A FAILURE OF MODERNISM

A FAILURE OF MODERNISM

A FAILURE OF MODERNISM

by Novia Fitri Istiawati -
Number of replies: 19

SILAKAN DIBACA DAN DIDISKUSIKAN- Ini adalah paper tentang awal redupnya Ideologi Modernisme dalam Konsep Ruang Sosial

In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034075 SINDI NURHASANAH -
Nama: Sindi Nurhasanah
Npm: 2313034075

Berdasarkan makalah "A Failure of Modernism: Excavating Pruitt-Igoe" oleh Dr. Mark David Major, kegagalan Pruitt-Igoe menjadi salah satu contoh paling terkenal dari kegagalan modernisme dalam desain dan perencanaan kota. Kompleks perumahan ini dibangun pada 1950-an di St. Louis, Missouri, untuk menyediakan perumahan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, hanya dalam waktu kurang dari dua dekade, kompleks ini dihancurkan pada tahun 1972 karena dianggap gagal secara sosial dan struktural. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana desain fisik dan tata ruang Pruitt-Igoe berkontribusi pada munculnya masalah sosial seperti kejahatan, vandalisme, dan isolasi sosial. Salah satu penyebab utama kegagalan Pruitt-Igoe adalah pendekatan desain modernis yang tidak mempertimbangkan dinamika sosial penghuni. Tata letak grid yang kaku dan penggunaan struktur pilotis menciptakan ruang-ruang yang terisolasi dan sulit diawasi. Hal ini menyebabkan munculnya "unused space" yang kemudian berubah menjadi "abused space," yaitu area yang rentan terhadap aktivitas kriminal dan vandalisme. Selain itu, rasio antara orang dewasa dan anak-anak di area tersebut sangat tidak seimbang (2:1 atau lebih rendah), jauh dari rasio ideal 12:1 yang biasanya ditemukan di lingkungan urban tradisional. Ketidakseimbangan ini mengurangi pengawasan alami (natural policing), sehingga memperburuk persepsi keamanan di kalangan penghuni. Selain faktor desain, konteks sosial-ekonomi juga memainkan peran penting dalam kegagalan Pruitt-Igoe. Migrasi besar-besaran penduduk miskin ke pusat kota, terutama komunitas kulit hitam dari Selatan AS, menciptakan segregasi sosial yang semakin diperburuk oleh kebijakan zonasi dan suburbanisasi. Perpindahan penduduk kelas menengah ke pinggiran kota mengurangi basis pajak lokal, sehingga pemerintah kesulitan memelihara fasilitas publik seperti Pruitt-Igoe. Kombinasi antara desain fisik yang tidak mendukung interaksi sosial, persepsi negatif tentang keamanan, dan tekanan ekonomi akhirnya menjadikan Pruitt-Igoe simbol kegagalan modernisme dalam memenuhi kebutuhan manusia secara holistik.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034086 Nabila Aini -
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Selamat Siang....
Sebelumnya izin memperkenalkan diri,
Nama: Nabila Aini
NPM: 2313034086
Kelas: Geografi 23 C

Izin berdiskusi

1. Desain dan Perencanaan yang Bermasalah
- Pilotis (struktur tiang): Bagian dasar bangunan didesain dengan tiang penyangga untuk ruang terbuka hijau. Namun, area ini tidak memiliki pengawasan, menjadi zona nyaman untuk aktivitas kriminal.
- Elevator "skip-stop": Elevator hanya berhenti di lantai tertentu (1, 4, 7, dan 10), memaksa penghuni menggunakan tangga yang gelap dan sempit. Ini meningkatkan risiko kejahatan di area tersebut.
- Orientasi pintu: Pintu masuk menghadap ke dalam bangunan, bukan ruang publik. Hal ini memutus koneksi visual dan sosial antara penghuni dan lingkungan luar.

2. Pola Tata Ruang yang Kompleks
- Kegagalan Tata Ruang: Terdapat 92 rute spasial yang terpisah dalam kompleks ini, menciptakan disfungsi yang disebut sebagai "intelligible dysfunction". Pola ini memfasilitasi peluang untuk kejahatan dan mempermudah pelarian.
- Tidak adanya kontrol akses: Desainnya memungkinkan rute terbuka melalui pilotis yang tidak terawasi, memberikan akses bebas ke area tangga dan ruang bersama, yang rentan terhadap gangguan sosial.

3. Faktor Sosial dan Demografis
- Rasio Anak dan Dewasa yang Tidak Seimbang: Menurut analisis, rasio orang dewasa terhadap anak-anak mencapai angka kritis yang rendah (2:1 dibandingkan idealnya 12:1). Hal ini menciptakan "broken interface" antara orang dewasa yang bertanggung jawab dan anak-anak yang tidak terawasi.
- Keluarga Tanpa Kehadiran Figur Ayah: Kebijakan bantuan pemerintah mengharuskan ayah meninggalkan keluarga untuk memenuhi syarat mendapatkan bantuan perumahan. Hal ini mengurangi jumlah orang dewasa di komunitas.

4. egagalan Regulasi dan Manajemen
- Kekurangan Pemeliharaan: Pemeliharaan bergantung pada tingkat hunian 100%, yang tidak pernah tercapai. Akibatnya, pencahayaan, elevator, dan fasilitas umum sering rusak.
- Efek 'White Flight': Migrasi penduduk kulit putih ke pinggiran kota meninggalkan Pruitt-Igoe dengan populasi homogen secara ekonomi, tanpa daya dukung keuangan.

5. Persepsi Sosial dan Lingkaran Setan
- Malaise Sosial: Persepsi kejahatan sering kali lebih buruk daripada kenyataan, tetapi rasa takut yang menyertainya membuat orang dewasa menghindari ruang publik, memperburuk masalah pengawasan.
- Vandalisme: Anak-anak yang tidak terawasi sering melakukan tindakan vandalisme kecil, seperti menghancurkan lampu atau mencoret-coret, yang memperburuk persepsi keamanan.

6. Hubungan dengan Kompleks Vaughan
- Konektivitas Kriminal: Kompleks Vaughan di dekatnya memiliki rute diagonal yang terhubung ke Pruitt-Igoe, memungkinkan aktivitas kriminal berpindah antar area dengan mudah.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034022 Anggra Karmelita -
Nama: Anggra Karmelita
NPM: 2313034022
Kelas; Geografi 2023 C

Berdasarkan Paper tersebut membahas tentang kompleks perumahan Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri, yang sering dijadikan contoh kegagalan ideologi Modernisme dalam perencanaan sosial. Kompleks ini memiliki lebih dari 2.800 apartemen untuk 13.000 orang dan dibangun dengan harapan menyediakan perumahan yang layak. Namun, kompleks ini hancur dan dibongkar pada tahun 1972. Pembahasan yang dilakukan oleh Dr. Mark David Major mengungkap bahwa penurunan Pruitt-Igoe disebabkan oleh kombinasi faktor desain, perencanaan, dan dinamika sosial yang tidak diantisipasi dengan baik.

Salah satu fokus utama dalam pembahasan ini adalah analisis ruang menggunakan metode "arsitektur spasial". Pendekatan ini membantu untuk memahami bagaimana desain dan perencanaan memengaruhi masalah sosial di Pruitt-Igoe. Penemuan utama menunjukkan bahwa penyediaan ruang yang berlebihan justru menjadi masalah, menciptakan "antarmuka yang rusak" antara orang dewasa dan anak-anak. Hal ini menyebabkan kurangnya interaksi sosial yang sehat di antara penduduk, yang pada gilirannya memperburuk kondisi di kompleks perumahan tersebut.

Kegagalan konsep Modernisme juga menjadi sorotan penting dalam analisis ini. Meskipun Pruitt-Igoe dirancang dengan prinsip-prinsip Modernisme yang ideal, seperti efisiensi ruang, kenyataan menunjukkan bahwa struktur dan perencanaan yang tidak memperhitungkan interaksi sosial malah menyebabkan peningkatan tindakan kriminal dan persepsi masyarakat yang negatif. Masyarakat merasakan ketidakamanan, yang berdampak pada berkurangnya penggunaan ruang publik, sehingga masalah sosial semakin memburuk.

Selain itu, perubahan dalam hubungan antara orang dewasa dan anak-anak akibat desain yang memisahkan fungsi sosial juga berkontribusi pada peningkatan tingkat kriminalitas. Desain yang tidak memperhatikan pengawasan yang memadai di ruang publik bahkan membuat ruang tersebut tidak terpakai dengan efektif, dan malah dimanfaatkan untuk aktivitas merugikan. Hal ini menunjukkan pentingnya desain yang mempertimbangkan interaksi sosial dan pengawasan yang cukup untuk menjaga keamanan lingkungan.

Kesimpulan dari pembahasan tersebut adalah bahwa desain dan perencanaan yang tidak tepat sangat berkontribusi pada kemerosotan Pruitt-Igoe. Pendekatan modernis yang mengisolasi ruang tanpa mempertimbangkan interaksi sosial telah memperparah situasi di kompleks tersebut. Kegagalan ini mencerminkan bagaimana faktor sosial dan ekonomi berpengaruh terhadap pengalaman tinggal di tempat tersebut.
In reply to 2313034022 Anggra Karmelita

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2353034002 Gita Asmara Dewantoro -
Nama : Gita Asmara Dewantoro
NPM : 2353034002
Kelas : geografi 2023 C

Membahas kegagalan kompleks perumahan Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri, sebagai contoh nyata dari kegagalan arsitektur dan perencanaan kota Modernis. Kompleks ini awalnya dirancang untuk menyediakan hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan konsep bangunan bertingkat tinggi, pemisahan area penggunaan, serta ruang terbuka hijau. Namun, desain ini justru menciptakan masalah sosial dan keamanan yang semakin parah seiring waktu.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan kegagalan Pruitt-Igoe adalah desain tata ruangnya yang tidak mendukung interaksi komunitas. Bangunan tinggi dengan area terbuka yang luas menciptakan ruang-ruang yang kurang diawasi, yang kemudian menjadi tempat berkembangnya aktivitas kriminal. Struktur "pilotis," yaitu tiang-tiang yang mengangkat bangunan untuk menyediakan ruang terbuka di bawahnya, justru memperburuk situasi dengan menciptakan sudut-sudut yang tidak terlihat dan sulit diawasi oleh penghuni maupun petugas keamanan.

Selain itu, kompleks ini dihuni oleh kelompok masyarakat yang secara ekonomi rentan, terutama komunitas kulit hitam yang terdampak oleh kebijakan pembaruan kota yang cenderung diskriminatif. Pruitt-Igoe tidak hanya menghadapi masalah desain, tetapi juga berhadapan dengan dampak sosial dari kebijakan pemerintah yang gagal memberikan dukungan ekonomi dan sosial bagi penghuninya. Seiring waktu, banyak penghuni mulai meninggalkan kompleks ini, menyebabkan penurunan tingkat hunian dan semakin memperburuk kondisi lingkungan.

Masalah lain yang muncul adalah terputusnya hubungan sosial antara orang dewasa dan anak-anak dalam komunitas ini. Dengan semakin berkurangnya jumlah penghuni dewasa yang berperan sebagai pengawas alami, anak-anak dan remaja sering dibiarkan tanpa pengawasan, yang mengarah pada peningkatan vandalisme dan gangguan sosial lainnya. Situasi ini menciptakan persepsi negatif terhadap lingkungan Pruitt-Igoe, yang semakin diperburuk oleh kebijakan pemerintah yang tidak efektif dalam menangani masalah yang muncul.

Secara keseluruhan, kegagalan Pruitt-Igoe bukan hanya disebabkan oleh cacat dalam desain dan perencanaan, tetapi juga oleh faktor sosial dan ekonomi yang lebih luas. Kompleks ini menjadi simbol bagaimana pendekatan perumahan berbasis Modernisme yang mengutamakan fungsi dan estetika, tanpa mempertimbangkan aspek sosial dan komunitas, dapat berujung pada kegagalan total. Kasus ini masih menjadi bahan diskusi dalam dunia arsitektur dan perencanaan kota sebagai pelajaran penting dalam membangun lingkungan hunian yang lebih berkelanjutan dan inklusif.

Kesimpulan dari pembahasan ini Kegagalan Pruitt-Igoe tidak hanya disebabkan oleh cacat dalam arsitektur dan perencanaan kota, tetapi juga oleh masalah sosial, ekonomi, dan rasial yang lebih luas yang tidak terselesaikan. Pelajaran dari kasus Pruitt-Igoe masih terus menjadi bahan diskusi dalam perdebatan tentang perumahan kota, desain arsitektur, dan kebijakan sosial.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034025 Nella Nurmala Kusuma -
Nama : Nella Nurmala Kusuma
Npm : 2313034025
Kelas : 2023C


Paper "A Failure of Modernism: Excavating Pruitt-Igoe" yang ditulis oleh Dr. Mark David Major membahas kompleks perumahan publik Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri, yang sering dianggap sebagai contoh kegagalan prinsip modernisme dalam desain dan perencanaan perumahan. Penelitian ini menerapkan pendekatan arkeologi spasial dan sintaksis ruang untuk menganalisis bagaimana aspek desain dan perencanaan berperan dalam masalah sosial yang muncul di kompleks tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain modernis yang menghasilkan banyak ruang terbuka tanpa pengawasan menciptakan "antarmuka yang rusak" antara orang dewasa dan anak-anak, serta menyebabkan peningkatan kejahatan dan ketidakamanan. Perubahan demografis, seperti migrasi warga kulit putih, juga berkontribusi pada hilangnya pendapatan sewa dan pemeliharaan yang memadai, sementara kegagalan dalam regulasi dan kebijakan publik semakin memperburuk situasi di Pruitt-Igoe. Secara keseluruhan, penelitian ini menekankan bahwa Pruitt-Igoe adalah contoh bagaimana desain yang tidak memperhatikan kebutuhan sosial dapat mengakibatkan kegagalan sistemik, sekaligus menyoroti pentingnya keterhubungan sosial dan pemeliharaan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan berkelanjutan.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034079 Isna Eni -
Nama: Isna Eni
NPM: 2313034079

Awal Redupnya Ideologi Modernisme dalam Konsep Ruang Sosial: Studi Kasus Pruitt-Igoe

Modernisme, sebagai salah satu pendekatan dalam perencanaan kota dan desain arsitektur, didorong oleh tujuan untuk menciptakan ruang yang lebih efisien dan teratur. Sayangnya, dalam pelaksanaannya, prinsip-prinsip modernisme seringkali mengabaikan aspek sosial yang krusial dari ruang yang dibangun. Kompleks Perumahan Umum Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri, menjadi contoh nyata dari kegagalan yang dihasilkan oleh pendekatan ini. Meskipun dirancang berdasarkan prinsip modernisme seperti bangunan bertingkat tinggi dan pemisahan fungsi ruang, Pruitt-Igoe justru menciptakan lingkungan yang tidak mendukung interaksi sosial yang sehat.

Desain yang menghilangkan interaksi alami di antara penghuni berkontribusi pada kurangnya pengawasan sosial, meningkatnya tingkat kriminalitas, serta memburuknya kondisi hidup di dalam kompleks tersebut. Dengan menurunnya tingkat hunian, interaksi sosial antara orang dewasa dan anak-anak juga terganggu, menciptakan suasana yang semakin tidak ramah bagi penghuninya.

Penelitian terhadap arkeologi spasial Pruitt-Igoe mengungkapkan bahwa desain yang diterapkan gagal mendukung interaksi sosial dan justru memperburuk masalah sosial yang telah ada. Pembagian ruang yang tidak mempertimbangkan kebutuhan penghuni mengakibatkan ketidakseimbangan antara jumlah orang dewasa dan anak-anak di area publik. Desain yang menonjolkan penggunaan pilotis dan lorong-lorong interior menciptakan jalur akses yang sulit diawasi, membuka peluang bagi munculnya aktivitas kriminal. Penghilangan pintu depan yang mengarah ke jalan, digantikan oleh koridor internal bertingkat tinggi, semakin mengisolasi penghuni dan mengurangi kemungkinan terjadinya kontrol sosial yang efektif. Situasi ini diperburuk oleh minimnya pemeliharaan dan pengelolaan yang memadai, yang pada gilirannya mengakibatkan lingkungan yang kian tidak nyaman dan berkontribusi pada persepsi negatif terhadap kompleks tersebut.

Kegagalan Pruitt-Igoe bukan hanya terletak pada desainnya, tetapi juga pada kebijakan perumahan dan regulasi sosial yang diterapkan. Aturan yang melarang keluarga berpenghasilan rendah yang dipimpin oleh pria dewasa untuk menerima bantuan perumahan menyebabkan banyak rumah tangga dipimpin oleh perempuan tanpa kehadiran laki-laki dewasa, menciptakan ketidakseimbangan yang lebih lanjut dalam pengawasan sosial dan meningkatkan risiko kejahatan. Selain itu, keputusan desegregasi perumahan publik yang dikeluarkan oleh pengadilan federal mempercepat eksodus besar-besaran penduduk kulit putih dari Pruitt-Igoe, semakin memperburuk keadaan perumahan tersebut. Dengan semakin rendahnya tingkat hunian, anggaran untuk pemeliharaan pun semakin tergerus, membuat kondisi lingkungan menjadi semakin parah.

Kegagalan Pruitt-Igoe menggarisbawahi betapa modernisme dalam perencanaan kota dan desain arsitektur tidak dapat mengabaikan aspek sosial dan psikologis dari penghuninya. Lingkungan yang dibangun dengan mengabaikan interaksi sosial akhirnya menciptakan keadaan yang berujung pada degradasi. Tata letak yang kaku dan tidak memperhitungkan dinamika sosial penghuni justru menghadirkan ruang yang berfungsi sebagai penghalang, bukan sebagai sarana untuk membangun komunitas.

Dengan belajar dari kegagalan ini, pendekatan dalam desain kota dan perumahan publik mulai bertransformasi menuju konsep yang lebih humanistik dan inklusif. Redupnya ideologi modernisme dalam ruang sosial bukan hanya dipicu oleh kendala teknis dalam desain, tetapi juga oleh kesalahan pemahaman bahwa ruang bukanlah sekadar bangunan fisik, melainkan juga wadah bagi kehidupan sosial yang kompleks dan dinamis.

Menurut pendapat saya, kasus Pruitt-Igoe mengungkapkan bahwa arsitektur dan perencanaan kota modernisme terlalu terfokus pada logika desain yang idealis, tanpa memperhatikan dinamika sosial yang sebenarnya. Konsep-konsep yang terlihat baik di atas kertas sering kali gagal diterapkan secara efektif dalam kehidupan sehari-hari. Kegagalan ini menunjukkan bahwa ruang bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga lingkungan yang perlu dirancang untuk mendukung interaksi sosial, keamanan, dan kesejahteraan para penghuninya. Saya meyakini bahwa pendekatan desain di masa depan harus lebih adaptif dan berorientasi pada kebutuhan manusia, bukan hanya pada aspek estetika dan efisiensi struktur semata.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034020 Made Septiana -
Nama: Made Septiana
NPM: 2313034020

Makalah "A Failure of Modernism: Excavating Pruitt-Igoe" oleh Dr. Mark David Major membahas kegagalan kompleks perumahan sosial Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri. Kompleks ini dibangun pada tahun 1954 sebagai bagian dari kebijakan urban renewal yang bertujuan untuk menyediakan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, dalam waktu kurang dari dua dekade, kompleks ini mengalami kemunduran drastis dan akhirnya dihancurkan pada tahun 1972. Salah satu faktor utama kegagalan Pruitt-Igoe adalah desain dan tata ruangnya yang tidak mendukung interaksi sosial yang sehat. Bangunan bertingkat tinggi dengan pilotis (tiang penyangga) memisahkan aktivitas penghuni dari jalanan dan ruang publik, menciptakan "intelligible dysfunction"—ketidakefektifan tata letak yang justru memicu ketidakamanan. Selain itu, pemisahan antara jalur pejalan kaki dan kendaraan menghilangkan interaksi alami yang biasanya terjadi di lingkungan tradisional. Akibatnya, banyak area di dalam kompleks menjadi ruang kosong yang tidak digunakan secara optimal, membuatnya rentan terhadap aktivitas kriminal. Faktor sosial juga berperan dalam kegagalan Pruitt-Igoe. Konsep "natural policing", atau pengawasan alami dari warga yang beraktivitas di sekitar hunian mereka, tidak bisa berjalan efektif karena desain yang tertutup dan kurangnya keterlibatan penghuni dalam kehidupan sosial. Rasio antara orang dewasa dan anak-anak menjadi tidak seimbang, menyebabkan banyak anak tidak terawasi dan akhirnya terlibat dalam tindakan vandalisme serta kriminalitas kecil. Ketakutan akan keamanan semakin membuat orang-orang menarik diri dari ruang publik, menciptakan lingkaran setan yang semakin memperburuk kondisi sosial di Pruitt-Igoe. Selain desain fisik dan faktor sosial, kebijakan publik juga mempercepat kehancuran Pruitt-Igoe. Perencanaan berbasis Modernisme yang diterapkan di kompleks ini kurang memperhatikan pola kehidupan masyarakat yang sebenarnya. Pemerintah hanya berfokus pada membangun unit hunian dalam jumlah besar tanpa mempertimbangkan dinamika sosial dan kebutuhan interaksi antarwarga. Ketika tingkat hunian mulai menurun akibat masalah keamanan dan pengelolaan yang buruk, kondisi di Pruitt-Igoe semakin memburuk hingga tidak dapat diperbaiki lagi.Kesimpulannya, kegagalan Pruitt-Igoe bukan hanya disebabkan oleh faktor ekonomi atau sosial semata, tetapi juga oleh kesalahan desain arsitektur dan kebijakan perencanaan kota.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034019 Della Muslianti -
Nama : Della Muslianti
NPM : 2313034019

Dalam paper berjudul "A Failure of Modernism: ‘Excavating’ Pruitt-Igoe" karya Dr. Mark David Major, dibahas kegagalan kompleks perumahan publik Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri, sebagai simbol kegagalan modernisme dalam desain dan perencanaan kota. Kompleks ini, yang terdiri dari 33 bangunan bertingkat 11 dengan 2.870 unit apartemen, awalnya dirancang untuk menampung sekitar 13.000 orang. Namun, desain modernisnya yang tidak sesuai dengan kebutuhan sosial justru menciptakan ruang-ruang kosong yang tidak terpakai (unused spaces), yang kemudian menjadi tempat aktivitas kriminal. Selain itu, struktur bangunan dengan pilotis (kolom penyangga) menciptakan distribusi ruang yang membingungkan (intelligible dysfunction), sehingga mempermudah pelaku kriminal untuk melarikan diri. Penulis juga menyoroti rasio penghuni dewasa dan anak-anak yang rendah (2:1 atau lebih rendah), jauh di bawah rasio ideal (12:1 atau lebih tinggi), yang menyebabkan kurangnya pengawasan terhadap anak-anak dan remaja serta memicu perilaku vandalisme.

Paper ini juga mengidentifikasi bahwa kegagalan Pruitt-Igoe tidak hanya disebabkan oleh desain ruang tetapi juga dipengaruhi oleh faktor non-fisik seperti kebijakan publik yang kurang efektif, diskriminasi rasial, dan perubahan ekonomi di St. Louis pada masa itu. Persepsi masyarakat tentang tingginya tingkat kejahatan memperburuk isolasi sosial di lingkungan tersebut, karena penghuni merasa tidak aman untuk menggunakan ruang publik. Penulis menyimpulkan bahwa kegagalan Pruitt-Igoe adalah hasil dari kombinasi desain tata ruang yang buruk dan konteks sosial-ekonomi yang kompleks, memberikan pelajaran penting tentang pentingnya memahami hubungan antara desain ruang dan dinamika sosial dalam perencanaan perumahan publik.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034072 Putri Yunita -
Nama: Putri Yunita
NPM: 2313034072
Kelas: 2023 C

Paper ini membahas mengenai kegagalan proyek perumahan publik Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri, yang sering dijadikan simbol kegagalan modernisme dalam perencanaan kota dan arsitektur. Pruitt-Igoe awalnya dibangun dengan harapan menyediakan hunian yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah, namun kompleks ini mengalami kemunduran drastis hingga akhirnya dihancurkan pada tahun 1972. Penelitian ini menyoroti berbagai faktor yang berkontribusi terhadap kehancurannya, termasuk desain arsitektur yang kurang mendukung interaksi sosial, tata letak yang tidak intuitif, dan kebijakan perumahan yang tidak mempertimbangkan dinamika sosial. Penggunaan pendekatan "spatial archaeology" dan analisis ruang menunjukkan bahwa luasnya area tanpa pengawasan menciptakan kondisi yang mendukung kejahatan, sementara pemisahan fungsi ruang yang terlalu ketat justru memperparah isolasi sosial. Selain itu, ketidakseimbangan antara jumlah anak-anak dan orang dewasa di area publik memperburuk masalah pengawasan dan keamanan. Studi ini menyoroti bagaimana perencanaan yang kurang memperhitungkan aspek sosial dan kebutuhan penghuninya dapat menciptakan lingkungan yang tidak layak huni, yang pada akhirnya berujung pada kegagalan total proyek tersebut.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034083 Tri Rahma Dayanti -
Nama: Tri Rahma Dayanti
NPM: 2313034083

Kegagalan kompleks perumahan Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri, jadi bukti nyata bahwa pendekatan Modernisme dalam perencanaan kota dan perumahan sosial punya keterbatasan besar. Proyek ini awalnya dibangun untuk menampung sekitar 13.000 orang dalam 2.870 apartemen yang tersebar di 33 gedung bertingkat 11 lantai. Tapi, kurang dari dua dekade, kompleks ini mengalami penurunan drastis karena desain yang mengabaikan aspek sosial, kebijakan perumahan yang kurang tepat, serta perubahan ekonomi dan sosial yang memperburuk kondisi komunitas di dalamnya. Akibatnya, Pruitt-Igoe dihancurkan pada tahun 1972 dan kini dianggap sebagai simbol kegagalan perumahan sosial berbasis Modernisme.

Salah satu faktor utama kegagalannya adalah desain yang lebih mementingkan efisiensi ruang dibanding kenyamanan dan interaksi sosial penghuninya. Konsep seperti pemisahan fungsi ruang, penggunaan pilotis, serta tata letak bangunan bertingkat tinggi dengan akses yang terbatas membuat lingkungan ini terasa kaku dan kurang manusiawi. Ditambah lagi, sistem lift "skip-stop" yang hanya berhenti di beberapa lantai dan tangga yang sempit malah menyulitkan penghuni dalam mobilitas harian mereka. Bukannya menciptakan kenyamanan, desain ini justru membuat banyak sudut kompleks menjadi area yang sulit diawasi, rawan kejahatan, dan tidak ramah untuk ditinggali. Ruang publik yang seharusnya menjadi tempat interaksi malah terbengkalai dan akhirnya jadi titik rawan kriminalitas serta vandalisme.

Selain desain yang bermasalah, ketidakseimbangan komposisi penghuni juga berkontribusi besar dalam kemunduran Pruitt-Igoe. Awalnya, kompleks ini dipenuhi oleh keluarga dengan banyak anak, tetapi seiring waktu, jumlah orang dewasa berkurang drastis akibat suburbanisasi, sementara anak-anak yang tersisa makin tidak terawasi. Kondisi ini menciptakan fenomena ketimpangan antara jumlah orang dewasa dan anak-anak dalam komunitas(broken interface). Karena kurangnya pengawasan dari figur orang dewasa, anak-anak dan remaja di kompleks ini cenderung terjerumus dalam perilaku menyimpang, seperti perusakan fasilitas umum dan tindakan kriminal kecil lainnya. Desain bangunan bertingkat tinggi yang membatasi interaksi juga memperburuk situasi karena membuat pengawasan alami (natural surveillance) semakin minim, sehingga keamanan lingkungan semakin sulit dipertahankan.

Di luar masalah desain dan sosial, perubahan kebijakan perumahan dan kondisi ekonomi yang tidak mendukung semakin mempercepat kegagalan Pruitt-Igoe. Pada 1950-an dan 1960-an, pemerintah AS mendorong kebijakan suburbanisasi, yang memberikan insentif perumahan bagi kelas menengah kulit putih agar pindah ke pinggiran kota. Hal ini memicu "White Flight", di mana banyak penduduk kulit putih meninggalkan pusat kota, sehingga Pruitt-Igoe makin didominasi oleh komunitas berpenghasilan rendah, terutama warga kulit hitam yang sulit mendapatkan akses perumahan di luar perumahan publik. Diskriminasi dalam kebijakan perumahan dan akses kredit membuat mereka terjebak dalam lingkungan yang semakin terisolasi. Di sisi lain, pemerintah gagal dalam mengelola kompleks ini, sehingga pemeliharaan gedung terbengkalai, tingkat pengangguran meningkat, dan reputasi Pruitt-Igoe semakin memburuk. Semua faktor ini menciptakan siklus kehancuran yang akhirnya tak terhindarkan.

Dari perspektif perencanaan kota, kasus Pruitt-Igoe membuktikan bahwa desain bangunan memang tidak secara langsung menyebabkan kejahatan, tetapi bisa menciptakan kondisi yang memperbesar peluang terjadinya tindakan kriminal. Ruang-ruang yang tidak terawasi, akses yang buruk, serta kurangnya rasa memiliki dari penghuni membuat kompleks ini menjadi tempat yang tidak aman. Lingkungan yang semakin tidak nyaman ini akhirnya menciptakan lingkaran ketidakamanan, di mana semakin banyak orang meninggalkan kompleks ini, semakin buruk pula kondisi yang tersisa.

Dari kegagalan Pruitt-Igoe ini, menurut saya pelajaran terpenting yang bisa diambil adalah bahwa perencanaan perumahan sosial harus lebih memperhatikan keseimbangan antara desain fisik dan kebutuhan sosial masyarakat. Perumahan yang sukses tidak hanya bergantung pada struktur bangunan yang efisien, tetapi juga harus mempertimbangkan bagaimana desainnya bisa mendorong interaksi sosial, memberikan rasa aman bagi penghuninya, serta memastikan adanya akses terhadap sumber daya ekonomi dan komunitas yang mendukung. Jika aspek-aspek ini tidak dipertimbangkan, maka proyek perumahan publik berisiko mengalami kegagalan yang sama seperti Pruitt-Igoe.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034087 Devita Fauzyyah -
Nama: Devita Fauzyyah
Npm: 2313034087


Dalam makalah "A Failure of Modernism," Dr. Mark David Major menjelaskan bahwa kegagalan kompleks perumahan Pruitt-Igoe disebabkan oleh kombinasi desain dan perencanaan yang buruk, yang mengarah pada masalah sosial seperti kriminalitas dan penurunan okupansi. Desain modernis yang diterapkan, termasuk pemisahan penggunaan ruang dan struktur tinggi, menciptakan lebih banyak ruang daripada yang bisa dihuni secara efektif, yang menyebabkan "broken interface" antara orang dewasa dan anak-anak. Ketidakseimbangan ini, dengan lebih banyak anak yang tidak diawasi, memicu perilaku vandalisme dan ketidakamanan, yang semakin memperburuk kondisi sosial di kompleks tersebut.
Pruitt-Igoe sering dijadikan contoh kegagalan Modernisme karena proyek yang awalnya dirancang untuk memberikan solusi perumahan yang modern dan efisien ini justru berakhir dengan hasil yang sangat negatif. Analisis "spatial archaeology" Pruitt-Igoe mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk desain fisik kompleks dan tata letak ruang, serta interaksi sosial yang berkontribusi terhadap masalah yang ada. Selain itu, ras dan kebijakan publik juga berperan signifikan dalam penurunan okupansi, di mana kebijakan desegregasi dan perlakuan tidak adil terhadap komunitas kulit hitam menyebabkan banyak penduduk kulit putih meninggalkan kompleks, yang berdampak pada pendapatan sewa dan pemeliharaan.
Pemisahan penggunaan ruang dan desain pilotis berkontribusi pada lingkungan yang tidak aman dan tidak terpantau, meningkatkan risiko kriminalitas dan mengurangi interaksi sosial di antara penduduk. Konsep "co-presence" menunjukkan pentingnya interaksi sosial untuk kesejahteraan komunitas; kurangnya kehadiran orang dewasa di ruang publik mengakibatkan perilaku negatif di kalangan anak-anak dan remaja. Dari pengalaman Pruitt-Igoe, pelajaran yang dapat diambil untuk perencanaan dan desain perumahan di masa depan adalah pentingnya menciptakan keseimbangan antara jumlah ruang yang disediakan dan kemampuan komunitas untuk mengelolanya, serta memastikan adanya interaksi sosial yang sehat. Perubahan demografi, terutama penurunan jumlah orang dewasa dan peningkatan jumlah anak-anak dalam rumah tangga, juga mempengaruhi dinamika sosial, yang menyebabkan lebih banyak anak yang tidak diawasi dan meningkatnya masalah sosial seperti kriminalitas dan vandalisme.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034084 Dini Rahayu -
Nama : Dini Rahayu
NPM : 2313034084

analisis dari paper mengenai Pruitt-Igoe

1. Kegagalan Desain dan Perencanaan
Paper ini menyoroti bahwa desain dan perencanaan Pruitt-Igoe, yang merupakan contoh dari arsitektur Modernis, memiliki banyak kelemahan yang berkontribusi pada masalah sosial. Desain yang mengedepankan elemen seperti pilotis dan tata letak yang luas justru menciptakan "disfungsi yang dapat dipahami," yang memfasilitasi aktivitas kriminal dan mengurangi interaksi sosial yang positif di antara penghuni.

2. Dampak Sosial dari Ruang yang Berlebihan
Salah satu temuan utama adalah bahwa kelebihan ruang di Pruitt-Igoe menjadi liabilitas. Penurunan okupansi menyebabkan "antarmuka yang rusak" antara orang dewasa dan anak-anak, yang mengarah pada meningkatnya perilaku vandalisme di kalangan remaja yang tidak diawasi. Hal ini menunjukkan bahwa desain fisik dapat mempengaruhi dinamika sosial dan keamanan komunitas.

3. Persepsi dan Realitas Kejahatan
Paper ini juga mencatat bahwa persepsi tentang kejahatan dapat memperburuk masalah yang ada. Ketakutan akan kejahatan dapat mengurangi penggunaan ruang publik, yang pada gilirannya memperburuk kondisi sosial dan fisik lingkungan. Ini menunjukkan pentingnya memahami hubungan antara persepsi dan realitas dalam konteks perencanaan kota.

4. Kebijakan Pembaruan Perkotaan yang Salah
Analisis juga mengkritik kebijakan pembaruan perkotaan yang mengarah pada pembersihan daerah kumuh dan penggantian dengan perumahan publik bertingkat tinggi. Penilaian yang keliru tentang kepadatan dan dampak rasial dari kebijakan ini menunjukkan bahwa keputusan tersebut tidak mempertimbangkan kebutuhan komunitas yang ada. Hal ini menyoroti bias dalam perencanaan yang dapat memperburuk ketidakadilan sosial.

5. Keterkaitan Antara Desain dan Masalah Sosial
Paper ini menekankan pentingnya menghubungkan faktor fisik dan non-fisik dalam memahami kegagalan Pruitt-Igoe. Keterkaitan antara desain ruang, kebijakan publik, dan dinamika sosial menunjukkan bahwa perencanaan kota yang efektif harus mempertimbangkan kompleksitas lingkungan perkotaan dan kebutuhan masyarakat.

6. Pelajaran untuk Perencanaan Masa Depan
Akhirnya, kegagalan Pruitt-Igoe memberikan pelajaran penting bagi perencanaan dan desain kota di masa depan. Kelebihan ruang, desain yang tidak mempertimbangkan konteks sosial, dan pengabaian terhadap kebutuhan komunitas dapat mengarah pada masalah yang lebih besar. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih holistik dan inklusif diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan berkelanjutan.

Secara keseluruhan, paper ini memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana desain dan perencanaan yang buruk dapat berkontribusi pada kegagalan sosial, serta pentingnya mempertimbangkan berbagai faktor dalam perencanaan perkotaan.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034085 DEA GRESIA SINAGA -
Nama :Dea Gresia Sinaga
NPM:2313034085
Kelas :2023 C

Paper ini membahas kegagalan kompleks perumahan publik Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri, yang dihancurkan pada tahun 1972. Menggunakan pendekatan "spatial archaeology" dan metode *space syntax*, penelitian ini mengungkap bahwa faktor utama dalam kegagalan Pruitt-Igoe adalah desain arsitektur dan perencanaan yang tidak mempertimbangkan dinamika sosial. Penyediaan ruang yang berlebihan menciptakan "broken interface" antara orang dewasa dan anak-anak, mengurangi pengawasan alami dan meningkatkan ketidakamanan. Selain itu, penggunaan struktur nya menghambat kontrol visual di tingkat dasar, sehingga mempermudah tindakan kriminal. Tata ruang yang tidak efisien, termasuk pemisahan jalur pejalan kaki dan kendaraan, semakin memperburuk kondisi sosial di kompleks ini. Paper ini menyimpulkan bahwa kegagalan Pruitt-Igoe bukan hanya disebabkan oleh faktor sosial dan ekonomi, tetapi juga oleh kelemahan dalam desain dan kebijakan perumahan modernis yang gagal memahami kebutuhan penghuninya.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2363034001 Nadila Nur Hanifa -
Nama : Nadila Nur Hanifa
NPM : 2363034001
Kelas : C

Pada paper berjudul "A Failure of Modernism: ‘Excavating’ Pruitt-Igoe" karya Dr. Mark David Major, telah dibahas Kegagalan proyek perumahan sosial Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri, yang menjadi salah satu titik balik yang menandai awal redupnya ideologi modernisme dalam konsep ruang sosial. Modernisme, yang mengedepankan efisiensi, rasionalitas, dan fungsi dalam perancangan ruang, terbukti tidak mampu mengakomodasi kompleksitas kehidupan sosial masyarakat. Pruitt-Igoe, yang dibangun dengan prinsip-prinsip arsitektur modernis seperti pemisahan zona, ruang hijau terbuka, dan bangunan bertingkat tinggi yang mengoptimalkan pencahayaan alami, justru mengalami kemunduran drastis akibat kurangnya pemahaman terhadap dinamika sosial penghuninya. Desain yang seharusnya menciptakan lingkungan yang lebih baik malah menghasilkan ruang yang tidak memiliki interaksi sosial yang sehat, di mana kurangnya pengawasan alami dari penghuni membuka peluang bagi aktivitas kriminal. Selain itu, kebijakan sosial yang membatasi keberadaan pria dewasa menganggur dalam unit perumahan memperburuk struktur keluarga, mengurangi pengawasan terhadap anak-anak, dan mempercepat degradasi sosial. Kegagalan dalam manajemen dan pemeliharaan semakin memperburuk kondisi perumahan, ditambah dengan fenomena “white flight” yang menyebabkan segregasi sosial dan ekonomi yang lebih tajam. Akhirnya, pada tahun 1972, proyek ini dihancurkan, menjadi simbol kegagalan modernisme dalam merancang ruang sosial yang berfungsi secara berkelanjutan.

Kesimpulannya, redupnya ideologi modernisme dalam konsep ruang sosial disebabkan oleh ketidakmampuannya dalam memahami bahwa ruang tidak hanya harus dirancang secara fungsional dan efisien, tetapi juga harus mempertimbangkan interaksi sosial dan kebutuhan komunitas penghuninya. Pruitt-Igoe menjadi pelajaran berharga bahwa keberhasilan perancangan ruang sosial tidak bisa hanya berlandaskan teori arsitektur modernis yang kaku, tetapi harus mengakomodasi kehidupan sosial yang dinamis dan kompleks.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034026 Lilis Setia Wati -
Nama: Lilis Setia Wati
NLM: 2313034026
Kelas: Pend. Geografi 2023 C

Paper yang ditulis oleh Dr. Mark David Major berjudul "A Failure of Modernism" membahas kompleks perumahan publik Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri, yang terkenal karena kegagalannya. Dalam paper ini, penulis menyelidiki penyebab penurunan Pruitt-Igoe, yang dihancurkan pada tahun 1972. Banyak literatur mencatat faktor desain dan perencanaan sebagai penyebab tanpa menjelaskan secara rinci. Dengan menggunakan metode "spatial archaeology" dan analisis sintaksis ruang, penulis mencoba memahami bagaimana desain dan perencanaan berkontribusi terhadap masalah sosial di Pruitt-Igoe. Pruitt-Igoe sering dijadikan contoh kegagalan Modernisme. Dengan 2.870 apartemen untuk 13.000 orang, kompleks ini dirancang dengan kepadatan tinggi namun mengalami penurunan signifikan dalam okupansi. Berbagai faktor, seperti arsitektur, desain, dan kebijakan publik, dipertimbangkan dalam analisisnya. Penulis menekankan bahwa desain Modernis yang diterapkan di Pruitt-Igoe memiliki banyak kekurangan, seperti pemisahan penggunaan ruang dan rupa yang minimalis yang tidak mendukung interaksi sosial yang sehat. Jumlah ruang yang berlebihan menjadi beban ketika okupansi menurun, mengakibatkan "antarmuka yang rusak" antara orang dewasa dan anak-anak. Selain itu, paper ini membahas bagaimana perencanaan yang buruk dan kurangnya pengawasan menyebabkan meningkatnya kejahatan, di mana ketidakmampuan untuk mengelola ruang publik secara efektif menciptakan situasi di mana kegiatan kriminal dapat berkembang. Dalam kesimpulannya, penulis menyoroti bahwa Pruitt-Igoe merupakan kegagalan yang melibatkan berbagai aspek Modernisme, termasuk desain, kebijakan, dan manajemen. Terlalu banyak ruang yang intelligible bisa menciptakan masalah yang lebih besar jika tidak disertai dengan pengelolaan dan perencanaan yang baik. Secara keseluruhan, paper ini menekankan pentingnya hubungan antara desain ruang, kebijakan publik, dan kondisi sosial dalam konteks perumahan publik.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034023 Hanin Afifah Zikra -
Nama: Hanin Afifah Zikra
NPM: 2313034023
Kelas: Geografi 2023 C

Berdasarkan jurnal "A Failure of Modernism" oleh Dr. Mark David Major, Pruitt-Igoe Public Housing Complex di St. Louis, Missouri, merupakan contoh kegagalan perencanaan modernis dalam proyek perumahan sosial. Studi ini menyoroti bagaimana desain dan tata ruang Pruitt-Igoe berkontribusi pada masalah sosial, terutama melalui konsep "broken interface" antara orang dewasa dan anak-anak serta bagaimana struktur bangunan memfasilitasi aktivitas kriminal. Dengan menggunakan analisis space syntax, penelitian ini menemukan bahwa desain yang tidak memperhitungkan interaksi sosial dan keamanan ruang publik menyebabkan meningkatnya persepsi dan realitas kemunduran sosial, yang pada akhirnya berkontribusi pada pembongkaran kompleks ini pada tahun 1972.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034077 Melinda Safitri -
Nama: Melinda Safitri
Npm: 2313034077
Kelas: Geografi c

Jadi di dalam paper ini membahas kegagalan kompleks perumahan publik Pruitt-Igoe di St. Louis sebagai contoh kegagalan modernisme dalam perencanaan kota. Pruitt-Igoe awalnya dibangun untuk menyediakan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah, tetapi dalam waktu dua dekade, kompleks ini mengalami degradasi sosial dan ekonomi hingga akhirnya dihancurkan pada tahun 1972. Paper ini menyoroti beberapa faktor utama yang menyebabkan kegagalannya, terutama dari segi desain, sosial, dan ekonomi. Dari sisi desain, tata letak yang buruk menyebabkan isolasi sosial dan kurangnya pengawasan alami. Bangunan tinggi yang berjauhan serta penggunaan pilotis menciptakan ruang mati yang rentan terhadap aktivitas kriminal. Koridor dan tangga yang panjang tanpa pengawasan juga menjadi tempat ideal bagi kejahatan. Selain itu, terjadi ketidakseimbangan antara jumlah anak-anak dan orang dewasa, yang disebut sebagai "broken interface", di mana jumlah anak jauh lebih banyak sehingga pengawasan menjadi minim. Hal ini menyebabkan meningkatnya kasus vandalisme dan kriminalitas sejak usia dini. Dari segi keamanan, kurangnya interaksi sosial memperburuk kondisi karena semakin sedikit orang yang menggunakan ruang publik, menciptakan lingkungan yang tidak aman. Persepsi tentang ketidakamanan semakin kuat, hingga akhirnya polisi dan layanan darurat pun enggan masuk ke wilayah tersebut. Di sisi ekonomi, suburbanisasi membuat kelas menengah meninggalkan Pruitt-Igoe, sehingga yang tersisa adalah kelompok masyarakat yang paling rentan. Pemerintah juga gagal mengelola dan merawat kompleks ini, menyebabkan fasilitas cepat rusak dan apartemen kosong semakin banyak. Akumulasi dari masalah-masalah ini mempercepat kehancuran Pruitt-Igoe. Pada kesimpulannya kegagalan Pruitt-Igoe bukan hanya karena satu faktor, tetapi merupakan kombinasi dari perencanaan yang buruk, masalah sosial, serta kegagalan kebijakan perumahan publik. Solusi dari permasalahan ini dapat di lakukan dengan cara pendekatan desain yang lebih humanis dan kebijakan perumahan publik yang lebih adaptif. Desain perumahan harus mengutamakan interaksi sosial dan pengawasan alami dengan tata letak yang memungkinkan penghuni untuk saling melihat dan berinteraksi, seperti model rumah dengan teras yang menghadap ke jalan serta ruang publik yang aktif.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034080 ANI HERAWATI -
Nama: Ani Herawati
NPM: 2313034080

"A Failure of Modernism" oleh Dr. Mark David Major membahas kegagalan kompleks perumahan publik Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri, sebagai simbol kegagalan modernisme dalam arsitektur dan perencanaan kota. Pruitt-Igoe, yang selesai dibangun pada tahun 1954, dirancang dengan prinsip-prinsip modernis yang bertujuan untuk menyediakan perumahan yang terjangkau dan fungsional bagi penduduk berpenghasilan rendah. Namun, kompleks ini dengan cepat mengalami penurunan, menghadapi masalah seperti kemiskinan, kejahatan, dan perpecahan sosial. Pada tahun 1972, hanya 18 tahun setelah pembukaannya, Pruitt-Igoe dihancurkan, menjadi lambang kegagalan kebijakan perumahan publik dan pendekatan modernis dalam arsitektur.

Dr. Major menganalisis bagaimana desain modernis Pruitt-Igoe, yang menekankan efisiensi dan fungsionalitas, mengabaikan aspek sosial dan manusiawi dari kehidupan perkotaan. Desain yang kaku dan monoton, serta kurangnya ruang publik yang memadai, menciptakan lingkungan yang tidak ramah dan terisolasi. Selain itu, kebijakan pemerintah yang tidak memadai dan diskriminasi rasial memperburuk kondisi di kompleks tersebut. Major berargumen bahwa kegagalan Pruitt-Igoe bukan hanya kegagalan arsitektur, tetapi juga kegagalan sistemik dalam pendekatan perencanaan kota modernis yang mengabaikan kompleksitas dan kebutuhan masyarakat yang sebenarnya.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: A FAILURE OF MODERNISM

by 2313034076 UMRO ATUL KHASANAH -
Nama: Umro Atul Khasanah
NPM: 2313034076
Kelas:Geografi 2023 C

Paper berjudul "A Failure of Modernism: Excavating Pruitt-Igoe" oleh Dr. Mark David Major membahas kegagalan ideologi Modernisme melalui studi kasus kompleks perumahan publik Pruitt-Igoe di St. Louis, Missouri, Amerika Serikat. Kompleks ini sering dijadikan contoh kegagalan desain dan perencanaan Modernisme, yang akhirnya dihancurkan pada tahun 1972. Pruitt-Igoe dirancang berdasarkan prinsip-prinsip Modernisme, yang menekankan efisiensi ruang, pemisahan fungsi, dan estetika geometris. Kompleks ini terdiri dari 33 gedung bertingkat 11 dengan total 2.870 unit apartemen untuk menampung hingga 13.000 orang. Namun, desain dan perencanaan yang dianggap inovatif justru menjadi sumber masalah sosial dan fisik yang signifikan.

Kegagalan proyek perumahan Pruitt-Igoe di St. Louis, Amerika Serikat, memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya mempertimbangkan faktor desain, perencanaan, serta kondisi sosial dan ekonomi dalam pembangunan perkotaan. Desain Modernis yang diterapkan di Pruitt-Igoe menciptakan "broken interface" antara orang dewasa dan anak-anak, dengan ruang publik yang luas namun minim pengawasan, sehingga rasio interaksi yang sehat tidak tercapai. Tata ruang yang disfungsional, dengan pilotis yang menciptakan area akses formal yang kurang aman, memfasilitasi aktivitas kriminal. Konsep "eyes on the street" yang diusulkan oleh Jane Jacobs gagal terwujud karena kurangnya aktivitas manusia di area tertentu. Selain itu, faktor sosial dan ekonomi seperti kemiskinan, rasisme, dan suburbanisasi memperburuk situasi. Kegagalan Pruitt-Igoe menunjukkan kelemahan mendasar dalam pendekatan Modernisme, yang terlalu fokus pada efisiensi geometris dan mengabaikan kebutuhan sosial manusia serta konteks lokal. Proyek ini menjadi simbol bagaimana prinsip-prinsip Modernisme gagal menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik bagi masyarakat rentan secara ekonomi.