1.Karakteristik perkembangan anak usia dini, yaitu: perkembangan agama dan moral, sosial emosional, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan fisik motorik, dan perkembangan kreativitas.
Anak Usia Dini Bersifat Unik.
Anak Usia Dini Berada Dalam Masa Potensial.
Anak Usia Dini Bersifat Relatif Spontan.
Anak Usia Dini Cenderung Ceroboh dan Kurang Perhitungan.
Anak Usia Dini Bersifat Aktif dan Energik.
Anak Usia Dini Bersifat Egosentris.
2.Melansir akun resmi Instagram Sahabat Keluarga Kemendikbud, Selasa (7/7/2020), berikut ini ciri-cirinya:
-Unik.
-Senang meniru.
-Senang bermain.
-Spontan.
-Aktif bergerak.
-Mengutamakan keinginan diri sendiri.
-Rasa ingin tahu tinggi.
-Senang berimajinasi.Ciri perkembangan adalah Terjadinya perubahan dalam aspek fisik ( perubahan berat badan dan organ-organ tubuh ) dan aspek psikis ( matangnya kemampuan berpikir, mengingat dan berkreasi ), terjadinya perubahan dalam proporsi ; aspek fisik ( proporsi tubuh anak berubah sesuai dengan fase perkembanganya ) dan aspek psikis.
3.Prinsip perkembangan anak usia dini menurut Ardy dan Barnawi (2016: 86) yaitu anak berkembang secara holistic, perkembangannya terjadi dalam urutan yang teratur, perkembangan anak berlangsung pada tingkat yang beragam di dalam dan di antara anak, perkembangan baru didasarkan pada perkembangan sebelumnya, Prinsip dasar perkembangan adalah 1) perkembangan bergantung pada genetik dan lingkungan, 2) perkembangan merupakan proses yang teratur dan mengikut pola yang dapat diprediksi, serta 3) orang berkembang dengan kecepatan yang berbeda-beda.Beberapa prinsip-prinsip perkembangan menurut
Bredekamp, S. & Copple, C (1997) yaitu :
1. Aspek-aspek perkembangan anak seperti fisik, sosial,
emosional, dan kognitif satu sama lain saling terkait secara erat.
2. Perkembangan terjadi dalam suatu urutan.
3. Perkembangan berlangsung dengan rentang yang bervariasi antar anak dan juga antar bidang perkembangan dari masing-masing fungsi.
4. Pengalaman pertama anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak.
5. Perkembangan berlangsung kea rah kompleksitas, organisasi, dan internalisasi yang lebih meningkat.
6. Perkembangan dan belajar terjadi dipengaruhi oleh konteks sosial dan cultural yang majemuk.
4.Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Aspek Perkembangan Nilai Agama dan Moral
Aspek perkembangan pertama dan yang paling utama untuk diajarkan kepada Si Kecil adalah nilai agama dan moral. Hal ini berfokus dalam menanamkan nilai-nilai dasar, norma-norma yang berlaku hingga kesadaran. Si Kecil perlu mengenal agama dan menjalankan ibadah agar lebih memahami arah hingga tujuan mereka dengan baik sejak dini.Tidak hanya itu, belajar agama dan moral banyak manfaat serta menanamkan sikap-sikap baik pada Si Kecil seperti menolong sesama, bersikap jujur, sopan, menghormati orang yang lebih tua, hingga toleransi dengan penganut agama yang berbeda. Harapannya, Si Kecil akan tumbuh dengan persepsi yang tepat dan benar. Oleh karena itulah, orang tua memiliki peran penting dalam memulainya sedari dini.
Aspek Perkembangan Fisik-Motorik
Sesuai dengan namanya, aspek fisik motorik ini merupakan segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan perkembangan tubuh di kecil. Apa saja?
Perkembangan fisik dan perilaku keselamatan. Hal ini meliputi tinggi badan, lingkar kepala, dan berat badan yang sesuai dengan ukuran anak seumuran.
Si Kecil juga memiliki motorik halus baik yang meliputi kemampuan mereka dalam menggunakan alat untuk ekspresi diri dan juga eksplorasi. Contohnya yaitu menggunakan pensil, bermain dengan boneka dan lain sebagainya.
Tidak hanya itu, Si Kecil juga perlu memiliki motorik kasar yang baik. Hal ini meliputi kemampuan tubuh dalam berkoordinasi antar anggota tubuh. Contohnya yaitu menjaga keseimbangan, lincah, dan juga lentur sesuai peraturan. Bunda dapat melatih motorik kasar Si Kecil dengan mengajak mereka berolahraga.
Yuk, Bunda, pahami tahap-tahapan perkembangan motorik pada anak ini di halaman berikut: 7 Tahap Perkembangan Motorik Anak dan Cara Menstimulasinya
Aspek Perkembangan Kognitif
Aspek perkembangan kognitif berhubungan erat dengan akal dan pikiran sehingga jangan heran jika pertumbuhan pada area ini memiliki jangkauan yang sangat luas.
Salah satu tanda bahwa aspek kognitif Si Kecil berkembang ialah dia mampu berpikir logis dengan mengenal perbedaan, klasifikasi, perencanaan, pola, inisiatif, dan sebab akibat. Sebetulnya Si Kecil dapat mempelajari ini bahkan sejak ia masih berusia 3 bulan lho, melalui mainan yang dimainkannya.
5.Pertumbuhan (growth) adalah perubahan karakteristik fisik yang membuat tubuh anak bertambah besar secara kasat mata. Pertumbuhan anak dapat dipantau dengan mengukur perubahan tinggi badan, berat badan, ukuran lingkar kepala, dan hal lainnya menggunakan alat ukur tertentu.
Sedangkan yang dimaksud perkembangan alias development adalah proses bertambahnya kecakapan atau skill anak untuk menuju kedewasaan dalam hal-hal yang berkaitan dengan pergerakan tubuh, kematangan emosi dan mental, kecerdasan, kemampuan bicara dan bahasa, serta kemandirian dan bersosialisasi.
Namun meski keduanya berbeda, pertumbuhan dan perkembangan anak adalah hal yang saling berkaitan, tidak dapat dipisahkan, dan terjadi secara bersamaan. Proses tumbuh kembang anak terjadi secara progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam lajur yang berurutan sesuai umur.
Sebagai contoh, berat badan anak saat berusia 9 bulan bisa berkisar antara 6,5-10 kg dengan panjang badan sekitar 67-75 cm dan sudah dapat mengucapkan kata “mama” atau “papa”. Kemudian ketika anak umur 1 tahun beratnya akan mencapai 9-9,5 kg dan tingginya sekitar 70-78 centimeter. Dalam aspek perkembangannya, anak 1 tahun biasanya sudah bisa merespon ucapan orang sekitar sehingga akan lebih mudah diajak berkomunikasi dua arah.
1. Genetik
Genetik orang tua atau faktor keturunan berperan paling besar untuk memengaruhi tumbuh kembang anak.
Mulai dari karakteristik fisik anak seperti tinggi badan, berat badan, struktur tubuh, warna mata, tekstur rambut, hingga bahkan kecerdasan dan bakat. Jadi jika Mama atau Papa berperawakan tinggi, kemungkinan besar si Kecil juga akan mewarisi sifat ini dan nantinya menjadi tinggi.
Selain menentukan karakteristik fisik dan sifat, faktor genetik juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan anak. Ada sejumlah penyakit atau gangguan medis yang dapat diwariskan secara genetik dari orang tua ke anaknya, seperti alergi, diabetes, hingga autisme.Ini karena genetik merupakan kombinasi “kode unik” yang dibawa oleh sel sperma Papa dan sel telur Mamauntuk membentuk janin.
2. Kecukupan Gizi dan Pola Makan
Selain genetik, nutrisi adalah pondasi paling mendasar yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak. Ketika anak bertumbuh kembang sesuai dengan umurnya, ini dianggap sebagai pertanda asupan nutrisinya memadai dan kesehatannya juga baik. Kenapa?Nutrisi yang cukup diperlukan untuk pembentukan otak yang optimal, sehingga anak akan memiliki landasan yang kuat untuk untuk mengembangkan keterampilan kognitif, motorik, dan sosio-emosional sepanjang masa kanak-kanak hingga dewasa nanti.
Anak dilahirkan memiliki 100 triliun sel otak yang disebut neuron. Selama tahun-tahun pertama kehidupannya, masing-masing neuron ini akan membentuk koneksi dengan neuron lain dengan sangat cepat. Hingga seiring waktu, koneksi antar sel saraf akan makin kuat dan makin banyak hingga jumlah jaringannya mencapai dua kali lipat.
Semakin banyak dan semakin kuat hubungan antar sel saraf otak, perkembangan otak anak akan semakin matang. Hal ini juga bisa diartikan bahwa semakin kuat struktur otak seorang anak menandakan kecerdasannya juga tinggi
Selama masa kanak-kanak, kekurangan gizi juga dapat menyebabkan anak-anak memiliki energi dan minat belajar yang lebih rendah yang berdampak negatif pada perkembangan kognitif dan kinerja akademik si Kecil.Nutrisi yang cukup juga merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kekebalan tubuh anak, Ma. Anak-anak yang tidak mendapatkan cukup nutrisi berisiko mengalami pertumbuhan yang terhambat.
Sebagai contoh, kekurangan protein dan kalsium bisa membatasi pertumbuhan tinggi dan berat badan. Sementara, kekurangan seng, selenium, zat besi, tembaga, asam folat, dan vitamin A, B6, C, D, dan E dapat menurunkan respon imun.
Jadi, penting bagi Mama untuk memfokuskan pemenuhan gizi secara optimal terutama di 3 tahun pertama usia si Kecil guna mencegah masalah kekurangan nutrisi.
3. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh yang meliputi segala proses interaksi dan bentuk komunikasi antara orang tua dan anak ikut berkontribusi menjadi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dari sisi fisik, kognitif, hingga mental. Ini karena orang tua adalah salah satu sosok yang paling penting dalam kehidupan awal anak-anak. Sejak lahir, anak-anak bergantung pada orang tua untuk mendapatkan perawatan dan pengasuhan yang mereka butuhkan agar bisa tumbuh besar dengan baik juga sehat dan bahagia.Pola asuh orang tua jugalah yang bisa menentukan sikap dan perilaku anak untuk bisa sukses di masa depan. Sebab, orang tua adalah panutan pertama anak. Anak berperilaku dan bereaksi dengan meniru orang tuanya. Itu kenapa, orang tua berperan penting dalam mendorong dan memotivasi anak-anaknya untuk belajar.
Orang tua berkontribusi untuk mengembangkan fokus, konsentrasi, dan pengendalian diri pada anak-anak mereka. Di rumah, orang tua juga berperan untuk mengasah anak berpikir kritis, berempati, membuat koneksi, dan berkomunikasi.
Dengan orang tua yang suportif, seorang anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, terampil, dan tangguh. Selain itu, hubungan harmonis antara Mama dan Papa di rumah bisa juga mempengaruhi emosional anak jadi lebih baik.
4. Stimulasi
Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat untuk mengoptimalkan perkembangan anak, yang meliputi stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara), auditori (pendengaran), taktil (sentuhan), dan sebagainya.
Stimulasi melalui bermain, membaca, bernyanyi, dan aktivitas sehari-hari lainnya membantu anak merangsang kemampuan otaknya sekaligus melatih gerak tubuh dan keterampilan inderanya. Hal ini karena stimulasi dari luar memicu aktivitas di otak untuk menciptakan koneksi listrik kecil yang disebut sinapsis. Jumlah stimulasi yang diterima anak secara langsung mempengaruhi berapa banyak sinapsis yang terbentuk.Selain mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir dan berkomunikasi, stimulasi juga merangsang rasa ingin tahu dan keterampilan observasi anak.Stimulasi yang berulang-ulang dan konsisten memperkuat hubungan-hubungan ini dan menjadikannya permanen.Dengan kata lain, semakin banyak stimulasi yang si Kecil terima akan semakin kuat koneksi antar sel otaknya, sehingga kecerdasannya juga dinilai makin tinggi.
5. Lingkungan Tempat Tinggal Anak
Lingkungan sekitar anak juga menjadi faktor yang ikut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya di usia dini.
Lingkungan rumah yang sehat, tentram, dan nyaman sangat penting bagi seorang anak untuk bisa bertumbuh kembang dan belajar. Karena dengan berada di rumah yang sehat, anak bisa lebih percaya diri dan fokus mengasah keterampilan kognitif, bahasa, emosional, dan motoriknya dengan leluasa.
Lingkungan tempat tinggal yang baik dan layak huni juga bisa menjamin anak mendapatkan:
Cinta dan kasih sayang seutuhnya dari keluarga dan orang-orang terdekat untuk menciptakan ikatan yang erat.
Udara bersih.
Asupan yang bergizi.
Pakaian bersih.
Mendapatkan akses yang mudah dalam perawatan kesehatan dasar seperti imunisasi, pengobatan, pemberian ASI, dan penimbangan yang teratur.
Fasilitas sanitasi lingkungan yang baik.
Tempat bermain dan rekreasi yang aman untuk anak bereksplorasi dan belajar.
Sebaliknya, lingkungan rumah yang bermasalah dapat berdampak buruk pada perkembangan intelektual, sosial, dan emosional anak. Penelitian telah menunjukkan bahwa lingkungan rumah yang negatif selama tahun-tahun awal kehidupan anak dapat menyebabkan gangguan perkembangan, termasuk:
Kemampuan bahasa yang buruk.
Masalah perilaku.
Ketidaksiapan anak untuk masuk sekolah.