Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Nama : Nursabilla Maharani Dwiyanvi
Npm : 2113054027
Kelas : 5A
•KELAINAN MENTAL TINGGI
Anak yang memiliki keterampilan intelegensi tinggi sering disebut anak berbakat intelektual. Anak jenis ini memiliki kecepatan belajar akademik yang tinggi sehingga memerlukan program pembelajaran khusus agar potensi intelektualnya berkembang optimal. Di Indonesia layanan bagi anak berbakat intelektual tersebut dikenal dengan program percepatan atau akselerasi (Suharsiwi, 2017).
1.Anak Berbakat (Gifted/Talented)
Anak cerdas istimewa (gifted children) adalah istilah yang digunakan
bagi seorang anak yang memiliki kecerdasan luar biasa atau melebihi rata-rata kecerdasan anak-anak seusianya. Istilah cerdas istimewa sering kali digunakan bersamaan dengan berbakat istimewa atau bertalenta, terlebih sebelum berkembangnya istilah cerdas istimewa telah berkembang dan digunakan terlebih dahulu istilah “berbakat inteligensi” yang kemudian membingungkan dalam penerapannya jika ternyata anak memiliki juga bakat/ talenta di beberapa bidang (termasuk non-akademis) sekaligus (Kristiana & Widayanti, 2016). Sedangkan anak dapat dikategorikan sebagai anak berbakat istimewa (talented children) jika anak tersebut memiliki potensi kreativitas yang tinggi sehingga mampu membuat suatu kreasi misalnya: seni, dengan tingkatan yang luar biasa atau melebihi potensi dan prestasi anak-anak seusianya. Berbakat/ bertalenta tidak mengacu pada tingginya potensi inteligensi, artinya seorang anak bisa saja memiliki bakat yang luar biasa meskipun inteligensinya tidak luar biasa (Kristiana & Widayanti, 2016).
2.Anak Indigo
Anak indigo adalah anak-anak yang menunjukkan seperangkat atribut
psikologis yang baru dan tidak biasa serta sebuah pola tingkah laku yang tidak pernah terdokumentasi sebelumnya. Pola ini memiliki faktor-faktor unik umum sehingga orang-orang yang berinteraksi dengan anak indigo disarankan untuk mengubah cara merawat mereka untuk mencapai keseimbangan (Carrol & Tober, 1999 dalam Mangunsong, 2009).
Menurut Carrol dan Tober (1999, dalam Mangunsong, 2009), terdapat 10 karakteristik paling umum dari anak-anak Indigo, yaitu:
a. Datang ke dunia dengan feeling of royalty (dan seringkali bertindak sesuai perasaan tersebut). Anak merasa dirinya berbeda dan istimewa.
b. Memiliki perasaan “layak untuk berada di sini”, dan terkejut ketika orang lain tidak menyadari hal tersebut.
c. Perasaan diri berharga bukanlah isu yang besar, bahkan mereka seringkali memberitahu orang tua mereka mengenai “siapa diri mereka”.
d. Mengalami kesulitan dengan otoritas absolut (otoritas tanpa penjelasan atau pilihan).
e. Tidak akan melakukan hal-hal tertentu, misalnya mengantri adalah hal yang paling sulit bagi mereka.
f. Merasa frustrasi dengan sistem yang berorientasi pada ritual dan tidak memerlukan pemikiran kreatif.
g. Seringkali melihat dengan cara yang lebih baik dalam melakukan sesuatu, baik di rumah maupun di sekolah sehingga mereka terlihat sebagai system busters, yaitu tidak nyaman pada sistem yang ada.
h. Terlihat antisosial, kecuali dengan mereka yang setipe.
i. Tidak akan berespon terhadap disiplin yang didasari rasa bersalah
(“Tunggu sampai ayahmu pulang dan melihat apa yang kau lakukan”).
j. Tidak malu memberitahu apa yang mereka butuhkan.
Hal-hal spiritual yang biasanya dimiliki atau dialami oleh anak-anak Indigo adalah, sebagai berikut:
1. Kemampuan Melihat Roh atau Makhluk Lain
Pada umumnya anak-anak Indigo mampu melihat makhluk-makhluk yang tidak dapat dilihat oleh manusia secara umum, seperti malaikat, teman ajaib, atau sosok-sosok yang menyeramkan. Figur-figur yang dilihat ini tidak seperti fantasi anak-anak luar biasa misalnya tokoh kartun televisi, melainkan model berbeda yang di luar dunia ini dan tidak ada di televisi ataupun film (Carrol & Tobber, 2001 dalam Mangunsong, 2009).
2. Kemampuan Melihat Masa Depan
Kemampuan melihat masa depan merupakan salah satu kemampuan spiritual anak Indigo.
3. Pernah Mengalami Kehidupan di Masa yang Lain
Nancy Ann Tappe (dalam Carroll & Tober, 1999 dalam Mangunsong, 2009), mengatakan bahwa sebagian anak Indigo baru pertama kali ada di dunia, sebagian lain sudah pernah ke dimensi ketiga, dan sebagian lainnya datang dari planet lain, yaitu mereka yang termasuk indigo interdimensional. Mereka mungkin datang bersama karma. Ketika Anda melihat anak Indigo baru dilahirkan sampai 2 tahun, mereka mungkin dapat mengingat masa kehidupan mereka yang lain.
•KELAINAN MENTAL RENDAH
Anak dengan intelegensi rendah atau anak tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Kemampuan intelektual di bawah rata-rata itu adalah skor IQ 70 hingga 75 atau lebih rendah berdasarkan tes standar inteligensi individual. Defisit perilaku adaptif adalah keterbatasan dalam dua bidang keterampilan adaptif atau lebih, yang mencakup bidang-bidang : komunikasi, merawat diri, mengurus rumah, keterampilan sosial, kehidupan kemasyarakatan, mengarahkan diri (self direction), kesehatan dan keselamatan, keterampilan akademik, penggunaan waktu senggang dan kerja (Suharsiwi, 2017).
Keterbatasan tersebut mengacu pada keterbatasan keterampilan adaptif yang lebih terkait dengan aplikasi fungsional dari pada keadaan-keadaan lain seperti perbedaan budaya atau gangguan sensoris. Usia perkembangan adalah sebelum usia 18 tahun. Berdasarkan skor IQ-nya, American Association on Mental Defficiency (AAMD) (dalam Suharsiwi, 2017), mengklasifikasikan ketunagrahitaan ke dalam empat tingkatan, yaitu :
1. Tunagrahita ringan (mild mental retardation) (IQ 68 52, MA 8,3 10,9 tahun)
2. Tunagrahita sedang (moderate mental retardation) (IQ 51 36, MA 5,7 8,2 tahun)
3. Tunagrahita berat (severe mental retardation) (IQ 35 20, MA 3,2 5,6 tahun)
4. Tunagrahita parah (profound mental retardation)
(IQ 19 atau lebih rendah, MA 3,1 tahun atau lebih rendah).
C. KELAINAN MENTAL BERKESULITAN BELAJAR
Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “Learning Disability” yang berarti ketidak mampuan belajar. Kata disability diterjemahkan kesulitan” untuk memberikan kesan optimisbahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Istilah lain learning disabilities adalah learning difficulties dan learning differences. Ketiga istilah tersebut memiliki nuansa pengertian yang berbeda. Di satu pihak, penggunaan istilah learning differences lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities lebih menggambarkan kondisi faktualnya. Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan belajar , istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang lain lagi istilahnya yakni gangguan neurologist (Suharsiwi, 2017).