NAMA : KHARISYA SYIFA ANINDITA
NPM : 2513032064
Tahap Tahap Perkembangan Moral (Moral Stages)
Tokohnya yaitu Lawrence Kohlberg
Lahir : New York, 25 Oktober 1927
Profesi : Profesor Psikologi di Yale University, Chicago University dan Harvard University
Wafat : Boston, 19 Januari 1987
Menurut Kohlberg Kesadaran moral berkembang dalam 3 level yaitu Prakonvensional, Konvensional dan Pasca Konvensional
Konvensional berasal dari bahasa Latin convenire = menyesuaikan
Level 1: Pra-konvensional
Seseorang menilai perihal yang baik dan buruk berdasarkan faktor faktor diluar dirinya. Seperti Hubungan sebab akibat, ganjaran dan hukuman, serta yang menyenangkan dan tidak menyenangkan.
Level ini dibagi menjadi 2 Tahap yaitu :
1. Orientasi Hukuman dan Kepatuhan
Pada tahap pertama orientasi hukuman dan kepatuhan seseorang menilai baik buruknya suatu perilaku berdasarkan rasa takut terhadap hukuman misalnya seorang anak merasa benar apabila ia mematuhi perkataan orang tuanya dan rasa bersalah apabila melanggar perintah orang tuanya. Penalaran moral seperti itu pertama tama didasari oleh kesadaran bahwa ketika ia tidak patuh, ia akan mendapat hukuman yang menimbulkan rasa sakit dan perasaan tidak nyaman. Disana tampak bahwa perasaan egosentrisme sangat menonjol seseorang pertama tama melakukan kebaikan untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari sakitnya hukuman, ia baru sampai pada pemahaman bahwa berbuat baik itu akan memberikan manfaat positif juga bagi orang lain.
2. Pada tahap kedua, yaitu orientasi relativis Instrumental menggunakan prinsip do ut des adalah seseorang melakukan perbuatan baik pertama tama karena mengharapkan imbalan ia sudah mulai menyadari bahwa orang lain juga mempunyai kepentingan dan keinginan yang sama dengan dirinya. Oleh karena itu, perbuatan baik dapat digunakan sebagai instrumen atau alat untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain, sebagai contoh kita bisa melihat perilaku anak anak kecil yang baru mau disuruh melakukan sesuatu ketika di iming imingi hadiah yang menarik. Jadi, seseorang di tahap ini bisa saja kelihatan sangat baik tapi sebenarnya maksud utama dari perbuatan baiknya itu adalah untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Level 2: Konvensional
Pada level ini seseorang mulai menyesuaikan sikapnya dengan harapan orang orang tertentu atau dengan tertib sosial berlaku dalam masyarakat tertentu. Ia mulai keluar dari sikap egois yang mementingkan diri sendiri dan mulai melihat kebahagiaan dan kenyamanan orang lain sebagai sesuatu yang patut diperjuangkan. Disini seseorang juga menaruh loyalitas tata tertib sosial atau norma norma yang berlaku dalam masyarakat.
Level ini juga dibagi ke 2 tahap yaitu :
1. Orientasi Anak Manis
Seseorang menganut prinsip bahwa saya adalah anak manis. Perilaku yang baik adalah perilaku yang menyenangkan orang lain, membantu orang lain, dan sesuai dengan yang diharapkan orang lain. Oleh karena itu, ia akan selalu berusaha untuk mematuhi norma-norma dalam kelompoknya agar tidak merasa malu ketika merasa bersalah. Disini unsur setia kawan dan loyalitas dalam kelompok sangat di dewa dewa kan hal ini biasa terjadi misalnya dalam kelompok kelompok remaja dan ABG biasanya anak anak remaja lebih memilih untuk berbohong demi melindungi temannya daripada dia dianggap penghianat oleh kelompoknya
2. Orientasi Hukum dan Ketertiban
Pada tahap ini makna kelompok diperluas, seseorang mulai menyadari bahwa diluar kelompok lokal seperti keluarga, teman sebaya, teman skolah, organisasi organisasi, himpunan himpunan dan sebagainya. Pasti ada kelompok yang lebih luas seperti suku bangsa, agama dan negara. Ia menyadari bahwa ia adalah bagian dari kelompok kelompok yang lebih besar itu dan dengan demikian memiliki kewajiban untuk menaati hukum yang berlaku. Penekanannya adalah mematuhi hukum secara mutlak agar ketertiban sosial yang dapat terjamin. Kebanyakan orang dewasa sudah ada di tahap ini.
Level 3: Pasca-konvensional (Berprinsip)
Pada tahap ini hidup baik mulai di pandang sebagai tanggung jawab masing-masing pribadi atas dasar prinsip prinsip yang di anut dalam batin. Disini seseorang mulai menyadari bahwa hukum tidak selalu dapat diterima secara mentah-mentah, hukum bukanlah sesuatu yang harus ditaati secara mutlak melainkan sesuatu yang terlebih dahulu harus melalui proses penilaian berdasarkan prinsip-prinsip yang muncul dalam hati nurani.
Level ini juga dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
1. Orientasi Kontrak Sosial Legalistis
Pada tahap ini segi hukum masih ditekankan namun, seseorang mulai menyadari bahwa suatu hukum tertentu belum tentu bisa diterapkan dalam seluruh segi kehidupan manusia, disini orang mulai berfikir bahwa hukum itu dapat diubah dan disesuaikan konteks atau situasi yang ada, sejauh dapat memberikan manfaat sosial atau demi kepentingan dan kesejahteraan umum. Oleh karena itu, dapat diselenggarakan suatu persetujuan demokratis kontrak Sosial dan konsensus bebas agar mencapai kesepakatan yang baru.
2. Orientasi Prinsip Hati Nurani Universal
Seseorang mulai menyadari bahwa didalam lubuk hatinya sebenarnya terdapat prinsip-prinsip yang berlaku di kehidupan universal. Prinsip prinsip yang berlaku universal tersebut adalah prinsip-prinsip yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan martabat kemanusiaan, seperti prinsip keadilan, ketulusan dalam membantu orang lain, persamaan hak manusia, dan hormat terhadap nilai suatu kehidupan. Prinsip prinsip tersebut disebut universal karena dapat diberlakukan disetiap situasi tempat dan segala aspek kehidupan sosial. Seseorang yang berada pada tahap ini mengatur tingkah laku dan penilaian moralnya berdasarkan hati nurani pribadi yang berlaku secara universal tersebut. Ia akan mengalami penyesalan yang mendalam ketika melanggar prinsip prinsip hati nurani tersebut. Dapat disimpulkan, bahwa bagi Kohlberg prinsip tertinggi adalah prinsip hati nurani yang berlaku universal, sayangnya prinsip prinsip itu tidak selalu memiliki rumusan masalah yang konkret. Oleh karena itu, membutuhkan suatu kepekaan hati nurani yang sangat besar ketika menghadapi suatu realitas atau persoalan.
Prinsip prinsip ini jug seringkali bertentangan dengan aturan aturan yang ada dalam masyarakat tertentu. Bukan bertentangan karena egoisme pribadi atau mencari keuntungan pribadi, melainkan karena menjunjung tinggi nilai nilai kemanusiaan sert kehormatan terhadap martabat sesamanya.
Perbandingan antara teori perkembangan moral Kohlberg dan Piaget yaitu Piaget menekankan pada perkembangan moral anak melalui interaksi sosial, dan pemahaman aturan pada anak. Sementara Kohlberg mengembangkan teori Piaget dan memperluasnya ke remaja dan dewasa, dan berfokus pada penalaran moral (alasan dibalik keputusan benar salah)