1.Pendidikan anak yang diasuh keluarga inti(family inti).
Family inti merupakan keluarga inti yang beranggotakan dari orang tua dan
anak yang masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah terpisah dari
saudara dan keluarga lainnya. Keluarga inti juga diartikan sebagai keluarga yang
terrdiri dari suami (pencari nafkah), isteri (ibu rmah tangga), dan anak-anak. Dalam
Family inti, peran orang tua sangat penting terhadap tumbuh kembang anak. Orang
tua merupakan cerminan yang bisa dilihat dan ditiru anak dalam keluarga. Oleh
Karena itu, pengasuhan orang tua terhadap anak ialah serangkaian kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh orang tua dan dapat dipenuhi secara baik dan
benar.(Purnamasari et al., 2022)
2.Pendidikan anak yang diasuh keluarga besar(family extended)
Dalam keluarga besar atau extended family, proses pengasuhan anak
melibatkan lebih dari sekadar peran dominan orang tua. Keluarga besar dapat
memberikan intervensi bahkan dominasi dalam pengasuhan anak. Pengasuhan dalam
konteks keluarga besar melibatkan berbagai pihak selain orang tua kandung.
Hubungan antara partisipan seperti orang tua, kakek nenek, paman, bibi, dan anak
berkembang melalui komunikasi yang seringkali bertentangan, terutama dalam
konteks pengasuhan anak. campur tangan pihak ketiga dapat menyebabkan perbedaan
pandangan yang berpotensi memengaruhi cara pengasuhan yang berbeda kepada
anak. Dalam penelitian menjelaskan bahwa ditemukan suatu kenyataan dimana
anggota keluarga besar menunjukkan tingkat interaksi yang lebih tinggi dengan anak,
jika dibandingkan dengan peran ibu sebagai orang tua. Oleh karena itu, terlihat
seolah-olah mereka memiliki pengaruh dominan dalam mengasuh anak. Keterlibatan
yang tinggi dari pihak ketiga dalam berinteraksi dengan anak – anak dalam lingkup
keluarga besar menyebabkan anak – anak merasa lebih dekat, akrab dan terbuka
terhadap nenek dan kakek mereka. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan sebuah
kesimpulan bahwa dalam menyelesaikan masalah tersebut keluarga cenderung
mengambil gaya collaboration dimana mereka mengambil jalan berdiskusi dengan
anggota keluarga yang bermasalah untuk mencari jalan keluarnya bersama-
sama.(Dheasari, 2024)
3.Pendidikan anak yang diasuh keluarga tunggal (singgle parent)
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua tunggal (single parent) akan berbeda
dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua yang utuh. Baumrind mengatakan
bahwa gaya pola asuh orang-tua ada empat tipe yaitu otoriter, demokratis, permisif,
Single parent dalam menjalankan kehidupan keluarga tanpa adanya pasangan,
sehingga harus mandiri dalam menjalankan tugas dan perannya yaitu sebagai seorang
ayah sekaligus sebagai seorang ibu, begitupun sebaliknya. Oleh sebab itu, pola asuh
dari single parent dapat berdampak pada perubahan peran serta beban yang harus
ditanggung untuk mengasuh anak. Selain itu, pengasuhan single parent juga
berdampak pada perkembangan sosial emosional anak.(Asriyani et al., 2023)
Pada aspek perkembangan sosial, dampak yang terjadi pada masa anak-anak
diantaranya:
1. Semakin mandirinya anak dan hubungannya dengan keluarga akan semakin
menjauh.
2. Anak lebih suka untuk membentuk pertemanan dan membuat kelompok
dengan teman sebayanya.
3. Anak memiliki keinginan untuk disukai temannya ketika bermain.
4.Pendidikan anak yang diasuh keluarga suami istri bekerja
Pembagian peran keluarga dalam rumah tangga suami istri bekerja dilakukan
karena keduanya harus bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga. Ayah adalah
penanggung jawab dalam perkembangan anak-anaknya, baik secara fisik maupun
secara psikis. Tugas Ayah adalah memenuhi kebutuhan secara fisik seperti makan,
minum, sandang dan sebagainya, ayah juga dituntun agar aktif dalam membina
perkembangan pendidikan pada anak .Adapun peran ibu dalam pendidikan anak
sangat besar, bahkan mendominasi. Peranan ibu dalam pendidikan anak merupakan
sumber kasih sayang, pengasuh dan pemelihara, tempat mencurahkan isi hati,
pengatur kehidupan dalam rumah tangga, pendidik dalam segi-segi emosional.
Kenyataannya di lapangan, mendidik dan membesarkan anak lebih dibebankan
kepada ibu, sedangkan ayah hanya bertugas mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga,
sehingga tidak ikut mengasuh, mendidik dan memenuhi kebutuhan kasih sayang anak.
Padahal kualitas pengasuhan ibu atau ayah harus disejajarkan karena pengalaman
yang dialami bersama ayah, akan mempengaruhi seorang anak hingga dewasa
nantinya Pentingnya orang tua menyediakan waktu khusus bersama anak dapat
menjalin ikatan yang kuat antara orang tua dan anak sehingga anak mendapatkan
kesejahteraan psikologis. Hal ini akan mengoptimalkan perkembangan anak dalam
berbagai aspek perkembangan. Keterlibatan orang tua baik ibu maupun ayah menjadi
sangat penting karena dari keduanya, anak akan mendapatkan pengasuhan dari dua
sisi yang akan saling mempengaruhi perkembangannya. Keterlibatan ibu dan ayah
dalam perawatan anak dapat dinilai dari berapa lama waktu yang dihabiskan bersama
serta kegiatan apa saja yang dapat dilakukan bersama.(Fajrin & Purwastuti, 2022)
5.Pendidikan anak disituasi bencana/gawat darurat/pandemi
Pendidikan anak dalam situasi bencana atau keadaan darurat seperti pandemi
memiliki tantangan yang signifikan. Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan
meliputi:
Akses terhadap Pendidikan: Anak-anak dalam situasi bencana atau pandemi
sering kehilangan akses ke sekolah fisik, yang berdampak pada proses belajar
mengajar. Pembelajaran jarak jauh, seperti penggunaan teknologi digital,
menjadi salah satu alternatif, meskipun aksesnya tidak merata.
Kesejahteraan Emosional dan Psikologis: Anak-anak yang mengalami bencana
atau pandemi cenderung mengalami stres, trauma, dan kecemasan yang dapat
mengganggu konsentrasi belajar mereka. Dukungan psikososial sangat penting
untuk membantu mereka menyesuaikan diri dengan perubahan dan mengelola
emosi mereka.
Fleksibilitas Kurikulum: Dalam situasi darurat, kurikulum perlu disesuaikan
agar tetap relevan dan efektif.
Materi pelajaran harus lebih ringkas dan lebih
berfokus pada keterampilan dasar, seperti literasi dan numerasi, serta
keterampilan hidup (life skills) yang relevan untuk situasi bencana atau
pandemi.
Pelatihan Guru: Guru memerlukan pelatihan khusus untuk mengajar dalam
kondisi darurat, seperti mengelola pembelajaran jarak jauh, mengatasi
hambatan teknologi, dan memberikan dukungan emosional kepada siswa.
Peran Orang Tua dan Komunitas: Dalam situasi darurat, peran orang tua dan
komunitas menjadi lebih penting karena mereka sering kali menjadi
pendukung utama dalam pembelajaran anak di rumah. Pelatihan untuk orang
tua agar dapat membantu anak belajar di rumah dapat meningkatkan
efektivitas pembelajaran.
Kebijakan dan Dukungan Pemerintah: Kebijakan pemerintah yang mendukung
pendidikan dalam situasi darurat, seperti bantuan alat belajar, platform online
gratis, dan program pengembangan mental untuk anak-anak, sangat penting
untuk menjaga keberlangsungan pendidikan.
Penyediaan Infrastruktur Teknologi: Di masa pandemi, akses internet dan
perangkat teknologi menjadi kebutuhan mendasar untuk pembelajaran jarak
jauh. Pemerintah dan organisasi terkait perlu mendukung penyediaan
infrastruktur teknologi di daerah yang sulit dijangkau.
Meningkatkan resiliensi pendidikan dalam situasi bencana atau darurat memerlukan
sinergi antara pemerintah, sekolah, komunitas, dan pihak swasta untuk memastikan
bahwa anak-anak tetap mendapatkan haknya untuk belajar meskipun di tengah
krisis.(Kemendikbud Ristek, 2021)