama lebih mungkin untuk menjadi pemimpin yang efektif dan berkolaborasi dalam skala global.

Pendidikan nilai bukan hanya tentang pengajaran konsep-konsep etika atau moral, tetapi juga tentang membentuk perilaku dan sikap yang mendukung kesejahteraan global. Dengan pendidikan nilai yang kuat, individu akan lebih mungkin untuk berperan aktif dalam membangun dunia yang lebih adil, berkelanjutan, dan harmonis di era globalisasi.
Nama : Destia Rahmah Fitriani
NPM : 2213053082
Kelas : 3F

Analisis Jurnal 1
"PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM SISTEM KURIKULUM PENDIDIKAN DI ACEH"

Jurnal ini menjelaskan mengenai Pendidikan nilai dan moral yang memainkan peran penting dalam sistem pendidikan di Aceh, seperti halnya dalam sistem pendidikan di seluruh Indonesia. Aceh, sebagai salah satu provinsi di Indonesia, memiliki sistem pendidikan yang diatur oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. Pendidikan nilai dan moral di Aceh diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan dengan berbagai cara, berikut beberapa aspek yang perlu diperhatikan:

1. Kurikulum Nasional : Kurikulum pendidikan di Aceh mengikuti Kurikulum 2013 yang berlaku secara nasional di Indonesia. Dalam kurikulum ini, pendidikan nilai dan moral dimasukkan sebagai bagian integral dalam pembelajaran. Pendidikan karakter yang mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, toleransi, gotong royong, dan lainnya, ditekankan dalam berbagai mata pelajaran.
2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama : Aceh adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menerapkan syariat Islam. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam menjadi bagian penting dalam kurikulum di Aceh. Mata pelajaran ini tidak hanya mengajarkan aspek-aspek agama Islam, tetapi juga nilai-nilai moral dan etika yang sesuai dengan ajaran Islam.
3. Ekstrakurikuler : Sekolah-sekolah di Aceh juga mendorong pengembangan nilai-nilai moral melalui kegiatan ekstrakurikuler, seperti pramuka, kerohanian, dan kegiatan sosial. Ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang mengembangkan karakter dan nilai-nilai moral.
4. Kegiatan Khusus : Aceh memiliki sejumlah kebijakan dan program pendidikan khusus yang menekankan nilai-nilai moral. Misalnya, program "Aceh Mengaji" adalah inisiatif yang mendukung pembelajaran Al-Qur'an dan nilai-nilai Islam secara lebih intensif.
5. Kegiatan di Luar Kelas : Selain kegiatan di dalam kelas, pendidikan nilai dan moral juga ditekankan melalui kegiatan di luar kelas seperti upacara bendera, seminar, dan lokakarya yang bertujuan untuk memperkuat karakter dan etika siswa.
6. Pengembangan Guru : Guru di Aceh juga mendapatkan pelatihan khusus untuk mengajar nilai dan moral. Mereka diajarkan bagaimana menyampaikan nilai-nilai ini kepada siswa dengan efektif.
7. Kerjasama dengan Pihak Luar : Pemerintah Aceh juga bekerja sama dengan berbagai organisasi dan lembaga masyarakat sipil untuk mengembangkan program-program pendidikan nilai dan moral yang lebih baik.

Selain itu, Aceh juga memiliki ciri khusus dalam pendidikan nilai dan moral karena faktor budaya dan agama yang dominan di daerah ini. Pendidikan nilai dan moral di Aceh mencerminkan nilai-nilai Islam dan budaya Aceh yang kental. Nilai-nilai seperti keadilan, kejujuran, kerja sama, dan kesetiaan kepada agama Islam sangat ditekankan dalam pendidikan di Aceh.

Pendidikan nilai dan moral memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa dan masyarakat Aceh secara keseluruhan. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai ini ke dalam kurikulum dan kegiatan pendidikan, diharapkan siswa Aceh dapat tumbuh menjadi individu yang berkualitas dengan integritas moral yang kuat.