Posts made by SILMI NUR'AFIFAH 2213053129

Nama : Silmi Nur'Afifah
NPM : 2213053129
Kelas : 3H

Nama jurnal : Jurnal JIPSINDO
Penulis : Enung Hasanah
Nomor : 2
Volume : 6
Tahun : 2019
Judul Jurnal : PERKEMBANGAN MORAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN TEORI KOHLBERG

Teori Kohlberg mengenai perkembangan moral secara formal disebut cognitive-dvelopmental theory of moralization, yang berakar pada karya Piaget. Asumsi utama Piaget adalah bahwa kognisi (pikiran) dan afek (perasaan) berkembang secara paralel dan keputusan moral merupakan proses perkembangan kognisi secara alami. Berdasarkan teori Kohlberg,pada umumnya anak-anak yang berusia sekitar 10–13 tahun berada pada tahap pra-konvensional, meskipun juga ada orang-orang dewasa yang berhenti perkembangannya pada tahap tersebut. Karena orang dewasa yang terhenti pada tingkatan itu merupakan kekecualian (Duska & Whelan, 1984: 65).
Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban yang dikemukakan atas dilema moral yang dijawab oleh para responden, secara umum (90%) ternyata perkembangan moral para responden yang berada pada usia 11-12 tahun memang masih berada pada tingkat pra konvensional. Alasan yang mereka katakan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sejalan dengan yang dikatakan Kohlberg (Whelan & Duska), dimana pada tingkatan pra konvensional ini, kalau seorang anak mendengar bahwa sesuatu itu baik atau buruk, gambaran yang ada padanya berbeda sekali dengan yang ada pada orang dewasa. Anak pada tingkatan ini mempunyai pandangan yang sempit sekali tentang masyarakat. Tindakan hanya dinilainya dalam ukuran konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan terjadi. Responden yang berusia 11-12 tahun cenderung baru memasuki tingkat 1 tahap 1, meskipun pada kasus tertentu mungkin saja ada pengecualian yaitu pada usia 11-12 bisa saja berada pada tingkat perkembangan moral yang lebih rendah atau yang lebih tinggi.
Nama : Silmi Nur'Afifah
NPM : 2213053129
Kelas : 3H

Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Penulis : Sudiati
Nomor : 2
Tahun : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL


A. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia di sadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Ruang lingkup Pendidikan nilai meliputi :
a. Pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah.
b. Untuk tingkat dasar program lebih dititikberatkan pada pengindentikasian nilai-nilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat
c. Pengembangan konseling melalui pendekatan agama.
d. Program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru.

B. India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Ruang lingkup pendidikan nilai meliputi:
a. Pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah.
b. Untuk tingkat dasar program lebih dititik beratkan pada pengindentikasian nilai-nilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat.
c. Pengembangan konseling melalui pendekatan agama
d. Program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru

C. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler. sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya :
a. Nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, sehingga kurang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan nilai
b. Alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk mengembangkan teknik-teknik pengamatan perilaku, belum terjabarkan dengan jelas
c. Cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru
d. Pandangan guru,orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeks

D. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai.
Untuk mengatasi berbagai persoalan di atas, pemerintah Cina mengambil beberapa kebijakan berikut.
1. Pendidikan moral dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan diajarkan sekali dalam seminggu.
2. Sejumlah peraturan telah disusun dan disebarluaskan untuk menjamin terjadinya pembentukan kebiasaan, sikap, dan cara hidup siswa yang diharapkan. Ujudnya tata tertib perilaku anak usia sekolah dasar, dan tata tertib anak usia sekolah menengah.
3. Untuk memobilisasi dukungan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan moral di sekolah, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan resmi akan pentingnya pengembangan moral dan afeksi anak usia sekolah dasar.
4. Dengan kebijakan resmi pemerintah, sekolah didorong untuk memperbarui dan memodifikasi tujuan pendidikannya.
5. Guru didorong untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu mengangkat pengalaman kehidupan sehari-hari.
A. Teori Perkembangan Moral
Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baiknya sebuah tindakan.
Penetapan tingkat perkembangan moral ini didasarkan pada karakteristik empiris yang memiliki beberapa ciri pokok berikut.
1. Tahap-tahap pertimbangan moral tersusun secara utuh, artinya sistem berpikirnya terorganisasi. Tahap pertimbangan moral berurutan secara invarian dan tidak pernah terbalik dalam semua kondisi (kecuali mereka yang mengalami trauma secara ekstrem perkembangannya selalu progresif). Tidak ada tahap-tahap terlompati dan gerakannya selalu menuju tahap yang lebih tinggi.
2. Tahap-tahap pertimbangan moral terintegrasi secara hierarkis. Artinya, tingkat pemikiran moral yang tinggi telah tercakup dan menguasai tahap-tahap dan pola pikir yang berada di bawahnya. Struktur tingkat pertimbangan moral berfungsi melahirkan kecenderungan ke arah tahapan-tahapan yang lebih tinggi.
3. Struktur pertimbangan moral harus dibedakan dengan isi pertimbangan moral. Sebagai contoh, suatu pilihan yang ditetapkan seseorang (sebagai sesuatu yang berharga atau tidak berharga) dalam suatu situasi yang dihadapi disebut isi pertimbangan moral, sedangkan alasan tentang penetapan suatu pilihan (struktur penetapan pilihan) berdasarkan pemikiran moralnya disebut pertimbangan moral

B. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi.
C. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan pendidikan nilai moral meliputi pendekatan
1. Inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas
2. Modelling, yaitu meneladankan nilaidan moralitas
3. Facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral
4. Skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
D. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan :
1. Metode dogmatik adalah metode untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri.
2. Metode deduktif adalah cara menyajikan nilai-nilai kebenaran (keutuhan dan kemanusiaan) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik.
3. Metode induktif adalah sebagai kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan nilai dimulai dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut.
4. Metode reflektif merupakan gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni membelajarkan nilai dengan jalan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasus- kasus kehidupan sehari-hari, atau dari melihat kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada konsep teoretiknya secara umum.
Nama : Silmi Nur'Afifah
NPM : 2213053129
Kelas : 3H

Degradasi Moral Pelajar Jaman Modern-Opini

1. Menurut KPAI
Moral peserta didik dilihat dari pola pengasuhan di dalam rumah atau keluarga. Selain itu pengelolaan guru di dalam kelas sangat diperlukan untuk peserta didik.

2. Sisi Pengamat Pendidikan
Seorang guru harus memiliki 4 standar utama, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik.
Pembekalan untuk guru yang penting terutama dalam psikologisnya, ketika menjadi guru sudah siap untuk menghadapi peserta didiknya. Selain itu hal yang paling penting adalah Kepribadian dan sosial guru untuk menangani ragam sikap perilaku peserta didik di dalam kelas.

3. Sisi Psikologis
Latar belakang anak melakukan kekrasan karena emosi yang tidak terkontrol dan melakukan tindakan tanpa berpikir, seseorang anak tentu memiliki tingkatan kognifiti/ cara berpikir dan bernalar, ketika Terjadi suatu hal dalam dirinya kemampuan emosi peserta didik tidak terkontrol maka peserta didik sudah tidak memikirkan apapun. Anak zaman sekarang juga memiliki tekanan yang semakin besar, tetapi tidak memiliki kemampuan dalam mengelola hal tersebut. Maka, perlu adanya pengajaran pengelolaan emosi pada anak.
Nama : Silmi Nur'Afifah
NPM : 2213053129
Kelas : 3H

6 Tahap Perkembangan Moral Menurut Kohlberg
Dibagi menjadi 3 Level

Level 1
Pra-Konvensional yang terdiri dari :
1. Menghindari Hukuman, Seseorang memiliki alasan untuk bertindak atau tidak bertindak sesuatu karena untuk menghindari hukuman. Contohnya seorang pengendara lalu lintas tidak menerobos lampu merah di jalan raya, seorang tersebut melakukannya karena tidak ingin di kejar polisi dan tidak terkena tilang.
2. Keuntungan dan Minat pribadi, Tindakan dilakukan dengan memperhitungkan apa yang akan didapatkan olehnya. Contohnya Aku akan membantunya karena suatu hari dia akan membalas membantu ku.

Level 2
Konvensional, terdiri dari :
3. Menjaga Slsikap orang baik, Memikirkan bagaimana kesepakatan sosial yang ada dan pendapat orang lain terhadapnya. Contohnya Melakukan kerja bakti agar tidak terjadi keributan antar tetangga.
4. Memelihara peraturan, Jika peraturan tidak ada yang mematuhinya maka keadaan akan menjadi kacau. Karena peraturan harus selalu dipatuhi. Contohnya seorang ketua kelas melerai temannya yang sedang bertengkar.

Level 3
Pasca-Konvensional, terdiri dari :
5. Orientasi kontrak sosial, Setiap orang memiliki latar belakang dan situasi berbeda. Tidak ada yang absolut atau pasti ketika melihat sebuah kasus. Hak-hak individu harus dilihat bersamaan dengan hukum yang ada. Contohnya mencuri supaya tidak mati kelaparan berbeda dengan mencuri supaya kaya
6. Prinsip etika universal, Menggambarkan prinsip internal seseorang. Seseorang melakukan hal yang dianggapnya benar, walaupun bertentangan dengan hukum yang ada. Contohnya seorang kakek yang mengatakan kepada cucunya "Hallo l, Cu! Apapun akan kakek lakukan untuk menyelamatkan nenekmu"
Nama : Silmi Nur’Afifah
NPM : 2213053129
Kelas : 3H

Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Dinamika Pendidikan
Nomor : 2
Halaman : 63-75
Tahun Terbit : 2008
Judul : Pentingnya Pendidikan Nilai di Era Globalisasi
Nama Penulis : Hidayat

Nilai berfungsi untuk mendorong, mengarahkan sikap dan perilakuNilai adalah energi yang mempunyai potensi untuk menggerakkan seseorang untuk bersikap dan bertindak. Misalnya nilai keadilan adalah semacam "energi" keadilan yang berpotensi untuk menggerakkan seseorang ke arah tindakan -tindakan yang adil, nilai kebenaran adalah "energi" kebenaran yang berpotensi menggerakkan seseorang ke arah tindakan-tindakan yang benar.
Teknologi informasi dan komunikasi merupakan faktor pendukung utama dalam globalisasi. Perkembangan teknologi informasi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya. Kehadiran globalisasi tentu membawa pengaruh bagi suatu kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi meliputi berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, dan sosial-budaya Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai-nilai dan moral, yaitu Aspek politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis Jika pemerintahan dijalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akanmendapat tanggapan positif dari rakyat. Dari aspek ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan demikian akan meningkatkan pula kehidupan ekonomi bangsa.
Akibat kegagalan pendidikan nilai-nilai moral terjadi karenaa pendidikan tidak diarahkan untuk memanusiakan manusia secara "utuh" dan "paripurna", tetapi lebih diorientasikan pada hal-hal yang bersifat materialistis, ekonomis, dan teknokratis dari sentuhan nilai-nilai moral, kemanusiaan, dan budi pekerti. Pendidikan lebih mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran, tanpa diimbangi dengan intensifnya pengembangnan hati, perasaan, emosi, dan spiritual. Akibatnya apresiasi out-put pendidikan terhadap keagungan nilai humanistik,keluhuran budi, dan budi nurani menjadi nihil. Mereka cenderung bagai manusia robot yang telah kehilangan hati nurani dan perasaan, cenderung bar-bar, vandalistik, dan mau menang sendiri. Sebagai akibatnya akan melahirkan manusia-manusia yang berkarakter oportunis, hipokrit, dan besar kepala, tanpa memiliki kecerdasan emosional dan spiritual yang memadai.
Pentingnya Pendidikan Nilai dan Moral Bagi anak yaitu menjadikan manusia yang utuh sempurna. Menjadi pribadi yang bermoral, memiliki kemampuan untuk mengelola hidupnya sesuai dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Aupaya Kemampuan seperti itu ada pada hati nuraninya saat mencapai kedewasaan.