Rangkuman 4

Rangkuman 4

Rangkuman 4

Number of replies: 24

mahasiswa.. mari kita rancang rangkuman pertemuan ini dengan mengacu pada tujuan pembelajaran dengan menuliskannya di kolom replay

In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Nyoman Trijaya Kusuma གིས-
Selamat Pagi Ibu
Saya Nyoman Trijaya Kusuma (1953024003), izin memaparkan rangkuman pertemuan hari ini..
Berdasarkan tujuan pembelajaran pada hari ini terdapat 2 tujuan yang diharapkan yaitu
1. mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia
2. menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh
masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, meskipun memiliki makna yang sama.
Jenis-jenis kearifan lokal, antara lain
1. Tata kelola, berkaitan dengan kemasyarakatan yang mengatur kelompok sosial (kades).
2. Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisioanal yang mengatur etika.
3. Tata cara prosedur, bercocok tanam.
4. Pemilihan tempat dan ruang. Kearifan lokal yang berwujud nyata, antara lain:
a. Tekstual, contohnya yang ada tertuang dalam kitab kono (primbon), kalinder.
b. Tangible, contohnya bangunan yang mencerminkan kearifan lokal. Candi borobudur, batik. Kearifan lokal yang tidak berwujud.

Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki kearifan lokal yang beragam. Berikut adalah nama daerah yang kami angkat ke dalam daerah yang memiliki kearifan lokal populer di Indonesia
1. Lampung
Upacara Gawi (Begawi) Begawi adalah tradisi upacara adat warga Lampung dengan maksud memberikan suatu gelar adat kepada pengantin. Istilah lengkapnya adalah Begawi Cakak Papadun, yang kemudian banyak disebut dengan Begawi saja. Begawi biasa dilaksanakan oleh kelompok masyarakat adat Lampung Papadun. Secara bahasa, Begawi berarti “membuat gawi” atau suatu pekerjaan. Tujuan utama dari tradisi Begawi adalah untuk memberikan gelar adat kepada seseorang. Statusnya dalam adat akan naik.
2. Sumatera Utara
Acara adat Mangongkal Holi dilatarbelakangi keyakinan suku batak toba terhadap nenek moyangnya. Masyarakat batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah.
3. Jawa
Pranoto Mongso atau aturan waktu musim digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian.
4. Banten (Suku Baduy)
Kearifan lokal suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya. Seseorang tidak berhak dan berkuasa untuk melanggar dan mengubah tatanan kehidupan yang telah ada dan sudah berlaku turun temurun. Buyut dan pikukuhan karuhan dilafalkan dengan bahasa sunda kolot dalm bentuk ajaran yang akan di sampaikan pada saat upacara adat agar ujaran ini dianggap prinsip hidup oleh masyarakat Baduy.
5. Nusa Tengara Barat
Roah Segare (Ruwatan Laut) adalah salah satu tradisi rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat sepanjang Pantai Kuranji, Pantai sebelah barat Pulau Lombok. Prosesi ini diselenggarakan setiap bulan Muharram dalam penanggalan hijriyah/Islam sebagai bentuk rasa syukur masyarakat nelayan, khususnya di Desa Kuranji Dalang dengan hasil laut yang melimpah ruah.
5. Bali
Kearifan lokal subak yang menjadi dasar etika yang menuntun perilaku masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan adalah kearifan ekologi.
1. Sistem irigasi subak berserta landskap sawah berundak-undak yang indah dibuat mengikuti garis kontur. Setiap subak mempunyai aturan-aturan (awigawig) pengaturan air yang telah disepakati. Seorang warga subak yang mendapat pembagian air satu bit memikul kewajiban atau ayahan satu tenaga kerja.
2. Sistem pola tanam yang dilakukan subak disesuaikan dengan ketersediaan air. Ada 3 (tiga) sistem pola tanam yang sering diterapkan dalam subak, yaitu: sistem
kertamasa, sistem nyorog, dan sistem tulak sumur.
3. Pengendalian hama lewat ritual yang dilakukan oleh beberapa krama subak diyakini dapat mengendalikan hama. Misalnya, Ngusabe Ngerarung Bikul (festival membuang tikus ke laut) yang dilakukan oleh krama desa pakraman Julah Kecamatan Tejakula Buleleng.

Demikian Ibu, mohon maaf jika ada kesalahan pemaparan. terima kasih sebelumnya ibu, selamat pagi
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Nabila Alifia Innayah གིས-
Nama : Nabila Alifia Innayah
NPM : 1913024019

Berdasarkan, tujuan pembelajararan pada pertemuan ke-4.
1. Mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia
2. Menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

Rangkuman
- Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, meskipun memiliki makna yang sama (Maridi, 2015:23).

- Fungsi dan makna kearifan lokal bersadarkan Sartini (2004) dalam Maridi (2015:22):
1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam;
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate;
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara Saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji;
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan;
5. Bermakna sosial, misalnya upacara intefrasu komunal/kerabat;
6. Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur;
7. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.

- Kearifan lokal yang populer di Indonesia dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya;
1. Lampung upacara gawi (begawi), Begawi adalah tradisi upacara adat warga Lampung dengan memiliki nilai-nilai yang terkandung yakni memberikan suatu gelar adat kepada pengantin. Istilah lengkapnya adalah Begawi Cakak Papadun, yang kemudian banyak disebut dengan Begawi saja.

2. Sumatra utara, Ritual Adat Mangongkal Holi dengan nilai-nilai yang terkandung Masyarakat batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah.

3. Jawa, pranoto mongso memiliki nilai-nilai yang terkandung aturan waktu musim atau pranoto mongso digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Menurut Hariyanto, (2013) Pranoto mongso adalah salah satu cara yang digunakan suku jawa untuk mengetahui hukum atau tanda-tanda dari fenomena geografis dan berguna untuk menentukan masa tanam, masa panen, Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pencegahan biaya proses pertanian yang tinggi, dan pengurangan resiko gagal panen. Melalui perhitungan pranoto mongso maka alam dapat terjaga keseimbangannya.

4. Suku Sunda, Jawa Barat. sebagai masyarakat adat kesepuhan memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutannya dengan pepatah Gunung teumeunang dilebur, leuweung teumeunang diruksak’, (gunung tidak boleh dihancurkan dan hutan tidak boleh dirusak) dengan memiliki nilai-nilai yang terkandung manusia merupakan bagian dari sistem alam, mereka masih menggantungkan sebagian besar penghidupannya pada hutan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan untuk hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya.

5. Suku Baduy, Banten. Memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya.

6. Suku dayak, Kalimantan. Memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di suku Dayak terletak pada cara menangkap ikan ramah lingkungan dengan sewajarnya mengeksploitasi potensi alam memanfaatkan zat-zat ramah lingkungan. Seperti cara menangkap ikan, mempergunakan getah akar pohon koring. Getah pohon ini membuat ikan sungai menjadi mabuk sehingga gampang ditangkap.

7. Sulawesi, tradisi pemmali. Pémmali atau ungkapan tabu sebagai salah satu wujud dari mitos telah tertanam dan tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat Bugis, termasuk di Kabupaten Wajo. Tradisi pammali memiliki nilai-nilai kearifan kelompok Ungkapan pémmali berperan sebagai panduan berperilaku masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari, salah satunya ungkapan pemmali yang berkaitan dengan kelestarian alam.

8. Bali, dalam aktivitas masyarakat Bali dalam menerapkan sistem mata pencaharian, diantaranya: pertanian, peternakan, perkebunan, sanggar-sanggar seni, atau tradisi-tradisi yang berkembang di masyarakat. Dalam masyarakat Bali dikenal adanya tradisi memperingati hari “tumpek uduh”. Kearifan lokal subak yang menjadi dasar etika yang menuntun perilaku masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan adalah kearifan ekologi.

9. Nusa Tenggara Barat, Tradisi “Roah Segare”. Tradisi ini memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung diantaranya yaitu nelayan tidak boleh melaut untuk mencari ikan selama tiga hari. Ini sebagai wujud penghormatan agar alam laut benar-benar bersih dari gangguan, dan proses ekosistemnya berjalan maksimal.

10. Nusa Tenggara Timur, Ritual “Bau Lolon”. Ritual ini memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung diantaranya yaitu masyarakat berkeyakinan bahwa mereka harus menghormati air yang merupakan jelmaan dari leluhur perempuan. Sehingga yang melakukan ritual adat ini tentu saja adalah kaum perempuan. Menurut masyarakat Adonara, air dan perempuan merupakan sesuatu yang wajib mereka jaga dan lindungi. Hal ini karena mereka menganggap perempuan sebagai sumber kehidupan.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Dhea Olivia Amanda གིས-
Izin menjawab, Bu.

Nama : Dhea Olivia Amanda
NPM : 1913024005

Tujuan pembelajararan pertemuan ke-4 :
1. Mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia
2. Menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

Rangkuman :
1.) Kearifan lokal merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah.
Keanekaragaman dari berbagai kearifan lokal merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Budaya lokal ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk yang lain.

2.) Kearifan Lokal di berbagai Provinsi di Indonesia
1. Lampung
•Begawi, tujuan utama dari tradisi Begawi yaitu mengandung nilai-nilai sosial, hal ini karena tujuan begawi adalah untuk memberikan gelar adat
kepada seseorang, yang menyebabkan naiknya status sosial orang tersebut di masyarakat.

2. Sumatera Utara
•Silsilah marga
Silsilah marga mengandung nilai sosial dan nilai kekerabatan/kekeluargaan, karena suku batak mengenal yang disebut dengan marga, dimana marga itu sendiri merupakan identitas orang Batak dan merupakan sendi
utama dalam sistem kekerabatan (Partuturan). Marga pada suku Batak
akan menghasilkan kekerabatan dekat maupun jauh, sehingga dapat
memunculkan atau menghasilkan suatu komunitas marga di dalam
maupun di luar kampung halaman.

3. Sumatera Selatan
•Seni tari
Seni tari pada masyarakat Sumatera Selatan, dilihat dari segi lagu maupun
tariannya, mengandung nilai persatuan maupun nilai sejarah/histori, karena menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah
Barat Nusantara.

4. Jawa Tengah
•Pranoto Mongso
Merupakan salah satu kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai leluhur, karena berkaitan dengan aturan waktu musim digunakan oleh para petani
pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian.

5. Jawa Barat
•Gunung teumeunang dilebur, leuweung teumeunang diruksak
Mengandung nilai sosial, masyarakat adat suku Sunda, atau lebih dikenal sebagai masyarakat adat Kasepuhan memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutannya. Mereka masih menggantungkan sebagian besar penghidupannya pada hutan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan untuk hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Hutan dan masyarakat adat Kasepuhan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kemudian, bangunan rumah yang dibangun dengan bahan bamboo merupakan cara mengaplikasikan dari nilai kearifan local masyarakat sunda. Praktis dan fleksibel juga, sewaktu-waktu bias dipindahkan dengan cara digotong bersama-sama.

6. Banten (Suku Baduy)
Mengandung banyak nilai religius dan nilai sosial. Kearifan lokal suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu
pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan
toleransi terhadap lingkungan disekitarnya. Prinsip hidup suku Baduy yang melekat pada dirinya dan menjelma dalam perbuatan, tidak mudah tergoyah dengan kemajuan
jaman dan sulit untuk dipertemukan dengan keadaan zaman sekarang. Kegiatan berladang dianggap kegiatan
suci, karena mengawinkan dewi padi atau Nyai pohaci Sanghyang Asri. Kegiatan berladang akan sellau diikuti dengan upacara-upacara adat yang dipimpin oleh ketua adat.

7. Kalimantan
•Suku Dayak dalam berladang
Mengandung nilai-nilai religius. Suku Dayak mempunyai cara unik untuk berinteraksi dengan alam. Sebelum membuka kawasan hutan, mereka wajib memperoleh petunjuk para leluhur lewat prosesi merenung atau semedi. Dalam merenung, mereka berkomunikasi dengan leluhur. Doanya dijawab lewat pertanda kayu tertancap dalam tanah, makin panjang atau makin pendek. Jika kayu bertambah panjang artinya larangan untuk
berladang, jika kayunya bertambah pendek artinya mereka dipersilahkan untuk berladang atau tanahnya subur.

8. Sulawesi
•Tradisi Pemmali
“Pèmmali mabboloang uwwaé pella ri tanaé nasaba riséssai warialana rilaleng kibburu”
Arti: Pantangan menumpahkan air panas ke tanah karena akan
mengakibatkan leluhurnya mendapat siksa kubur.
Mengandung nilai moral, religius, dan sosial. Bagi para petani, membuang air panas (sisa kopi, teh, dsb.) ke tanah sangat dilarang. Hal tersebut diyakini akan membuat leluhurnya mendapat siksa di alam kubur. Bila kita telaah lebih dalam, hal tersebut tidak berhubungan sama sekali. Namun, pantangan tersebut menyiratkan
pesan moral tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup.

9. Bali
•Kearifan Lokal Teologis
Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam masyarakat terkait dengan
pembeljaaran tentang sikap atau nilai religius :
a. Kebiasaan berdoa/beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya di rumah.
b. Berdoa sebelum dan sesudah mengakhiri kegiatan pembelajaran.
c. Kebiasaan memberikan salam/berjabat tangan/mencium tangan, kepada semua warga sekolah dan tamu yang berkunjung.

10. Nusa Tenggara Barat
• Tradisi “Roah Segare”
Mengandung nilai religius
Roah Segare (Ruwatan Laut) adalah salah satu tradisi rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat sepanjang Pantai Kuranji, Pantai
sebelah barat Pulau Lombok. Prosesi ini diselenggarakan setiap bulan Muharram dalam penanggalan hijriyah/Islam sebagai bentuk rasa syukur masyarakat nelayan, khususnya di Desa Kuranji Dalang dengan hasil laut yang melimpah ruah.

11. Nusa Tenggara Timur
•Ritual “Bau Lolon”
Mengandung nilai religius dan moral.
Masyarakat berkeyakinan bahwa mereka harus menghormati air yang merupakan jelmaan dari leluhur perempuan. Sehingga yang melakukan ritual adat ini tentu saja adalah kaum perempuan. Menurut masyarakat Adonara, air dan perempuan merupakan sesuatu yang wajib mereka jaga dan lindungi. Hal ini karena mereka menganggap perempuan sebagai sumber kehidupan.

Terima kasih, Bu.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Fitri Handayani གིས-
Nama: Fitri Handayani
NPM: 1913024017
izin menyampaikan rangkuman pada hari ini
Pengertian kearifan lokal
Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, meskipun memiliki makna yang sama (maridi, 2015:23).
Ciri-ciri dan jenis-jenis kearifan lokal
Adapun ciri-ciri kearifan lokal adalah (santosa, 2015:14):
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar;
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar;
3. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli;
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan;
5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
Barikut adalah nama daerah yang kami angkat ke dalam daerah yang memiliki kearifan lokal populer di indonesia yaitu:
1. Lampung
Upacara gawi (begawi) begawi adalah tradisi upacara adat warga lampung dengan maksud memberikan suatu gelar adat kepada pengantin. Istilah lengkapnya adalah begawi cakak papadun, yang kemudian banyak disebut dengan begawi saja. Begawi biasa dilaksanakan oleh kelompok masyarakat adat lampung papadun. Secara bahasa, begawi berarti “membuat gawi” atau suatu pekerjaan. Tujuan utama dari tradisi begawi adalah untuk memberikan gelar adat kepada seseorang. Statusnya dalam adat akan naik
2. Sumatera utara
Ritual adat mangongkal holi acara adat mangongkal holi dilatarbelakangi keyakinan suku batak toba terhadap nenek moyangnya. Masyarakat batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah.
3. Sumatera selatan
Senjata tradisional senjata tersebut adalah tombak trisula. Seperti halnya rencong dari aceh, kujang dari sunda, atau mandau dari kalimantan, tombak trisula memang sudah dikenal berasal dari palembang. Namun belum diketahui secara pasti sejak kapan trisula ini menjadi senjata tradisional di palembang
4. Daerah jawa
pranoto mongso pranoto mongso atau aturan waktu musim digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian.
5. Jawa barat (suku sunda)
Masyarakat adat suku sunda, atau lebih dikenal sebagai masyarakat adat kasepuhan memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutannya. Gunung teumeunang dilebur, leuweung teumeunang diruksak‟, (gunung tidak boleh dihancurkan dan hutan tidak boleh dirusak. Pepatah ini menyiratkan system pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan kearifan lokal, yang mengandung arti bahwa manusia merupakan bagian dari system alam.
6. Banten (suku baduy)
Kearifan lokal suku baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya. Seseorang tidak berhak dan berkuasa untuk melanggar dan mengubah tatanan kehidupan yang telah ada dan sudah berlaku turun temurun. Buyut dan pikukuhan karuhan dilafalkan dengan bahasa sunda kolot dalm bentuk ajaran yang akan di sampaikan pada saat upacara adat agar ujaran ini dianggap prinsip hidup oleh masyarakat baduy
7. Kalimantan
Suku dayak dalam berladang suku dayak mempunyai cara unik untuk berinteraksi dengan alam. Sebelum membuka kawasan hutan, mereka wajib memperoleh petunjuk para leluhur lewat prosesi merenung atau semedi. Dalam merenung, mereka berkomunikasi dengan leluhur.
8. Sulawesi
Tradisi pemmali pémmali atau ungkapan tabu sebagai salah satu wujud dari mitos telah tertanam dan tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat bugis, termasuk di kabupaten wajo.
9. Bali
Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam masyarakat terkait dengan pembeljaaran tentang sikap religius.
10. Nusa tenggara
Nusa tenggara barat tradisi “roah segare” roah segare (ruwatan laut) adalah salah satu tradisi rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat sepanjang pantai kuranji, pantai sebelah barat pulau lombok. Prosesi ini diselenggarakan setiap bulan muharram dalam penanggalan hijriyah/islam sebagai bentuk rasa syukur masyarakat nelayan, khususnya di desa kuranji dalang dengan hasil laut yang melimpah ruah.

Terima kasih Bu
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Inayatul Ainiyah Cahyani གིས-
Nama : Inayatul Ainiyah Cahyani
NPM : 1913024013

Tujuan pembelajaran pada hari ini, yaitu:
1. mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia
2. menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

Rangkuman
Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, meskipun memiliki makna yang sama.

Berikut merupakan fungsi dan makna kearifan lokal bersadarkan Sartini (2004) dalam Maridi (2015:22):
1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam;
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate;
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara Saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji;
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan;
5. Bermakna sosial, misalnya upacara intefrasu komunal/kerabat;
6. Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur; serta
7. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.

Berikut ini contoh dari kearifan lokal, yaitu:
1. Repong Damar di Lampung Barat
Repong Damar merupakan salah satu kearifan lokal yang sering disebut juga dengan hutan damar. Repong Damar ini adalah model dari pengelolaan pada suatu lahan bekas lading didalam suatu bentuk wanatani yang kemudian dapat dikembangkan oleh masyarakat Lampung Barat di Krui. Tradisi ini menanami lahan bekas lading dengan berbagai macam jenis tanaman, contohnya yaitu seperti karet, damar, durian dan juga kopi.
2. Bebie di Sumatera Selatan
Bebie merupakan suatu tradisi didalam menanam dan kemudian menanam padi secara bersama-sama, hal tersebut memiliki tujuan yaitu untuk agar suatu proses permanenan dapat dengan cepat terselesaikan. Apabila panennya tersebut telah selesai, maka akan ada perayaan yang menjadi suatu bentuk dari rasa syukur atas proses panen yang berhasil dan juga sukses.
3. Awig-Awig diLombok Barat dan Bali
Awig-Awig merupakan sebuah aturan adat yang dapat dijadikan suatu pedoman agar bisa bertindak dan juga bersikap terutama didalam hal berinteraksi. Dan juga didalam hal seperti mengolah sumber daya alam dan juga lingkungannya.
4. Cingcowong di Jawa Barat
Cingcowong merupakan sebuah jenis upacara yang berguna untuk meminta hujan, tradisi cingcowong ini juga sudah dilakukan dengan turun temurun oleh masyarakat Luragung untuk bisa melestarikan budayanya. Dan tradisi ini juga bisa menunjukkan suatu permintaan kepada Yang Maha Kuasa apabila tak ada kepatuhan di tiap perintah-Nya.
5. Tembawai di Kalimantan Barat
Tembawai adalah sebuah hutan rakyat yang juga dikembangkan oleh rakyat Dayak Iban yang terletak di Kalimantan Barat. Didalam hutan tersebut juga memiliki berbagai jenis tumbuhan yang produktif seperti pohon durian
6) Balingkea di Sulawesi Tengah
Balingkea adalah suatu kategori dari pandangan mengenai hutan menurut pendapat dari orang Toro. Balingkea merupakan bekas kebun yang umurnya mulai dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Seringnya balingkea diolah untuk tumbuhan palawija yang berbentuk ubi kayu, jagung, rica, kacang-kacangan dan juga sayur-sayuran.
7) Rimba Kepungan Sialang di Riau
Para masyarakat melayu telah mengenal suatu pembagian hutan tanah yang juga terdiri atas 3 bagian, yaitu tanah perladangan, rimba larangan dan juga rimba kepungan sialang.
8) Hompongan di Jambi
Hompongan adalah suatu hutan belukar yang juga melingkupi suatu kawasan inti dari pemukiman Orang Rimba, atau lebih tepatnya dikawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas di provinsi Jambi. Hal tersebut dengan sengaja dijaga ketat keberadaaannya karena memiliki fungsi menjadi suatu banteng pertahanan dari gangguan pihak dari luar.
9) Sasi dari Maluku
Sasi adalah suatu adat yang menjadi suatu pedoman dari tiap warga masyarakat Maluku didalam mengelola lingkungan yang termasuk pedoman dari pemanfaatan dari sumber daya alam.
10) Ke-kean di Sumatera Selatan
Pengetahuan mengenai kekean merupakan suatu perhitungan waktu yang sesuai untuk bisa menanam berbagai jenis tumbuhan tertentu yang berkaitan dengan ilmu perbintangan.

Terimakasih
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Firas Zulfa Farhana གིས-
Nama: Firas Zulfa Farhana
NPM:1913024025

Pengertian Kearifan Lokal

Kearifan lokal ialah budayayang dimiliki oleh masyarakat tertentu dan ditempat-tempat tertentu,dianggap mampu bertahan dalam menghadapu arus globalisasi, karena
kearifan lokal tersebut mengandung nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagaisarana pembangunan karakter bangsa.

Adapun ciri-ciri kearifan lokal adalah
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar;
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar;
3. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam

Jenis-jenis kearifan
lokal, antara lain (Santosa, 2015: 19);
1. Tata kelola, berkaitan dengan kemasyarakatan yang mengatur kelompok
sosial (kades).
2. Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisioanal
yang mengatur etika.
3. Tata cara prosedur, bercocok tanam sesuai dengan waktunya untuk
melestarikan alam.
4. Pemilihan tempat dan ruang. Kearifan lokal yang berwujud nyata
budaya asli

Macam-Macam Kearifan Populer Di Indonesia
1. Upacara Gawi (Begawi)
Begawi adalah tradisi upacara adat warga Lampung dengan maksud
memberikan suatu gelar adat kepada pengantin, nilai yang terkadung adalah nilai budaya.Adat Begawi ini juga menegaskan bahwa sistem kekerabatan
masyarakat Lampung Pepadun bersifat patrilineal. Mengutamakan garis
keturunan dari bapak, maka dari itu yang menjadi seorang penyimbang
adalah anak laki-laki paling tua diharapkan mampu mewarisi
kepemimpinan bapak dalam sebuah keluarga.

2. Sumatra utara, Ritual Adat Mangongkal Holi dengan nilai-nilai yang terkandung Masyarakat batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah.

3. Jawa, pranoto mongso memiliki nilai-nilai yang terkandung aturan waktu musim atau pranoto mongso digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Menurut Hariyanto, (2013) Pranoto mongso adalah salah satu cara yang digunakan suku jawa untuk mengetahui hukum atau tanda-tanda dari fenomena geografis dan berguna untuk menentukan masa tanam, masa panen, Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pencegahan biaya proses pertanian yang tinggi, dan pengurangan resiko gagal panen. Melalui perhitungan pranoto mongso maka alam dapat terjaga keseimbangannya.

4.Sumatra Selatan
Lagu Gending Sriwijaya ini
dibawakan untuk mengiringi tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun
tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan
kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah
Barat Nusantara

5.Jawa Barat
Masyarakat adat suku Sunda, atau lebih dikenal sebagai masyarakat
adat Kasepuhan memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutannya.
Mereka masih menggantungkan sebagian besar penghidupannya pada
hutan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan untuk hidup
harmonis dengan lingkungan sekitarnya

6.Banten ( Suku Baduy)
Suku ini tidak mengeksploitasi alam, mereka menggunkan
seperlunya yang ada di alam dan disertai dengan pelestarian hutan dan alam sekitar

7.Kalimantan
Orang Dayak sewajarnya mengeksploitasi potensi alam memanfaatkan zat-zat ramah
lingkungan. Seperti cara menangkap ikan, mempergunakan getah akar
pohon koring. Getah pohon ini membuat ikan sungai menjadi mabuk dan tidak
sehingga gampang ditangkap.

8.Sulawesi
Terdapat pantangan untuk tidak menumpahkan air panas ke tanah karena akan
mengakibatkan leluhurnya mendapat siksa kubur, hal ini berkaitan denganpesan moral tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup. Apabila
di tanah tersebut terdapat tanaman/tumbuhan tentu siraman air panas
akan mengganggu pertumbuhannya

9.Bali
Masyarakat bali melakukan pepohonan layaknya memperlakukan dirinya sendiri, yaitu dengan menyelimuti pohon dengan kain. Hal ini
memberikan makna, bahwa agar manusia tidak menebang pohon secara sembarangan. Mereka percaya bahwa pohon tersebut merupakan
sumber penghidupan mereka, yang akan menghasilkan sumber-sumber air, karena pohon-pohon yang besar akan mampu menampung/menyerap air di saat hujan.

10.Nusa Tenggara
Tradisi Roah Segare
Pada tradisi ini nelayan tidak boleh melaut untuk mencari ikanselama tiga hari. Ini sebagai wujud penghormatan agar alam lautbenar-benar bersih dari gangguan, dan proses ekosistemnya berjalanmaksimal.

Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran Biologi

Kearifan lokal memiliki nilai kebermanfaatan untuk dapat dijadikan
sebagai sumber belajar biologi. Kearifan lokal dapat dihunakan sebagai dasar
pengetahuan untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran biologi di sekolah.
Kearifan lokal dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi karena
membawa fungsi konservasi nilai dan pelestarian sumber daya alam yang
wajib diketahui, dipahami, dan dilestarikan oleh generasi bangsa melalui
pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah oleh guru
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Dewi Sinta Rahayu གིས-
Nama: Dewi Sinta Rahayu
NPm: 1913024007

Berdasarkan tujuan pembelajaran pada hari ini terdapat 2 tujuan yang diharapkan yaitu
1. mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia
2. menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

Rangkuman:
Kearifan lokal dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, meskipun memiliki makna yang sama.

Jenis-jenis kearifan lokal, antara lain (Santosa, 2015: 19);
1. Tata kelola, berkaitan dengan kemasyarakatan
yang mengatur kelompok sosial (kades).
2. Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisioanal yang mengatur etika.
3. Tata cara prosedur, bercocok tanam.
4. Pemilihan tempat dan ruang. Kearifan lokal yang berwujud nyata, antara lain:
a. Tekstual, contohnya yang ada tertuang dalam kitab kono (primbon), kalinder.
b. Tangible, contohnya bangunan yang mencerminkan kearifan lokal. Candi borobudur, batik. Kearifan lokal yang tidak berwujud.

Macam-Macam Kearifan Lokal di Indonesia

1. Lampung upacara gawi (begawi), Begawi adalah tradisi upacara adat warga Lampung dengan memiliki nilai-nilai yang terkandung yakni memberikan suatu gelar adat kepada pengantin. Istilah lengkapnya adalah Begawi Cakak Papadun, yang kemudian banyak disebut dengan Begawi saja.

2. Sumatra utara, Ritual Adat Mangongkal Holi dengan nilai-nilai yang terkandung Masyarakat batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah.

3. Jawa, pranoto mongso memiliki nilai-nilai yang terkandung aturan waktu musim atau pranoto mongso digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Menurut Hariyanto, (2013) Pranoto mongso adalah salah satu cara yang digunakan suku jawa untuk mengetahui hukum atau tanda-tanda dari fenomena geografis dan berguna untuk menentukan masa tanam, masa panen, Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pencegahan biaya proses pertanian yang tinggi, dan pengurangan resiko gagal panen. Melalui perhitungan pranoto mongso maka alam dapat terjaga keseimbangannya.

4. Suku Sunda, Jawa Barat. sebagai masyarakat adat kesepuhan memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutannya dengan pepatah Gunung teumeunang dilebur, leuweung teumeunang diruksak’, (gunung tidak boleh dihancurkan dan hutan tidak boleh dirusak) dengan memiliki nilai-nilai yang terkandung manusia merupakan bagian dari sistem alam, mereka masih menggantungkan sebagian besar penghidupannya pada hutan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan untuk hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya.

5. Suku Baduy, Banten. Memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya.

6. Suku dayak, Kalimantan. Memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di suku Dayak terletak pada cara menangkap ikan ramah lingkungan dengan sewajarnya mengeksploitasi potensi alam memanfaatkan zat-zat ramah lingkungan. Seperti cara menangkap ikan, mempergunakan getah akar pohon koring. Getah pohon ini membuat ikan sungai menjadi mabuk sehingga gampang ditangkap.

7. Sulawesi, tradisi pemmali. Pémmali atau ungkapan tabu sebagai salah satu wujud dari mitos telah tertanam dan tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat Bugis, termasuk di Kabupaten Wajo. Tradisi pammali memiliki nilai-nilai kearifan kelompok Ungkapan pémmali berperan sebagai panduan berperilaku masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari, salah satunya ungkapan pemmali yang berkaitan dengan kelestarian alam.

8. Bali, dalam aktivitas masyarakat Bali dalam menerapkan sistem mata pencaharian, diantaranya: pertanian, peternakan, perkebunan, sanggar-sanggar seni, atau tradisi-tradisi yang berkembang di masyarakat. Dalam masyarakat Bali dikenal adanya tradisi memperingati hari “tumpek uduh”. Kearifan lokal subak yang menjadi dasar etika yang menuntun perilaku masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan adalah kearifan ekologi.

9. Nusa Tenggara Barat, Tradisi “Roah Segare”. Tradisi ini memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung diantaranya yaitu nelayan tidak boleh melaut untuk mencari ikan selama tiga hari. Ini sebagai wujud penghormatan agar alam laut benar-benar bersih dari gangguan, dan proses ekosistemnya berjalan maksimal.

10. Nusa Tenggara Timur, Ritual “Bau Lolon”. Ritual ini memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung diantaranya yaitu masyarakat berkeyakinan bahwa mereka harus menghormati air yang merupakan jelmaan dari leluhur perempuan. Sehingga yang melakukan ritual adat ini tentu saja adalah kaum perempuan. Menurut masyarakat Adonara, air dan perempuan merupakan sesuatu yang wajib mereka jaga dan lindungi. Hal ini karena mereka menganggap perempuan sebagai sumber kehidupan.
Terima Kasig Bu
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Alvina Aulia Syafitri གིས-
Nama : Alvina Aulia Syafitri
Npm : 1913024027

Izin menulis rangkuman
Secara etimologis, kearifan lokal terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Kearifan lokal (local wisdom) dapat diartikan sebagai gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya.
Adapun ciri-ciri kearifan lokal adalah (Santosa, 2015:14):
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar;
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar;
3. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam
budaya asli
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan;
5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya
Jenis-jenis kearifan lokal, antara lain (Santosa, 2015: 19);
1. Tata kelola, berkaitan dengan kemasyarakatan yang mengatur kelompok sosial (kades).
2. Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisioanal yang mengatur etika.
3. Tata cara prosedur, bercocok tanam sesuai dengan waktunya untuk melestarikan alam.
4. Pemilihan tempat dan ruang. Kearifan lokal yang berwujud nyata, antara lain:
a. Tekstual, contohnya yang ada tertuang dalam kitab kono (primbon), kalinder.
b. Tangible, contohnya bangunan yang mencerminkan kearifan lokal. Candi borobudur, batik. Kearifan lokal yang tidak berwujud; Petuah yang secara verbal, berbentuk nyanyian seperti balamut.
Kearifan lokal merupakan nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan manusia bermasyarakat untuk melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari. Di Indonesia sendiri sangat banyak macam kearifan lokal yang popular di berbagai daerahnya seperti yang telah dipaparkan pada makalah yaitu Lampung, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, Jawa Barat, Banten, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Nusa Tenggara. Kearifan lokal memiliki nilai kebermanfaatan untuk dapat dijadikan sebagai sumber belajar biologi. Kearifan lokal dapat dihunakan sebagai dasar pengetahuan untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran biologi di sekolah. Kearifan lokal dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi karena membawa fungsi konservasi nilai dan pelestarian sumber daya alam yang wajib diketahui, dipahami, dan dilestarikan oleh generasi bangsa melalui pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah oleh guru.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

M.Dimas Dhitya Asri གིས-
Nama : M.Dimas Dhitya Asri
NPM : 1913024039

Izin menyampaikan rangkuman pertemuan ke -4

Tujuan pembelajararan pertemuan ke-4 :
1. Mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia
2. Menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

Pengertian kearifan lokal
Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, meskipun memiliki makna yang sama (maridi, 2015:23).

1. Lampung ,Upacara Gawi (Begawi
Upacara Gawi (Begawi) Begawi adalah tradisi upacara adat warga Lampung dengan maksud memberikan suatu gelar adat kepada pengantin. Istilah lengkapnya adalah Begawi Cakak Papadun, yang kemudian banyak disebut dengan Begawi saja. Begawi biasa dilaksanakan oleh kelompok masyarakat adat Lampung Papadun. Secara bahasa, Begawi berarti “membuat gawi” atau suatu pekerjaan. Tujuan utama dari tradisi Begawi adalah untuk memberikan gelar adat kepada seseorang. Statusnya dalam adat akan naik

2. Bebie di Sumatera Selatan
Bebie merupakan suatu tradisi didalam menanam dan kemudian menanam padi secara bersama-sama, hal tersebut memiliki tujuan yaitu untuk agar suatu proses permanenan dapat dengan cepat terselesaikan. Apabila panennya tersebut telah selesai, maka akan adaperayaan yang menjadi suatu bentuk dari rasa syukur atas proses panen yang berhasil dan juga sukses. Kearifan lokal Bebie ini terdapat di Muara Enim, lebih tepatnya berada di Sumatera Selatan.
3. Hutan Larang Adat di Riau
Kearifan lokal mempunyai suatu tujuan agar masyarakat yang berada disekitarnya dapat dengan bersama-sama melestarikan hutan yang berada disana. Seperti contohnya yaitu adanya suatu peraturan mengenai tak diperbolehkannya menebang hutan secara sembarangan. Apabila hal tersebut dilakukan, maka pelakunya akan dikenakan denda yaitu sebesar 100 kg beras ataupun bisa berbentuk uang yang jumlahnya sebesar Rp 6.000.000.

4. Cingcowong di Jawa Barat
Cingcowong merupakan sebuah jenis upacara yang berguna untuk meminta hujan, tradisi cingcowong ini juga sudah dilakukan dengan turun temurun oleh masyarakat Luragung untuk bisa melestarikan budayanya. Dan tradisi ini juga bisa menunjukkan suatu permintaan kepada Yang Maha Kuasa apabila tak ada kepatuhan di tiap perintah-Nya.

5. Repong Damar di Lampung Barat
Repong Damar merupakan salah satu kearifan lokal yang sering disebut juga dengan hutan damar. Repong Damar ini adalah model dari pengelolaan pada suatu lahan bekas lading didalam suatu bentuk wanatani yang kemudian dapat dikembangkan oleh masyarakat Lampung Barat di Krui. Tradisi ini menanami lahan bekas lading dengan berbagai macam jenis tanaman, contohnya yaitu seperti karet, damar, durian dan juga kopi.

6. Tembawai di Kalimantan Barat
Tembawai adalah sebuah hutan rakyat yang juga dikembangkan oleh rakyat Dayak Iban yang terletak di Kalimantan Barat. Didalam hutan tersebut juga memiliki berbagai jenis tumbuhan yang produktif seperti pohon durian.

7. Pamali memancing ikan di Maluku Utara
Pamali memancing ikan adalah suatu aturan adat yakni berupa larangan maupun boboso. Dan pamali memancing ikan ini juga secara yurisdiksi sangat terbatas kepada adat, nilai-nilai dan juga agama.
Akan tetapi konsep dari property right itu terbentuk dari pranata sosial pada masyarakat yang sudah berlangsung sangat lama didalam mengatur suatu pemanfaatan sumberdaya laut dan juga pesisir. Kearifan lokal ini terdapat didaerah Desa Bobaneigo yang ada di Maluku Utara.

8. Koko dan Tattakeng di Sulawesi Selatan
Sebelum diperkenalkannya pertanian seperti padi sawah, rakyat To Bentong sudah mewariskan lahan untuk para keturunannya berbentuk kebun atau Koko dan juga lading yang sudah ditinggalkan atau Tattakeng. Koko merupakan suatu lahan perladangan yang bisa diolah dengan cara berpindah. Sementara Tattakeng merupakan suatu lahan bekas perladangan yang tengah diberakan. Kearifan lokal ini terletak di Minahasa provinsi Sulawesi Utara.

9. Moposad Dan Moduduran di Sulawesi Selatan
Moposad dan Moduduran adalah suatu pranata mengenai tolong menolong yang sangat penting untuk dapat menjaga sebuah keserasian dari lingkungan sosial. Kearifan lokal ini terletak di Bolaang Mongondow, provinsi Sulawesi Selatan.

10. Pahomba di Nusa Tenggara Timur
Pahomba atau yang biasa disebut juga dengan gugus hutan merupakan suatu tempat yang dilarang keras untuk dimasuki, terlebih lagi dengan niatan untuk mengambil hasil hutannya. Dan pada hakikatnya, pohon-pohon di tiap pahomba tersebut memiliki fungsi menjadi pohon-pohon induk yang bisa menyebarkan benih kedalam padang rumput yang cukup luas.
Oleh sebab itu, Apabila api tak menghangus dan mematikan anakan dari pepohonan tersebut, proses dari perluasan hutan yang secara alamiah bisa berlangsung. Pepohonan yang ada dipahomba dan disekitaran batang sungai memiliki fungsi menjadi suatu filter terhadap materi erosi dan juga secara sekaligus menjadi sempadan alamiah sungan yang berguna untuk pelestarian air sungai.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Muhammad Ikhlas Jaya གིས-
Nama : Muhammad Ikhlas Jaya
NPM : 1913024053

Kearifan lokal merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah.
Keanekaragaman dari berbagai kearifan lokal merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Budaya lokal ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk yang lain.

Fungsi dan makna kearifan lokal bersadarkan Sartini (2004) dalam Maridi (2015:22):
1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam;
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate;
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara Saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji;
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan;
5. Bermakna sosial, misalnya upacara intefrasu komunal/kerabat;
6. Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur;
7. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.

kearifan lokal populer di indonesia yaitu :
1. Cingcowong (Jawa Barat)
Cingcowong merupakan sebuah jenis upacara yang berguna untuk meminta hujan, tradisi cingcowong ini juga sudah dilakukan dengan turun temurun oleh masyarakat Luragung untuk bisa melestarikan budayanya. Dan tradisi ini juga bisa menunjukkan suatu permintaan kepada Yang Maha Kuasa apabila tak ada kepatuhan di tiap perintah-Nya.

2. Bebie (Sumatera Selatan)
Bebie merupakan suatu tradisi didalam menanam dan kemudian menanam padi secara bersama-sama, hal tersebut memiliki tujuan yaitu untuk agar suatu proses permanenan dapat dengan cepat terselesaikan. Apabila panennya tersebut telah selesai, maka akan adaperayaan yang menjadi suatu bentuk dari rasa syukur atas proses panen yang berhasil dan juga sukses.

3. Ke-kean (Sumatera Selatan)
Pengetahuan mengenai kekean merupakan suatu perhitungan waktu yang sesuai untuk bisa menanam berbagai jenis tumbuhan tertentu yang berkaitan dengan ilmu perbintangan.

4. Awig-Awig (Lombok Barat)
Awig-Awig merupakan sebuah aturan adat yang dapat dijadikan suatu pedoman agar bisa bertindak dan juga bersikap terutama didalam hal berinteraksi. Dan juga didalam hal seperti mengolah sumber daya alam dan juga lingkungannya.

5. Repong Damar (Lampung Barat)
Repong Damar merupakan salah satu kearifan lokal yang sering disebut juga dengan hutan damar. Repong Damar ini adalah model dari pengelolaan pada suatu lahan bekas lading didalam suatu bentuk wanatani yang kemudian dapat dikembangkan oleh masyarakat Lampung Barat di Krui. Tradisi ini menanami lahan bekas lading dengan berbagai macam jenis tanaman, contohnya yaitu seperti karet, damar, durian dan juga kopi.

6. Koko dan Tattakeng (Sulawesi Selatan)
Sebelum diperkenalkannya pertanian seperti padi sawah, rakyat To Bentong sudah mewariskan lahan untuk para keturunannya berbentuk kebun atau Koko dan juga lading yang sudah ditinggalkan atau Tattakeng. Koko merupakan suatu lahan perladangan yang bisa diolah dengan cara berpindah. Sementara Tattakeng merupakan suatu lahan bekas perladangan yang tengah diberakan.

7. Pamali memancing ikan (Maluku Utara)
Pamali memancing ikan adalah suatu aturan adat yakni berupa larangan maupun boboso. Dan pamali memancing ikan ini juga secara yurisdiksi sangat terbatas kepada adat, nilai-nilai dan juga agama.

8. Tembawai (Kalimantan Barat)
Tembawai adalah sebuah hutan rakyat yang juga dikembangkan oleh rakyat Dayak Iban yang terletak di Kalimantan Barat. Didalam hutan tersebut juga memiliki berbagai jenis tumbuhan yang produktif seperti pohon durian.

9. Pahomba (Nusa Tenggara Timur)
Pahomba atau yang biasa disebut juga dengan gugus hutan merupakan suatu tempat yang dilarang keras untuk dimasuki, terlebih lagi dengan niatan untuk mengambil hasil hutannya. Dan pada hakikatnya, pohon-pohon di tiap pahomba tersebut memiliki fungsi menjadi pohon-pohon induk yang bisa menyebarkan benih kedalam padang rumput yang cukup luas.

10. Hutan Larang Adat (Riau)
Kearifan lokal mempunyai suatu tujuan agar masyarakat yang berada disekitarnya dapat dengan bersama-sama melestarikan hutan yang berada disana. Seperti contohnya yaitu adanya suatu peraturan mengenai tak diperbolehkannya menebang hutan secara sembarangan.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Fia Yurista གིས-
Fia Yurista (1913024011)

—Rangkuman Pertemuan ini.

Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh
masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Fungsi dan makna kearifan lokal bersadarkan Sartini (2004) dalam Maridi (2015:22):
1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam;
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate;
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara Saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji;
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan;
5. Bermakna sosial, misalnya upacara intefrasu komunal/kerabat;
6. Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur;
7. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.

Adapun ciri-ciri kearifan lokal adalah
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar;
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar;
3. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam

Jenis-jenis kearifan
lokal, antara lain (Santosa, 2015: 19);
1. Tata kelola, berkaitan dengan kemasyarakatan yang mengatur kelompok
sosial (kades).
2. Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisioanal
yang mengatur etika.
3. Tata cara prosedur, bercocok tanam sesuai dengan waktunya untuk
melestarikan alam.
4. Pemilihan tempat dan ruang. Kearifan lokal yang berwujud nyata
budaya asli
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Shasa Deva Riyatno གིས-
Nama : Shasa Deva Riyatno
NPM : 1953024009

Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, meskipun memiliki makna yang sama.

Adapun ciri-ciri kearifan lokal adalah (santosa, 2015:14):
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar;
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar;
3. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli;
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan;
5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Fungsi dan makna kearifan lokal bersadarkan Sartini (2004) dalam Maridi (2015:22):
1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam;
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate;
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara Saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji;
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan;
5. Bermakna sosial, misalnya upacara intefrasu komunal/kerabat;
6. Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur;
7. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.

Kearifan lokal Indonesia :
1. Balingkea (Sulawesi Tengah)
Balingkea adalah suatu kategori dari pandangan mengenai hutan menurut pendapat dari orang Toro. Balingkea merupakan bekas kebun yang umurnya mulai dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Seringnya balingkea diolah untuk tumbuhan palawija yang berbentuk ubi kayu, jagung, rica, kacang-kacangan dan juga sayur-sayuran.

2. Rimba Kepungan Sialang (Riau)
Para masyarakat melayu telah mengenal suatu pembagian hutan tanah yang juga terdiri atas 3 bagian, yaitu tanah perladangan, rimba larangan dan juga rimba kepungan sialang.

3. Hompongan (Jambi)
Hompongan adalah suatu hutan belukar yang juga melingkupi suatu kawasan inti dari pemukiman Orang Rimba, atau lebih tepatnya dikawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas di provinsi Jambi. Hal tersebut dengan sengaja dijaga ketat keberadaaannya karena memiliki fungsi menjadi suatu banteng pertahanan dari gangguan pihak dari luar.

4. Ke-kean (Sumatera Selatan)
Pengetahuan mengenai kekean merupakan suatu perhitungan waktu yang sesuai untuk bisa menanam berbagai jenis tumbuhan tertentu yang berkaitan dengan ilmu perbintangan.

5. Sasi (Maluku)
Sasi adalah suatu adat yang menjadisuatu pedoman dari tiap warga masyarakat Maluku didalam mengelola lingkungan yang termasuk pedoman dari pemanfaatan dari sumber daya alam.

6. Repong Damar (Lampung Barat)
Repong Damar merupakan salah satu kearifan lokal yang sering disebut juga dengan hutan damar. Repong Damar ini adalah model dari pengelolaan pada suatu lahan bekas lading didalam suatu bentuk wanatani yang kemudian dapat dikembangkan oleh masyarakat Lampung Barat di Krui. Tradisi ini menanami lahan bekas lading dengan berbagai macam jenis tanaman, contohnya yaitu seperti karet, damar, durian dan juga kopi.

7. Koko dan Tattakeng (Sulawesi Selatan)
Sebelum diperkenalkannya pertanian seperti padi sawah, rakyat To Bentong sudah mewariskan lahan untuk para keturunannya berbentuk kebun atau Koko dan juga lading yang sudah ditinggalkan atau Tattakeng. Koko merupakan suatu lahan perladangan yang bisa diolah dengan cara berpindah. Sementara Tattakeng merupakan suatu lahan bekas perladangan yang tengah diberakan.

8. Hutan Larang Adat (Riau)
Kearifan lokal mempunyai suatu tujuan agar masyarakat yang berada disekitarnya dapat dengan bersama-sama melestarikan hutan yang berada disana. Seperti contohnya yaitu adanya suatu peraturan mengenai tak diperbolehkannya menebang hutan secara sembarangan.

9. Pahomba (Nusa Tenggara Timur)
Pahomba atau yang biasa disebut juga dengan gugus hutan merupakan suatu tempat yang dilarang keras untuk dimasuki, terlebih lagi dengan niatan untuk mengambil hasil hutannya. Dan pada hakikatnya, pohon-pohon di tiap pahomba tersebut memiliki fungsi menjadi pohon-pohon induk yang bisa menyebarkan benih kedalam padang rumput yang cukup luas.

10. Tembawai (Kalimantan Barat)
Tembawai adalah sebuah hutan rakyat yang juga dikembangkan oleh rakyat Dayak Iban yang terletak di Kalimantan Barat. Didalam hutan tersebut juga memiliki berbagai jenis tumbuhan yang produktif seperti pohon durian.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Aripati Sulika གིས-

nama : Aripati Sulika 

npm : 1913024003

A. kearifan lokal di Indonesia

indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang cukup tinggi, sehingga menjadikan indonesia sebagai negara yang penuh warna dan memiliki karifan lokal yang beragam, Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Adapun ciri-ciri kearifan lokal adalah (Santosa, 2015:14): 1. Mampu bertahan terhadap budaya luar; 2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar; 3. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli;  4. Mempunyai kemampuan mengendalikan; 5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya. kearifan lokal berdasarkan kebermanfaaannya dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, diantaranya Jenis-jenis kearifan lokal, antara lain (Santosa, 2015: 19); 1. Tata kelola, berkaitan dengan kemasyarakatan yang mengatur kelompok sosial (kades). 2. Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisioanal yang mengatur etika. 3. Tata cara prosedur, bercocok tanam sesuai dengan waktunya untuk melestarikan alam. 4. Pemilihan tempat dan ruang. Kearifan lokal yang berwujud nyata, antara lain: a. Tekstual, contohnya yang ada tertuang dalam kitab kono (primbon), kalinder. b. Tangible, contohnya bangunan yang mencerminkan kearifan lokal. Candi borobudur, batik. Kearifan lokal yang tidak berwujud; Petuah yang secara verbal, berbentuk nyanyian seperti balamut.

sebagai suatu  warisan nenek moyang, kearifan lokal di indonesia memiliki nilai dan fungsi, Berikut merupakan fungsi dan makna kearifan lokal bersadarkan Sartini (2004) dalam Maridi (2015:22): 1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam; 2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate; 5 3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara Saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji; 4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan; 5. Bermakna sosial, misalnya upacara intefrasu komunal/kerabat; 6. Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur; serta 7. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.

sehingga dengan mengetahui pentingnya kearifan lokal dinegara kita kita bisa melestarikan ndan menerapkan nilai budaya tersebut dalam keseharian. 

B. Kearifan lokal populer di indonesia

pulau sumatera

  1.  adat begawi dari lampung, yakni upaca pemberian gelar adatuntuk seseorang.
  2. tari gending sriwijaya, sumatera selatan, tarian yang menggambarkan kejayaan kerajaan sriwijaya.
  3. adat mangongkal, sumatera utara, prosesi pemindahan kuburan mayat.

pulau jawa

  1. pranoto mongso, pengaturan sistem bertanam suku jawa.
  2. pikukuh karuhun, norma adat suku baduy

pulau sulawesi

  1. adat pemmali, larangan atau pantangan memancing ikan.

pulau bali

  1. subak, sistem tata kelola irigasi secara tradisional
  2. upacara ngaben, pembakaran jenazah

pulau nusa tenggara

  1. roah segare tradisi memberikan sesembahn kepada laut.
  2. bau lolon, peresmian sumber mataair

pulau kalimantan

  1. senjata keramat pedang mandau suku dayak

pulau papua 

  1. tradisi brapen untuk memasak dengan memansakan batu.



In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Nafista Resti Amalia གིས-
Nama : Nafista Resti Amalia
NPM : 1913024015

Tujuan Pembelajaran pada pertemuan ini adalah :
1) Mengidentifikasi kearifan lokal Indonesia
2) Menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

Kearifan lokal sendiri merupakan kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, meskipun memiliki makna yang sama (Maridi, 2015:23).

Ciri-ciri kearifan lokal adalah
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar
3. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan;
5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Fungsi dan makna kearifan lokal (Sartini, 2004. dalam Mardi, 2015:22)
1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, misalnya pada upacara Saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada pura Panji
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan
5. Bermakna sosial, misalnya upacara intefrasu komunal/kerabat
6. Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur
7. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client

1. Roah Segare (Ruwatan Laut) - NTB
Dilakukan setiap bulan Muharram dalam penanggalan hijriyah/islam sebagai bentuk rasa syukur masyarakat nelayan khususnya di Desa Kuranji
Dalang dengan hasil laut yang melimpah ruah.
2. Ritual Bau Lolon - NTT
Masyarakat adat Adonara tidak akan meminum air sebelum mereka menyelesaikan ritual Wai Gere Lewo. air yang belum mereka sucikan dengan ritual dapat membawa malapetaka bagi diri sendiri maupun keluarga. Masyarakat berkeyakinan bahwa mereka harus menghormati air yang merupakan jelmaan dari leluhur
perempuan. Ritual ini merupakan merupakan ritual sakral sebagai simbol peresmian air minum.
3. Tradisi memperingati hari Tumpek Uduh - Bali
memberikan makna, bahwa agar manusia tidak menebang pohon secara sembarangan. Mereka percaya bahwa pohon tersebut merupakan sumber penghidupan mereka, yang akan menghasilkan sumber-sumber air, karena pohon-pohon yang besar akan mampu menampung/menyerap air di saat hujan.
4. Upacara Begawi - Lampung
Adalah tradisi upacara adat warga Lampung dengan maksud memberikan suatu gelar adat kepada pengantin. Tujuan utama dari tradisi Begawi adalah untuk memberikan gelar adat kepada seseorang. Statusnya dalam adat akan naik.
5. Tradisi Pemmali - Sulawesi
Pemmali atau ungkapan tabu sebagai salah satu wujud dari mitos telah tertanam dan tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat Bugis
6. Berladang - Suku Dayak Kalimantan
cara unik untuk berinteraksi dengan alam. Sebelum membuka kawasan hutan, mereka wajib memperoleh petunjuk para leluhur lewat prosesi merenung atau semedi. Dalam merenung, mereka berkomunikasi dengan leluhur.
7. Kearifan lokal suku Baduy - Banten
Kearifan lokal suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya. Seseorang tidak berhak dan berkuasa untuk melanggar dan mengubah tatanan kehidupan yang telah ada dan sudah berlaku turun temurun.
8. Kearifan lokal menjaga hutan - Suku Sunda Jawa Barat
Gunung teumeunang dilebur, leuweung teumeunang diruksak (gunung tidak boleh dihancurkan dan hutan tidak boleh dirusak). Pepatah ini menyiratkan sistem
pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan kearifan lokal, yang mengandung arti bahwa manusia merupakan bagian dari sistem alam. Di mana jika sumber daya alam rusak, maka kehidupan manusia juga terganggu.
9. Pranoto Mongso - Jawa
Merupakan aturan waktu musim digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian.
10. Ritual Adat Mangokal Holi - Batak Toba Sumatera Utara
Acara adat Mangongkal Holi dilatarbelakangi keyakinan suku batak toba terhadap nenek moyangnya. Masyarakat batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Beby Olivia Alianda གིས-
Nama : Beby Olivia Alianda
NPM : 1953024005

Rangkuman
Kearifan lokal merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah. Keanekaragaman dari berbagai kearifan lokal merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Budaya lokal ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk yang lain.
Kearifan Lokal di berbagai Provinsi di Indonesia
1. Lampung
Begawi, tujuan utama dari tradisi Begawi yaitu mengandung nilai-nilai sosial, hal ini karena tujuan begawi adalah untuk memberikan gelar adat
kepada seseorang, yang menyebabkan naiknya status sosial orang tersebut di masyarakat.
2. Sumatera Utara
Silsilah marga
Silsilah marga mengandung nilai sosial dan nilai kekerabatan/kekeluargaan, karena suku batak mengenal yang disebut dengan marga, dimana marga itu sendiri merupakan identitas orang Batak dan merupakan sendi utama dalam sistem kekerabatan (Partuturan). Marga pada suku Batak akan menghasilkan kekerabatan dekat maupun jauh, sehingga dapat memunculkan atau menghasilkan suatu komunitas marga di dalam maupun di luar kampung halaman.
3. Sumatera Selatan
Seni tari pada masyarakat Sumatera Selatan, dilihat dari segi lagu maupun
tariannya, mengandung nilai persatuan maupun nilai sejarah/histori, karena menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah
Barat Nusantara.
4. Jawa Tengah
Pranoto MongsoMerupakan salah satu kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai leluhur, karena berkaitan dengan aturan waktu musim digunakan oleh para petani
pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian.
5. Jawa Barat
Gunung teumeunang dilebur, leuweung teumeunang diruksak
Mengandung nilai sosial, masyarakat adat suku Sunda, atau lebih dikenal sebagai masyarakat adat Kasepuhan memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutannya. Mereka masih menggantungkan sebagian besar penghidupannya pada hutan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan untuk hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Hutan dan masyarakat adat Kasepuhan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kemudian, bangunan rumah yang dibangun dengan bahan bamboo merupakan cara mengaplikasikan dari nilai kearifan local masyarakat sunda. Praktis dan fleksibel juga, sewaktu-waktu bias dipindahkan dengan cara digotong bersama-sama.
6. Banten (Suku Baduy)
Mengandung banyak nilai religius dan nilai sosial. Kearifan lokal suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya. Prinsip hidup suku Baduy yang melekat pada dirinya dan menjelma dalam perbuatan, tidak mudah tergoyah dengan kemajuan jaman dan sulit untuk dipertemukan dengan keadaan zaman sekarang. Kegiatan berladang dianggap kegiatan suci, karena mengawinkan dewi padi atau Nyai pohaci Sanghyang Asri. Kegiatan berladang akan sellau diikuti dengan upacara-upacara adat yang dipimpin oleh ketua adat.
7. Kalimantan
Suku Dayak dalam berladang
Mengandung nilai-nilai religius. Suku Dayak mempunyai cara unik untuk berinteraksi dengan alam. Sebelum membuka kawasan hutan, mereka wajib memperoleh petunjuk para leluhur lewat prosesi merenung atau semedi. Dalam merenung, mereka berkomunikasi dengan leluhur. Doanya dijawab lewat pertanda kayu tertancap dalam tanah, makin panjang atau makin pendek. Jika kayu bertambah panjang artinya larangan untuk berladang, jika kayunya bertambah pendek artinya mereka dipersilahkan untuk berladang atau tanahnya subur.
8. Sulawesi
Tradisi Pemmali
“Pèmmali mabboloang uwwaé pella ri tanaé nasaba riséssai warialana rilaleng kibburu”
Arti: Pantangan menumpahkan air panas ke tanah karena akan mengakibatkan leluhurnya mendapat siksa kubur.
Mengandung nilai moral, religius, dan sosial. Bagi para petani, membuang air panas (sisa kopi, teh, dsb.) ke tanah sangat dilarang. Hal tersebut diyakini akan membuat leluhurnya mendapat siksa di alam kubur. Bila kita telaah lebih dalam, hal tersebut tidak berhubungan sama sekali. Namun, pantangan tersebut menyiratkan
pesan moral tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup.
9. Bali
Kearifan Lokal Teologis
Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam masyarakat terkait dengan pembeljaaran tentang sikap atau nilai religius :
a. Kebiasaan berdoa/beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya di rumah.
b. Berdoa sebelum dan sesudah mengakhiri kegiatan pembelajaran.
c. Kebiasaan memberikan salam/berjabat tangan/mencium tangan, kepada semua warga sekolah dan tamu yang berkunjung.
10. Nusa Tenggara Barat
Tradisi “Roah Segare”
Mengandung nilai religius
Roah Segare (Ruwatan Laut) adalah salah satu tradisi rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat sepanjang Pantai Kuranji, Pantai sebelah barat Pulau Lombok. Prosesi ini diselenggarakan setiap bulan Muharram dalam penanggalan hijriyah/Islam sebagai bentuk rasa syukur masyarakat nelayan, khususnya di Desa Kuranji Dalang dengan hasil laut yang melimpah ruah.
11. Nusa Tenggara Timur
Ritual “Bau Lolon”
Mengandung nilai religius dan moral.
Masyarakat berkeyakinan bahwa mereka harus menghormati air yang merupakan jelmaan dari leluhur perempuan. Sehingga yang melakukan ritual adat ini tentu saja adalah kaum perempuan. Menurut masyarakat Adonara, air dan perempuan merupakan sesuatu yang wajib mereka jaga dan lindungi. Hal ini karena mereka menganggap perempuan sebagai sumber kehidupan.

Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran Biologi
Kearifan lokal memiliki nilai kebermanfaatan untuk dapat dijadikan sebagai sumber belajar biologi. Kearifan lokal dapat dihunakan sebagai dasar pengetahuan untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran biologi di sekolah. Kearifan lokal dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar biologi karena membawa fungsi konservasi nilai dan pelestarian sumber daya alam yang wajib diketahui, dipahami, dan dilestarikan oleh generasi bangsa melalui pendidikan, khususnya pembelajaran di sekolah oleh guru
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

herlina lina གིས-
Nama: Herlina
NPM: 1913024029

Berdasarkan tujuan pembelajaran pada hari ini terdapat 2 tujuan yang diharapkan yaitu
1. mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia
2. menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

Rangkuman:
Kearifan lokal dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, meskipun memiliki makna yang sama.

Jenis-jenis kearifan lokal, antara lain (Santosa, 2015: 19);
1. Tata kelola, berkaitan dengan kemasyarakatan
yang mengatur kelompok sosial (kades).
2. Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisioanal yang mengatur etika.
3. Tata cara prosedur, bercocok tanam.
4. Pemilihan tempat dan ruang. Kearifan lokal yang berwujud nyata, antara lain:
a. Tekstual, contohnya yang ada tertuang dalam kitab kono (primbon), kalinder.
b. Tangible, contohnya bangunan yang mencerminkan kearifan lokal. Candi borobudur, batik. Kearifan lokal yang tidak berwujud.

Macam-Macam Kearifan Lokal di Indonesia

1. Lampung upacara gawi (begawi),

2. Sumatra utara, Ritual Adat Mangongkal Holi
3. Jawa, pranoto mongso

4. Suku Sunda, Jawa Barat. sebagai masyarakat adat kesepuhan memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutannya dengan pepatah Gunung teumeunang dilebur, leuweung teumeunang diruksak’, (gunung tidak boleh dihancurkan dan hutan tidak boleh dirusak)
5. Suku Baduy, Banten. Memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya.

6. Suku dayak, Kalimantan. Memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di suku Dayak terletak pada cara menangkap ikan ramah lingkungan dengan sewajarnya

7. Sulawesi, tradisi pemmali. .

8. Bali, a tradisi memperingati hari “tumpek uduh”. Kearifan lokal subak yang menjadi dasar etika yang menuntun perilaku masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan adalah kearifan ekologi.

9. Nusa Tenggara Barat, Tradisi “Roah Segare”.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Haris Fathur Rahman གིས-
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Nama : Haris Fathur Rahman
Npm : 1953024007
Mohon izin menjawab Ibu,

Secara etimologis, kearifan lokal terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Kearifan lokal (local wisdom) dapat diartikan sebagai gagasan-gagasan setempat (lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Adapun ciri-ciri kearifan lokal adalah (Santosa, 2015:14):
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar;
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar;
3. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli;
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan;
5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.

Kearifan lokal di indonesia
1. Lampung, Begawi adalah tradisi upacara adat warga Lampung dengan maksud memberikan suatu gelar adat kepada pengantin. Istilah lengkapnya adalah Begawi Cakak Papadun, yang kemudian banyak disebut dengan Begawi saja. Begawi biasa dilaksanakan oleh kelompok masyarakat adat Lampung Papadun. Secara bahasa, Begawi berarti “membuat gawi” atau suatu pekerjaan. Tujuan utama dari tradisi Begawi adalah untuk memberikan gelar adat kepada seseorang. Statusnya dalam adat akan naik
2. Sumatera Utara, Acara adat Mangongkal Holi dilatarbelakangi keyakinan suku batak toba terhadap nenek moyangnya. Masyarakat batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah.
3. Jawa, Pranoto Mongso atau aturan waktu musim digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian.
4. Kalimantan, Suku Dayak mempunyai cara unik untuk berinteraksi dengan alam. Sebelum membuka kawasan hutan, mereka wajib memperoleh petunjuk para leluhur lewat prosesi merenung atau semedi. Dalam merenung, mereka berkomunikasi dengan leluhur.
5. Nusa Tenggara, Roah Segare (Ruwatan Laut) adalah salah satu tradisi rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat sepanjang Pantai Kuranji, Pantai sebelah barat Pulau Lombok. Prosesi ini diselenggarakan setiap bulan Muharram dalam penanggalan hijriyah/Islam sebagai bentuk rasa syukur masyarakat nelayan, khususnya di Desa Kuranji Dalang dengan hasil laut yang melimpah ruah.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Anisa Mulyani གིས-
Nama : Anisa Mulyani
NPM : 1913024035

Tujuan pembelajararan pertemuan ke-4 :
1. Mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia
2. Menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

                                                                                                                                           Rangkuman

               Kearifan lokal merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan citra budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian penting bagi pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah.
Keanekaragaman dari berbagai kearifan lokal merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Budaya lokal ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk yang lain.

Beberapa kearifan Lokal Populer di berbagai Provinsi di Indonesia
1. Lampung
Begawi, tujuan utama dari tradisi Begawi yaitu mengandung nilai-nilai sosial, hal ini karena tujuan begawi adalah untuk memberikan gelar adat kepada seseorang, yang menyebabkan naiknya status sosial orang tersebut di masyarakat.

2. Sumatera Utara
Silsilah marga. Silsilah marga mengandung nilai sosial dan nilai kekerabatan/kekeluargaan, karena suku batak mengenal yang disebut dengan marga, dimana marga itu sendiri merupakan identitas orang Batak dan merupakan sendi utama dalam sistem kekerabatan (Partuturan). Marga pada suku Batak akan menghasilkan kekerabatan dekat maupun jauh, sehingga dapat memunculkan atau menghasilkan suatu komunitas marga di dalam maupun di luar kampung halaman.

3. Sumatera Selatan
Seni tari pada masyarakat Sumatera Selatan, dilihat dari segi lagu maupun tariannya, mengandung nilai persatuan maupun nilai sejarah/histori, karena menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantara.

4. Jawa Tengah
Pranoto Mongso, merupakan salah satu kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai leluhur, karena berkaitan dengan aturan waktu musim digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian.

5. Jawa Barat
"Gunung teumeunang dilebur, leuweung teumeunang diruksak"
Mengandung nilai sosial, masyarakat adat suku Sunda, atau lebih dikenal sebagai masyarakat adat Kasepuhan memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutannya. Mereka masih menggantungkan sebagian besar penghidupannya pada hutan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan untuk hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Hutan dan masyarakat adat Kasepuhan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kemudian, bangunan rumah yang dibangun dengan bahan bamboo merupakan cara mengaplikasikan dari nilai kearifan local masyarakat sunda. Praktis dan fleksibel juga, sewaktu-waktu bias dipindahkan dengan cara digotong bersama-sama.

6. Banten (Suku Baduy)
Mengandung banyak nilai religius dan nilai sosial. Kearifan lokal suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya. Prinsip hidup suku Baduy yang melekat pada dirinya dan menjelma dalam perbuatan, tidak mudah tergoyah dengan kemajuan jaman dan sulit untuk dipertemukan dengan keadaan zaman sekarang. Kegiatan berladang dianggap kegiatan suci, karena mengawinkan dewi padi atau Nyai pohaci Sanghyang Asri. Kegiatan berladang akan sellau diikuti dengan upacara-upacara adat yang dipimpin oleh ketua adat.

7. Kalimantan
Suku Dayak dalam berladang, mengandung nilai-nilai religius. Suku Dayak mempunyai cara unik untuk berinteraksi dengan alam. Sebelum membuka kawasan hutan, mereka wajib memperoleh petunjuk para leluhur lewat prosesi merenung atau semedi. Dalam merenung, mereka berkomunikasi dengan leluhur. Doanya dijawab lewat pertanda kayu tertancap dalam tanah, makin panjang atau makin pendek. Jika kayu bertambah panjang artinya larangan untuk berladang, jika kayunya bertambah pendek artinya mereka dipersilahkan untuk berladang atau tanahnya subur.

8. Sulawesi
Tradisi Pemmali

Pémmali makkaja ri pacoqé yaréga ri possina tapparengngé”. Arti: Pantangan bagi nelayan menangkap ikan di tempat yang disepakati/diyakini sebagai pusar danau atau tempat yang dikeramatkan.

“Pèmmali mabboloang uwwaé pella ri tanaé nasaba riséssai warialana rilaleng kibburu”
Arti: Pantangan menumpahkan air panas ke tanah karena akan mengakibatkan leluhurnya mendapat siksa kubur.
Mengandung nilai moral, religius, dan sosial. Bagi para petani, membuang air panas (sisa kopi, teh, dsb.) ke tanah sangat dilarang. Hal tersebut diyakini akan membuat leluhurnya mendapat siksa di alam kubur. Bila kita telaah lebih dalam, hal tersebut tidak berhubungan sama sekali. Namun, pantangan tersebut menyiratkan
pesan moral tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup.


9. Bali
Kearifan Lokal Teologis, Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam masyarakat terkait dengan
pembeljaaran tentang sikap atau nilai religius :
a. Kebiasaan berdoa/beribadah sesuai dengan agama yang dianutnya di rumah.
b. Berdoa sebelum dan sesudah mengakhiri kegiatan pembelajaran.
c. Kebiasaan memberikan salam/berjabat tangan/mencium tangan, kepada semua warga sekolah dan tamu yang berkunjung.

10. Nusa Tenggara
- Nusa Tenggara Barat
  Tradisi “Roah Segare”, Mengandung nilai religius. Roah Segare (Ruwatan Laut) adalah salah satu tradisi rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat sepanjang Pantai Kuranji, Pantai sebelah barat Pulau Lombok. Prosesi ini diselenggarakan setiap bulan Muharram dalam penanggalan hijriyah/Islam sebagai bentuk rasa syukur masyarakat nelayan, khususnya di Desa Kuranji Dalang dengan hasil laut yang melimpah ruah. prosesnya yaitu dengan melarang nelayan untuk mennagkap ikan selama 3 hari, jika dilanggar maka akan mendapatkan malapetaka bagi dirinya dan keluarganya. Tradisi ini bermanfaat sebagai sarana untuk menjaga kelestarian laut.

- Nusa Tenggara Timur
•Ritual “Bau Lolon”. Mengandung nilai religius dan moral. Masyarakat berkeyakinan bahwa mereka harus menghormati air yang merupakan jelmaan dari leluhur perempuan. Sehingga yang melakukan ritual adat ini tentu saja adalah kaum perempuan. Menurut masyarakat Adonara, air dan perempuan merupakan sesuatu yang wajib mereka jaga dan lindungi. Hal ini karena mereka menganggap perempuan sebagai sumber kehidupan. Tradisi ini bermanfaat sebagai sarana untuk menjaga kelestarian lingkungan yang berpa air agar tetap mengalir.

Terima kasih, Bu.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Nia Wati གིས-
Nama: Niawati
NPM: 1913024047
MK: ETNOSAINS

Berdasarkan tujuan pembelajaran pada hari ini terdapat 2 tujuan yang diharapkan yaitu
1. Mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia.
2. Menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

1. (Santosa, 2015:14) Adapun kearifan lokal yang dapat diidentifikasi dapat kita lihat berdasarkan hal tersebut, yaitu:
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar;
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar;
3. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan;
5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat lokal yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara itulah, kearifan lokal dapat disebut sebagai jiwa dari budya lokal.
2. Berikut ini adalah 5 kearifan lokal dari provinsi di Indonesia
1. Ritual Adat Mangongkal Holi Acara adat Mangongkal Holidilatarbelakangi keyakinan suku batak toba terhadap nenek moyangnya. Masyarakat batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah. Tetapi sebaliknya, roh tersebut juga dapat 8 mendatangkan bahaya, kesusahan, bencana, penyakit dan kematian jika keturunannya tidak berbuat baik. Hal ini merupakan bentuk penghormatan atau pemujaan terhadap nenek moyang. Kepercayaan ini mendorong suku batak toba untuk menjalin hubungan yang erat dengan nenek moyangnya.
2. Seni Tari Salah satu tari dari sumatera selatan ialah Gending Sriwijaya. Tari Gending Sriwijaya merupakan tarian khas Sumatera Selatan. Gending Sriwijaya merupakan lagu daerah dan juga tarian yang cukup populer dari kota Palembang Sumatera Selatan. Lagu Gending Sriwijaya ini dibawakan untuk mengiringi tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantar
3. PranotoMongso Pranoto Mongso atau aturan waktu musim digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Menurut Hariyanto, (2013) Pranoto mongso adalah salah satu cara yang digunakan suku jawa untuk mengetahui hukum atau tanda-tanda dari fenomena geografis dan berguna untuk menentukan masa tanam, masa panen, 13 PengendalianHama Terpadu (PHT), pencegahan biaya proses pertanian yang tinggi, dan pengurangan resiko gagal panen. Melalui perhitungan pranoto mongso maka alam dapat terjaga keseimbangannya.
4. Gunung teumeunang dilebur, leuweung teumeunang dirulsak Masyarakat adat suku Sunda, atau lebih dikenal sebagai masyarakat adat Kasepuhan memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutannya. Mereka masih menggantungkan sebagian besar penghidupannya pada hutan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan untuk hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Hutan dan masyarakat adat Kasepuhan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
5. Kearifan lokal suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya. Yang menarik dan membuat kearifan lokal suku ini sangat terkenal serta patut kita tiru adalah suku ini tidak mengeksploitasi alam, mereka menggunkan seperlunya yang ada di alam dan disertai dengan pelestarian.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Endri Dwiyanti གིས-
Assalamualaikum wr. wb
Nama : Endri Dwiyanti
Npm : 1913024023
mohon izin menjawab bu

Tujuan pembelajararan :
1. Mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia
2. Menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

Rangkuman :

Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, meskipun memiliki makna yang sama (maridi, 2015:23).

Jenis-jenis kearifan lokal, antara lain (Santosa, 2015: 19);
1. Tata kelola, berkaitan dengan kemasyarakatan
yang mengatur kelompok sosial (kades).
2. Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisioanal yang mengatur etika.
3. Tata cara prosedur, bercocok tanam.
4. Pemilihan tempat dan ruang. Kearifan lokal yang berwujud nyata, antara lain:
a. Tekstual, contohnya yang ada tertuang dalam kitab kono (primbon), kalinder.
b. Tangible, contohnya bangunan yang mencerminkan kearifan lokal. Candi borobudur, batik. Kearifan lokal yang tidak berwujud


1. Lampung
upacara gawi (begawi),
Begawi adalah tradisi upacara adat warga Lampung dengan memiliki nilai-nilai yang terkandung yakni memberikan suatu gelar adat kepada pengantin. Istilah lengkapnya adalah Begawi Cakak Papadun, yang kemudian banyak disebut dengan Begawi saja.

2. Sumatra utara,
Ritual Adat Mangongkal Holi
dengan nilai-nilai yang terkandung Masyarakat batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah.

3. Jawa,
pranoto mongso
memiliki nilai-nilai yang terkandung aturan waktu musim atau pranoto mongso digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Menurut Hariyanto, (2013) Pranoto mongso adalah salah satu cara yang digunakan suku jawa untuk mengetahui hukum atau tanda-tanda dari fenomena geografis dan berguna untuk menentukan masa tanam, masa panen, Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pencegahan biaya proses pertanian yang tinggi, dan pengurangan resiko gagal panen. Melalui perhitungan pranoto mongso maka alam dapat terjaga keseimbangannya.

4. Suku Sunda, Jawa Barat.
sebagai masyarakat adat kesepuhan memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutannya dengan pepatah Gunung teumeunang dilebur, leuweung teumeunang diruksak’, (gunung tidak boleh dihancurkan dan hutan tidak boleh dirusak) dengan memiliki nilai-nilai yang terkandung manusia merupakan bagian dari sistem alam, mereka masih menggantungkan sebagian besar penghidupannya pada hutan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan untuk hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya.

5. Suku Baduy, Banten.
Memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya.

6. Suku dayak, Kalimantan.
Memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di suku Dayak terletak pada cara menangkap ikan ramah lingkungan dengan sewajarnya mengeksploitasi potensi alam memanfaatkan zat-zat ramah lingkungan. Seperti cara menangkap ikan, mempergunakan getah akar pohon koring. Getah pohon ini membuat ikan sungai menjadi mabuk sehingga gampang ditangkap.

7. Sulawesi,
tradisi pemmali.
Pémmali atau ungkapan tabu sebagai salah satu wujud dari mitos telah tertanam dan tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat Bugis, termasuk di Kabupaten Wajo. Tradisi pammali memiliki nilai-nilai kearifan kelompok Ungkapan pémmali berperan sebagai panduan berperilaku masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari, salah satunya ungkapan pemmali yang berkaitan dengan kelestarian alam.

8. Bali,
dalam aktivitas masyarakat Bali dalam menerapkan sistem mata pencaharian, diantaranya: pertanian, peternakan, perkebunan, sanggar-sanggar seni, atau tradisi-tradisi yang berkembang di masyarakat. Dalam masyarakat Bali dikenal adanya tradisi memperingati hari “tumpek uduh”. Kearifan lokal subak yang menjadi dasar etika yang menuntun perilaku masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan adalah kearifan ekologi.

9. Nusa Tenggara Barat,
Tradisi “Roah Segare”.
Tradisi ini memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung diantaranya yaitu nelayan tidak boleh melaut untuk mencari ikan selama tiga hari. Ini sebagai wujud penghormatan agar alam laut benar-benar bersih dari gangguan, dan proses ekosistemnya berjalan maksimal.

10. Nusa Tenggara Timur,
Ritual “Bau Lolon”.
Ritual ini memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung diantaranya yaitu masyarakat berkeyakinan bahwa mereka harus menghormati air yang merupakan jelmaan dari leluhur perempuan. Sehingga yang melakukan ritual adat ini tentu saja adalah kaum perempuan. Menurut masyarakat Adonara, air dan perempuan merupakan sesuatu yang wajib mereka jaga dan lindungi. Hal ini karena mereka menganggap perempuan sebagai sumber kehidupan.

Terima kasih
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Yulia Damayanti གིས-
assalamualaikum wr.wb.
maaf ibu sebelumnya saya izin mencoba menjawab
nama : Yuliua damayanti dengan npm 1913024045

rangkuman

Berdasarkan tujuan pembelajaran pada hari ini terdapat 2 tujuan yang diharapkan yaitu
1. mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia
2. menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh
masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapat berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain, meskipun memiliki makna yang sama.
Jenis-jenis kearifan lokal, antara lain
1. Tata kelola, berkaitan dengan kemasyarakatan yang mengatur kelompok sosial (kades).
2. Nilai-nilai adat, tata nilai yang dikembangkan masyarakat tradisioanal yang mengatur etika.
3. Tata cara prosedur, bercocok tanam.
4. Pemilihan tempat dan ruang. Kearifan lokal yang berwujud nyata, antara lain:
a. Tekstual, contohnya yang ada tertuang dalam kitab kono (primbon), kalinder.
b. Tangible, contohnya bangunan yang mencerminkan kearifan lokal. Candi borobudur, batik. Kearifan lokal yang tidak berwujud.

Seperti yang kita tahu bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki kearifan lokal yang beragam. Berikut adalah nama daerah yang kami angkat ke dalam daerah yang memiliki kearifan lokal populer di Indonesia
1. Lampung
Upacara Gawi (Begawi) Begawi adalah tradisi upacara adat warga Lampung dengan maksud memberikan suatu gelar adat kepada pengantin. Istilah lengkapnya adalah Begawi Cakak Papadun, yang kemudian banyak disebut dengan Begawi saja. Begawi biasa dilaksanakan oleh kelompok masyarakat adat Lampung Papadun. Secara bahasa, Begawi berarti “membuat gawi” atau suatu pekerjaan. Tujuan utama dari tradisi Begawi adalah untuk memberikan gelar adat kepada seseorang. Statusnya dalam adat akan naik.
2. Sumatera Utara
Acara adat Mangongkal Holi dilatarbelakangi keyakinan suku batak toba terhadap nenek moyangnya. Masyarakat batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah.
3. Jawa
Pranoto Mongso atau aturan waktu musim digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian.
4. Banten (Suku Baduy)
Kearifan lokal suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya. Seseorang tidak berhak dan berkuasa untuk melanggar dan mengubah tatanan kehidupan yang telah ada dan sudah berlaku turun temurun. Buyut dan pikukuhan karuhan dilafalkan dengan bahasa sunda kolot dalm bentuk ajaran yang akan di sampaikan pada saat upacara adat agar ujaran ini dianggap prinsip hidup oleh masyarakat Baduy.
5. Nusa Tengara Barat
Roah Segare (Ruwatan Laut) adalah salah satu tradisi rutin yang dilaksanakan oleh masyarakat sepanjang Pantai Kuranji, Pantai sebelah barat Pulau Lombok. Prosesi ini diselenggarakan setiap bulan Muharram dalam penanggalan hijriyah/Islam sebagai bentuk rasa syukur masyarakat nelayan, khususnya di Desa Kuranji Dalang dengan hasil laut yang melimpah ruah.
5. Bali
Kearifan lokal subak yang menjadi dasar etika yang menuntun perilaku masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan adalah kearifan ekologi.
1. Sistem irigasi subak berserta landskap sawah berundak-undak yang indah dibuat mengikuti garis kontur. Setiap subak mempunyai aturan-aturan (awigawig) pengaturan air yang telah disepakati. Seorang warga subak yang mendapat pembagian air satu bit memikul kewajiban atau ayahan satu tenaga kerja.
2. Sistem pola tanam yang dilakukan subak disesuaikan dengan ketersediaan air. Ada 3 (tiga) sistem pola tanam yang sering diterapkan dalam subak, yaitu: sistem
kertamasa, sistem nyorog, dan sistem tulak sumur.
3. Pengendalian hama lewat ritual yang dilakukan oleh beberapa krama subak diyakini dapat mengendalikan hama. Misalnya, Ngusabe Ngerarung Bikul (festival membuang tikus ke laut) yang dilakukan oleh krama desa pakraman Julah Kecamatan Tejakula Buleleng.

sekian ibu rangkuman dari saya , wassallamualaikum wr.wb
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Nabilla Vidia Sobach 1913024043 གིས-
Jika merujuk dengan tujuan pembelajaran pada hari ini terdapat 2 tujuan yang diharapkan:
1. mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia
2. menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

Indonesia memiliki banyak sekali perbedaan, pada suku, budaya, bahasa dan lain lain. Tentunya hal ini menjadikan adanya perbedaan kearifan lokal dari masing masing budaya setempat.
contoh kearifan lokal di Indonesia:
1. pranoto mongso di Jawa Tengah
Pranoto mongso merupakan aturan waktu musim yang digunakan oleh para tani di pedasaan. Aturan tersebut didasarkan pada naluri dari leluhur, dan dipakai sebagai dasar untuk mengolah pertanian. Maka itu, pranoto mongso memberi arahan kepada petani untuk bercocok tanam dengan cara mengikuti tanda-tanda alam dalam mongso yang bersangkutan. Sehingga, pemanfaatan tanah oleh petani sifatnya terukur. Meskipun, air dan saluran irigasi sudah tersedia dengan baik. Praktik ini dipercaya dapat menjaga keseimbangan alam.

2. Menganggap Suatu Tempat Keramat Khususnya Pada Pohon Besar (Beringin) di D.I.Yogyakarta
Anggapan tentang tempat keramat cenderung membuat banyak orang tidak merusak tempat tersebut. Sebaliknya, mereka akan memelihara tempat itu. Bahkan, tidak berani untuk membuang sampah sembarangan. Mereka takut jika nanti karma buruk akan diterima di kemudian hari. Misalnya, pada pohon beringin besar. Praktik ini merupakan bentuk konservasi karena dengan memelihara pohon, maka seseorang akan menjaga sumber air. Hal ini disebabkan karena, pohon beringin memiliki akar yang sangat kuat. Dekat lokasi akar pohon yang kuat, biasanya ada sumber air.

3. Karampuang di Sulawesi
Komunitas adat itu berperan dalam pengelolaan hutan. Mereka meyakini bahwa hutan merupakan bagian dari alam dirinya. Sehingga, untuk menjaga keseimbangan ekosistem, di dalamnya terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh semua masyarakat. Aturan itu akan dibacakan oleh seorang galla atau pelaksana harian pemerintah adat tradisional sebagai suatu bentuk fatwa adat. Pembacaannya akan dilakukan di hadapan dewan adat dan warga sebagai suatu bentuk peraturan bersama.

4. Dilarang masuk hutan larangan (leuweung kolot) oleh Suku Baduy di Kalimantan
Untuk menebang pohon, membuka ladang atau mengambil hasil hutan lainnya. Dilarang menebang sembarangan jenis tanaman, misalnya pohon buah-buahan, dan jenis-jenis tertentu. Dilarang menggunakan teknologi kimia, misalnya menggunakan pupuk, obat pemberantas hama penyakit, atau meracuni ikan. Berladang harus sesuai dengan ketentuan adat, dan sebagainya.

5. Nyabuk Gunung di Jawa
Nyabuk gunung merupakan praktik bercocok tanam dengan cara membuat teras sawah yang dibentuk menurut garis kontur. Praktik ini umumnya berlangsung di lereng Bukit Sumbing dan Sindoro. Nyabuk gunung adalah suatu wujud konservasi lahan dalam bercocok tanam. Hal itu karena didasarkan pada garis konturnya. Berbeda dengan praktik nyabuk gunung di Dieng yang memotong kontur pada saat bercocok tanam. Memotong kontur dapat mempermudah terjadinya longsor.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Meliani Putri གིས-
Nama : Meliani Putri
NPM : 1713024053

Berdasarkan, tujuan pembelajaran pada pertemuan ke-4.
1. Mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia.
2. Menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia.

Rangkuman :

Kearifan lokal sendiri dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan berupa nilai, norma, dan aturan-aturan khusus yang berkembang, ditaati, dan dilaksanakan oleh masyarakat di suatu tempat dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Fungsi dan makna kearifan lokal :

1. Berfungsi untuk konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
2. Berfungsi untuk pengembangan sumber daya manusia misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep kanda pat rate.
3. Berfungsi untuk pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Berfungsi sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
5. Bermakna sosial, misalnya upacara intefrasu komunal/kerabat.
6. Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam upacara Ngaben dan penyucian roh leluhur.
7. Bermakna politik, misalnya upacara ngangkuk merana dan kekuasaan patron client.

Kearifan lokal yang populer di Indonesia dengan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

1. Lampung upacara gawi (begawi)
Begawi adalah tradisi upacara adat warga Lampung dengan memiliki nilai-nilai yang terkandung yakni memberikan suatu gelar adat kepada pengantin. Istilah lengkapnya adalah Begawi Cakak Papadun, yang kemudian banyak disebut dengan Begawi saja.

2. Sumatra utara, Ritual Adat Mangongkal Holi dengan nilai-nilai yang terkandung Masyarakat batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah.

3. Jawa, pranoto mongso memiliki nilai-nilai yang terkandung aturan waktu musim atau pranoto mongso digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian.

4. Suku Sunda, Jawa Barat sebagai masyarakat adat kesepuhan memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutannya dengan pepatah Gunung teumeunang dilebur, leuweung teumeunang diruksak (gunung tidak boleh dihancurkan dan hutan tidak boleh dirusak) dengan memiliki nilai-nilai yang terkandung manusia merupakan bagian dari sistem alam, mereka masih menggantungkan sebagian besar penghidupannya pada hutan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan untuk hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya.

5. Suku Baduy, Banten memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya.

6. Suku dayak, Kalimantan memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di suku Dayak terletak pada cara menangkap ikan ramah lingkungan dengan sewajarnya mengeksploitasi potensi alam memanfaatkan zat-zat ramah lingkungan. Seperti cara menangkap ikan, mempergunakan getah akar pohon koring. Getah pohon ini membuat ikan sungai menjadi mabuk sehingga gampang ditangkap.

7. Sulawesi, tradisi pemmali. Pémmali atau ungkapan tabu sebagai salah satu wujud dari mitos telah tertanam dan tumbuh subur dalam kehidupan masyarakat Bugis, termasuk di Kabupaten Wajo. Tradisi pammali memiliki nilai-nilai kearifan kelompok Ungkapan pémmali berperan sebagai panduan berperilaku masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari, salah satunya ungkapan pemmali yang berkaitan dengan kelestarian alam.

8. Bali, dalam aktivitas masyarakat Bali dalam menerapkan sistem mata pencaharian, diantaranya: pertanian, peternakan, perkebunan, sanggar-sanggar seni, atau tradisi-tradisi yang berkembang di masyarakat. Dalam masyarakat Bali dikenal adanya tradisi memperingati hari “tumpek uduh”. Kearifan lokal subak yang menjadi dasar etika yang menuntun perilaku masyarakat dalam berinteraksi dengan lingkungan adalah kearifan ekologi.

9. Nusa Tenggara Barat, Tradisi “Roah Segare”. Tradisi ini memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung diantaranya yaitu nelayan tidak boleh melaut untuk mencari ikan selama tiga hari. Ini sebagai wujud penghormatan agar alam laut benar-benar bersih dari gangguan, dan proses ekosistemnya berjalan maksimal.

10. Nusa Tenggara Timur, Ritual “Bau Lolon”. Ritual ini memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung diantaranya yaitu masyarakat berkeyakinan bahwa mereka harus menghormati air yang merupakan jelmaan dari leluhur perempuan. Sehingga yang melakukan ritual adat ini tentu saja adalah kaum perempuan. Menurut masyarakat Adonara, air dan perempuan merupakan sesuatu yang wajib mereka jaga dan lindungi. Hal ini karena mereka menganggap perempuan sebagai sumber kehidupan.

Terimakasih bu.
In reply to First post

Re: Rangkuman 4

Selviana Wulandari གིས-
NAMA : SELVIANA WULANDARI
NPM : 1913024031

Berdasarkan tujuan pembelajaran pada hari ini terdapat 2 tujuan yang diharapkan yaitu
1. Mengidentifikasi kearifan lokal di Indonesia.
2. Menjelaskan masing-masing kearifan lokal minimal 5 provinsi di Indonesia

1. (Santosa, 2015:14) Adapun kearifan lokal yang dapat diidentifikasi dapat kita lihat berdasarkan hal tersebut, yaitu:
1. Mampu bertahan terhadap budaya luar;
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar;
3. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli
4. Mempunyai kemampuan mengendalikan;
5. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat lokal yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara itulah, kearifan lokal dapat disebut sebagai jiwa dari budya lokal.
2. Berikut ini adalah 5 kearifan lokal dari provinsi di Indonesia
1. Ritual Adat Mangongkal Holi Acara adat Mangongkal Holidilatarbelakangi keyakinan suku batak toba terhadap nenek moyangnya. Masyarakat batak toba percaya bahwa roh nenek moyang dapat membantu, menghibur, mengingatkan dan memberi petuah. Tetapi sebaliknya, roh tersebut juga dapat 8 mendatangkan bahaya, kesusahan, bencana, penyakit dan kematian jika keturunannya tidak berbuat baik. Hal ini merupakan bentuk penghormatan atau pemujaan terhadap nenek moyang. Kepercayaan ini mendorong suku batak toba untuk menjalin hubungan yang erat dengan nenek moyangnya.
2. Seni Tari Salah satu tari dari sumatera selatan ialah Gending Sriwijaya. Tari Gending Sriwijaya merupakan tarian khas Sumatera Selatan. Gending Sriwijaya merupakan lagu daerah dan juga tarian yang cukup populer dari kota Palembang Sumatera Selatan. Lagu Gending Sriwijaya ini dibawakan untuk mengiringi tari Gending Sriwijaya. Baik lagu maupun tarian ini menggambarkan keluhuran budaya, kejayaan, dan keagungan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya mempersatukan wilayah Barat Nusantar
3. PranotoMongso Pranoto Mongso atau aturan waktu musim digunakan oleh para petani pedesaan yang didasarkan pada naluri dari leluhur dan digunakan sebagai patokan untuk mengolah pertanian. Menurut Hariyanto, (2013) Pranoto mongso adalah salah satu cara yang digunakan suku jawa untuk mengetahui hukum atau tanda-tanda dari fenomena geografis dan berguna untuk menentukan masa tanam, masa panen, 13 PengendalianHama Terpadu (PHT), pencegahan biaya proses pertanian yang tinggi, dan pengurangan resiko gagal panen. Melalui perhitungan pranoto mongso maka alam dapat terjaga keseimbangannya.
4. Gunung teumeunang dilebur, leuweung teumeunang dirulsak Masyarakat adat suku Sunda, atau lebih dikenal sebagai masyarakat adat Kasepuhan memiliki kearifan lokal dalam menjaga hutannya. Mereka masih menggantungkan sebagian besar penghidupannya pada hutan dan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan untuk hidup harmonis dengan lingkungan sekitarnya. Hutan dan masyarakat adat Kasepuhan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
5. Kearifan lokal suku Baduy terletak pada ajaran utamanya yaitu pandangan mereka terhadap alam semesta, kesederhanaan dan toleransi terhadap lingkungan disekitarnya. Yang menarik dan membuat kearifan lokal suku ini sangat terkenal serta patut kita tiru adalah suku ini tidak mengeksploitasi alam, mereka menggunkan seperlunya yang ada di alam dan disertai dengan pelestarian.