1.Cerita dalam konteks desain bukan sekadar kisah fiksi, melainkan narasi yang dipakai untuk menggambarkan pengalaman pengguna. Dengan cerita, kita bisa menjelaskan siapa pengguna, apa masalah yang mereka hadapi, bagaimana interaksi mereka dengan produk/jasa, dan emosi yang muncul. Cerita membantu tim desain untuk berempati dengan pengguna, sehingga solusi yang dibuat terasa relevan dan nyata.
2.Prototipe adalah versi awal atau model percobaan dari sebuah produk/ide yang digunakan untuk menguji, memvisualisasikan, dan memperbaiki konsep sebelum dibuat secara final. Bentuknya bisa sederhana seperti sketsa di kertas, wireframe digital, atau bahkan model fisik. Intinya, prototipe membantu tim untuk “mencoba dulu” sebelum mengeluarkan banyak biaya dan waktu untuk
implementasi penuh
3.Cerita bisa dijadikan pondasi untuk membuat prototipe. Misalnya: dari sebuah cerita tentang pengguna yang kesulitan mencari jadwal transportasi, tim desain bisa membuat prototipe aplikasi pencarian jadwal bus. Dengan begitu, prototipe tidak dibuat asal, tapi selalu terkait dengan kebutuhan nyata. Cerita memberi konteks emosional, sedangkan prototipe memberi bentuk nyata dari solusi. Keduanya saling melengkapi: cerita membuat tim paham “mengapa”, prototipe menjawab “bagaimana”.
4.Dalam fase definisi masalah, ada beberapa praktik dan alat desain yang sering dipakai:
Empathy Map: memahami pikiran, perasaan, kebutuhan, dan hambatan pengguna.
User Journey Map: memetakan perjalanan pengguna dari awal sampai akhir saat menggunakan produk/jasa.
Persona: membuat karakter fiksi yang mewakili segmen pengguna, agar tim bisa lebih fokus pada kebutuhan nyata.
5 Whys / Root Cause Analysis: teknik untuk menggali akar masalah dengan bertanya “mengapa” secara bertahap.
Affinity Diagram: mengelompokkan ide atau masalah berdasarkan tema agar lebih mudah dipahami.
Semua alat ini membantu agar masalah yang didefinisikan bukan sekadar asumsi, tapi betul-betul berakar pada pengalaman pengguna
5.Mengintegrasikan desain profesional sejak awal artinya melibatkan prinsip desain (visual, interaksi, pengalaman pengguna) sejak proses ideasi, bukan hanya saat produk hampir jadi. Caranya:
Kolaborasi lintas tim: desainer bekerja bareng developer, peneliti, dan stakeholder sejak awal.
Rapid prototyping & testing: desainer membuat mockup sederhana untuk diuji sejak ide masih mentah.
Design Thinking mindset: menggunakan pendekatan iteratif (empathize, define, ideate, prototype, test).
Visual storytelling: menyajikan ide dalam bentuk visual (sketsa, storyboard, flowchart) agar mudah dipahami semua pihak.
Dengan begitu, desain bukan hanya “hiasan” di akhir, tapi menjadi strategic tool yang membentuk arah produk sejak fase awal