Kepada rekan-rekan mahasiswa silahkan berdiskusi, bertanya dan menanggapi pada forum ini mengenai materi yang disampaikan oleh kelompok 8.
Assalamu’alaikum Wr.Wb. selamat pagi ibu dosen dan teman-teman lainnya yang berbahagia. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT karena telah memberikan rahmat kesehatan dan keselamatan sehingga kita dapat berkumpul di virtual meeting pada hari ini
Adapun topik yang akan kami bahas adalah "akar sejarah pendidikan". Sebeluknya perkenalkan nama saya Ira Nursanti dengan Npm 2053053024 yang akan bertugas sebagai moderator pada hari ini. Saya akan membimbing jalannya diskusi ini. Adapun anggota kelompok 8 adalah :
1. Amanda surya widiyati
2. Bella Cornelia
3. Hendrawan Dwi Cahyo dan
4. Ira Nursanti
Sedangkan rangkaian acara yang akan kita lewati pada presentasi hari ini adalah:
1. Sesi pembukaan
2. Sesi Penyampaian dan penyajian materi
3. Sesi tanya jawab
4. Sesi Penutup
Baik teman-teman, langsung saja kita mulai ke sesi yang pertama adalah pembukaan, marilah kita mengucapkan basmallah bersama-sama
Re: Diskusi Kelompok 8
Re: Diskusi Kelompok 8
Re: Diskusi Kelompok 8
Re: Diskusi Kelompok 8
Re: Diskusi Kelompok 8
Selamat pagi
Bismillahirohmanirohim
Kesempatan tanya jawab kita laksanakan dengan 2 sesi, setiap sesi kami buka maksimal 3 pertanyaan
Untuk sesi tanya jawab pertama, saya persilahkan bagi teman" yang ingin bertanya
Re: Diskusi Kelompok 8
NPM : 2053053027
izin bertanya moderator,
Diperlukan waktu dan persiapan yang cukup lama untuk memperoleh suatu bentuk yang pas dan pendekatan yang cocok untuk pendidikan multikultural di Indonesia. Pertanyaan saya menurut kalian pendekatan apa yang cocok digunakan untuk pendidikan multikultural di Indonesia ini dan tolong jelaskan alasan kalian memilih pendekatan tersebut!
Terimakasih
Re: Diskusi Kelompok 8
Sebenarnya semua pendekatan itu cocok dalam semua hal dan memiliki fungsinya masing-masing
Selain terdapat empat metode, yakni: metode kontribusi, metode pengayaan, metode transformative, dan metode pembuatan keputusan dan aksi sosial, dalam pendidikan multikultural juga menggunakan berbagai pendekatan dalam implementasinya.
Beberapa pendekatan yang kerap direkomendasikan dalam pendidikan multikultural :
1. Pendekatan Historis.
Pendekatan ini mengandaikan bahwa materi yang diajarkan kepada peserta didik dengan napak tilas ke belakang. Maksudnya agar pendidik dan peserta didik mempunyai kerangka berpikir yang komprehensif hingga ke masa silam untuk kemudian mereflesikan pada masa sekarang dan untuk masa mendatang. Dengan demikian materi yang diajarkan bisa ditinjau secara kritis dan dinamis.
2. Pendekatan Sosiologis.
Pendekatan ini mengandaikan terjadinya proses kontekstualisasi atas apa yang pernah terjadi di masa sebelumnya atau ketika tata nilai tersebut lahir di masa lampau. Dengan pendekatan ini materi yang diajarkan bisa menjadi aktual, bukan karena dibuat-buat tetapi karena senantiasa sesuai dengan perkembangan zaman yang terjadi, dan tidak bersifat indoktrinisasi karena kerangka berpikir yang dibangun adalah kerangka berpikir kekinian. Pendekatan ini bisa digabungkan dengan metode kedua, yakni metode pengayaan.
3. Pendekatan Kultural.
Pendekatan ini menitik beratkan kepada otentisitas dan tradisi yang berkembang. Dengan pendekatan ini peserta didik bisa melihat mana tradisi yang otentik dan mana yang tidak.
Pendekatan kultural memungkinkan kita melihat lebih kritis antara tradisi masyarakat tertentu dengan ajaran keagamaan yang memang berasal dari ajaran agama.
4. Pendekatan Psikologis.
Pedekatan ini berusaha memperhatikan situasi psikologis personal secara tersendiri dan mandiri. Artinya masing-masing peserta didik harus dilihat sebagai manusia mandiri dan unik dengan karakter dan kemampuan yang dimilikinya. Pendekatan ini menuntut seorang pendidik harus cerdas dan pandai melihat kecenderungan peserta didik sehingga ia bisa mengetahui metode-metode mana saja yang cocok untuk pembelajar.
5. Pendekatan Estetik.
Pendekatan estetik pada dasarnya mengajarkan peserta didik untuk berlaku sopan dan santun, ramah, mencintai keindahan dan mengutamakan kedamaian. Sebab segala materi jika hanya didekati secara doktrinal dan menekankan adanya otoritas-otoritas kebenaran maka peserta didik akan cenderung bersikap kasar. Sehingga mereka memerlukan pendekatan estetik untuk mengapresiasikan segala gejala yang terjadi di masyarakat dengan melihatnya sebagai bagian dari dinamika kehidupan yang bernilai seni dan estetis.
6. Pendekatan Berpersepektif Gender.
Pendekatan ini mencoba memberikan penyadaran kepada pembelajar untuk tidak membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Sebab sebenarnya jenis kelamin bukanlah hal yang menghalangi seseorang untuk mencapai kesuksesan, melainkan kerja nyata yang dilakukannya. Dengan pendekatan ini, segala bentuk konstruksi sosial yang ada di lembaga pendidikan yang menyatakan bahwa perempuan berada di bawah laki-laki bisa dihilangkan.
Pendekatan lain yang dapat digunakan dalam pendidikan multikultural di antaranya yang pertama adalah :
1. pendekatan inklusi,
yang menekankan pada pengajaran faktual tentang sejarah, warisan, dan kontribusi kelompok-kelompok etnik dan kultural yang terpinggirkan dan tak terwakilkan dalam kurikulum pendidikan.
2. pendekatan infusi
secara sistematik mengintegrasikan muatan, konteks, contoh-contoh dan sudut pandang dari berbagai kelompok untuk mengilustrasikan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori, dan metode pencarian dari berbagai persepektif ke dalam seluruh kurikulum sehingga memerluas cakupan muatan, disiplin, program, dan kuliah.
3. pendekatan transformative
yang menekankan pada aksi sosial dan politik untuk memecahkan masalah secara logis melampuai konteks kelas tradisional
sekian terimakasih
Re: Diskusi Kelompok 8
Re: Diskusi Kelompok 8
NPM: 2053053005
Izin bertanya
Gagasan multikulturalisme di Indonesia kembali muncul ke
permukaan pada tahun 2002. Artinya, gagasan multikulturalisme sempat redup atau dilupakan di Indonesia. Apa penyebabnya? Dan mengapa gagasan multikulturalisme kembali dimunculkan?
Terimkasih
Re: Diskusi Kelompok 8
Sejak jatuhya presiden Suharto dari kekuasaannya, yang kemudian
diikuti dengan masa yang disebut era Reformasi, Indonesia mengalami
disintregasi, krisis moneter, ekonomi, politik dan agama yang mengakibatkan
terjadinya krisis kultural di dalam kehidupan bangsa dan negara. Pada era
Reformasi pendidikan dijadikan sebagai alat politik untuk melanggengkan
kekuasaan yang memonopoli sistem pendidikan untuk kelompok tertentu.
Dengan kata lain pendidikan multikultural belum dianggap penting walaupun
realitas kultur dan agama sangat beranekaragam. Era reformasi, membawa
angin demokrasi sehingga menghidupkan kembali wacana pendidikan
multikultural sebagai kekuatan dari bangsa Indonesia.
Penddikan multikultural
ini pendting diberikan kepada anak atau peserta didik dengan harapan agar
anak mampu memahami bahwa didalam lingkungan mereka dan juga
lingkungan diluarnya terdapat keragaman budaya
Re: Diskusi Kelompok 8
Re: Diskusi Kelompok 8
Re: Diskusi Kelompok 8
Disebutkan didalam makalah bahwa pendidikan multikultural ini mulai ada atau mulai terlihat dalam dunia pendidikan pada tahun 2002 kurang lebih sudah hampir 20 tahun dari sekarang. Namu seperti apa yg kita ketahui, masih ada dan kemungkinan masih banyak kasus diskriminasi baik itu terhadap agama, suku, atau pun budaya. Sebagai calon pendidik, bagaimana cara anda untuk mengimplementasikan pendidikan multikultural ini ke pada peserta didik anda, sehingga dimasa yg akan datang pendidikan multikultural ini dapat membudaya sehingga tidak ada lagi isu diskriminasi?
Re: Diskusi Kelompok 8
izin menjawab pertanyaan dari saudara Vinsensius moderator,
peran guru dalam menerapkan pendidikan multikultural di SD agar tidak ada lagi isu diskriminasi yaitu guru berperan sebagai fasilitator, guru berperan memahami keunikan individu dan guru berperan membangun hubungan yang humanis kepada setiap anak, orangtua dan masyarakat. Peran tersebut, sejalan dengan konsep pendidikan multikultural yang dibangun oleh SD: Menerapkan keadilan sosial melalui memberi kesempatan setiap anak untuk mengalami proses belajar. Anak berkebutuhan khusus juga memiliki kesempatan belajar di SD. Menerapakan kemanusiaan melalui memberikan ruang kepercayaan kepada anak, dialog, kesepakatan dan tidak menjauhkan anak dari lingkungannya
Re: Diskusi Kelompok 8
Re: Diskusi Kelompok 8
2053053006
Izin menambahkan moderator
Pendidik merupakan bagian dari anggota lingkungan sekolah Sehingga sangat berperan penting dalam menanam, menumbuhkan dan melestarikan keeragaman Yang ada dengan selalu mengingatkan jiwa toleransi dan menghindari sikap diskriminatif. Melalui pendekatan dan model pembelajaran yang asyik, peserta didik (siswa) perlu diajak berdiskusi, berdialog bahkan bersimulasi bagaimana cara hidup saling menghormati dengan tulus dan toleran terhadap keberagaman agama dan budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat yang plural.
Kemudian peserta didik juga dapat diajak berdialog untuk menimbulkan kepekaan terhadap aksi-aksi kekerasan yang ada, sehingga dapat menjadi feedback bagi sekolah untuk proses pembelajaran pendidikan multikultural. Selain itu dengan adanya mata pelajaran lain seperti PPKn, Sosiologi dan Pendidikan Agama yang menjadi fundamental mata pelajaran berkarakter sikap spiritual dan sosial pada Kurikulum 2013 yang dipakai di negara Indonesia saat ini maka penanaman nilai multikultural pada peserta didik jenjang sekolah dasar dapat diterapkan dengan mengintegrasikannya dengan hampir semua mata pelajaran yang ada.
Re: Diskusi Kelompok 8
Re: Diskusi Kelompok 8
Re: Diskusi Kelompok 8
Re: Diskusi Kelompok 8
Re: Diskusi Kelompok 8
Izinkan kelompok kami berdiskusi terlebih dahulu
Selanjutnya sesi tanya jawab yang kedua saya buka
Bagi teman" yang ingin bertanya saya persilahkan
Npm : 2013053061
Izin bertanya moderator
Sebagai seorang calon pendidik terutama pendidik di sekolah dasar, Apakah ada yang menjadi tantangan untuk kita dapat melaksanakan pendidikan multikultural ini di Indonesia? Jika ada jelaskan tantangannya seperti apa !
Npm : 2053053018
Izin menjawab moderator,
Dalam upaya membangun Indonesia, gagasan multikulturalisme menjadi isu strategis yang merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar lagi. Alasannya adalah bahwa Indonesia merupakan bangsa yang lahir dengan multikultur dimana kebudayaan tidak bisa dilihat hanya sebagai kekayaan (yang diagungkan) tetapi harus ditempatkan berkenaan dengan kelangsungan hidup sebagai bangsa. Dalam konteks Indonesia, pendidikan multikultural merupakan keharusan, bukan pilihan lagi. Di dalamnya, pengelolaan keanekaragaman dan segala potensi positif dan negatif dilakukan sehingga keberbedaan bukanlah ancaman atau masalah, melainkan menjadi sumber atau daya dorong positif bagi perkembangan dan kebaikan bersama sebagai bangsa
Akhirnya, demi pengembangan pluralitas bangsa, pendidikan multikultural di Indonesia sekiranya memperhatikan beberapa hal: pertama, pendidikan multikultural menghadirkan atau menyediakan tempat yang luas bagi pengolahan keberbedaan atau keragaman bangsa. Kedua, pendidikan multikultural mendasarkan diri pada Pancasila sebagai pilihan terbaik dalam kemajemukan bangsa Indonesia. Ketiga, pendidikan multikultural mendasarkan diri pada sosio-politik, ekonomi, dan budaya Indonesia. Keempat, pendidikan multikultural membutuhkan metode pembelajaran secara tepat sehingga internalisasi nilai dapat terwujud dengan baik
Terima kasih
izin kan kelompok kami berdiskusi terlebih dahulu
Pendidikan multikultural mengakui adanya keragaman agama, etnik, dan budaya masyarakat suatu bangsa, sebagaimana dikatakan R. Stavenhagen: (Religious, linguistic, and national minoritas, as well as indigenous and tribal peoples were often subordinated, sometimes forcefully and against their will, to the interest of the state and the dominant society. While many people... had to discard their own cultures, languages, religions and traditions, and adapt to the alien norms and customs that were consolidated and reproduced through national institutions, including the educational and legal system. (Kelompok minoritas, baik secara agama, bahasa maupun etnis, sebagaimana juga penduduk pribumi dan belum beradab, sering tersubordinasi, yang kadang-kadang secara kuat dan buas melawan kehendak mereka, terhadap kehendak negara dan masyarakat dominan. Sementara banyak orang….harus mengesampingkan budaya mereka, bahasa mereka, agama dan tradisi mereka, dan harus menyesuaikan diri dengan aturan yang asing dan kebiasaan sistem sebagai hasil konsiliasi dan reproduksi instituasi nasional, termasuk didalamnya adalah pendidikan dan sistem hukum)
Demikian tadi diskusi kelompok 8,
Sesi selanjutnya yaitu penutup
marilah kita mengucapkan hamdallah
Saya sebagai moderator mohon maaf atas kesalahan saya,
saya akhiri Wassalamu’alaikum Wr. Wb.