CASE STUDY

CASE STUDY

CASE STUDY

Number of replies: 22

Seorang peneliti pendidikan ingin mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid (gabungan daring dan luring) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI di seluruh SMA negeri di Provinsi Jawa Barat. Karena jumlah SMA negeri sangat banyak dan tersebar di berbagai kota dan kabupaten, peneliti memutuskan untuk mengambil sampel sebagai subjek penelitiannya.

Namun, peneliti menghadapi beberapa tantangan:

  1. Terdapat 600 SMA negeri di Provinsi Jawa Barat, tersebar di 27 kota/kabupaten.
  2. Kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital tiap daerah berbeda.
  3. Jumlah siswa kelas XI bervariasi di setiap sekolah.
  4. Tidak semua sekolah menerapkan pembelajaran hybrid secara konsisten.

Pertanyaan:

  1. Identifikasilah populasi dan sampel dalam kasus tersebut. Jelaskan alasannya!
  2. Menurut Anda, teknik sampling mana yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini? Jelaskan alasan pemilihan teknik tersebut, dan bagaimana cara menerapkannya dalam konteks ini!
  3. Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi saja, apa potensi kelemahan dari pendekatan ini terhadap validitas hasil penelitian?

In reply to First post

Re: CASE STUDY

Tria febriana གིས-
Nama : Tria febriana
Npm : 2313031077

Dalam penelitian mengenai efektivitas metode pembelajaran hybrid terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI di SMA negeri Provinsi Jawa Barat :
1. populasi yang dimaksud adalah seluruh siswa kelas XI di 600 SMA negeri yang tersebar di 27 kota dan kabupaten. Populasi ini menjadi sasaran penelitian karena peneliti ingin memperoleh gambaran menyeluruh tentang penerapan metode hybrid di seluruh provinsi. Namun, mengingat jumlah sekolah yang sangat banyak dan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, serta infrastruktur digital antar daerah, peneliti memilih untuk mengambil sampel sebagai wakil dari populasi tersebut. Sampel ini merupakan sebagian sekolah dan siswa yang diharapkan mewakili karakteristik populasi secara proporsional.

2. Teknik pengambilan sampel yang paling tepat digunakan dalam konteks ini adalah stratified random sampling atau pengambilan sampel acak berlapis. Teknik ini dipilih karena memungkinkan peneliti untuk membagi populasi ke dalam beberapa strata berdasarkan kota atau kabupaten, sehingga perbedaan kondisi di tiap daerah dapat terwakili secara adil. Setelah strata terbentuk, peneliti kemudian mengambil sampel secara acak dari masing-masing strata dengan proporsi sesuai ukuran populasi di tiap daerah. Dengan pendekatan ini, sampel yang diperoleh akan lebih representatif dan hasil penelitian dapat menggambarkan kondisi nyata di seluruh Provinsi Jawa Barat.

3. jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi saja, maka hasil penelitian berpotensi mengalami kelemahan terutama dalam hal validitas eksternal atau kemampuan hasil tersebut digeneralisasi ke seluruh populasi. Hal ini karena kondisi sosial ekonomi, fasilitas, dan infrastruktur di kota besar biasanya jauh lebih baik dibandingkan daerah lain, sehingga hasil penelitian hanya mencerminkan situasi di wilayah perkotaan yang lebih maju. Akibatnya, temuan tersebut kurang dapat menggambarkan realitas di daerah yang lebih terpencil atau kurang berkembang, sehingga dapat menimbulkan bias dan mengurangi keakuratan kesimpulan yang ingin ditarik.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Rahma Noviyana གིས-
Nama: Rahma Noviyana
NPM: 2313031060

1. Populasi adalah keseluruhan objek, individu, atau entitas yang menjadi sasaran penelitian dan memiliki karakteristik tertentu sesuai kebutuhan riset. Contohnya dalam kasus di atas, populasi adalah seluruh siswa kelas XI di 600 SMA negeri di Provinsi Jawa Barat yang menjadi sasaran penelitian efektivitas metode pembelajaran hybrid.

Sampel adalah bagian atau wakil dari populasi yang dipilih untuk penelitian sehingga hasilnya dapat digeneralisasi ke populasi. Dalam kasus ini, sampel adalah siswa kelas XI yang diambil dari sejumlah SMA negeri yang mewakili populasi tersebut.

2. Teknik sampling yang paling tepat adalah stratified random sampling, karena populasi tersebar di 27 kota/kabupaten dengan kondisi berbeda-beda (sosial, ekonomi, infrastruktur). Stratified sampling membagi populasi menjadi strata berdasarkan kota/kabupaten dan karakteristik lain seperti ukuran sekolah, sebelum mengambil sampel secara acak dari setiap strata. Teknik ini memastikan sampel representatif dan memperhitungkan heterogenitas populasi.

3. Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, maka kelemahan utama adalah bias wilayah. Sampel yang diambil tidak mewakili kondisi di daerah lain yang mungkin memiliki kondisi sosial, ekonomi, infrastruktur digital, dan penerapan metode pembelajaran yang berbeda. Hal ini dapat menurunkan validitas eksternal atau generalisasi hasil penelitian ke seluruh Provinsi Jawa Barat.

Kesimpulannya, pemilihan populasi dan sampel harus memperhatikan cakupan luas populasi secara representatif, heterogenitas karakteristik, dan tujuan penelitian agar hasil yang didapat valid dan dapat digeneralisasi secara akurat.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Wina Nadia Maratama གིས-
Nama : Wina Nadia Maratama
NPM : 2313031070

1. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, populasinya adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri se-Provinsi Jawa Barat. Populasi ini menjadi sasaran utama karena peneliti ingin mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid terhadap hasil belajar matematika pada semua SMA negeri di provinsi tersebut. Sementara itu, sampelnya adalah sebagian sekolah dan siswa kelas XI yang dipilih dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Barat untuk mewakili keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dilakukan karena jumlah sekolah sangat banyak (sekitar 600 sekolah) dan tersebar di 27 wilayah, sehingga tidak mungkin semua sekolah diteliti. Sampel yang dipilih harus mencerminkan keragaman kondisi tiap daerah, baik dari segi fasilitas digital, ekonomi, maupun jumlah siswa.

2. Teknik Sampling yang Tepat dan Alasan Pemilihannya
Teknik sampling yang paling sesuai untuk penelitian ini adalah stratified cluster random sampling, yaitu kombinasi antara stratified sampling dan cluster sampling. Teknik ini digunakan karena populasi penelitian sangat luas dan memiliki karakteristik yang beragam. Langkah pertama, peneliti membagi sekolah ke dalam beberapa strata berdasarkan wilayah atau karakteristik tertentu, misalnya: kota besar, kota menengah, dan daerah pedesaan. Setelah itu, dari setiap strata, peneliti memilih beberapa sekolah secara acak sebagai kluster, kemudian mengambil siswa kelas XI di sekolah-sekolah tersebut sebagai sampel. Teknik ini memastikan bahwa setiap wilayah di Jawa Barat terwakili secara proporsional, sehingga hasil penelitian lebih akurat, efisien, dan bisa digeneralisasi ke seluruh populasi.

3. Potensi Kelemahan Jika Hanya Mengambil Sampel dari Kota Besar
Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, maka hasil penelitian tidak akan representatif. Hal ini karena sekolah di kota besar biasanya memiliki fasilitas pembelajaran yang lebih baik, akses internet yang cepat, serta guru dan siswa yang lebih terbiasa dengan pembelajaran hybrid. Kondisi ini berbeda jauh dengan sekolah di daerah pedesaan yang mungkin memiliki keterbatasan jaringan internet dan sarana belajar. Akibatnya, hasil penelitian hanya menggambarkan situasi sekolah di perkotaan dan tidak bisa digeneralisasi untuk seluruh SMA Negeri di Jawa Barat. Hal ini dapat menurunkan validitas eksternal penelitian, karena hasilnya tidak mencerminkan kondisi sebenarnya di seluruh wilayah.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

CLARA KELVIANA KERIN 2313031064 གིས-
Nama: Clara Kelviana Kerin
NPM : 2313031064

1. Populasi dalam Kasus Tersebut: Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di seluruh SMA negeri yang ada di Provinsi Jawa Barat. Ini mencakup semua siswa kelas XI yang terdaftar di 600 SMA negeri yang tersebar di 27 kota/kabupaten di provinsi tersebut. Peneliti tertarik untuk menggeneralisasi temuan penelitiannya kepada seluruh siswa kelas XI di SMA negeri di Jawa Barat, sehingga kelompok inilah yang menjadi populasi target.

2. Teknik Sampling yang Paling Tepat: Mengingat tantangan yang ada (jumlah sekolah yang banyak, kondisi sosio-ekonomi dan infrastruktur digital yang berbeda, variasi jumlah siswa, dan penerapan pembelajaran hybrid yang tidak konsisten), teknik multistage cluster sampling akan menjadi pilihan yang paling tepat. Berikut penjelasannya:

Alasan Pemilihan: Multistage cluster sampling memungkinkan peneliti untuk mengatasi kompleksitas populasi dengan membagi proses pengambilan sampel menjadi beberapa tahap. Pada tahap pertama, peneliti dapat memilih secara acak beberapa kota/kabupaten dari 27 kota/kabupaten di Jawa Barat. Pada tahap kedua, peneliti memilih secara acak beberapa SMA negeri dari setiap kota/kabupaten yang terpilih. Pada tahap ketiga, peneliti memilih secara acak kelas XI dari sekolah-sekolah yang terpilih. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan sampel yang lebih representatif dari seluruh populasi, sambil tetap mempertimbangkan keterbatasan sumber daya dan tantangan geografis.

Cara Penerapan:
Tahap 1: Membuat daftar semua kota/kabupaten di Jawa Barat.
Tahap 2: Menggunakan teknik simple random sampling atau stratified random sampling untuk memilih sejumlah kota/kabupaten yang representatif. Stratifikasi dapat dilakukan berdasarkan kondisi sosio-ekonomi atau infrastruktur digital.
Tahap 3: Membuat daftar semua SMA negeri di kota/kabupaten terpilih.
Tahap 4: Menggunakan teknik simple random sampling atau stratified random sampling untuk memilih sejumlah SMA negeri dari setiap kota/kabupaten. Stratifikasi dapat dilakukan berdasarkan penerapan pembelajaran hybrid.
Tahap 5: Membuat daftar semua kelas XI di SMA negeri terpilih.
Tahap 6: Memilih secara acak beberapa kelas XI dari setiap sekolah terpilih.

3. Potensi Kelemahan Jika Sampel Hanya dari Kota Besar: Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, terdapat potensi kelemahan terhadap validitas hasil penelitian. Pendekatan ini dapat menyebabkan sampel menjadi tidak representatif terhadap seluruh populasi siswa kelas XI di SMA negeri di Jawa Barat. Siswa di kota besar cenderung memiliki kondisi sosio-ekonomi, infrastruktur digital, dan kualitas guru yang berbeda dengan siswa di daerah pedesaan atau kota kecil. Akibatnya, hasil penelitian mungkin hanya berlaku untuk siswa di kota besar dan tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh populasi. Ini akan mengurangi validitas eksternal penelitian.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Ranum Sri Rahayu གིས-
Nama : Ranum Sri Rahayu
NPM : 2313031074

1. Populasi: Seluruh siswa kelas XI di semua SMA negeri di Provinsi Jawa Barat. Hal ini karena peneliti ingin mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid terhadap hasil belajar siswa kelas XI secara menyeluruh, sehingga populasi adalah semua siswa kelas XI di 600 SMA negeri yang ada di 27 kota/kabupaten tersebut.
Sampel: Bagian dari populasi tersebut, yaitu sejumlah siswa kelas XI yang dipilih dari beberapa sekolah yang dipilih sebagai representasi populasi. Karena jumlah sekolah dan siswa sangat besar serta bervariasi, peneliti mengambil sampel untuk memudahkan pengumpulan dan analisis data.

2. Teknik sampling yang paling tepat adalah Stratified Random Sampling (Sampling Acak Berstrata).
Alasannya karena populasi tersebar di 27 kota/kabupaten dengan kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital yang berbeda, sehingga pembagian menjadi strata (berdasarkan lokasi atau karakteristik sosial-ekonomi) penting untuk mendapatkan sampel yang representatif, lalu stratifikasi akan memastikan bahwa sampel mencakup variasi seluruh strata sehingga tidak bias ke wilayah tertentu saja, dan dii dalam setiap strata, sampel diambil secara acak untuk menghindari bias pemilihan.
Cara menerapkannya adalah:
1)Kelompokkan seluruh SMA negeri ke dalam strata berdasarkan kota/kabupaten.
2) Jika diperlukan, bisa juga berdasarkan kategori lain misal tingkat infrastruktur digital.
3) Dari setiap strata, pilih sejumlah sekolah secara acak (proporsional terhadap jumlah sekolah di strata tersebut).
4)Dari sekolah yang terpilih, ambil sampel siswa kelas XI secara acak.

3. Potensi kelemahan dari pendekatan hasil penelitian adalah kelemahan utamanya yaitu Risiko bias sampel yang tinggi dan kurang representatif. Kota besar biasanya memiliki kondisi sosial ekonomi dan infrastruktur yang lebih baik dan lebih siap dalam penerapan pembelajaran hybrid. Hasil penelitian yang hanya berdasarkan sekolah di kota besar cenderung tidak mewakili kondisi sekolah di daerah kecil atau kabupaten dengan infrastruktur dan kondisi sosial-ekonomi berbeda. Sehingga, validitas eksternal (generalizability) hasil penelitian menurun karena hasil tidak bisa digeneralisasi ke seluruh provinsi, terutama pada daerah dengan kondisi berbeda.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Lusi Yana Agustina གིས-
Nama: Lusi Yana Agustina
NPM: 2313031069

Penelitian ini berfokus pada upaya mengetahui seberapa efektif metode pembelajaran hybrid terhadap hasil belajar matematika siswa kelas XI di seluruh SMA negeri Provinsi Jawa Barat. Mengingat adanya perbedaan kondisi geografis, sosial-ekonomi, serta tingkat kesiapan teknologi di 27 kota/kabupaten, peneliti perlu menentukan populasi secara tepat dan memilih teknik sampling yang dapat mewakili keseluruhan wilayah.

1. Populasi Penelitian
Dalam konteks penelitian ini, terdapat dua jenis populasi yang menjadi dasar penarikan sampel. Pertama, populasi target, yaitu seluruh siswa kelas XI SMA negeri di Provinsi Jawa Barat. Populasi ini dipilih karena penelitian bertujuan menilai hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran hybrid. Kedua, populasi wilayah, yaitu 600 SMA negeri yang tersebar di 27 kota/kabupaten. Sekolah menjadi unit dasar penarikan sampel karena siswa berada di masing-masing sekolah tersebut. Populasi ini juga bersifat heterogen mengingat adanya perbedaan jumlah siswa, ketersediaan fasilitas digital, serta tingkat konsistensi penerapan sistem hybrid di setiap sekolah.

2. Teknik Sampling yang Tepat Digunakan
Teknik sampling yang paling sesuai untuk kondisi populasi yang sangat besar, tersebar luas, dan memiliki karakteristik yang beragam adalah multistage sampling yang dipadukan dengan stratified sampling berdasarkan wilayah. Multistage sampling digunakan karena proses pengambilan sampel dilakukan secara bertahap, dimulai dari pemilihan wilayah, pemilihan sekolah, hingga pemilihan siswa. Sementara itu, stratified sampling berdasarkan wilayah dilakukan karena masing-masing kabupaten/kota memiliki kondisi sosial-ekonomi, infrastruktur pendidikan, dan tingkat kesiapan teknologi yang berbeda, sehingga stratifikasi dapat memastikan bahwa seluruh wilayah terwakili secara proporsional.

Penerapan teknik sampling ini melibatkan beberapa langkah, yaitu
a) menetapkan strata wilayah dengan mengelompokkan 27 daerah menjadi kategori perkotaan, peri-urban, dan pedesaan.
b) memilih beberapa kabupaten/kota secara acak dari setiap strata
c) memilih sejumlah SMA negeri secara acak dari daerah yang terpilih dengan memperhatikan konsistensi penerapan pembelajaran hybrid
d) serta mengambil sampel siswa kelas XI secara proporsional sesuai jumlah siswa di masing-masing sekolah.
Langkah-langkah ini memastikan bahwa sekolah besar maupun kecil memiliki peluang yang sama untuk terwakili dalam sampel dan meminimalkan bias antarwilayah.

3. Kelemahan Jika Sampel Hanya Diambil dari Kota Besar
Jika peneliti hanya mengambil sampel dari kota-kota besar seperti Bandung atau Bekasi, maka hasil penelitian berpotensi tidak merepresentasikan seluruh kondisi Jawa Barat. Hal ini terjadi karena kota besar umumnya memiliki fasilitas digital yang lebih baik serta penerapan pembelajaran hybrid yang lebih stabil dibandingkan wilayah lain. Kondisi tersebut dapat menimbulkan bias perkotaan sehingga hasil penelitian hanya menggambarkan efektivitas hybrid di daerah yang sudah maju. Selain itu, kesimpulan penelitian menjadi sulit untuk digeneralisasi ke wilayah pedesaan atau kabupaten dengan keterbatasan infrastruktur teknologi. Akibatnya, validitas eksternal penelitian menurun karena hasilnya tidak dapat diterapkan pada seluruh siswa kelas XI SMA negeri di Provinsi Jawa Barat.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Andani Tanemu གིས-
Andani Tanemu
2313031078

1. Populasi dan Sampel
Populasi dalam kasus ini adalah seluruh SMA negeri di Provinsi Jawa Barat yang memiliki siswa kelas XI dan menerapkan pembelajaran hybrid, yaitu keseluruhan 600 SMA negeri yang tersebar di 27 kota dan kabupaten. Populasi ini dipilih karena peneliti ingin mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid pada skala provinsi, sehingga semua sekolah yang memenuhi kriteria tersebut menjadi bagian dari populasi target.
Sampelnya adalah sebagian SMA negeri dari populasi tersebut yang dipilih untuk mewakili kondisi keseluruhan. Sampel harus mencerminkan variasi daerah, seperti kota, kabupaten, wilayah dengan infrastruktur digital kuat maupun lemah, serta sekolah dengan jumlah siswa berbeda-beda. Dengan demikian, sampel yang terpilih dapat menggambarkan populasi secara lebih akurat.

2. Teknik sampling yang paling tepat
Teknik sampling yang paling tepat adalah cluster random sampling yang digabung dengan stratified sampling (multistage sampling). Ada beberapa alasan mengapa teknik ini cocok. Pertama, populasi tersebar sangat luas (27 kota/kabupaten) sehingga tidak efisien jika melakukan simple random sampling terhadap sekolah individu. Cluster sampling memungkinkan peneliti mengambil kelompok wilayah terlebih dahulu, misalnya kota/kabupaten sebagai cluster awal. Kedua, terdapat perbedaan kondisi sosial, ekonomi, dan infrastruktur digital antar daerah. Dengan menambahkan stratifikasi pada tahap berikutnya, peneliti dapat memastikan setiap kategori wilayah terwakili, misalnya wilayah maju, sedang, dan kurang maju. Ketiga, multistage sampling memudahkan proses pemilihan sampel dengan struktur bertahap dan lebih efisien untuk populasi besar.

Penerapannya dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Pertama, membagi 27 kota/kabupaten ke dalam beberapa stratifikasi, misalnya berdasarkan indeks pembangunan daerah atau tingkat akses internet. Kedua, dari setiap strata, dipilih beberapa kota/kabupaten secara acak sebagai cluster sampel. Ketiga, dari sekolah-sekolah dalam cluster terpilih, dipilih sejumlah SMA negeri secara acak. Keempat, dari sekolah tersebut, peneliti dapat memilih seluruh siswa kelas XI atau mengambil sampel siswa menggunakan teknik sederhana seperti simple random sampling. Prosedur ini memastikan sampel mencerminkan keragaman populasi.

3. Potensi kelemahan jika hanya mengambil sampel dari kota besar
Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah yang berada di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, maka ada risiko bias representativitas sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh Jawa Barat. Kota besar cenderung memiliki infrastruktur digital yang lebih baik, kualitas tenaga pendidik yang lebih stabil, serta kondisi sosial ekonomi siswa yang relatif lebih tinggi. Hal ini menyebabkan efektivitas pembelajaran hybrid di kota besar kemungkinan berbeda dengan sekolah di daerah terpencil atau kabupaten dengan fasilitas terbatas. Dengan demikian, validitas eksternal penelitian menjadi lemah, karena sampel tidak menggambarkan populasi yang sebenarnya. Hasil penelitian pun berpotensi terlalu optimis atau tidak akurat ketika diterapkan pada sekolah-sekolah di luar kota besar.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

Ika Rahmadhani གིས-
Nama: Ika Rahmadhani
NPM: 2313031072
Kelas: C

1. Populasi dan sample
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA negeri di Provinsi Jawa Barat, karena penelitian bertujuan mengetahui efektivitas metode pembelajaran hybrid terhadap hasil belajar matematika siswa, sehingga subjek yang menjadi sasaran adalah siswanya, bukan hanya sekolahnya. Dengan demikian, sampel adalah sebagian siswa kelas XI yang diambil dari sejumlah SMA negeri terpilih yang mewakili 600 sekolah yang tersebar di 27 kota/kabupaten. Sampel harus mencerminkan keragaman kondisi wilayah, variasi jumlah siswa, dan perbedaan penerapan hybrid learning, sehingga hasil penelitian dapat merepresentasikan populasi secara lebih akurat.

2. Teknik sampling yang tepat
Teknik sampling yang paling tepat digunakan adalah multistage sampling (gabungan stratified sampling dan cluster sampling), karena populasi sangat besar, heterogen, dan tersebar geografis. Peneliti dapat membagi wilayah Jawa Barat menjadi beberapa strata, misalnya kota besar, kota sedang, dan kabupaten, kemudian memilih sekolah sebagai cluster secara acak dari tiap strata, dengan syarat sekolah tersebut menerapkan pembelajaran hybrid. Setelah sekolah terpilih, peneliti memilih siswa kelas XI secara acak atau sistematis dari setiap sekolah tersebut. Teknik ini efektif untuk memastikan sampel benar-benar mewakili keberagaman kondisi sosial, ekonomi, serta infrastruktur digital di berbagai daerah.

3. Kelemahan Jika Sampel Hanya dari Bandung dan Bekasi
Jika peneliti hanya mengambil sampel dari sekolah-sekolah di kota besar seperti Bandung dan Bekasi, hasil penelitian berpotensi tidak representatif karena hanya menggambarkan kondisi pendidikan di wilayah urban yang memiliki infrastruktur digital lebih baik, jumlah guru lebih memadai, dan penerapan hybrid learning yang lebih optimal. Pendekatan ini dapat menimbulkan bias wilayah (urban bias), menyebabkan hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan ke seluruh Jawa Barat, terutama ke kabupaten dengan kondisi sarana prasarana lebih terbatas. Akibatnya, validitas eksternal penelitian menurun karena temuan tidak lagi mencerminkan kondisi populasi secara keseluruhan.