Diskusi Bt

Diskusi Bt

Diskusi Bt

by Kusuma Handayani -
Number of replies: 53

silahkan sampaikan pertanyaan kalian 

In reply to Kusuma Handayani

Re: Diskusi Bt

by Lucy Adi Tama -
Lucy Adi Tama_2017061034

Saya izin bertanya bu.
Di dalam video, biopestisida tidak terlalu beracun dibanding dengan pestisida kimia. Lalu apakah biopestisida juga bersifat toksisitas dan darimana sifat toksisitas itu dihasilkan?
In reply to Lucy Adi Tama

Re: Diskusi Bt

by Wulan Meri Susanti 2017061019 -
Wulan Meri, 2017061019
Izin menjawab pertanyaan luki, biopestisida mengandung Bt yang bersifat toksin pada hama dari spesies tertentu. Sifat toksik yang dihasilkan adalah dari Bt itu sendiri
In reply to Lucy Adi Tama

Re: Diskusi Bt

by Agung Setiawan -
Izin menambahkan jawabn wulan , sebelumnya saya Agung Setiawan (2017061015). Benar sekali saya sependapat dengan wulan bahwa dalam biopeptisida mengandung bakteri thuringensies yang sifatnya berasal dari bakteri itu sendiri karena ia merupakan bakteri yang dapat bersifat racun terhadap serangga yang umumnya menyerang  dalam tubuh serangga sehingga akan menghambat sintesis protein sehingga menyebabkan terganggunya proses moulting.
In reply to Lucy Adi Tama

Re: Diskusi Bt

by Alchaves Nugraha Putra -
Alchaves Nugraha Putra NPM.20170610055
Menanggapi pertanyaan lucy , Pestisida mikroba merupakan salah satu kelompok dari biopestisida yang paling banyak dikenal di antaranya adalah Bacillus thuringiensis, atau Bt. Bakteri ini dapat digunakan untuk mengendalikan hama pada tanman kubis, kentang, dan tanaman lainnya. Bt menghasilkan protein yang berbahaya bagi serangga hama tertentu. Beberapa pestisida mikroba lainnya bertindak melalui mekanisme kompetisi atau persaingan terhadap OPT. Lalu apakah biopestisida juga bersifat toksisitas ? Pestisida mikroba perlu terus dipantau lebih lanjut untuk memastikan apakah pestisida tersebut tidak menyebabkan kerugian atau toksisitas terhadap organisme bukan sasaran lainnya, termasuk di dalamnya adalah manusia.

sumber : distankp.tegalkab.go.id/index.php/artikel/135-biopestisida-pilhan-tepat-pengendalian-organisme-pengganggu-tanaman
In reply to Kusuma Handayani

Re: Diskusi Bt

by Dina Yulia Astuti 2017061022 -
Dina Yulia Astuti
2017061022

Izin bertanya, pada komposisi bahan biopestisida berasal dari bahan alam seperti tumbuhan, bakteri dan mineral. Apakah hal tersebut dapat memberikan dampak atau pengaruh terhadap ketersediaan Sumber Daya Alam akibat penggunaan biopestisida secara terus menerus? Dan apakah ada syarat khusus bagi mikroba atau bahan lainnya yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan biopestisida?
In reply to Dina Yulia Astuti 2017061022

Re: Diskusi Bt

by Alchaves Nugraha Putra -
Alchaves Nugraha Putra NPM. 2017061005

Menanggapi pertanyaan dina Dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida yang berlebihan dan terus-menerus, yakni berupa kerusakan pada lingkungan serta terjadinya ketidakseimbangan ekosistem dan paling fatal jika sampai dapat menimbulkan keracunan bagi manusia yang berujung pada kematian.

Syarat bahan pembuatan biopestisida yaitu bahan bakunya berasal dari alam, dapat berupa tanaman (pestisida nabati) atau bahan hayati dari mikroorganisme yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Biopestisida yang berasal dari mikroorganisme terdiri dari cendawan, virus, nematoda, dan bakteri.
In reply to Dina Yulia Astuti 2017061022

Re: Diskusi Bt

by Nurmania Lestari Nia -
Nama: Nurmania Lestari
NPM : 2017061036

Izin menjawab pertanyaan Dina Yulia A.,Pada dasarnya mikroba dan tumbuhan merupakan makhluk hidup yang mampu terus berkembang biak dan menghasilkan keturunan (reproduksi) sehingga mampu mempertahankan keberadaanya dari masa ke masa sama halnya dengan manusia, jika spesies mereka digunakan secara terus menerus mereka akan tetap tersedia di alam, sedangkan Mineral merupakan contoh barang tambang yang tidak dapat diperbarui. Mineral pada dasarnya adalah material kimiawi yang terbentuk secara alami di lingkungan sekitar kita. Mineral dianggap tidak terbaharukan karena ketika diambil, jumlahnya akan berkurang dan tidak akan bertambah dalam waktu yang singkat, sehingga jika dipakai terus menerus akan menyebabkan berkurangnya jumlah mineral tersebut bahkan menjadi langka.Sedangkan Syarat mikroba atau bahan lain untuk digunakan sebagai biopeptisida yaitu (a) tidak berbahaya dan aman bagi lingkungan karena biopestisida tidak banyak menghasilkan racun dibanding pestisida kimia, dan tidak menghasilkan residu terutama pada buah dan sayuran sehingga aman jika digunakan dalam pertanian organic, (b) target spesifik, (c) efektif meski dalam jumlah sedikit, (d) mengalami terurai secara alami dan cepat, dan (d) digunakan dalam komponen IPM (Integrated Pest Management).

Sumber: https://distankp.tegalkab.go.id/index.php/artikel/135-biopestisida-pilhan-tepat-pengendalian-organisme-pengganggu-tanaman.
In reply to Kusuma Handayani

Re: Diskusi Bt

by Wulan Meri Susanti 2017061019 -
Wulan Meri, 2017061019
Izin bertanya, dalam ppt dijelaskan bahwa dalam pemakaian bertahun-tahun terdapat indikasi hama menjadi resisten terhadap Bt. Lalu bagaimana menanggulangi hama yang sudah resisten terhadap Bt?
In reply to Wulan Meri Susanti 2017061019

Re: Diskusi Bt

by Siti Nurlela Wati -
Siti Nurlela Wati 2017061020

izin menjawab pertanyaan Wulan bagaimana menanggulangi hama yang sudah resisten terhadap Bt adalah Pengendalian
populasi hama tanaman yang resisten dapat dilakukan dengan Program PRH dengan refugi merupakan strategi untuk menghindarkan hama menjadi resisten terhadap tanaman transgenik Bt dengan cara menanam tanaman transgenik yang memproduksi δ-endotoksin tinggi dan menyediakan plot refugi, yaitu plot tanaman sejenis non Bt yang rentan terhadap hama sasaran di areal pertanaman tanaman transgenik Bt. Tanaman Bt dapat menjadi rentan terhadap serangga sasaran setelah ditanam selama beberapa musim.Resistensi hama mempunyai basis genetik, lingkungan dan faktor ekologi, yang mempengaruhi perkembangan resistensi tersebut. Resistensi ini dapat dikendalikan dengan pengelolaan resistensi hama (PRH) yang tepat dan sesuai dengan kondisi lingkungan.
In reply to Wulan Meri Susanti 2017061019

Re: Diskusi Bt

by Aliya Az-Zahra -
Aliya Az-Zahra_2017061037

Izin menjawab pertanyaan wulan,
Menurut (Bahagiawati, 2011) pada jurnal penelitiannya menjelaskan cara menanggulangi hama yang sudah resisten terhadap Bt. Salah satu caranya yaitu Program PRH dengan refugi yaitu strategi untuk menghindarkan hama menjadi resistensi terhadap tanaman Bt dengan cara menanam tanaman yang memproduksi endotoksin tinggi dan menyediakan plot refugi yaitu plot tanaman sejenis non Bt. Menanam tanaman sejenis tetapi non Bt di sekitar penanaman tanaman Bt agar menyediakan tempat memperbanyak diri hama target tanpa harus beradaptasi dengan tanaman Bt yang berpotensi mengakibatkan kepatahan resistensi tanaman.
In reply to Wulan Meri Susanti 2017061019

Re: Diskusi Bt

by Reni Reni Habibah -
Reni Habibah (2017061007)
izin menjawab pertanyaan Wulan, cara menanggulangi hama yang sudah resisten Bt dapat dilakukan Program PRH dengan refugi, yaitu strategi dengan cara menanam tanaman transgenik yang memproduksi δ-endotoksin tinggi dan menyediakan plot refugi (plot tanaman sejenis non Bt) di sekitar tanaman transgenik Bt. Menanam refugi (tanaman non Bt) di sekitar atau di dalam areal penanaman tanaman Bt bertujuan untuk menyediakan tempat berlindung dan memperbanyak diri hama target tanpa harus beradaptasi dengan tanaman transgenik Bt yang berpotensi mengakibatkan kepatahan resistensi tanaman transgenik yang bersangkutan.
In reply to Kusuma Handayani

Re: Diskusi Bt

by Melga Fadillah Putri -
Melga Fadillah Putri
2017061024

izin bertanya ibu.
Bagaimana cara kerja toksin Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida?
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Nismala Bintang Pinasti 2017061031 -
Nismala Bintang Pinasti 2017061031

Izin bertanya, pertanyaannya apa yang dimaksud dengan gen cry, apa hubungannya dengan bacillus thuringiensis dan adakah manfaat bacillus thuringiensis selain untuk pengendali hama serangga?
Terimakah.
In reply to Nismala Bintang Pinasti 2017061031

Re: Diskusi Bt

by Khofifatus Suryani Harahap -
Khofifatus Suryani Harahap (2017061023), izin menjawab pertanyaan dari nismala

Gen cry merupakan suatu paraspora yang mengandung kristal protein dari Bacillus thuringiensis yang menghasilkan toksik terhadap organisme sasaran.
Hubungannya yaitu karena Bacillus thuringiensis ini termasuk hasil rekayasa genetik dengan mengintroduksi gen cry1A yang diisolasi dari bakteri gram positif B. thuringiensis yang pada proses sporulasinya menghasilkan kristal protein yang bersifat toksik dan dapat membunuh serangga serta gen cry ini termasuk gen pertahanan yang digunakan untuk merakit tanaman tahan hama dengan teknik rekayasa genetik (Bahagiawati, 2005).
Manfaat Bacillus thuringiensis (Bt) lainnya yaitu dapat digunakan sebagai bahan pemacu tanaman/ZPT/PGPR dan bahan untuk bioremediasi berbagai logam berat.
In reply to Nismala Bintang Pinasti 2017061031

Re: Diskusi Bt

by Enjel Septi Vebrina -
Enjel Septi Vebrina 2017061001

Mohon izin untuk membantu menjawab ya nismala, Gen cry adalah paraspora yang mengandung kristal protein dari Bacillus thurigiensis yang menghasilkan toksik terhadap organisme sasaran, dimana gen cry mengandung kristal protein dari Bacillus thurigiensis yang menghasilkan aktivitas hemolitik dan sitolitik. jadi terdapat hubungan antara gen cry ini dengan Bacillus thurigiensis karena gen tersebut sendiri didapatkan dari hasil karakterisasi dan isolasi bakteri Bacillus thurigiensis.

untuk manfaat selain pengendali hama, seiring dengan perkembangan bakteri Bacillus thurigiensis ini juga telah diformulasikan untuk digunakan sebagai pemberantas nyamuk demam berdarah.

mohon maaf apabila kurang dimengerti dan jika terdapat kekurangan dalam penyampaian jawaban
In reply to Nismala Bintang Pinasti 2017061031

Re: Diskusi Bt

by Rifaldi Iqbal Yadiansyah -
Nama : Rifaldi Iqbal Yadiansyah
NPM : 2017061027

Izin menjawab pertanyaan dari Nismala. Gen cry merupakan gen yang menyandi Kristal protein (Bahagiawati, 2005). Gen ini tentu ada hubungannya dengan Bacillus thuringiensis (Bt). Bakteri Bt memiliki gen cry untuk mengekspresi Kristal protein. Kristal protein ini akan berperan dalam menghambat kerja pathogen tanaman. Selain pengendali hama serangga, Bacillus thuringiensis juga memiliki peran melawan vektor nyamuk yang menyebabkan penyakit manusia (Bravo et al., 2011). Namun, Bt yang memiliki peran ini adalah Bt var. israeliensis.

Sumber :
Bahagiawati. 2005. Dampak Tanaman Transgenik Bt Terhadap Populasi Serangga Pengendali Hayati. Jurnal AgroBiogen. 1(2): 76-84.
Bravo, A., Likitvivatanavong, S., Gill, S., dan Seberon , M. 2011. Bacillus thuringiensis: A Story of Successful Bio-insecticide. Insect Biochem. mol. biol. 41: 423-431. doi: 10.1016/j.ibmb.2011.02.001.
In reply to Nismala Bintang Pinasti 2017061031

Re: Diskusi Bt

by Wulan Meri Susanti 2017061019 -
Wulan Meri, 2017061019
Izin menjawab pertanyaan Bintang.
Gen cry adalah gen yang mengkode kristal pro-tein yang dihasilkan oleh bakteri Bt yang telah diisolasi dan dikarakterisasi, dikenal dengan sebutan gen cry yang berasal dari kata crystal. Bt berhubungan dengan gen cry karena terdapat lebih dari satu jenis kristal protein ditemukan dalam strain Bt contohnya pada kelas Cry1Aa, Cry1Ab, Cry1Ac, Cry1Cb, Cry1F dapat menyerang serangga Lepidoptera. Bt juga dapat digunakan sebagai alternatif tanaman transgenik
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Muhammad Febriansyah -
M Febriansyah 2017061017

mohon izin menjawab pertanyaan melga, mohon maaf jika terdapat kesalahan, dan apabila kurang mohon ditambahkan.
cara kerja bioinsektisida Bacillus thuringiensis (Bt) yaitu bacillus thuringiensis dapat bekerja sebagai racun perut dengan cara merusak membran usus tengah (midgut) pada hama sasaran.
terimakasih.
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Khofifatus Suryani Harahap -
Khofifatus Suryani Harahap 2017061023.
Izin menjawab pertanyaannya melga, cara kerjanya yaitu bakteri ini memiliki suatu gen ∆-endotoksin, yang dimana gen ini mampu mrnghasilkan protein ∆-endotoksin yang jika masuk ke lambung serangga maka akan menyebabkan keracunan. Dengan menyuntikkan gen ke tanaman, tanaman akan menghasilkan protein delta-endoktoksin yang nantinya akan membunuh serangga apabila dia mengkonsumsi buah atau bagian tanaman tersebut.
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Resya Tamara Agustin -
Nama : Resya Tamara Agustin
NPM : 2017061029

Izin menjawab pertanyaan dari melga,jadi cara kerja toksin Bacillus thuringensis adalah bakteri ini memiliki gen ∆-endotoksin dimana gen ini mampu menghasilkan protein ∆-endotoksin yang mana jika masuk ke lambung serangga maka akan menyebabkan keracunan. Dengan menyuntikkan gen ke tanaman, tanaman akan menghasilkan protein delta-endoktoksin yang nantinya akan membunuh serangga apabila dia mengonsumsi buah atau bagian tanaman tersebut
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Siti Nurlela Wati -
Siti Nurlela Wati 2017061020

Izin menjawab pertanyaan Melga,cara kerja toksin Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida adalah Saat larutan Bt disemprotkan pada tanaman, bacillus thuringiensis akan menghasilkan kristal protein saat sporulasi yang bersifat insektisida dan disebut dengan delta-endotoksin. Kristal protein yang termakan oleh serangga akan larut dalam lingkungan basa pada usus serangga sehingga, inilah yang menyebabkan Bt merupakan agen insektisida yang spesifik karena hanya akan berikatan dengan reseptor dari sel usus serangga (ulat) yang langsung berikatan dengan reseptor dinding sel usus dan membuat lubang pada sel sehingga sel mengalami lisis yang menyebabkan ketidakseimbangan pH. Sehingga usus serangga akan mengalami kelumpuhan dan menyebabkan berhenti makan,gangguan pencernaan dan mati.
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Ghina Nafisa Lalita -
Ghina Nafisa Lalita, 2017061009
Izin menjawab pertanyaan melga, Cara kerja toksin Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida adalah sebagai racun perut bagi serangga hama dan Bacillus thuringiensis merupakan bakteri yang menghasilkan kristal protein yang bersifat membunuh serangga. Kristal protein yang ada pada Bacillus thuringiensis ini sebenarnya merupakan pro-toksin yang jika larut dalam usus serangga akan berubah menjadi polipeptida yang lebih pendek serta mempunyai sifat insektisidal. Kristal protein yang dimakan oleh serangga akan dipecah oleh enzim protease di bagian tengah dalam saluran pencernaan menjadi molekul toksik. Toksin tersebut akan mempengaruhi permeabilitas membrane sel, mikrovili pada sel-sel epitalium yang dapat menyebabkan paralisis saluran makanan dan berubahnya keseimbangan ph hemophilia, yang kemudian dapat menyebabkan kematian pada hama sasaran.
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Adhelia Wulan Pramesti -
Adhelia Wulan Pramesti (2057061005)

Izin menjawab pertanyaan dari Melga.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekurangan.
Bacillus thuringiensis merupakan bakteri penghasil kristal protein. Kristal protein tersebut bersifat pro-toksin, yang artinya jika larut dalam usus serangga akan berubah menjadi poli-peptida yang lebih pendek serta mempunyai sifat insektisidal. Apabila kristal protein dimakan oleh serangga , maka akan dipecah oleh enzim protease di bagian tengah dalam saluran pencernaan dan akan menjadi molekul toksik. Selanjutnya,toksin pada Bacillus thuringiensis dapat mempengaruhi permeabilitas membran sel serta mikrovilli pada sel-sel .
Cara kerja dari toksin Bacillus thuringensis sebagai bioinsektisida yaitu pada toksin ini terdapat bakteri yang memiliki gen ∆-endotoksin yang mampu menghasilkan protein ∆-endotoksin. Jika protein tersebut masuk ke lambung serangga, maka akan menyebabkan keracunan atau bahkan kematian pada serangga tersebut. Prosesnya yaitu dengan cara menyuntikkan gen ke tanaman, kemudian tanaman tersebut akan menghasilkan protein delta-endoktoksin yang kemudian akan membunuh serangga (jika serangga mengonsumsi bagian atau buah dari tanaman tersebut).

Terimakasih.
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Agung Setiawan -
izin menjawab saya Agung Setiawan (2017061015) maaf sebelumnya jika salah, Cara kerja toksin Bacillus thuringensis adalah ia merupakan bakteri yang memiliki gen delta-endotoksin. Gen ini mampu mrnghasilkan protein delta-endotoksin yang mana jika masuk ke lambung serangga maka akan menyebabkan keracunan. Dengan menyuntikkan gen ke tanaman, tanaman akan menghasilkan protein delta-endoktoksin yang nantinya akan membunuh serangga apabila dia mengonsumsi buah atau bagian tanaman tersebut.
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Khusnul Nur Afifah -
Nama : Khusnul Nur Afifah
NPM : 2017061003

Izin menjawab Pertanyaan melga,
Cara kerja toksin Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida Yaitu bekerja sebagai racun perut dengan cara merusak membran usus tengah (midgut) pada hama sasaran, sedangkan cara aplikasi Bt yaitu bisa disemprotkan atau disiramkan ke tanaman yang terserang hama sasaran dengan dosis yang sudah di tentukan takarannya
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Lutfiah Yuniar -
Nama Lutfiah Yuniar (2017061014)

Izin menjawab pertanyaan dari melga bu, cara kerja bioinsektisida Bacillus Thuringiensis (BT) yaitu bekerja sebagai racun perut dengan cara merusak membran usus tengah pada hama sasaran.
Dan perlu diketahui Cara pengaplikasiannya bisa di semprotkan atau disiram pada tanaman yang terserah hama sasaran dengan dosis sesuai rekomendasi. Dan akan lebih efektiv jika diaplikasiskan pada saat hama memasuki fase larva/ulat. Penyiraman dilakukan jika diduga dalam tanah terdapat larva/ulat tanah atau pupah yang bersembunyi saat siang hari.
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Rina Maryani_2017061013 -
Rina Maryani
2017061013

Izin menjawab pertanyaan dari Melga
Cara kerja bioinsektisida Bacillus thuringiensis (Bt) yaitu bekerja sebagai racun perut dengan cara merusak membran usus tengah (midgut) pada hama sasaran
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Riska Nava Mutiara -
Nama: Riska Nava Mutiara
NPM: 2017061028

izin menjawab pertanyaan Melga,
Cara kerja bioinsektisida Bacillus thuringiensis yaitu bekerja sebagai racun perut dengan cara merusak membran usus tengah atau migdut pada hama sasaran.
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Dina Yulia Astuti 2017061022 -
Dina Yulia Astuti
2017061022

Izin menjawab pertanyaan dari Melga, cara kerja toksin Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida adalah dengan membentuk spora dorman yang mengandung protein berupa delta-endotoksin. Kristal protein ini bersifat membunuh serangga saat mengalami waktu sporulasinya. Kristal protein yang termakan oleh hama serangga akan larut dalam lingkungan basa pada usus serangga dan protein akan menempel pada protein reseptor yang berada pada permukaan sel epitel usus dan mengakibatkan terbentuknya pori atau lubang pada sel sehingga sel mengalami lysis sehingga serangga akan mengalami gangguan pencernaan, kelumpuhan, menyebabkan berhenti makan dan mati
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Alchaves Nugraha Putra -
Alchaves Nugraha Putra NPM.2017061005

Menjawab Pertanyaan Melga, cara kerja toksin B. thuringiensis adalah dengan bakteri yang menghasilkan kristal protein yang bersifat membunuh serangga (insektisidal) sewaktu mengalami proses sporulasinya.Kristal protein yang bersifat insektisidal ini sering dise-but dengan δ-endotoksin. Kristal ini sebenarnya hanya merupakan pro-toksin yang jika larut dalam usus se-rangga akan berubah menjadi poli-peptida yang lebih pendek (27-149 kd) serta mempunyai sifat insektisi-dal. Pada umumnya kristal Bt di alam bersifat protoksin, karena ada-nya aktivitas proteolisis dalam sistem pencernaan serangga dapat mengubah Bt-protoksin menjadi polipeptida yang lebih pendek dan bersifat toksin.
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Goniatun Nurudzolam -
goniatun nurudzolam
1917061007

izin menjawab pertanyaan melga terkait dengan mekanisme atau cara kerja dari Bt
Bacillus thuringiensis adalah racun perut bagi serangga hama dan Bacillus thuringiensis merupakan bakteri yang menghasilkan Kristal protein yang bersifat membunuh serangga (Insektisida) sewaktu mengalami proses sporulasinya (Hofte dan Whiteley, 1989). Kristal protein yang bersifat insektisidal ini sering disebut dengan δ-endotoksin. Kristal protein yang ada pada Bacillus thuringiensis ini sebenarnya merupakan pro-toksin yang jika larut dalam usus serangga akan berubah menjadi poli-peptida yang lebih pendek serta mempunyai sifat insektisidal. Kristal protein yang dimakan oleh serangga akan dipecah oleh enzim protease di bagian tengah dalam saluran pencernaan menjadi molekul toksik. Toksin tersebut akan mempengaruhi permeabilitas membrane sel, mikrovili pada sel-sel epitalium yang dapat menyebabkan paralisis saluran makanan dan berubahnya keseimbangan Ph hemophilia, yang kemudian dapat menyebabkan kematian.
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by HUDANI NADILA -
Izin menjawab
Nama : Hudani Nadila
NPM : 2017061006
Sebelumnya mohon maaf jika jawaban saya salah, dan apabila jawaban saya kurang mohon ditambahkan

Cara kerja bioinsektisida Bacillus Thuringiensis (Bt) yaitu sebagai racun perut dengan cara merusak membran usus tengah pada hama sasaran. Bacillus thuringensis memiliki gen delta-endotoksin. Gen ini mampu mrnghasilkan protein delta-endotoksin yang mana jika masuk ke lambung serangga maka akan menyebabkan keracunan. Dengan menyuntikkan gen ke tanaman, tanaman akan menghasilkan protein delta-endoktoksin yang nantinya akan membunuh serangga apabila mengonsumsi buah atau bagian tanaman yang sudah diberi bioinsektisida Bacillus Thuringiensis.
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Andriyani Wijaya Kusuma -
izin menjawab pertanyaan dari melga, sebelumnya saya Andriyani Wijaya Kusuma 2017061016 mohon maaf jika terdapat kesalahan dan kekurangan.
cara kerja toksin Bt sebagai bioinsektisida yaitu bekerja sebagai racun perut dengan cara merusak membran usus tengah pada hama sasaran. saat larutan Bt dan spora disemprotkan pada tanaman, Bt akan menghasilkan kristal protein saat sporulasi yang bersifat insektisida dan disebut dengan delta-endotoksin. kristal protein ini merupakan jenis protoksi yang larut pada kondisi yang tidak normal namun pada saat kondisi normal kristal ini tidak dapat larut sehingga aman untuk manusia manapun hewan tingkat tinggi.
In reply to Melga Fadillah Putri

Re: Diskusi Bt

by Rezza Kusuma Dewiyatno Unila -
rezza kusumma dewiyatno
2017061033

izin menjawab pertanyaan melga :
bekerja sebagai racun perut dengan cara merusak membran usus tengah (midgut) pada hama sasaran. Dalam sistematika MOA (mode of action), masuk dalam golongan 11
In reply to Kusuma Handayani

Re: Diskusi Bt

by Khofifatus Suryani Harahap -
Khofifatus Suryani Harahap 2017061023.
Izin bertanya bu, apa sajakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya ketahanan resisten hama terhadap pestisida?
In reply to Khofifatus Suryani Harahap

Re: Diskusi Bt

by Alvina Damayanti -
Alvina Damayanti 2057061010
Izin menjawab pertanyaan kohofifatus, faktor penyebab terjadinya ketahanan resisten hama terhadap pestisida disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah efektivitas dari pestisida yang menurun, sehingga tidak mampu mencegah hama dan kurang tepat sasaran. Selain itu, faktor penyebab resistensi hama ini adalah karena daya tahan hama itu sendiri.
In reply to Khofifatus Suryani Harahap

Re: Diskusi Bt

by Carolina Angelia Inka Lestari -
Nama : Carolina Angelia Inka Lestari
2017061018

Izin menjawab pertanyaan kofifatus suryani harahap. apa sajakah yang menjadi faktor penyebab terjadinya ketahanan resisten hama terhadap pestisida?
Berdasarkan literatur yang saya baca dari internet, dari paper jurnal unair, faktor yang mempengaruhi terjadinya resistensi hama terhadap pestisida adalah : 1. Genetik (mutasi
gen), 2. Reproduksi (generasi per tahun dan laju peningkatan serta fluktuasi dalam populasi), 3. Perilaku dalam lingkungan (migrasi kedalam dan keluar pada populasi terbuka, menghindar dari insektisida, kondisi ekologi yang bervariasi (tempat dan waktu) serta monofagi/polifagi) 4. Operasional (hubungan antara bahan kimia pada penggunaan awal insektisida, dosis, persistensi, rute dan stadia pada saat terpapar (sebelum atau setelah mating/oviposisi) (WHO, 1980 ; Wood dan Bishop,1981).
In reply to Khofifatus Suryani Harahap

Re: Diskusi Bt

by Ghina Nafisa Lalita -
Ghina Nafisa Lalita, 2017061009
Izin menjawab, Sebagian besar resistensi terhadap pestisida disebabkan oleh tindakan manusia dalam mengaplikasikan pestisida yang tanpa dilandasi oleh pengetahun tentang sifat dasar pestisida dan organisme pengganggu tanaman (OPT) sasaran dapat mempercepat timbulnya resistensi. Faktor lain yang menyebabkan resistensi hama yaitu akibat menurunnya efektivitas pestisida dimana pestisida tidak lagi mampu membunuh hama sasaran.
In reply to Khofifatus Suryani Harahap

Re: Diskusi Bt

by Khatarina Septi Amelia Putri 2017061011 -
Khatarina Septi Amelia Putri 2017061011
Izin menjawab pertanyaan dari Khofifatus Suryani Harahap,
Faktor penyebab terjadinya ketahanan resisten hama terhadap pestisida yaitu efektivitas dari pestisida yang menurun sehingga pestisida tersebut kurang atau tidak mampu mencegah hama. Kemudian penyebab resistensi hama karena daya tahan hama itu sendiri, sebenarnya beberapa hama dapat dibasmi dengan penggunaan pestisida tetapi,di lain sisi ada beberapa jenis hama yang tahan terhadap pestisida sehingga akan terus berkembang biak membentuk suatu sel dan gen baru,kemunculan gen baru inilah yang mampu bertahan dari serangan pestisida.Hal ini terjadi karena adanya adaptasi genetik akibat tekanan lingkungan hama. Jadi,apabila hama semakin ditekan maka resistensinya akan semakin tinggi atau meningkat.
In reply to Khofifatus Suryani Harahap

Re: Diskusi Bt

by Siti Nurlela Wati -
Siti Nurlela Wati 2017061020
Izin menjawab pertanyaan Khofifatus,Beberapa faktor yang mengakibatkan tanaman toleran terhadap serangan hama terhadap pestisida adalah kekuatan tanaman itu sendri, pertumbuhan kembali jaringan tanaman yang rusak,ketegaran batang dan ketahanan terhadap rebah, produksi cabang tambahan, pemanfaatan lebih efisien oleh serangga dan kompensasi lateral oleh tanaman sekitar, serta dipengaruhi oleh FAKTOR INTERNAL atau daya (Potensi) biotik adalah kemampuan organisme hama untuk tetap hidup danberkembang biak. serta FAKTOR EKSTERNAL atau dikenal dengan ketahanan (perlawanan) lingkungan “environmental resistence”adalah kekuatan lain berupa faktor biotik dan abiotik yang melawan atau menghambat pertumbuhan populasi hama.
In reply to Khofifatus Suryani Harahap

Re: Diskusi Bt

by Riska Nava Mutiara -
Riska Nava Mutiara 2017061028

izin menjawab pertanyaan Khofifatus,
faktor penyebab terjadinya ketahanan resisten hama terhadap tanaman yaitu peningkatan detoksifikasi, ennzim-enzim tertentu di dalam tubuh OPT
bekerja untuk menjadikan pestisida tersebut menjadi tidak beracun. kemudian adanya penurunan kepekaan tempat sasaran dalam tubuh OPT terhadap pestisida. ada pula penurunan laju penetrasi pestisida melalui kulit serangga. Ini umum terjadi pada ketahanan serangga terhadap insektisida. dan juga hama menghindari kontak dengan pestisida. Hama berhenti makan menunggu sampai dosis pestisida cukup rendah.
In reply to Kusuma Handayani

Re: Diskusi Bt

by Resya Tamara Agustin -
Nama : Resya Tamara Agustin
NPM : 2017061029

Izin bertanya,di ppt dijelaskan bahwa biopestisida ini hanya memengaruhi satu atau beberapa jenis OPT sasaran tertentu, umumnya efektif dalam jumlah yang sangat kecil. Lalu apakah biopestisida ini layak dikatakan efektif untuk mengendalikan OPT? Jika iya,mohon dijelaskan
In reply to Resya Tamara Agustin

Re: Diskusi Bt

by Enjel Septi Vebrina -
Enjel Septi Vebrina 2017061001

izin menjawabya resya jika menurut saya penggunaan biopestisida untuk pengendalian OTP tetap bisa dan layak untuk dikatakan efektif karena biopestisida ini memberikan manfaat yang besar dalam pengendalian walaupun efektif dalam jumlah kecil tetapi kita juga harus melihat bahwa biopestisida dapat dengan mudah dan cepat terdekomposinya sehingga mengurangi dampak terhadap lingkungan. Mohon maaf jika dalam jawaban kurang dimengerti atau mohon ditambahkan jika terdapat kekurangan.
In reply to Resya Tamara Agustin

Re: Diskusi Bt

by nanda mahiyah -
Mohon maaf sebelumnya saya Nanda Mahiyah dengan NPM 2057061006 Izin menjawab pertanyaan resya, menurut saya dan berdasarkan literatur yang saya baca biopestisida ini efektif digunakan untuk mengendalikan OPT (organisme pengganggu tanaman) karena pada dasarnya biopestisida ini berpotensi memberikan manfaat yang besar bagi pertanian dan kesehatan masyarakat, biopestisida juga menunjukkan potensi yang cukup baik untuk mengoptimalkan penggunaannya sekaligus meminimalkan penggunaan pestisida kimia. Namun kefektivitasnya tidak mencapai 100%, kefektivitasan biopestisida itu umumnya bervariasi tergantung dari jenis dan takarannya. Dan juga Biopestisida ini berasal dari alam yang tersusun dari hewan, tumbuhan, bakteri, dan mineral yang sifatnya sangat alamiah tidak ada tambahan bahan kimia.
In reply to Kusuma Handayani

Re: Diskusi Bt

by Nofa Dwitasari -
Nofa Dwitasari
2017061021

Izin menjawab pertanyaan dari Melga Fadillah .
Cara kerja bioinsektisida Bacillus thuringiensis (Bt) yaitu bekerja sebagai racun perut dengan cara merusak membran usus tengah pada hama sasaran. Cara aplikasi Bacillus thuringiensis (Bt) bisa disemprotkan atau disiram pada tanaman yang terserang hama yang dituju dengan memberikan dosis yang sesuai dengan ketentuan.
In reply to Kusuma Handayani

Re: Diskusi Bt

by Nofa Dwitasari -
Nofa Dwitasari
2017061021
Izin bertanya bu. Di vidio pembelajaran terdapat fase sporulasi pada bakteri Bacillus thuringiensis. Apa yang menyebabkan terjadinya fase sporulasi ?
In reply to Nofa Dwitasari

Re: Diskusi Bt

by Wulan Meri Susanti 2017061019 -
Wulan Meri, 2017061019
Izin menjawab pertanyaan nofa.
Fase sporulasi terjadi apabila nutrien yang ada di lingkungan habis atau adanya tekanan kondisi lingkungan terhadap pertumbuhan Bacillus thuringiensis. Pada fase ini, Bt akan membentuk endospora yang resisten
terhadap kondisi lingkungan yang buruk, seperti kekeringan dan suhu tinggi hingga 80⁰C. Sporulasi akan berlangsung sempurna setelah 20-24 jam.
In reply to Nofa Dwitasari

Re: Diskusi Bt

by Andin Gustari -
Andin Gustari (2017061030)
izin menjawab pertanyaan Nofa.
Menurut (Hidayat, 2006) apabila kondisi lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan, asam, radiasi, dan kontak dengan desinfektan, Bacillus thuringiensis akan masuk ke fase sporulasi membentuk Endospora. Saat sporulasi terjadi selain membentuk Endospora tubuh juga akan membentuk protein cry (Wainhouse, 2005).

Sumber : Putriawati, dkk. 2018. INVENTARISASI Bacillus thuringiensis DENGAN METODE CAWAN SEBAR PADA HABITAT HIDUP LARVA Anopheles sp PADA TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes) DI KABUPATEN
LOMBOK TENGAH. Jurnal Analis Medika Bio Sains. Vol 1. No 1.
In reply to Nofa Dwitasari

Re: Diskusi Bt

by Rina Maryani_2017061013 -
Rina Maryani
2017061013

Izin menjawab pertanyaan dari nofa
Bahwa yang menyebabkan terjadi nya fase sporulasi adalah apabila habis nya nutrien di lingkungan tersebut
In reply to Kusuma Handayani

Re: Diskusi Bt

by Riska Amelia Dewi -
Nama : Riska Amelia Dewi
NPM : 2057061007

Izin bertanya bu, Didalam video disinggung mengenai fase membentuk kristal protein yang terjadi saat fase sporulasi. Bisa dijelaskan bagaimana mekasnisme pembentukan fase kristal protein tersebut?
In reply to Riska Amelia Dewi

Re: Diskusi Bt

by Aina Tusa'diah -

Nama: Aina Tusa'diah 

Npm: 2017061026


Izin menjawab pertanyaan dari Rizka Amelia bu,  mohon maaf jika ada kesalahan dalam jawaban saya. 


Sporulasi adalah proses pembentukan spora dalam sistem biologis.  pada bakteri fase sporulasi adalah mekanisme bertahan hidup. Sporulasi terjadi ketika kondisi tidak mendukung, misalnya kekurangan nutrisi, panas berlebih atau radiasi, ketika ada pengeringan, dll. Banyak bakteri dapat menghasilkan spora untuk meningkatkan kelangsungan hidup mereka dalam kondisi buruk. Nah dalam fase sporulasi ini terjadi proses kristalisasi protein.

Tahapan proses kristalisasi

1. pembentukan kondisi lewat jenuh atau lewat dingin

2. pembentukan inti kristal

- panas laten pembekuan dilepaskan

- molekul-molekul air beragregasi membentuk partikel beraturan

3. pertumbuhan kristal

4. rekristalisasi atau pengaturan suhu kristal


Kristalisasi protein adalah proses pembentukan susunan teratur molekul protein individu yang distabilkan oleh kontak kristal

Pembentukan kristal protein 

(penjelasan pada gambar)

Attachment pembentukan kristal protein.JPG
In reply to Kusuma Handayani

Re: Diskusi Bt

by Handyta Pakpahan -
Handyta Berlian Pakpahan_20570610

Saya izin bertanya, mengenai teknik perbanyakkan bakteri, yakni perbanyakan bakteri patogen serangga bergantung pada jenis substrat yang dipakai, bagaimana mengetahui jenis substrat yang baik untuk pertumbuhan patogen, baik dari segi komposisi maupun penyusunnya ?
In reply to Kusuma Handayani

Re: Diskusi Bt

by Arzirana Asharba Bayzoni -
Arzirana Asharba Bayzoni 2057061009

Izin menjawab pertanyaan khofifatus, salah faktor penyebab ketahanan resusten hama terhadap pestisida adalah efektivitas dari pestisida yang menurun, sehingga tidak mampu mencegah hama dan kurang tepat sasaran. Selain itu, faktor penyebab resistensi hama ini adalah karena daya tahan hama itu sendiri. Memang, beberapa hama dapat dibasmi dengan sekali penggunaan pestisida.
Akan tetapi, di sisi lain ada pula beberapa jenis hama yang kebal terhadap pestisida ini. Akibatnya, hama ini akan terus berkembang biak membentuk sel dan gen baru. Kemunculan gen baru inilah yang juga mampu kebal dari serangan pestisida.