Nama : Indri Mutiara
NPM : 2523031001
Banyak siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, terutama saat diminta untuk mengemukakan pendapat atau menganalisis suatu permasalahan sosial. Siswa lebih sering menyalin informasi dari buku teks tanpa mencoba memahami dan menilai informasi tersebut secara kritis. Ketika diberikan pertanyaan terbuka seperti “Mengapa ketimpangan sosial bisa terjadi di masyarakat?” sebagian besar siswa hanya menjawab secara faktual tanpa penalaran mendalam. Mereka kurang mampu menghubungkan fakta sosial dengan konteks kehidupan nyata, serta jarang mengajukan pertanyaan balik terhadap fenomena sosial yang mereka amati. Fenomena ini juga selaras dengan laporan media massa dan hasil riset pendidikan nasional yang menunjukkan adanya penurunan kemampuan berpikir kritis di kalangan pelajar Indonesia, terutama dalam kemampuan menganalisis, mengevaluasi, dan menyimpulkan informasi. Masalah ini menjadi perhatian penting, karena mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan membentuk peserta didik yang mampu berpikir kritis, reflektif, dan bertanggung jawab terhadap permasalahan sosial di masyarakat.
Dalam pembelajaran IPS, berpikir kritis merupakan kemampuan esensial yang diperlukan untuk:
1. Menganalisis fenomena sosial secara logis dan rasional,
2. Memahami keterkaitan antara fakta, nilai, dan keputusan sosial,
3. Mengembangkan solusi terhadap persoalan masyarakat secara argumentatif.
4. Penurunan kemampuan berpikir kritis dapat disebabkan oleh:
5. Pembelajaran yang masih berorientasi pada hafalan (teacher-centered),
6. Kurangnya penggunaan media aktual dan kontekstual,
7. Minimnya kesempatan siswa untuk berdiskusi, berargumen, dan mengevaluasi isu sosial secara mendalam.
Desain pembelajaran J. Kemp digunakan karena memberikan kerangka sistematis dan fleksibel untuk mengembangkan pembelajaran sesuai kebutuhan siswa. Dalam konteks ini, fokus desain diarahkan pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills / HOTS).
Langkah penerapan desain J. Kemp:
1. Identifikasi kebutuhan belajar: siswa perlu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analisis sosial.
2. Menentukan tujuan pembelajaran: siswa dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi fenomena sosial secara logis serta menyusun solusi alternatif.
3. Pemilihan konten: isu-isu aktual dalam masyarakat (ketimpangan sosial, kemiskinan, dan globalisasi).
4.
Strategi pembelajaran: menggunakan Problem Based Learning (PBL) yang menekankan pada pemecahan masalah nyata.
5. Media pembelajaran: artikel berita, video dokumenter sosial, dan data statistik dari media massa.
6. Evaluasi: asesmen kinerja melalui diskusi, presentasi, dan refleksi individu.
Model Pembelajaran yang Digunakan: Problem Based Learning (PBL). Model Problem Based Learning (PBL) dipilih karena dapat menstimulasi kemampuan berpikir kritis siswa dengan menghadapkan mereka pada masalah nyata yang menuntut analisis dan solusi.
Langkah penerapan PBL dalam pembelajaran IPS:
1. Orientasi masalah: Guru menampilkan video berita tentang ketimpangan sosial di Indonesia.
2. Identifikasi masalah: Siswa mendiskusikan penyebab dan dampak ketimpangan sosial tersebut.
3. Pengumpulan data: Siswa mencari data dan informasi dari berbagai sumber (artikel, internet, wawancara).
4. Analisis dan sintesis: Siswa menganalisis faktor sosial, ekonomi, dan budaya yang memengaruhi masalah.
5. Presentasi hasil dan refleksi: Siswa menyajikan hasil diskusi dan menarik kesimpulan kritis terhadap solusi yang ditawarkan.