Perencanaan penjualan tidak boleh terlalu rigid, sebab pasar bergerak dinamis: tren konsumen, kompetitor, hingga kondisi makroekonomi bisa berubah sewaktu-waktu. Jika rencana terlalu kaku, tim penjualan bisa kehilangan peluang baru atau gagal mengantisipasi ancaman.
Namun, perencanaan juga tidak bisa terlalu fleksibel hingga berubah setiap saat, karena akan menimbulkan kebingungan di tim, membuat target kabur, serta sulit mengukur pencapaian.
Kuncinya adalah keseimbangan:
1. Tetapkan kerangka dasar yang jelas → misalnya target penjualan, segmen pelanggan utama, strategi harga, dan saluran distribusi. Ini menjadi "kompas" agar tim tidak kehilangan arah.
2. Sediakan ruang adaptasi → buat skenario alternatif (optimis, moderat, pesimis) sehingga jika ada perubahan pasar, tim sudah siap dengan langkah penyesuaian.
3. Gunakan evaluasi berkala → perencanaan bisa direview per kuartal atau bahkan bulanan untuk menilai efektivitas dan menyesuaikan strategi jika diperlukan.
4. Bangun budaya responsif → tim penjualan harus terbiasa membaca tren, mendengar pelanggan, dan menyampaikan feedback cepat agar rencana selalu relevan.
Jadi, perencanaan penjualan idealnya rigid pada arah strategis, namun fleksibel pada taktik operasionalnya.