Nama: Dwi Intan Rahmadani
NPM: 2213031048
1. Perbedaan kinerja transformasi digital antara Indonesia dan Jerman dipengaruhi oleh beberapa faktor utama, terutama kesiapan infrastruktur, kualitas SDM, dan dukungan kebijakan industri. Jerman telah memiliki fondasi digital yang kuat, jaringan internet berkecepatan tinggi, serta ekosistem manufaktur yang matang sehingga memudahkan penerapan teknologi seperti IoT, AI, dan otomasi tingkat lanjut. Selain itu, pendidikan vokasi Jerman sangat terstruktur sehingga perusahaan seperti Siemens dapat memanfaatkan tenaga kerja yang sudah terlatih. Sebaliknya, Indonesia menghadapi tantangan dalam pemerataan infrastruktur digital, keterbatasan SDM yang siap digital, serta integrasi sistem yang masih terfragmentasi di banyak industri. Walaupun program Making Indonesia 4.0 telah diluncurkan, implementasinya belum merata sehingga dampaknya belum sekuat Industrie 4.0 di Jerman.
2. Pendekatan Jerman terhadap transformasi digital memiliki kekuatan pada konsistensi kebijakan, kolaborasi erat antara pemerintah–industri–universitas, dan investasi besar pada riset serta pelatihan vokasi. Kelemahannya adalah tingginya biaya implementasi dan ketergantungan pada standar teknologi yang kompleks. Di sisi lain, Indonesia menunjukkan keunggulan pada potensi pasar besar, fleksibilitas industri, serta adanya komitmen pemerintah melalui Making Indonesia 4.0. Namun, kelemahannya terletak pada kurangnya kesiapan SDM, lemahnya koordinasi antarinstansi, rendahnya adopsi teknologi pada perusahaan kecil-menengah, dan infrastruktur digital yang belum merata.
3. Untuk meningkatkan daya saing industri manufaktur Indonesia di era digital, diperlukan strategi yang lebih terfokus dan kolaboratif. Pemerintah perlu memperkuat pendidikan vokasi melalui kerja sama intensif dengan industri agar lulusan siap menghadapi teknologi baru. Selain itu, insentif fiskal dan pembiayaan untuk transformasi digital harus diperluas agar perusahaan, khususnya UMKM, mampu mengadopsi teknologi otomasi dan IoT. Infrastruktur digital harus diperkuat, terutama di kawasan industri. Perusahaan dalam negeri juga perlu didorong membangun pusat inovasi, meningkatkan integrasi sistem produksi, dan memperluas kerja sama internasional untuk transfer teknologi. Dengan langkah-langkah tersebut, Indonesia dapat mempercepat kesiapan digitalnya dan meningkatkan daya saing global sektor manufaktur.