DISKUSI II (Sastra: Antara Konvensi dan Inovasi)

DISKUSI II

DISKUSI II

by Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd. -
Number of replies: 30

Melalui forum ini, silakan Anda jelaskan apa yang dimaksud konvensi dan inovasi dalam tataran sastra dengan menggunakan puisi Teks Atas Descrates karya Remy Silado dan Luka Karya Sutardji Calzoum Bahri. Diskusi bersifat aktif, siapapun dapat menyampaikan pertanyaan dan menyampaikan pendapat dengan pengawasan langsung dari saya. Perhatikan ejaan dan kalimat yang Anda gunakan dalam menyampaikan pertanyaan dan pendapat. Selamat berdiskusi.

1

a


In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Monica Aina Tia Nastiti Nastiti -
Konvensi sastra adalah aturan-aturan yang biasanya harus dipenuhi oleh pengarang,. Seperti struktur puisi, gaya yang khas, dan penggunaan bahasa. Misalnya, puisi yang terdiri dari beberapa bait dan baris dengan menggunakan pola tertentu.
Puisi "Teks Atas Descartes" oleh Remy Silado ini mengambil konsep filsafat "Cogito, ergo sum", yang artinya "aku berpikir, maka aku ada". Konsep filsafat ini diambil dari René Descartes sebagai referensi. Sylado menolak konvensi berpikir kritis sebagai satu-satunya landasan eksistensi. Ia menunjukkan bahwa orang Indonesia tetap ada, meski tidak selalu berpikir kritis seperti orang Prancis.
Puisi "Luka" ini sangat inovatif, karena hanya terdiri dari satu kata "luka" dan "ha ha". Sesungguhnya, ini melanggar konvensi puisi yang biasanya memiliki bait dan baris dengan menggunakan bahasa kiasan yang rumit. Sutardji Calzoum Bachri mereduksi puisi pada bentuk paling minimalis. Namun, mampu menyampaikan makna yang kompleks, yaitu kontradiksi antara kebahagiaan dan penderitaan.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Nur Hidayanti -
Aturan itu disebut konvensi, yakni suatu kesepakatan yang sudah diterima orang banyak dan sudah menjadi tradisi. Artinya kebiasaan itu dilakukan orang secara terus -menerus dari waktu ke waktu. Sastra berkaitan dengan Konvensi semacam itu. Artinya apabila Anda ingin menulis sebuah puisi, Anda harus tahu bagaimana menuliskannya. Tetapi, dalam hal ini penerapan konvensi sastra bagi sastrawan tidak dapat dipaksakan oleh pihak manapun. Para sastrawan memiliki kebebasan untuk menolak atau mengikuti konvensi sastra yang ada dalam masyarakat mereka saat menciptakan karya sastra. Sama seperti 2 puisi karya Remy Silado dan Sutardji Calzoum Bahri diatas, kedua puisi tersebut tidak terikat pada aturan atau konvensi yang sudah menjadi tradisi umum dan dikenal oleh masyarakat, tetapi apakah kedua puisi tersebut tidak dapat dikategorikan kedalam sastra? tentu kedua puisi tersebut dapat dikategorikan kedalam sastra walaupun tidak terikat dengan konvensi atau aturan yang ada karena seperti yang sudah dijelaskan bahwa penulis dapat menolak atau mengikuti konvensi yang ada. Pada awalnya, sajak seperti itu merupakan hal baru yang mengejutkan para pembacanya. Tetapi, lama kelamaan bentuk seperti itu sudah dianggap biasa dan menjadi suatu konvensi yang diterima oleh masyarakat.
Sedangkan sastra dalam lingkup inovasi adalah sebuah kreatif baru dalam karya sastra. Mudahnya sastra dalam lingkup untuk memberikan kreativitas dan pembelajaran yang baru. Sastra selalu berubah dari zaman ke zaman, perubahan itu terjadi karena sastrawan yang kreatif selalu mencari hal-hal baru yang mengubah konvensi dengan bentuk lain yang lebih bebas dan bervariasi. Sehingga inovasi dan konvensi menjadi 2 hal yang beriringan dan sama pentingnya apalagi di era globalisasi saat ini.
In reply to Nur Hidayanti

Re: DISKUSI II

by Khansa Salma Zhafira -
Konvensi sastra adalah aturan, pola, atau kebiasaan umum yang sudah dikenal dan diterima dalam dunia kesusastraan. Konvensi menjadi semacam pakem atau kesepakatan bersama yang membuat karya sastra dapat dikenali bentuknya dan mudah dipahami. Misalnya, puisi tradisional menggunakan bait dan rima, cerpen memiliki alur, tokoh, dan latar, sedangkan drama disusun dalam bentuk dialog. Konvensi berfungsi sebagai pedoman bagi pengarang dan jembatan pemahaman bagi pembaca.

Di sisi lain, inovasi sastra adalah pembaruan atau penyimpangan kreatif yang dilakukan pengarang dari konvensi yang sudah ada. Inovasi muncul untuk menciptakan sesuatu yang segar, unik, atau lebih sesuai dengan perkembangan zaman dan ekspresi pengarang. Contohnya adalah puisi bebas yang tidak memakai rima, novel dengan alur tidak linear, cerpen berakhir terbuka, atau penggunaan bahasa gaul dalam karya sastra modern. Inovasi memberikan dinamika dan perkembangan dalam kesusastraan.

Secara keseluruhan, konvensi dan inovasi saling berkaitan. Konvensi menjadi dasar yang menjaga keteraturan dan keterbacaan karya, sementara inovasi memberi ruang untuk kreativitas dan pembaruan. Keduanya berperan penting dalam menjaga keberlangsungan dan perkembangan sastra dari waktu ke waktu.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Atari Regita Putri -
Sastra Konvensi adalah sebuah karya sastra yang aturan nya sudah di terima oleh orang banyak, seperti surat yang kita tulis di awali dengan nama orang dan di akhiri nama pengirim ini di sebut sastra Konvensi karna selain sudah di sepakati banyak orang hal itu juga di lakukan turun temurun. Sastra dalam lingkup inovasi sendiri adalah sastra yang mengikuti perkembangan zaman, oleh karna itu inovasi pasti bersifat lebih bebas, tidak beraturan dan melanggar, yang di maksud dengan melanggar ini adalah melanggar dari aturan' yang ada yang sudah di lakukan secara turun temurun, contoh nya seperti puisi di atas termasuk karya sastra inovasi yang di nama kan puisi mbeling, mbeling sendiri arti nya adalah nakal yang di ambil dari bahasa Jawa, jadi intinya dua puisi di atas termasuk ke dalam karya sastra inovasi.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Andara nuraini shanty -
Dalam sastra, konvensi adalah aturan atau kebiasaan yang sudah diterima dan sering digunakan dalam penulisan, seperti bentuk puisi atau tema tertentu. Sedangkan inovasi adalah pembaruan atau cara baru dalam berkarya yang berbeda dari yang biasa, guna menghadirkan sesuatu yang lebih segar dan unik. Dalam puisi Teks Atas Descrates karya Remy Silado, banyak inovasi dari segi gaya bahasa dan ide yang tidak biasa, sementara puisi Luka karya Sutardji Calzoum Bahri lebih mengacu pada konvensi dalam menyampaikan perasaan secara mendalam.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Syifa Qolbi Haniyah -
Konvensi dalam sastra adalah aturan atau kaidah yang sudah disepakati masyarakat pembaca, jadi karya sastra tetap bisa dipahami. Inovasi adalah kreativitas pengarang yang mengubah atau menambah aturan itu supaya karya lebih unik dan menarik.

Contohnya, puisi karya Remy Silado inovatif karena menyindir budaya berpikir Indonesia yang berbeda dari Barat, tetapi tetap memakai bahasa yang bisa dimengerti (konvensi). Sedangkan puisi Luka karya Sutardji Calzoum Bahri, dengan sangat singkat, hanya satu kata dan dua bunyi mengekspresikan makna dalam kesederhanaan yang mematahkan konvensi puisi panjang (inovatif).

Jadi, kedua puisi tersebut menunjukkan antara mengikuti aturan (konvensi) dan berkreasi (inovasi) dalam sastra.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Erike Rachma Yostia Dwi Trista -
Konvensi sastra adalah sastra yang sudah disepakati aturannya. Konvensi sastra merujuk pada bentuk, gaya bahasa, atau tema yang telah disepakati secara luas. Konvensi sastra adalah bentuk awal struktur suatu sastra yang memberikan identitas pada suatu sastra, dengan itu penulis dapat memahami sastra dengan mudah dan menjadikan dasar bagi pengarang untuk berkreasi.
Inovasi sastra adalah sastra yang sudah diubah dan diinovasikan menjadi bentuk yang baru. Tujuan inovasi sastra adalah meningkatkan kualitas, relevansi, dan daya tarik sastra bagi pembaca.
Lalu bagaimana tanggapan saya mengenai puisi Teks Atas Descartes karya Remy Silado dan puisi Luka karya Sutardji Calzoum Bahri?
1. Puisi Teks Atas Descartes merupakan puisi inovasi, karena dalam penulisannya sudah dinovasikan dan tidak menggunakan aturan konvensi puisi seperti rima, irama, dan jumlah baris. Puisi inovasi lebih bebas dalam bentuk dan gaya bahasa, serta fokus menyampaikan pesan secara unik. Puisi ini menyampaikan maksud perbedaan berpikir antara orang Prancis dan orang Indonesia. Orang Prancis yang menggunakan logika dan akal untuk membuktikan sesuatu secara rasional, sedangkan orang Indonesia lebih mengandalkan perasaan dan pengalaman hidup dalam melihat kehidupan. Dengan puisi yang tidak terlalu panjang, maksud dan tujuan yang tersirat dalam puisi dapat tersampaikan.
2. Puisi Luka karya Sutardji Calzoum Bahri juga dapat dikatakan puisi inovasi, karena hanya terdiri dari kata "haha" yang sangat sederhana dan berbeda dari aturan puisi konvensi. Puisi ini menyampaikan bentuk penderitaan dan realita kehidupan penulis yang diekspresikan dengan tawa menggunakan kata "haha" .
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by BELLA NEDI NOVANI -
Konvensi sastra adalah aturan-aturan yang biasanya harus dipenuhi oleh pengarang,. Seperti struktur puisi, gaya yang khas, dan penggunaan bahasa. Misalnya, puisi yang terdiri dari beberapa bait dan baris dengan menggunakan pola tertentu.
Puisi "Teks Atas Descartes" oleh Remy Silado ini mengambil konsep filsafat "Cogito, ergo sum", yang artinya "aku berpikir, maka aku ada". Konsep filsafat ini diambil dari René Descartes sebagai referensi. Sylado menolak konvensi berpikir kritis sebagai satu-satunya landasan eksistensi. Ia menunjukkan bahwa orang Indonesia tetap ada, meski tidak selalu berpikir kritis seperti orang Prancis.
Puisi "Luka" ini sangat inovatif, karena hanya terdiri dari satu kata "luka" dan "ha ha". Sesungguhnya, ini melanggar konvensi puisi yang biasanya memiliki bait dan baris dengan menggunakan bahasa kiasan yang rumit. Sutardji Calzoum Bachri mereduksi puisi pada bentuk paling minimalis. Namun, mampu menyampaikan makna yang kompleks, yaitu kontradiksi antara kebahagiaan dan penderitaan.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Naila Salsabila Rifaldi -
sastra dalam lingkup konvensi adalah seperangkat aturan yang disepakati dalam dunia sastra, baik yang bersifat umum maupun khusus atau spesifik. Jenis sastra dalam lingkup konvensi adalah pantun, cerpen dan novel.
Sastra dalam lingkup inovasi adalah sebuah kreatif baru dalam karya sastraat. Salah satu jenis dari sastra dalam lingkup inovasi ini adalah cerpen berbasis media sosial.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Anis Marsela -
Sastra Konvensi
Konvensi sastra adalah seperangkat aturan, norma, atau kesepakatan tidak tertulis yang berlaku dalam suatu karya sastra. Konvensi ini mencakup gaya bahasa, struktur cerita, tema, hingga cara pengungkapan yang dianggap wajar dan diterima oleh masyarakat pembaca pada suatu periode tertentu. Misalnya, dalam puisi lama seperti pantun dan syair, ada aturan jumlah baris, rima, dan pola tertentu yang harus dipatuhi. Konvensi berfungsi sebagai “pakem” yang menjaga keteraturan sebuah karya.


Sastra Inovasi
Inovasi sastra adalah upaya pembaruan atau penyegaran terhadap karya sastra dengan cara menambahkan gagasan, bentuk, atau teknik baru yang berbeda dari aturan-aturan lama. Inovasi muncul karena pengarang ingin memberikan nuansa yang lebih segar, relevan, dan sesuai dengan perkembangan zaman. Contohnya, puisi modern tidak lagi terikat pada rima atau jumlah baris tertentu, tetapi lebih menekankan pada kebebasan ekspresi dan kekuatan makna.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by DELA FADHILAH -
Konvensi dalam sastra adalah kesepakatan atau aturan yang sudah di sepakati dan di terima pembaca dan pencipta karya sastra yang mencakup kaidah penulisan, gaya bahasa, Rima, bait, dan aturan menulis puisi atau karya sastra lainnya. Sedangkan inovasi berarti pembaruan yang mengubah atau melanggar aturan aturan konvensi tersebut untuk menciptakan jenis karya sastra yang baru dan lebih luas.

Dalam puisi Remy Silado dan Sutardji Calzoum Bahri sudah mengacu pada puisi inovasi dimana sudah tidak ada aturan aturan konvensi. Puisi Luka karya Sutardji adalah puisi inovasi yang berani, Sutardji menunjukkan bagaimana sebuah puisi dapat melanggar aturan konvensi namun tetap memiliki makna dan menghasilkan karya yang unik dan tampak tak biasa. Sedangkan Remy Silado cenderung menggunakan jenis puisi konvensi dengan inovasi yang masih bisa di kenali.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Dienisa Salena -
Konvensi dalam sastra adalah aturan atau kebiasaan yang telah disepakati secara umum dalam menciptakan karya sastra, sedangkan inovasi adalah inovasi atau penyimpangan dari aturan tersebut untuk menghasilkan karya yang lebih kreatif dan unik. Puisi "Teks Atas Descartes" karya Remy Silado dan "Luka" karya Sutardji Calzoum Bahri sama-sama menunjukkan inovasi dengan cara melanggar atau mengubah konvensi sastra yang ada untuk menyampaikan pesan dan makna yang lebih dalam serta berbeda dari kebiasaan umum dalam sastra.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Lilis Hadijah -
Dalam dunia sastra, konvensi dan inovasi itu seperti dua sisi dalam proses kreatif.

Konvensi berarti aturan atau pola yang sudah umum dan sering digunakan dalam karya sastra, seperti bentuk puisi lama, rima, atau tema tertentu yang sudah dikenal.

Sementara inovasi adalah keberanian untuk keluar dari kebiasaan itu—menghadirkan sesuatu yang baru, segar, bahkan bisa terasa "aneh" atau mengejutkan bagi pembaca.


Kalau kita lihat puisi Teks Atas Descartes karya Remy Sylado, dia menghadirkan inovasi dengan mencampurkan filsafat dan sastra. Biasanya puisi itu bermain dengan perasaan, tapi Remy malah memasukkan tokoh filsuf René Descartes, berpikir logis dan intelektual. Ini jelas bukan konvensional. Di situ terlihat inovasi—bagaimana puisi bisa menjadi ruang untuk dialog antara sastra dan pemikiran filosofis. Tapi, di sisi lain, Remy masih memakai struktur puisi yang cukup tertata, jadi unsur konvensi juga masih terasa.

Sedangkan pada puisi Luka karya Sutardji Calzoum Bahri, inovasinya lebih ekstrem. Sutardji dikenal sebagai penyair yang membebaskan kata-kata dari makna harfiahnya. Dalam Luka, kata-kata tidak hanya menyampaikan isi, tapi juga menjadi semacam permainan bunyi, bentuk, dan emosi. Kadang kita bingung saat membacanya, karena strukturnya tidak biasa dan maknanya tidak langsung. Nah, di sinilah letak inovasi yang kuat: Sutardji memutuskan untuk "membebaskan" puisi dari kaidah lama. Ia menolak konvensi seperti rima, bait yang rapi, atau makna yang jelas.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Alivia Arsyta Soya Ahmad -
Konvensi itu semacam aturan atau kebiasaan dalam sastra misalnya puisi biasanya pakai rima, gaya bahasa indah, dan bentuk tertentu. Sedangkan Inovasi itu ketika penulis atau penyair mulai keluar dari aturan itu, bikin sesuatu yang baru, beda, bahkan kadang aneh tapi tetap disebut puisi.
Teks Atas Descartes" – Remy Sylado. Masih berbentuk puisi, pakai baris-baris seperti biasa, masih ada rasa sastra. Remy nyampurin puisi sama pemikiran filsafat, bahas Descartes, pakai logika dalam puisi hal yang jarang banget dilakukan. Puisinya lebih mikir daripada merasa. "Luka" Sutardji Calzoum Bahri. Tetap puisi, masih pakai kata-kata yang punya kekuatan rasa. Kata-katanya nggak selalu punya arti jelas, malah lebih seperti mantra atau bunyi. Sutardji bebasin kata dari makna biasa, dan ini bikin puisinya unik banget.
Kedua penyair ini tetap nulis puisi (konvensi), tapi mereka juga ngerombak cara biasa kita ngerti puisi (inovasi). Remy lewat ide dan filsafat, Sutardji lewat bentuk dan bunyi.
Mereka sama-sama nunjukin kalau puisi itu bisa berkembang dan nggak harus selalu "indah" atau "puitis" dengan cara lama.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Windy Jennia Putri Windy Jennia -
Teks tersebut menjelaskan inovasi dalam puisi Remy Sylado dan Sutardji Calzoum Bahri. Remy Sylado melalui Teks Atas Descartes berinovasi pada makna dan tema, mengontraskan pemikiran Barat rasional dengan budaya Indonesia yang sosial-spiritual untuk mengkritik cara berpikir masyarakat. Bentuk puisinya tetap tradisional dengan bait-bait padat. Sebaliknya, Sutardji Calzoum Bahri dalam puisi seperti Luka, berinovasi pada bentuk dan struktur dengan permainan kata dan tipografi tidak konvensional, menantang konvensi sastra baku dan mendorong pembaca untuk berpikir kreatif. Keduanya menunjukkan bahwa inovasi dalam puisi bisa berupa pembaruan makna, tema, atau bentuk, sambil tetap berinteraksi dengan konvensi sastra.

Konvensi dalam sastra adalah aturan atau tradisi yang diikuti dalam penulisan karya sastra, sedangkan inovasi adalah pembaruan yang mengubah atau menciptakan cara baru dalam berkarya. Karya Remy Sylado dan Sutardji Calzoum Bahri menunjukkan bagaimana inovasi itu dapat diaplikasikan baik dalam makna, tema, maupun bentuk, sambil tetap mengacu atau menantang konvensi sastra yang berlaku.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by YASMIN SAFA AZZAHRAH -
Konvensi dalam sastra adalah aturan atau kesepakatan yang sudah digunakan dalam masyarakat sastra. Misalnya penggunaan rima, bentuk bait, dan tema. Inovasi dalam sastra adalah pembaharuan, atau penyimpangan dari konvensi untuk merubah kata menjadi sesuatu yang baru dan unik.

Puisi Teks Atas Descrates karya Remy Silado karya Remy Silado menunjukkan inovasi dalam bentuk dan isi, dengan bahasa dan gaya yang berbeda dari puisi konvensional, tetapi masih memiliki konvensi yang membuat pembaca tetap bisa memahami maksud puisinya.
Puisi Luka Karya Sutardji Calzoum Bahri menunjukkan inovasi yang berbeda, dalam penggunaannya dengan kata dan bentuk bahasa yang sangat unik, sehingga menunjukkan kebebasan berkreasi yang tinggi dari sang penyair.

Jadi kedua puisi tersebut menggambarkan bagaimana sastra selalu berproses antara menjaga tradisi (konvensi) dan mengembangkan kreativitas (inovasi), agar sastra tidak statis tetapi terus berkembang dan relevan dengan zaman serta pembacanya.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Zilva Anggita Simanjuntak -
Konvensi dalam sastra adalah aturan atau kebiasaan yang sudah dikenal dalam penulisan, seperti penggunaan bahasa puitis, tema universal, dan bentuk puisi. Inovasi adalah pembaruan atau terobosan yang dilakukan penyair untuk menciptakan hal baru agar puisi tidak monoton.

Dalam puisi Teks Atas Descartes karya Remy Silado, konvensi terlihat dari bentuk puisinya yang sederhana dan menggunakan bahasa lugas. Namun, ada inovasi berupa kritik sosial dan ironi: orang Prancis ada karena berpikir, sementara orang Indonesia tetap ada meski tidak berpikir. Ini menunjukkan penyair mengkritik mentalitas bangsa dengan cara singkat dan tajam.

Sedangkan dalam puisi Luka karya Sutardji Calzoum Bahri, konvensi tampak pada pemilihan tema “luka” yang dekat dengan pengalaman manusia. Akan tetapi, Sutardji melakukan inovasi melalui permainan kata, pengulangan, dan bunyi, sehingga puisinya lebih ekspresif dan membebaskan kata dari makna harfiah.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Deana Ghefira Sofa . -
Konvensi dalam sastra itu bisa dipahami sebagai aturan atau pakem yang sudah ada dan sering dipakai dalam karya sastra. Sementara inovasi lebih ke arah pembaruan atau terobosan baru yang dilakukan pengarang supaya karyanya berbeda dari kebiasaan.

Kalau dilihat dari puisi Teks Atas Descrates karya Remy Sylado, bentuk puisinya masih mengikuti ciri umum puisi, ada larik-larik dan pilihan kata yang khas (ini termasuk konvensi). Tapi yang menarik, Remy memasukkan pemikiran filsafat Barat, khususnya Descartes, ke dalam puisinya. Itu jadi inovasi karena jarang ada puisi yang langsung menautkan sastra dengan filsafat modern.

Sedangkan dalam puisi Luka karya Sutardji Calzoum Bahri, kita masih bisa menemukan ciri dasar puisi seperti bahasa yang padat dan penuh metafora (konvensi). Namun, Sutardji memberi gebrakan dengan cara membebaskan kata-kata dari makna tetap. Kata dalam puisinya bukan sekadar alat menyampaikan isi, tapi juga bisa jadi permainan bunyi dan bentuk visual. Ini jelas bagian dari inovasi.

Jadi, bisa disimpulkan kalau dua penyair ini tetap berangkat dari konvensi puisi, tapi masing-masing memberi sentuhan baru: Remy lewat filsafat, dan Sutardji lewat kebebasan kata.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Fina Alfani Ulya Rohmah 2513041093 -
Konvensi dalam puisi mengacu pada penggunaan unsur-unsur puitis yang lazim seperti struktur bait, rima, dan diksi baku, sementara inovasi menandakan pembaruan atau penolakan terhadap konvensi-konvensi tersebut untuk menciptakan makna atau bentuk baru. Dalam puisi "Descartes" karya Remy Sylado, konvensi tampak jelas dalam penggunaan bahasa yang dominan formal dan terstruktur; namun, terdapat pula inovasi dalam tema yang mengangkat pemikiran filosofis dan menghubungkannya dengan realitas kontemporer. Sebaliknya, puisi "Luka" karya Sutardji Calzoum Bahri menekankan inovasi melalui penggunaan bahasa yang liar dan eksperimental yang menyimpang dari norma, menolak konvensi bentuk dan makna yang telah mapan untuk menyampaikan pengalaman emosional yang mendalam.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Puti Chika Hafi 2513041096 -
Saat belajar bahasa Indonesia, kita sering membahas karya sastra seperti puisi, pantun, dan gurindam yang memiliki aturan khusus. Aturan-aturan tersebut meliputi struktur sajak dan baris, yang dikenal sebagai konvensi sastra. Namun, dalam karya sastra modern seperti puisi Teks Atas Descrates karya Remy Silado dan Luka karya Sutardji Calzoum Bahri, aturan-aturan konvensi tersebut sering tidak diikuti atau bahkan ditentang oleh beberapa sastrawan. Fenomena ini disebut inovasi sastra, yaitu munculnya kreativitas baru yang mengubah atau memperluas batasan aturan dalam karya sastra. Dengan inovasi, para sastrawan bisa berekspresi lebih bebas tanpa terikat oleh aturan lama. Inovasi sastra merupakan cara untuk membuat karya sastra semakin kaya makna.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Nabila Alma Rahmadani -
Konvensi dalam sastra adalah aturan yang biasa digunakan, sedangkan inovasi adalah pembaruan atau penyimpangan dari aturan itu. Dalam puisi "Teks Atas Descartes" karya Remy Silado, konvensi tampak pada bentuk puisi pendek dengan larik sederhana, namun inovasinya hadir lewat plesetan filsafat Barat menjadi sindiran sosial yang lugas. Sementara itu, puisi "Luka" karya Sutardji Calzoum Bahri tetap memakai kata dan tema universal (luka) sebagai konvensi, tetapi berinovasi dengan bentuk sangat singkat dan permainan bunyi, ironi, sehingga memberi ruang tafsir luas. Jadi, konvensi menjaga tradisi, sedangkan inovasi menghadirkan kritik dan kebaruan.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by kadek suardika saputra -
Konvensi dalam tataran sastra adalah aturan atau norma yang sudah lazim diikuti dalam pembuatan dan pembacaan karya sastra, seperti penggunaan bahasa, struktur, dan gaya tertentu. Sedangkan inovasi dalam sastra adalah upaya menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari konvensi yang ada untuk memberikan perspektif baru dan kesegaran dalam karya sastra.
Puisi “Teks Atas Descartes” karya Remy Silado menunjukkan inovasi dengan cara menggabungkan refleksi filosofis tentang René Descartes dan kritik budaya melalui bahasa yang tidak konvensional dan pendekatan yang lebih reflektif, meninggalkan pola puisi tradisional yang formal dan mengikuti aturan baku.
Sementara itu, puisi “Luka” karya Sutardji Calzoum Bahri menggunakan inovasi dengan gaya bahasa yang eksperimental, simbolik, dan bentuk yang longgar sehingga menantang konvensi puisi tradisional yang biasanya lebih terstruktur. Dengan inovasi ini, puisi “Luka” memberikan pengalaman estetika yang baru dan mendalam tentang luka sebagai pengalaman hidup.
Singkatnya, kedua puisi tersebut sama-sama menampilkan inovasi dalam karya sastra mereka dengan cara menembus batasan konvensi sastra yang mapan, sehingga membuka jalan bagi ekspresi seni yang lebih bebas dan kreatif sesuai dengan konteks dan pemikiran masing-masing pengarang.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Elya Kurniawan -
Dalam sastra, konvensi adalah kesepakatan atau aturan umum yang berlaku dalam suatu jenis karya, sedangkan inovasi adalah upaya untuk mematahkan atau mengembangkan konvensi tersebut dengan pendekatan baru yang tidak lazim. Keduanya dapat ditemukan dalam puisi "Teks Atas Descartes" karya Remy Silado dan "Luka" karya Sutardji Calzoum Bahri, di mana konvensi merujuk pada aspek-aspek yang sudah dikenal dalam puisi, seperti penggunaan bahasa atau bentuk, sementara inovasi terlihat dari cara penulis menafsirkan kembali atau mengubah konvensi tersebut untuk menciptakan makna baru.

Puisi "Teks Atas Descartes" karya Remy Sylado adalah sebuah karya yang singkat namun penuh dengan makna yang mengundang pembaca untuk merenungkan perbedaan dalam budaya berpikir antara orang Perancis dan orang Indonesia.

Konvensi sastra adalah kebiasaan atau kaidah baku dalam menciptakan karya sastra (misalnya struktur puisi, bahasa, tema), sedangkan inovasi adalah pembaharuan atau kebaruan yang menyimpang dari kaidah baku tersebut. Dalam puisi "Teks Atas Descartes" karya Remy Silado, konvensi terlihat pada penggunaan bahasa yang lebih terstruktur dan tematik, sementara inovasi tampak pada cara ia mendekonstruksi makna dan menggabungkan unsur filosofi dengan lirik. Sebaliknya, dalam "Luka" karya Sutardji Calzoum Bachri, inovasinya sangat kuat melalui penggunaan bahasa yang non-konvensional, tipografi yang aneh, dan pembongkaran makna leksikal, meskipun ada jejak konvensi dalam tema kemanusiaan yang diusung

Puisi Teks Atas Descartes (Remy Silado)
Konvensi:
Puisi ini mencoba mengkomunikasikan ide-ide filosofis Descartes melalui lirik, yang merupakan upaya memadukan seni dan pengetahuan. Ini masih bisa dilihat sebagai upaya konvensional untuk mengeksplorasi tema-tema besar.

Inovasi:
Inovasi utamanya adalah cara Remy Silado mendekonstruksi filosofi Descartes untuk mengungkapkan pandangan satir dan kritis, serta menyajikan filsafat sebagai lirik yang lincah.
Penggunaan bahasa yang tidak kaku dan menggabungkan unsur bahasa sehari-hari dengan istilah filosofis.

Puisi Luka (Sutardji Calzoum Bahri)
Konvensi:
Tema "luka" sebagai metafora penderitaan dan perjuangan hidup dapat dianggap sebagai tema konvensional dalam puisi.
Masih ada kesadaran tentang tubuh dan jiwa manusia yang menjadi pokok dalam banyak karya sastra.
Inovasi:
Inovasi Sutardji sangat kuat dalam penggunaan bahasa yang membongkar makna leksikal, misalnya menggunakan kata "luka" yang sudah ada untuk menciptakan makna baru.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Shela Adesti -
Konvensi adalah aturan yang sudah disepakati dan diterima oleh banyak orang. Misalnya dalam karya sastra, sebuah puisi ditulis dalam baris atau bait serta menggunakan sajak tertentu . Sedangkan, puisi 'Teks Atas Descrates karya Remy Silado' dan 'Luka' Karya Sutardji Calzoum Bahri, melanggar aturan-aturan tersebut. Karna dalam penerapan konvensi sastra bagi sastrawan tidak dapat dipaksakan oleh pihak manapun. Para sastrawan memiliki kebebasan untuk menolak atau mengikuti konvensi sastra yang ada dalam masyarakat saat menciptakan karya sastra.
Sastra selalu berubah dari zaman ke zaman. Perubahan itu terjadi karna sastrawan selalu menemukan ide-ide kreatif dalam berinovasi. Jadi, kedua puisi tersebut masih termasuk dalam karya sastra walaupun tidak terikat dengan aturan yang ada. Tetapi menekankan pada kebebasan ekspresi dan kekuatan makna atau inovasi.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Vanisya Rafiandhira -
Konvensi dalam sastra adalah aturan atau kesepakatan yang umum diterima oleh masyarakat mengenai cara menulis dan menyusun karya sastra, seperti bentuk puisi, bahasa, dan gaya tertentu yang menjadi tradisi. Inovasi adalah usaha untuk memperbarui atau menciptakan sesuatu yang baru dengan melanggar atau mengubah aturan konvensi tersebut agar karya sastra menjadi lebih unik dan memiliki makna yang berbeda. Contohnya, dalam puisi *Teks Atas Descrates* karya Remy Silado, masih ada bentuk dan bahasa yang mengikuti konvensi, namun ia juga memperkenalkan ide dan gaya baru yang terasa segar. Sementara itu, puisi *Luka* karya Sutardji Calzoum Bahri justru lebih berani melakukan inovasi dengan melanggar aturan bahasa dan bentuk puisi biasa, menggunakan kata-kata yang diulang terus menerus dan struktur yang tidak biasa, sehingga menciptakan pengalaman membaca yang berbeda dan makna yang dalam.

Dalam kedua puisi tersebut, kita dapat melihat bagaimana konvensi dan inovasi digunakan untuk menciptakan karya sastra yang unik dan menarik.
Konvensi dipakai sebagai dasar untuk membangun struktur dan bahasa dalam puisi, sedangkan inovasi digunakan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang sudah ada. Dengan demikian, kedua puisi tersebut dapat memberikan pengalaman membaca yang berbeda dan menarik bagi pembaca.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Sera Sera teresya -
Konvensi adalah aturan yang disepakati dalam dunia sastra baik bersifat umum maupun spesifik, kebiasaan itu dilakukan orang secara terus-menerus dari waktu ke waktu.aturan dan konvensi bukan hanya berubah dari zaman ke zaman, tetapi juga berkaitan dengan konteks budaya pada masanya.

Contoh puisi Descrates karya Remy Silado, yg isinya puisi mbeling yang artinya dalam bahasa Jawa menggambarkan kehidupan yang nakal sehingga memakai bahasa yang tidak di mengerti. Sedangkan puisi luka karya Sutardji Calzoum Bahri merupakan puisi terpendek namun dibalik karyanya puisi itu menggambarkan keindahan namun ada penderitaan sehingga pembaca seolah-olah merasakan perasaan luka.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Diva Cahya -

Sastra Konvensi

Konvensi sastra adalah seperangkat aturan, norma, atau kesepakatan tidak tertulis yang berlaku dalam suatu karya sastra. Konvensi ini mencakup gaya bahasa, struktur cerita, tema, hingga cara pengungkapan yang dianggap wajar dan diterima oleh masyarakat pembaca pada suatu periode tertentu. Misalnya, dalam puisi lama seperti pantun dan syair, ada aturan jumlah baris, rima, dan pola tertentu yang harus dipatuhi. Konvensi berfungsi sebagai “pakem” yang menjaga keteraturan sebuah karya.



Sastra Inovasi

Inovasi sastra adalah upaya pembaruan atau penyegaran terhadap karya sastra dengan cara menambahkan gagasan, bentuk, atau teknik baru yang berbeda dari aturan-aturan lama. Inovasi muncul karena pengarang ingin memberikan nuansa yang lebih segar, relevan, dan sesuai dengan perkembangan zaman. Contohnya, puisi modern tidak lagi terikat pada rima atau jumlah baris tertentu, tetapi lebih menekankan pada kebebasan ekspresi dan kekuatan makna.

In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Adelia Fatma Desmara -
Konvensi dalam sastra adalah kesepakatan atau aturan atau kesepakatan yang diterima dan dipahami oleh orang banyak sebagai norma dalam karya sastra, misalnya kaidah bahasa, bentuk, dan struktur tertentu. Inovasi adalah kreativitas dan perubahan yang dilakukan pengarang dalam berkarya dengan terobosan, merombak, atau memperbarui konvensi tersebut untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari tradisi lama. Dalam tataran sastra, kedua hal ini saling berhubungan dan menciptakan dinamika dalam perkembangan karya sastra.

Teks puisi "Atas Descrates" karya Remy Silado dan "Luka" karya Sutardji Calzoum Bachri dapat dijadikan contoh dalam memahami konvensi dan inovasi. Remy Silado, dengan puisi "Atas Descrates," biasanya tetap mengacu pada konvensi tertentu dalam struktur dan bahasa puisi, sehingga pembaca masih dapat menangkap makna dan estetika yang terkandung di dalamnya. Sedangkan, Sutardji Calzoum Bachri dalam puisi "Luka" melakukan inovasi yang radikal, terutama dalam penggunaan bahasa dan struktur yang tidak konvensional. Sutardji sering melanggar batas-batas kaidah bahasa dan sastra tradisional, menciptakan karya yang unik dan menantang pembaca untuk melihat estetika dan makna dari perspektif yang berbeda.

Jadi, "Atas Descrates" mewakili pemakaian konvensi yang masih dipertahankan, sedangkan "Luka" mewakili inovasi dalam sastra yang melanggar konvensi demi kepentingan estetika dan ekspresi baru. Puisi kedua ini mencerminkan dinamika ketegangan antara konvensi dan inovasi yang menjadi ciri khas perkembangan sastra modern.
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Nurul Azizah -
Pada masyakarat bahasa mereka memegang teguh bahasa itu arbitrer (mana suka). Bahasa adalah sebuah tanda yang memiliki arti dimana tanda bahasa itu memiliki pertalian dengan arti atau simbol. Bahasa dalam karya sastra memiliki maksud yang ingin disampaikan dan setiap yang menafsirkan arti bahasa memiliki pandangan yang berbeda-beda. Pandangan ini dimaksudkan sebagai tanda bahasa dan tanda bahasa ini disebut arbitrer.

Kesepakatan bahasa yang memiliki sifat arbitrer disebut konvensi bahasa. Konvensi bahasa adalah kesepakatan atau aturan dalam masyarakat yang telah disepakati bersama. Dalam sastra perlu adanya konvensi bahasa karena banyak masyarakat yang sulit untuk mencerna bahasa sastra.

"Hidup adalah bunga-bunga. Aku dan kau salah satu bunga. Kita adalah dua bunga anggrek"

Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kuntowijoyo merupakan bentuk dari konvensi bahasa. Kutipan dialog seorang kakek yang memiliki banyak bunga dengan Buyung seorang anak laki-laki di atas adalah bentuk tanda bahasa yang memiliki arti. Orang-orang yang membacanya akan memiliki gaya tafsir yang berbeda sesuai dengan pandangan masing-masing.

Sastrawan juga perlu konvensi bahasa sebagai pertimbangan sebuah karyanya. Apabila sastrawan tidak memperhatikan konvensi dalam menciptakan karya, maka batasan bahasa yang digunakannya bisa melampaui kebebasan. Hasil karyanya menjadi sulit untuk mengetahui maknanya. Hal ini disebabkan sastrawan menggunakan bahasa yang abstrak, inajinatif, serta inkonvensional.

Adanya batasan oleh konvensi sastra ini menjadikan inovasi beberapa sastrawan membludak. Hal ini disebabkan adanya batasan sastra memacu para sastrawan meningkatkan nilai estetika bahasanya. Contohnya sastrawan Sutardji Calzoum Bachri. Beliau menciptakan karya sastra yang tidak biasa seperti karya sastra pada umumnya.

Sutardji dalam karyanya berani menerobos kata per kata, bentuk kata, bahkan tata bahasa. Karya-karya sastranya menggunakan bahasa yang jauh dari kaidah bahasa Indonesia. Salah satu bentuk karyanya yang terkenal adalah puisi Tragedi Winka Shinka. Jika dilihat dari bahasanya, Sutardji seperti bercanda dengan tulisan yang dibuatnya. Isi puisinya itu hanya terdiri dari dua kata "kawin" dan "shinka" yang berulang-ulang. Pembaca menilai puisi tersebut tidak memiliki estetika. Padahal, banyak makna yang disampaikan oleh Sutadji dalam puisi tersebut
In reply to Heru Prasetyo, S.Hum., M.Pd.

Re: DISKUSI II

by Alika Cahyani Putri -
Konvensi adalah aturan atau suatu kesepakatan yang sudah diterima orang banyak dan sudah menjadi tradisi. Artinya, kebiasaan itu dilakukan orang secara terus-menerus dari waktu ke waktu. Konvensi mencakup struktur puisi (bait, larik, rima), pilihan diksi atau bahasa baku, tema atau gaya penulisan.

Inovasi adalah upaya kreatif untuk mencoba hal baru dalam puisi, baik dari bentuk, susunan kata, ritme, atau cara menyampaikan makna, yang berbeda dari aturan atau kebiasaan yang sudah ada.

Pada puisi “Teks Atas Descrates” karya Remy Silado menggunakan kata-kata baku, struktur relatif jelas, tema filosofis (konvensi). Namun memiliki diksi yang unik, baris dan bait bebas (inovasi).

Sedangkan pada puisi “Luka” karya Sutardji Calzoum Bachri, menggunakan kata-kata sederhana untuk menceritakan kesedihan. Kita langsung bisa merasakan perasaan yang ingin disampaikan (konvensi).