CASE STUDY

CASE STUDY

CASE STUDY

Number of replies: 28

PT Surya Terang adalah perusahaan manufaktur yang telah beroperasi selama 15 tahun di Indonesia. Pada tahun 2020, perusahaan membeli sebuah mesin produksi seharga Rp1.000.000.000. Mesin ini diperkirakan akan digunakan selama 10 tahun dengan nilai residu sebesar Rp100.000.000. PT Surya Terang menggunakan metode garis lurus untuk penyusutan.

Namun, pada tahun 2025, muncul teknologi baru yang menyebabkan nilai pasar mesin tersebut menurun drastis. Penilaian independen menunjukkan bahwa nilai wajar mesin saat ini hanya Rp400.000.000, sedangkan nilai tercatat (carrying amount) adalah Rp600.000.000.

Manajemen mempertimbangkan untuk menggunakan model revaluasi agar laporan keuangan mereka mencerminkan nilai wajar aset, namun mereka khawatir akan dampaknya terhadap laporan laba rugi dan kepatuhan terhadap PSAK.

Pertanyaan:

  1. Identifikasi dan jelaskan dua basis pengukuran yang relevan dalam kasus ini. Bandingkan kelebihan dan kekurangannya.
  2. Jika PT Surya Terang memilih untuk menggunakan model revaluasi, sebutkan implikasi akuntansinya terhadap laporan keuangan, khususnya pada laporan posisi keuangan dan laba rugi.
  3. Apakah pengukuran menggunakan nilai wajar lebih memenuhi karakteristik kualitatif relevansi dan keandalan dibandingkan biaya historis dalam konteks ini? Jelaskan dengan alasan kritis.

In reply to First post

Re: CASE STUDY

MAYKE RIANSYAH གིས-
Nama : Mayke Riansyah
NPM : 2413031047
Kelas : 2024 B

Jawaban dari Study Case saya sebagai berikut.
1. Dua basis pengukuran relevan — identifikasi & perbandingan singkat

A. Biaya historis (cost model) — aset dicatat pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan rugi penurunan nilai. Kelebihan: dapat diverifikasi, andal, sederhana; Kekurangan: kurang relevan bila nilai pasar turun/naik signifikan (tidak mencerminkan kondisi saat ini).

B. Model revaluasi (nilai wajar setelah revaluasi) — aset dicatat sebesar nilai wajarnya pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan selanjutnya. Kelebihan: lebih relevan untuk menggambarkan nilai pasar saat ini; Kekurangan: menimbulkan volatilitas laporan, membutuhkan penilai andal/biaya revaluasi, ketergantungan estimasi bila pasar illiquid. (PSAK/IAS memperbolehkan model revaluasi untuk aset tetap jika nilai wajar dapat diukur andal).


2. Jika PT Surya Terang pilih model revaluasi — implikasi akuntansi utama
Penyesuaian carrying amount: mesin dicatat pada nilai revaluasian (nilai wajar) dikurangi akumulasi penyusutan selanjutnya; akumulasi penyusutan disesuaikan sesuai ketentuan IAS/PSAK.

Pengakuan kenaikan / penurunan: kenaikan revaluasi diakui ke other comprehensive income (revaluation surplus dalam ekuitas) kecuali membalik penurunan sebelumnya yang sudah diakui di laba rugi; penurunan revaluasi umumnya diakui di laba rugi kecuali mengurangi surplus revaluasi untuk aset yang sama.

Pengaruh pada laba rugi: revaluasi ke atas biasanya tidak langsung meningkatkan laba (masuk OCI); revaluasi ke bawah dapat membebani laba rugi (jika melebihi surplus sebelumnya). Depresiasi masa depan akan lebih besar/lebih kecil berdasarkan nilai revaluasian → memengaruhi beban depresiasi berikutnya dan laba operasi.

Kewajiban tambahan: harus merevaluasi seluruh kelas aset yang sama (atau revaluasi bergulir tapi lengkap dalam periode pendek) dan melakukan revaluasi secara teratur agar tidak berbeda material dari nilai wajar. Harus mengungkapkan metodologi, frekuensi, sumber nilai wajar (penilai eksternal jika ada).

Interaksi dengan penurunan nilai: setelah revaluasi, isu impairment tetap berlaku — jika ada indikasi penurunan lebih lanjut, jumlah terpulihkan dihitung (higher of fair value less costs to sell and value in use) dan rugi penurunan diakui sesuai PSAK/IAS 36.


3. Apakah pengukuran nilai wajar lebih memenuhi relevansi dan keandalan daripada biaya historis?
Relevansi: nilai wajar lebih relevan karena mencerminkan kondisi pasar saat ini — memberikan informasi berguna bagi pengambil keputusan tentang nilai realistik aset. (lebih baik relevansi).

Keandalan / faithful representation: biaya historis biasanya lebih dapat diverifikasi dan kurang berestimasi → lebih andal. Nilai wajar bisa kurang andal jika pasar tidak aktif atau estimasi asumsi signifikan — sehingga faithful representation dapat terganggu.

Kesimpulan terapan untuk kasus PT Surya Terang:
Jika nilai wajar Rp400 juta dapat diukur secara andal (mis. penilai eksternal, pasar aktif atau teknik valuasi kredibel), penggunaan model revaluasi akan meningkatkan relevansi laporan — tetapi akan menurunkan ekuitas / mungkin menurunkan laba (tergantung perlakuan) dan menaikkan volatilitas depresiasi di masa depan.
Jika nilai wajar tidak dapat diukur andal (pasar illiquid, asumsi besar), biaya historis + pengujian penurunan nilai (PSAK/IAS 36) lebih konservatif dan lebih dapat diandalkan.