Implikasi Aliran Pendidikan dalam Praktik Pembelajaran

Implikasi Aliran Pendidikan dalam Praktik Pembelajaran

Implikasi Aliran Pendidikan dalam Praktik Pembelajaran

Jumlah balasan: 1


Setelah menyaksikan video yang telah ditayangkan, silakan buat analisis kesimpulan singkat mengenai isi video tersebut. Tulis poin-poin utama yang menurut Anda penting, kemudian simpulkan dengan bahasa sendiri secara ringkas, jelas, dan kritis

Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Implikasi Aliran Pendidikan dalam Praktik Pembelajaran

oleh Aila Azzura -
Nama : aila azzura
NPM : 2513032035

Kohlberg)

Tingkat I: Moralitas Prakonvensional

Pada tingkat ini, cara berpikir moral dipengaruhi oleh hasil yang bersifat eksternal: hukuman, imbalan, dan kebutuhan pribadi. Norma moral berasal dari luar individu. Ini biasanya terlihat pada anak-anak prasekolah, sekolah dasar, dan beberapa remaja.

Tahap 1: Fokus pada Kepatuhan dan Hukuman

Di tahap ini, orang berusaha untuk menghindari hukuman dari otoritas. Moralitas dipahami sebagai kepatuhan tanpa pertanyaan terhadap aturan. Mereka tidak memikirkan niat di balik tindakan, hanya hasil fisik yang ditimbulkan.

Contoh Penalaran: "Mencuri itu salah karena nantinya kamu bisa masuk penjara. "

Tahap 2: Fokus pada Individualisme dan Pertukaran

Moralitas diartikan oleh apa yang menguntungkan diri sendiri. Ada pengertian bahwa mungkin ada sudut pandang yang berbeda, namun kebenaran berdasarkan saling memberi (imbalan). Ini adalah moralitas yang berfokus pada "apa untungnya bagi saya" atau "timbal balik" yang sederhana.

Contoh Penalaran: "Kamu bantu aku, aku bantu kamu. Jika aku mencuri untuk mendapatkan obat, itu karena aku membutuhkan sesuatu. "

Tingkat II: Moralitas Konvensional

Sebagian besar remaja dan dewasa ada di tingkat ini. Penalaran moral didasari oleh kepatuhan pada norma sosial dan ekspektasi kelompok. Individu menyerap serta mengikuti aturan dari masyarakat atau keluarga.

Tahap 3: Fokus pada Hubungan Interpersonal yang Positif

Moralitas berakar pada keinginan untuk disetujui dan dianggap baik oleh orang lain, terutama oleh orang yang dekat secara emosional. Individu berusaha memenuhi harapan dari keluarga dan teman. Niat baik mulai dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan.

Contoh Penalaran: "Saya tidak akan mencuri, karena orang akan menganggap saya orang jahat dan tidak menyukai saya. "

Tahap 4: Fokus pada Pemeliharaan Tatanan Sosial

Di tahap ini, individu meyakini bahwa aturan dan hukum harus dipatuhi tanpa kecuali untuk menjaga tatanan sosial. Tindakan dianggap benar oleh karena adanya hukum yang mengaturnya, dan setiap individu diwajibkan untuk menghormati hukum, terlepas dari dampak pribadi yang mungkin timbul.

Contoh Penalaran: "Hukum harus dihormati. Jika semua orang mencuri, masyarakat akan menjadi kacau. Kewajiban saya adalah menghormati hukum. "

Tingkat III: Moralitas Pascakonvensional

Tingkat ini ditandai dengan cara berpikir yang berdasar pada prinsip-prinsip etika universal dan abstrak, yang melampaui aturan dari otoritas atau masyarakat tertentu. Hanya sebagian kecil orang yang mencapai tingkat ini.

Tahap 5: Fokus pada Kontrak Sosial dan Hak Individu

Individu menyadari bahwa hukum adalah alat sosial yang dikembangkan untuk melindungi hak-hak dasar serta kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Hukum dipandang sebagai sesuatu yang fleksibel dan bisa berubah jika tidak lagi menguntungkan mayoritas. Ada pengakuan bahwa hak individu bisa lebih tinggi daripada hukum yang berlaku.

Contoh Penalaran: "Mencuri obat untuk menyelamatkan hidup adalah tindakan yang benar, karena hak untuk hidup lebih penting daripada hukum yang mengatur kepemilikan. Hukum harus diubah jika tidak mampu melindungi kehidupan. "

Tahap 6: Fokus pada Prinsip Etika Universal

Pada tahap tertinggi ini, individu mengutamakan prinsip-prinsip etika yang mereka pilih sendiri dan bersifat universal (seperti keadilan, martabat, dan kesetaraan hak), yang mungkin bertentangan dengan hukum yang ada. Hati nurani menjadi pedoman utama. Prinsip-prinsip ini harus diterapkan secara universal, tanpa memandang ras, agama, atau kewarganegaraan.

Contoh Penalaran: "Saya harus mencuri obat itu, bukan hanya karena hukum kepemilikan bisa jadi salah, tetapi karena semua kehidupan manusia memiliki nilai yang sama, dan saya berkewajiban untuk mendukung keadilan universal ini."
(PIAGET)
1. Piaget dan Kohlberg keduanya menyoroti aspek pertumbuhan anak, tetapi dari perspektif yang berbeda:
Piaget lebih menekankan cara anak berpikir serta memahami lingkungan mereka (kognitif).
Kohlberg lebih berfokus pada cara anak belajar mengerti tentang moralitas dan etika (moral).

2. Kohlberg memperluas teori Piaget dengan menambahkan tahapan moral yang lebih rinci hingga usia dewasa.
Dalam bidang pendidikan dan psikologi, keduanya saling melengkapi:
Piaget membantu pengajar merencanakan aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan