Lampirkan analisis anda mengenai jurnal diatas, dengan menyertakan identitas diri seperti nama dan NPM.
Forum Analisis Jurnal 1
Kelas : 3H
NPM : 2213053100
ANALISIS JURNAL 1
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Isu Pendidikan Nilai Moral di
Beberapa Negara.Di bawah ini akan dibahas isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik suatu bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda-beda. india merupakan negara Pancasila yang mayoritas beragama Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana
negara Indonesia, sedangkan Cina
merupakan perwakilan negara sosialis
komunis.
A. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau belum banyak menyentuh kesadaran dan kesadaran kesadaran dalam perspektif
global. Persoalan pembenahan pendipendidikan masih dicakup pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003),menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam,termasuk bahan ajar akhlak, cenderungTerfokus pada pengayaan pengetahuan(kognitif), sedangkan pembentukan sikap(afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Dengan kata lain, pendidikan agama lebih didominasi oayo pindah
B. India
Nilai pendidikan di India tampak
lebih populer dibandingkan dengan di
negara lain. Dalam pendidikan nasional
India, pendidikan nilai dikembangkan
sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kemudian warga negara yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sama lain.sudut pandang agama. Hal ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan nilai-nilai pendidikan dalam konteks pemahaman nilai
230).
C. Malaysia
Nilai Pendidikan dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung pendidikan
nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara
langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.Silabus pendidikan nilai-nilai untuk sekolah dasar berupa kebersihan badan dan pikiran, empati, sikap tidak berlebihan, bersyukur, rajin, jujur, adil, kasih sayang, hormat, keharmonisan sosial, kesederhanaan, dan kebebasan.
D.Dalam tradisi Cina
beberapa tantangan berikut. Harapan
masyarakat dan orang tua siswa akan
kemampuan akademik dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental,perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan
nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidika nilai moral.
Dewasa ini, psikologi dan sosiolog
banyak membahas nilai-nilai moral dalam fisika dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pada dasarnya setiap
pribadi memperoleh keuntungannya sendiri dari kebudayaan eksternal. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215). Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baik suatu
alasan-alasan yang objektif, impersonal, atau ideal. Struktur pertimbangan moral ditetapkan berdasarkan pada apa
yang diperoleh seseorang sebagai sesuatu yang berharga pada setiap isu-isu moral dan bagaimana ia mampu memilih dan menetapkan nilai-nilai dengan disertai alasan mengapa seseorang memilih dan menetapkan bahwa sesuatu itu berharga.
Penetapan tingkat perkembangan moral ini didasarkan pada karakteristik empiris yang invarian dan tidak pernah terbalik dalam semua kondisi (kecuali mereka yang memiliki beberapa ciri pokok berikut. (1) Tahap-tahap pertimbangan moral tersusun secara utuh, artinya sistem berpikirnya terorganisasi. (2) Tahap
yang mengalami trauma secara ekstrem perkembangannya selalu progresif). Tidak ada tahap-tahap yang terlompati dan gerakannya selalu menuju tahap yang lebih tinggi. (3) Tahap-tahap pertimbangan moral terintegrasi secara hierarkis. Artinya, tingkat pemikiran moral yang tinggi telah mencapai dan menguasai tahap-tahap dan pola pikir yang berada di bawah. (4) Struktur tingkat pertimbangan fungsi moral
tahapan-tahapan yang lebih tinggi. (5) Yang ditetapkan seseorang (se-bagai sesuatu yang berharga atau tidak berharga) dalam suatu situasi yang dihadapi disebut isi pertimbangan moral, sedangkan alasan tentang penetapan Struktur pertimbangan moral harus dibedakan dengan isi pertimbangan moral. Misalnya, suatu pilihan suatu pilihan (struktur penetapan pilihan) berdasarkan pemikiran moralnya disebut pertimbangan moral (melalui
Muhamimin, 2001: 216).
b.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Menurut John
P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian menunjukkan beberapa ciri. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Maksudnya,ia memandang kehidupan sebagai suatu proses menjadi dan berusaha memilih pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan perkembangan tersebut.Kedua, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Dia dapat mengenal
dan menjelaskan nilai-nilai dan keyakinan yang ia percayai dan menegaskannya secara terbuka, sejauh nilai-nilai itu menjadi kesatuan dengan jati dirinya.
C. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum
dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37)
meliputi pendekatan (i) inculcating,
yaitu menanamkan nilai dan moralitas,
(ii) modeling, yaitu meneladankan nilai
dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan
moral, dan (iv) pengembangan keterampilan, yaitu mengembangkan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
Nilai Moral Untuk menerapkan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung.Metode langsung dimulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian
secara langsung pada ajaran melalui
bercerita, mengilustrasikan, menghafalkan, dan menyalinnya. Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan
yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik.
Kelas : 3H
NPM : 2213053209
ANALISIS JURNAL 1
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia, sedangkan Cina merupakan perwakilan negara sosialis komunis.
A. Indonesia
Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim.
B. India
Ruang lingkup pendidikan nilai meliputi (a) pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah, (b) untuk tingkat dasar program lebih dititikberatkan pada pengindentikasian nilainilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat, (c) pengembangan konseling melalui pendekatan agama, (d) program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru.
C. Malaysia
Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya, (a) nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif (b) alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, (c) cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru, dan (d) pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeksi (Mujlyana, 2004: 237).
D. Cina
Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a.Teori Perkembangan Moral
Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215). Sebagai contoh, suatu pilihan yang ditetapkan seseorang (se-bagai sesuatu yang berharga atau tidak berharga) dalam suatu situasi yang dihadapi disebut isi pertimbangan moral, sedangkan alasan tentang penetapan suatu pilihan (struktur penetapan pilihan) berdasarkan pemikiran moralnya disebut pertimbangan moral (melalui Muhamimin, 2001: 216).
b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi.
gambaran kepribadian menunjukkan beberapa karakteristik.
Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan.
Kedua, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya.
Ketiga, pribadi yang terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain.
Keempat, pribadi yang terintegrasikan menggambarkan suatu kebulatan kesadaran.
Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Aktivitas dan praktik yang demokratis di sekolah merupakan faktor efektif yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai, di samping kesediaan peserta didik itu sendiri. Yang ditekankan dalam pendidikan nilai adalah keseluruhan proses pendidikan nilai yang sangat kompleks dan menyeluruh yang melibatkan cakupan yang luas dan beragam variasi yang dialami.
d.Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan. pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan (i) metode dogmatis, (ii) metode deduktif, (iii) metode induktif, atau (iv) metode reflektif (Muhadjir, 1988:161). Teknik pendidikan nilai moral yang berorientasi pada nilai (afek) ada bermacam-macam, di antaranya ialah (i) teknik indoktrinasi, (ii) teknik moral reasoning, (iii) teknik meramalkan konsekuensi, (iv) teknik klarifikasi, dan (v) teknik internalisasi (Muhadjir, 1988: 199).
NPM: 2213053233
ANALISIS JURNAL 1
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektariansubjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif.
b. India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal .
c. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti
program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.
d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan
kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental,
perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung
oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Npm : 2213053002
Analisis jurnal 1
identitas jurnal
nama jurnal : jurnal cakrawala
nomor dan tahun : no 2, thn 2009
judul : PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
penulis : sudiati
Abstract
Moral value education is both a demand and a need for human beings as a
manifestation of togetherness in terms of nations and countries with a variety of
problems. There are a lot of problems, such as global terrorism and multidimensional crises, which one country cannot solve on its own because to do so it needs other countries’ supports.
pendahuluan
Kehidupan manusia semakin kompleks. Kompleksitas mengemuka dalam
tatanan global yang ditandai dengan
munculnya berbagai masalah dan isu isu global seperti pelanggaran hak-hak
asasi manusia (HAM), fenomena kekerasan, dan penyalahgunaan narkotika. Hal ini menuntut adanya pemikiran yang berkaitan dengan sistem pendidikan yang cocok untuk menjawab permasalahan tersebut.
Di samping itu, revolusi teknologi telekomunakasi dan transportasi menghadirkan sejumlah kemudahan untuk
melakukan aktivitas kehidupan di segala bidang. Kerjasama dalam bidang
ekonomi, politik, kebudayaan dan militer dijalin tanpa dibatasi oleh jarak antarwilayah negara. Di lain hal, globalisasi dapat melahirkan kompetisi
yang kurang sehat. Dengan kata lain
kompleksitas global memiliki banyak
keuntungan bagi yang kuat, tetapi sebaliknya keadaan itu dapat menghancurkan kehidupan bangsa yang kalah bersaing.
pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di
Beberapa Negara
Di bawah ini akan dibahas isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda. Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia, sedangkan Cina merupakan perwakilan negara sosialis komunis.
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.
b.india
Pendidikan nilai di India tampak
lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial.
c. malaysia
secara langsung pendidikan nilai di ajarkan melalui pendidikan nilai moral dan mata pelajaran agama sedangkan untuk pendidikan nilai melalui kegiatan kokurikuler.
d. cina
pendidikan nilai dihadapkan pada
beberapa tantangan berikut. Harapan
masyarakat dan orang tua siswa akan
kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental,
perasaan, dan moralitas.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan nilai moral.
a.Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak.
b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating,yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral.
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran
kesimpulan
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebaga pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.kemudian penyelesaian permasalahan hidup yang dialami umat manusia tidak cukup dalam negeri sendiri, namun banyak hal yang penyelesaiannya dibutuhkan dukungan dan bantuan luar negeri, misalnya terorisme global, masalah ekonomi, dan masalah krisis multidimensional.
Npm : 2213053142
Analisis Jurnal 1
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Penulis : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang baik nilai personal maupun nilai sosial. Nilai yang dicetuskan UNESCO 1993 diuraikan dalam dua gagasan yang berseberangan, yaitu nilai standar (terukur) secara material dan nilai yang abstrak dan sulit diukur berupa keadilan, kejujuran, kebebasan, kedamaian, dan persamaan.
Pendidikan nilai moral yang dilaksanakan di empat negara Indonesia, Malaysia, India, dan Cina memiliki persamaan dan perbedaan. Hal itu terjadi karena masing-masing negara memiliki ideologi yang berbeda. Pendidikan nilai moral di empat negara tersebut sama-sama dihadapkan pada berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan terprogram dalam kurikulum maupun yang tidak.
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan John P. Miller cenderung bersifat individualistik. Oleh karena itu, konsep itu memerlukan penyempurnaan dengan mempertimbangkan paradigma yang dikemukakan oleh Capra. Dalam implementasinya diperlukan strategi pendidikan nilai moral yang tepat melalui pemilihan pendekatan (approach), metode (method), dan teknik (technique) pendidikan nilai moral yang sesuai.
NPM : 2213053127
Kelas : 3H
Analisis jurnal
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
Isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina, negara tersebut memiliki karakteristik dengan latar belakang yang berbeda-beda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara. Pendidikan nilai moral di empat negara tersebut sama-sama dihadapkan pada berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan
terprogram dalam kurikulum maupun
yang tidak.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a. Teori perkembangan moral
Kohlberg mengidentifikasi ada enam tahap tingkat pertimbangan moral, yaitu
- orientasi hukuman atau kepatuhan
- orientasi instrumental-relatif
- orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik
- orientasi hukum dan ketertiban
- orientasi kontrak sosialegalitas, dan
- orientasi prinsip kewajiban.
Ada dua hal esensial menghadapi peradaban manusia, yaitu
1. Lahirnya kesadaran baru
2. Kehidupan sarat nilai.
b.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya empat
gambaran kepribadian. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi. Aspek afektif meliputi harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai, dan keyakinan (Darmiyati Zuchdi, 1997: 5).
Ada beberapa model pendidikan
afektif (nilai) yang dapat dipertimbangkan. Empat buah rumpun model pendidilan afektif yaitu
1. model-model perkembangan (developmental models)
2. model-model pengenalan diri (self conceps models)
3. model-model kepekaan dan kecenderungan kelompok (sensitivity and group orientation models)
4. model-model perluasan kesadaran (consciousness-expansion models)
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi
- pendekatan inculcating,
yaitu menanamkan nilai dan moralitas, modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas
- facilitating,
yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral
- skill development,
yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang aman dan kehidupan sosial yang kondusif
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan metode dogmatis, metode deduktif, metode induktif, atau metode reflektif (Muhadjir, 1988:161).
NPM : 2213053091
Kelas : 3H
ANALISIS JURNAL
Nama Jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Nomor : 2
Tahun: 2009
Judul : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Nama Penulis : Sudiati
Pendidikan nilai dan moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Menurut John P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian menunjukkan beberapa karakteristik. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan
Model pendidikan afektif yang dipandang relevan dengan pendidikan nilai adalah model komunikasi, model kepekaan perhatian, model analisis transaksional, model membangun hubungan manusiawi, dan model kejiwaan sosial.
Pendidikan nilai atau moral sebagai isu global di beberapa negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) menampakkan adanya perbedaan dan kesamaan. Perbedaan yang ada disebabkan oleh adanya perbedaan ideologi bangsa. Walaupun demikian, negara-negara itu memberikan penekanan pendidikan nilai moral pada nilai etik-moral; terutama dalam hal nilai-nilai yang bersifat asasi manusia, universal, dan global.
Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan John P. Miller cenderung bersifat individualistik. Oleh karena itu, konsep itu memerlukan penyempurnaan dengan mempertimbangkan paradigma yang dikemukakan oleh Capra. Lebih lanjut, dalam implementasikannya, diperlukan strategi pendidikan nilai moral yang tepat melalui pemilihan pendekatan (approach), metode (method), dan teknik (technique) pendidikan nilai moral yang sesuai.
Isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda.
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak
menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.
b. India
Pendidikan nilai di India tampak
lebih populer dibandingkan dengan di
negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal.
c. Malaysia
Sistem pendidikan di Malaysia masih
dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru, dan pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeksi
d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban
moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental,
perasaan, dan moralitas.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a. Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog
banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baiknya sebuah tindakan.
b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan.
Demikian pula, banyak sumber pengembangan nilai-nilai dan banyak
pula faktor lain yang membatasinya.
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode.
•Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran
•Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang
diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku
yang baik dapat dipraktikkan.
Nama: Febe Ririn Ariyani
NPM: 2213053277
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
- Indonesia Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektarian subjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif. Menurut Sudar minta (dikutip S. Belen, 2004: 9), praktik yang terjadi mengenai sistem pendidikan nasional era Orde Baru terutama pendidikan nilai hanya mampu menghasilkan berbagai sikap dan perilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa yang diajarkan.
- India Dalam pendidikan nasional
India, pendidikan nilai dikembangkan
sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara
khusus dikembangkan melalui satu
sudut pandangan agama. Ini tidak
berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam
membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan
nilai dalam konteks pemahaman nilai
agama yang universal
- Malaysia Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung pendidikan
nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara
langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti
program pendidikan kewarganegaraan
dan melalui kegiatan kokurikuler.
- Cina Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
- Teori Perkembangan Moral, Para ahli lain memandang bahwa perkembangan moral
dan bentuk-bentuk sosialisasi lainnya
sebagai keseluruhan proses, di mana
seorang pribadi lahir dengan banyak
kemungkinan tingkah laku aktual yang
dibatasi pada bidang yang jauh lebih
spirital, yaitu suatu bidang yang lazim
diterima sesuai dengan ukuran kelompoknya. Dengan demikian, perkembangan moral dipahami sebagai suatu internalisasi langsung norma-norma
budaya eksternal
- Pendidikan Nilai Moral,
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi
- Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum
dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37)
meliputi pendekatan (i) inculcating,
yaitu menanamkan nilai dan moralitas,
(ii) modelling, yaitu meneladankan nilai
dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan
moral, dan (iv) skill development
- .Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral, Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya.
Nama : Refiana Sari
Kelas : 3H
NPM : 2213053261
Identitas jurnal
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Pembahasan:
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan
berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia. Penyelesaian permasalahan hidup yang dialami umat manusia tidak cukup dalam negeri sendiri, namun banyak hal yang penyelesaiannya dibutuhkan dukungan dan bantuan luar negeri, misalnya terorisme global, masalah ekonomi, dan masalah krisis multidimensional. Pendidikan nilai moral merupakan
alternatif pemecahan masalah yang bersifat lokal, regional, nasional, dan internasional.
Pendidikan nilai atau moral sebagai isu global di beberapa negara (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) menampakkan adanya perbedaan dan kesamaan. Perbedaan yang ada disebabkan oleh adanya perbedaan ideologi bangsa. Walaupun demikian, negara-negara itu memberikan penekanan pendidikan nilai moral pada nilai etik-moral; terutama dalam hal nilai-nilai yang bersifat asasi manusia, universal, dan global.
Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan nilai moral.
a.Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak.
b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating,yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral.
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran
NPM : 2213053129
Kelas : 3H
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Penulis : Sudiati
Nomor : 2
Tahun : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
A. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia di sadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Ruang lingkup Pendidikan nilai meliputi :
a. Pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah.
b. Untuk tingkat dasar program lebih dititikberatkan pada pengindentikasian nilai-nilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat
c. Pengembangan konseling melalui pendekatan agama.
d. Program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru.
B. India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Ruang lingkup pendidikan nilai meliputi:
a. Pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah.
b. Untuk tingkat dasar program lebih dititik beratkan pada pengindentikasian nilai-nilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat.
c. Pengembangan konseling melalui pendekatan agama
d. Program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru
C. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler. sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya :
a. Nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, sehingga kurang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan nilai
b. Alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk mengembangkan teknik-teknik pengamatan perilaku, belum terjabarkan dengan jelas
c. Cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru
d. Pandangan guru,orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeks
D. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai.
Untuk mengatasi berbagai persoalan di atas, pemerintah Cina mengambil beberapa kebijakan berikut.
1. Pendidikan moral dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan diajarkan sekali dalam seminggu.
2. Sejumlah peraturan telah disusun dan disebarluaskan untuk menjamin terjadinya pembentukan kebiasaan, sikap, dan cara hidup siswa yang diharapkan. Ujudnya tata tertib perilaku anak usia sekolah dasar, dan tata tertib anak usia sekolah menengah.
3. Untuk memobilisasi dukungan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan moral di sekolah, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan resmi akan pentingnya pengembangan moral dan afeksi anak usia sekolah dasar.
4. Dengan kebijakan resmi pemerintah, sekolah didorong untuk memperbarui dan memodifikasi tujuan pendidikannya.
5. Guru didorong untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu mengangkat pengalaman kehidupan sehari-hari.
A. Teori Perkembangan Moral
Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baiknya sebuah tindakan.
Penetapan tingkat perkembangan moral ini didasarkan pada karakteristik empiris yang memiliki beberapa ciri pokok berikut.
1. Tahap-tahap pertimbangan moral tersusun secara utuh, artinya sistem berpikirnya terorganisasi. Tahap pertimbangan moral berurutan secara invarian dan tidak pernah terbalik dalam semua kondisi (kecuali mereka yang mengalami trauma secara ekstrem perkembangannya selalu progresif). Tidak ada tahap-tahap terlompati dan gerakannya selalu menuju tahap yang lebih tinggi.
2. Tahap-tahap pertimbangan moral terintegrasi secara hierarkis. Artinya, tingkat pemikiran moral yang tinggi telah tercakup dan menguasai tahap-tahap dan pola pikir yang berada di bawahnya. Struktur tingkat pertimbangan moral berfungsi melahirkan kecenderungan ke arah tahapan-tahapan yang lebih tinggi.
3. Struktur pertimbangan moral harus dibedakan dengan isi pertimbangan moral. Sebagai contoh, suatu pilihan yang ditetapkan seseorang (sebagai sesuatu yang berharga atau tidak berharga) dalam suatu situasi yang dihadapi disebut isi pertimbangan moral, sedangkan alasan tentang penetapan suatu pilihan (struktur penetapan pilihan) berdasarkan pemikiran moralnya disebut pertimbangan moral
B. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi.
C. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan pendidikan nilai moral meliputi pendekatan
1. Inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas
2. Modelling, yaitu meneladankan nilaidan moralitas
3. Facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral
4. Skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
D. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan :
1. Metode dogmatik adalah metode untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri.
2. Metode deduktif adalah cara menyajikan nilai-nilai kebenaran (keutuhan dan kemanusiaan) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik.
3. Metode induktif adalah sebagai kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan nilai dimulai dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut.
4. Metode reflektif merupakan gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni membelajarkan nilai dengan jalan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasus- kasus kehidupan sehari-hari, atau dari melihat kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada konsep teoretiknya secara umum.
Npm :2253053034
Kelas : 3/ H
Analisis jurnal 1
PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
1. Isu pendidikan nilai moral di beberapa negara
Di bawah ini akan dibahas isu pendidikan moral yang terjadi di empat negara yaitu Indonesia , Malaysia , India , dan China .
Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang idiologi yang berbeda .
Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam , India merupakan negara federal Yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia , sedangkan china merupakan perwakilan negara sosialis komunis . menampakkan adanya perbedaan dan kesamaan. Perbedaan yang ada disebabkan oleh adanya perbedaan ideologi bangsa. Walaupun demikian, negara-negara itu memberikan penekanan pendidikan nilai moral pada nilai etik-moral; terutama dalam hal nilai-nilai yang bersifat asasi manusia, universal, dan global.
1. Indonesia
Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Dengan kata lain, pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa.
2. India
Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal.
3. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.
4. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut.Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a. Teori Perkembangan Moral
Kohlberg mengindentifikasi enam tahap tingkat pertimbangan moral yaitu
1. Orientasi hukuman atau kepatuhan
2. Orientasi instrumental-relatif
3. Orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik
4. Orientasi hukum dan ketertiban
5. Orientasi kontrak sosial legalitas
6. Orientasi prinsip kewajiban
b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Metode
1. Metode Dogmatik
- mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
2. Metode Deduktif
- cara menyajikan nilai-nilai kebenaran dengan jalan menguraikan konsep kebenaran.
3. Metode Induktif
- kebalikan dari metode deduktif , dalam membelajarkan kebenaran melalui kasus-kasus.
4. Metode Reflektif
- gabungan dari penggunaan metode deduktif dan metode induktif.
Teknik pendidikan nilai moral yang berorientasi pada nilai (afek) ada bermacam-macam
1. Teknik indoktrinasi
2. Teknik moral reasoning
3. Teknik meramalkan konsekuensi
4. Teknik klarifikasi
5. Teknik internalisasi
NPM : 2213053247
Analisis Jurnal 1
-Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Volume : -
Nomor : 2
Halaman : 209-221
Tahun Terbit : 2009
Judul : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Nama Penulis : Sudiati
-Pembahasan
1. Isu pendidikan nilai dan moral di beberapa negara
A. Indonesia
Persoalan pembenahan pendidikan di Indonesia masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektarian- subjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif.
B. India
Pendidikan nilai di India dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama.
C. Malaysia
Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya, (a) nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, sehingga kurang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan nilai, (b) alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk mengembangkan teknik-teknik pengamatan perilaku, belum terjabarkan dengan jelas, (c) cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru, dan (d) pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeksi.
D. Cina
Dalam perkembangannya, pendidikan nilai di Cina dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
2. Dimensi pendidikan nilai dan moral
A. Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah.
B. Pendidikan Nilai dan Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Pertama, pribadi yang selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Kedua, pribadi yang memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Ketiga, pribadi yang senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Keempat, pribadi yang menggambarkan suatu kebulatan kesadaran.
C. Pendekatan Pendidikan Nilai dan Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
D. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan.
NPM : 2213053234
Identitas jurnal
Nama jurnal : Jurnal cakrawala
Nomor : 2
Tahun : 2009
Judul : Pendidikan Nilai Moral Ditinjau Dari Perspektif Global
Penulis : Sudiati
Pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas
b. India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan ke- warganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama
c. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala.
d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a. Teori Perkembangan Moral
Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215). Kohlberg mengidentifikasi enam tahap tingkat pertimbangan moral, yaitu (i) orientasi hukuman atau kepatuhan, (ii) orientasi instrumental-relatif, (iii) orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik, (iv) orientasi hukum dan ketertiban, (v) orientasi kontrak sosial legalitas, dan (vi) orientasi prinsip kewajiban. Hasil ini dikritik oleh Gilligan (1982) karena semua responden penelitian berjenis laki-laki, padahal menurut Gilligan wanita memiliki perbedaan dengan laki dalam membuat keputusan moral (Zuchdi, 2008: 19). Secara singkat dikatakan laki-laki dalam membuat keputusan moral mengutamakan “hak”, sedangkan wanita mengutamakan “tanggung jawab”.
b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Menurut John P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian menunjukkan beberapa karakteristik. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Kedua, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Ketiga, pribadi yang terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Keempat, pribadi yang terintegrasikan menggambarkan suatu kebulatan kesadaran.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Di samping itu, pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan (i) metode dogmatis, (ii) metode deduktif, (iii) metode induktif, atau (iv) metode reflektif (Muhadjir, 1988:161).
NAMA: MESRI RAHAYU
NPM: 2213053250
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Pendidikan nilai dan moral merupakan kewajiban dan tuntutan wajib bagi umat manusia, sebagai dasar hidup bersama, berbangsa dan bernegara. Yang dimana hal ini berkaitan langsung dengan tatanan global yang memiliki berbagai permasalahan yang sifatnya kompleks. Untuk menyelesaikan hal tersebut, tidak cukup hanya dalam negri saja. Dibutuhkan juga dukungan dan bantuan dari luar negri.
Pendidikan nilai moral sendiri adalah alternatif yang tepat dalam pemecahan masalah yang bersifat lokal, regional, nasional, maupun internasional. Pendidikan nilai dan moral di berbagai negara memiliki sedikit perbedaan. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya ideologi bangsa. Namun, negara negara tersebut tetap menerapkan sistem moral pada nilai etik, terutama pada nilai-nilai yang bersifat kemanusiaan.
NPM : 2213053070
ANALISIS JURNAL
Nama Jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Nomor : 2
Tahun: 2009
Judul : Pendidikan nilai moral ditinjau dari perspektif global
Nama Penulis : Sudiati
Isu pendidikan moral di berbagai negara dengan karakteristik ideologi yang berbeda, yaitu Indonesia, Malaysia, India dan Cina
1. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia sendiri masih sedikit kesadaran dalam perspektif global dimana pendidikan disini masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum tuntas saja. Seperti contoh pendidikan moral Pancasila dan agama, tidak mencapai tujuan dalam menanamkan nilai moral dan humanis kepada kesadaran peserta didik. Menurut Affiyah(2003) kelemahan pendidikan agama karena materi pendidikan agama hanya terfokus pada kognitif saja sehingga dalam aspek sosial dan psikomotorik kurang dalam hidup bertoleransi dalam bermasyarakat,berbangsa dan bernegara
2. India
Pendidikan nilai di India dikembangkan untuk meningkatkan nilai kesadaran ilmiah, sosial dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan dalam sudut pandang agama saja, melainkan secara universal.
3. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar. Pendidikan secara langsung dilakukan dengan pendidikan nilai moral dan pendidikan agama, pendidikan secara tidak langsung dilakukan dengan pendidikan pkn dan kegiatan ekstrakurikuler. Meski cukup konsisten pendidikan moral di Malaysia pun masi terdapat beberapa kendala
4. Cina
Dalam pendidikan memiliki kaitan yang erat dengab kewajiban moral. Pendidikan moral dilakukan sekali dalam seminggu, guru didorong untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu mengangkat pengalaman kehidupan sehari-hari.
Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a. Teori perkembangan moral
Nilai moral bersifat relatif, Perkembangan moral dipahami sebagai suatu internalisasi langsung norma budaya eskternal.
b. Pendidikan nilai moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi
c. Pendekatan pendidikan nilai moral
Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan.Oleh karena itu, pendidikan
nilai tidak dapat disajikan hanya oleh
seorang guru atau hanya dalam satu
pelajaran, tetapi diperlukan format
yang beragam dari berbagai pelajaran
yang mengintegrasikan secara sendirisendiri atau dengan kombinasi
d. Metode dan teknik pendidikan nilai moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode.
1.Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran
2.Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang
diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku
yang baik dapat dipraktikkan.
NPM: 2253053040
Kelas: 3H
Analisis Jurnal
Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Volume : , -
Nomor : 2
Halaman : 209- 221
Tahun Terbit : 2009
Judul : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Nama Penulis : Sudiati
Pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektariansubjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif.
b. India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadara nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal (Mulyana, 2004: 230).
c. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.
d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a.Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah.
b.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating,yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitupengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
d.Metode dan Teknik Pendidikan
Nilai Moral untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran.
NPM : 2213053050
Isu Pendidikan Nilai Moral di
Beberapa Negara.Di bawah ini akan dibahas isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik suatu bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda-beda. india merupakan negara Pancasila yang mayoritas beragama Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana
negara Indonesia, sedangkan Cina
merupakan perwakilan negara sosialis
komunis.
A. Indonesia
Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim.
B. India
Ruang lingkup pendidikan nilai meliputi (a) pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah, (b) untuk tingkat dasar program lebih dititikberatkan pada pengindentikasian nilainilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat, (c) pengembangan konseling melalui pendekatan agama, (d) program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru.
C. Malaysia
Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya, (a) nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif (b) alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, (c) cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru, dan (d) pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeksi (Mujlyana, 2004: 237).
D. Cina
Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai.
a.Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak.
b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating,yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral.
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran
NPM : 2213053088
Analisis Jurnal 1
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan
nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidika nilai moral.
a.Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikologi dan sosiolog
banyak membahas nilai-nilai moral dalam fisika dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pada dasarnya setiap
pribadi memperoleh keuntungannya sendiri dari kebudayaan eksternal. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215). Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baik suatu
tindakan. Akan tetapi, tidak semua penilaian mengenai baik dan benar merupakan pertimbangan moral. Banyak di antara tindakan yang justru merupakan penilaian terhadap kebaikan atau kebenaran, estetika, teknologi atau kebijaksanaan. Berbeda dengan penilaian terhadap kebijakan atau estetika, penilaian moral yang cenderung bersifat universal, inklusif, konsisten, dan didasarkan pada
alasan-alasan yang objektif, impersonal, atau ideal. Struktur pertimbangan moral ditetapkan berdasarkan pada apa
yang diperoleh seseorang sebagai sesuatu yang berharga pada setiap isu-isu moral dan bagaimana ia mampu memilih dan menetapkan nilai-nilai dengan disertai alasan mengapa seseorang memilih dan menetapkan bahwa sesuatu itu berharga.
Penetapan tingkat perkembangan moral ini didasarkan pada karakteristik empiris yang invarian dan tidak pernah terbalik dalam semua kondisi (kecuali mereka yang memiliki beberapa ciri pokok berikut. (1) Tahap-tahap pertimbangan moral tersusun secara utuh, artinya sistem berpikirnya terorganisasi. (2) Tahap
pertimbangan moral berurutan
yang mengalami trauma secara ekstrem perkembangannya selalu progresif). Tidak ada tahap-tahap yang terlompati dan gerakannya selalu menuju tahap yang lebih tinggi. (3) Tahap-tahap pertimbangan moral terintegrasi secara hierarkis. Artinya, tingkat pemikiran moral yang tinggi telah mencapai dan menguasai tahap-tahap dan pola pikir yang berada di bawah. (4) Struktur tingkat pertimbangan fungsi moral
melahirkan kecenderungan ke arah
tahapan-tahapan yang lebih tinggi. (5) Yang ditetapkan seseorang (se-bagai sesuatu yang berharga atau tidak berharga) dalam suatu situasi yang dihadapi disebut isi pertimbangan moral, sedangkan alasan tentang penetapan Struktur pertimbangan moral harus dibedakan dengan isi pertimbangan moral. Misalnya, suatu pilihan suatu pilihan (struktur penetapan pilihan) berdasarkan pemikiran moralnya disebut pertimbangan moral (melalui
Muhamimin, 2001: 216).
b.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Menurut John
P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian menunjukkan beberapa ciri. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Maksudnya,ia memandang kehidupan sebagai suatu proses menjadi dan berusaha memilih pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan perkembangan tersebut.Kedua, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Dia dapat mengenal
dan menjelaskan nilai-nilai dan keyakinan yang ia percayai dan menegaskannya secara terbuka, sejauh nilai-nilai itu menjadi kesatuan dengan jati dirinya.
C. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum
dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37)
meliputi pendekatan (i) inculcating,
yaitu menanamkan nilai dan moralitas,
(ii) modeling, yaitu meneladankan nilai
dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan
moral, dan (iv) pengembangan keterampilan, yaitu mengembangkan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
d.Metode dan Teknik Pendidikan
Nilai Moral Untuk menerapkan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung.Metode langsung dimulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian
secara langsung pada ajaran melalui
bercerita, mengilustrasikan, menghafalkan, dan menyalinnya.Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Isu Pendidikan Nilai Moral di
Beberapa Negara.Di bawah ini akan dibahas isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik suatu bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda-beda. india merupakan negara Pancasila yang mayoritas beragama Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana
negara Indonesia, sedangkan Cina
merupakan perwakilan negara sosialis
komunis.
A. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau belum banyak menyentuh kesadaran dan kesadaran kesadaran dalam perspektif
global. Persoalan pembenahan pendipendidikan masih dicakup pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003),menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam,termasuk bahan ajar akhlak, cenderungTerfokus pada pengayaan pengetahuan(kognitif), sedangkan pembentukan sikap(afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Dengan kata lain, pendidikan agama lebih didominasi oayo pindah
ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga aspeknya kurang menyentuh
sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa.
B. India
Nilai pendidikan di India tampak
lebih populer dibandingkan dengan di
negara lain. Dalam pendidikan nasional
India, pendidikan nilai dikembangkan
sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kemudian warga negara yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sama lain.sudut pandang agama. Hal ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan nilai-nilai pendidikan dalam konteks pemahaman nilai
agama yang universal (Mulyana, 2004:
230).
C. Malaysia
Nilai Pendidikan dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung pendidikan
nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara
langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.Silabus pendidikan nilai-nilai untuk sekolah dasar berupa kebersihan badan dan pikiran, empati, sikap tidak berlebihan, bersyukur, rajin, jujur, adil, kasih sayang, hormat, keharmonisan sosial, kesederhanaan, dan kebebasan.
D.Dalam tradisi Cina
pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajibanmoral. Tradisi ini menempatkan nilai pendidikan sebagai bagian penting dalam peraturan pendidikan. Meskipun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan mempunyai nilai yang lemah pada
beberapa tantangan berikut. Harapan
masyarakat dan orang tua siswa akan
kemampuan akademik dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental,perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan
nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidika nilai moral.
a.Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikologi dan sosiolog
banyak membahas nilai-nilai moral dalam fisika dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pada dasarnya setiap
pribadi memperoleh keuntungannya sendiri dari kebudayaan eksternal. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215). Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baik suatu
tindakan. Akan tetapi, tidak semua penilaian mengenai baik dan benar merupakan pertimbangan moral. Banyak di antara tindakan yang justru merupakan penilaian terhadap kebaikan atau kebenaran, estetika, teknologi atau kebijaksanaan. Berbeda dengan penilaian terhadap kebijakan atau estetika, penilaian moral yang cenderung bersifat universal, inklusif, konsisten, dan didasarkan pada
alasan-alasan yang objektif, impersonal, atau ideal. Struktur pertimbangan moral ditetapkan berdasarkan pada apa
yang diperoleh seseorang sebagai sesuatu yang berharga pada setiap isu-isu moral dan bagaimana ia mampu memilih dan menetapkan nilai-nilai dengan disertai alasan mengapa seseorang memilih dan menetapkan bahwa sesuatu itu berharga.
Penetapan tingkat perkembangan moral ini didasarkan pada karakteristik empiris yang invarian dan tidak pernah terbalik dalam semua kondisi (kecuali mereka yang memiliki beberapa ciri pokok berikut. (1) Tahap-tahap pertimbangan moral tersusun secara utuh, artinya sistem berpikirnya terorganisasi. (2) Tahap
pertimbangan moral berurutan
yang mengalami trauma secara ekstrem perkembangannya selalu progresif). Tidak ada tahap-tahap yang terlompati dan gerakannya selalu menuju tahap yang lebih tinggi. (3) Tahap-tahap pertimbangan moral terintegrasi secara hierarkis. Artinya, tingkat pemikiran moral yang tinggi telah mencapai dan menguasai tahap-tahap dan pola pikir yang berada di bawah. (4) Struktur tingkat pertimbangan fungsi moral
melahirkan kecenderungan ke arah
tahapan-tahapan yang lebih tinggi. (5) Yang ditetapkan seseorang (se-bagai sesuatu yang berharga atau tidak berharga) dalam suatu situasi yang dihadapi disebut isi pertimbangan moral, sedangkan alasan tentang penetapan Struktur pertimbangan moral harus dibedakan dengan isi pertimbangan moral. Misalnya, suatu pilihan suatu pilihan (struktur penetapan pilihan) berdasarkan pemikiran moralnya disebut pertimbangan moral (melalui
Muhamimin, 2001: 216).
b.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Menurut John
P. Miller (1976: 5), gambaran kepribadian menunjukkan beberapa ciri. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Maksudnya,ia memandang kehidupan sebagai suatu proses menjadi dan berusaha memilih pengalaman-pengalaman yang mengakibatkan perkembangan tersebut.Kedua, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Dia dapat mengenal
dan menjelaskan nilai-nilai dan keyakinan yang ia percayai dan menegaskannya secara terbuka, sejauh nilai-nilai itu menjadi kesatuan dengan jati dirinya.
C. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum
dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37)
meliputi pendekatan (i) inculcating,
yaitu menanamkan nilai dan moralitas,
(ii) modeling, yaitu meneladankan nilai
dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan
moral, dan (iv) pengembangan keterampilan, yaitu mengembangkan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
d.Metode dan Teknik Pendidikan
Nilai Moral Untuk menerapkan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung.Metode langsung dimulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian
secara langsung pada ajaran melalui
bercerita, mengilustrasikan, menghafalkan, dan menyalinnya.
Npm:2253053035
Kelas:3H
Analisis jurnal 1
Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Volume : -
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Nama Penulis : Sudiati
Pembahasan
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.Tidak cukup hanya menyelesaikan permasalahan kehidupan manusia di dalam negeri saja, masih banyak permasalahan yang membutuhkan dukungan dan bantuan luar negeri untuk menyelesaikannya, seperti terorisme global, permasalahan ekonomi, dan permasalahan krisis ekonomi dan multidimensi lainnya.
Pendidikan nilai-nilai etika merupakan salah satu alternatif solusi permasalahan lokal, regional, nasional dan internasional.
Nilai atau pendidikan moral sebagai isu global di beberapa negara (Indonesia, Malaysia, India dan China) mempunyai perbedaan dan persamaan. Perbedaan yang ada disebabkan karena adanya perbedaan ideologi nasional. Namun negara-negara ini menekankan pendidikan moral dan nilai-nilai moral; terutama dalam hal nilai-nilai kemanusiaan, universal dan global.
Konsep pendidikan nilai moral yang dikemukakan oleh Kohlberg dan John P. Miller cenderung bersifat individualistis. Oleh karena itu, konsep ini perlu diperbaiki. Perhatikan model yang diusulkan oleh Capra. Selanjutnya dalam proses pelaksanaannya perlu adanya strategi pendidikan nilai-nilai moral yang tepat dengan memilih pendekatan, metode dan teknik yang tepat untuk mendidik nilai-nilai moral.
Npm: 2213053034
ANALISIS JURNAL 1
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : “PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL”
Pembahasan:
1. Isu Pendidikan Nilai Moral dibeberapa Negara.
dibawah ini akan dibahas isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda. Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal.
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia di- sadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global.
Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektarian subjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal objektif.
b. India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal.
c. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.
d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral.
Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan nilai moral.
a. Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pada dasarnya setiap pribadi memperoleh nilainya sendiri dari kebudayaan eksternal. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar.
b.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
d.Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya. Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan.
Masing-masing metode itu dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut.
a. Metode dogmatik adalah metode untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri.
b. Metode deduktif adalah cara menyajikan nilai-nilai kebenaran (keutuhan dan kemanusiaan) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik.
c. Metode induktif adalah sebagai kebalikan dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan nilai dimulai dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut.
d. Metode reflektif merupakan gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni membelajarkan nilai dengan jalan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasus-kasus kehidupan sehari-hari, atau dari melihat kasus sehari-hari dikembalikan kepada konsep teoretiknya secara umum.
Kelas : 3H
NPM : 2213053033
ANALISIS JURNAL 1
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Sastrapratedja (dalam K. Kaswardi, 1993: 3) menyatakan bahwa untuk menjadikan suatu bangsa berpredikat ganda seperti itu, tidak hanya memerlukan pengembangan ilmu, keterampilan, dan teknologi, tetapi juga memerlukan pengembangan aspek-aspek lainnya, seperti kepribadian dan etik-moral. Kesemuanya itu dapat disebut dengan pengembangan pendidikan nilai.
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.
b. India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan ke-warganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal (Mulyana, 2004:230).
c. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.
d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan.
Tampaknya, pendidikan nilai moral yang dilaksanakan di empat negara tersebut (Indonesia, Malaysia, India, dan Cina) memiliki persamaan dan perbedaan. Hal itu terjadi karena masingmasing negara memiliki ideologi yang berbeda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan tersebut berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a.Teori Perkembangan Moral
NPM: 2213053259
Kelas: 3H
Analisis Jurnal 1
Pendahuluan
Kehidupan manusia semakin kompleks. Kompleksitas mengemuka dalam tatanan global yang ditandai dengan munculnya berbagai masalah dan isu isu global seperti pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM), fenomena kekerasan, dan penyalahgunaan narkotika. Hal ini menuntut adanya pemikiran yang berkaitan dengan sistem pendidikan yang cocok untuk menjawab permasalahan tersebut. Di samping itu, revolusi teknologi telekomunakasi dan transportasi menghadirkan sejumlah kemudahan untuk melakukan aktivitas kehidupan di segala bidang. Kerjasama dalam bidang ekonomi, politik, kebudayaan dan militer dijalin tanpa dibatasi oleh jarak antarwilayah negara. Di lain hal, globalisasi dapat melahirkan kompetisi yang kurang sehat.
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
A. Indonesia
Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim.
B. India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal .
C. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.
D. Cina
Di Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
A.Teori Perkembangan Moral
Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 1964; dikutip Muhaimin, 2001: 215). Sebagai contoh, suatu pilihan yang ditetapkan seseorang (se-bagai sesuatu yang berharga atau tidak berharga) dalam suatu situasi yang dihadapi disebut isi pertimbangan moral, sedangkan alasan tentang penetapan suatu pilihan (struktur penetapan pilihan) berdasarkan pemikiran moralnya disebut pertimbangan moral (melalui Muhamimin, 2001: 216).
B. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi.
gambaran kepribadian menunjukkan beberapa karakteristik.
Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan.
Kedua, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya.
Ketiga, pribadi yang terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain.
Keempat, pribadi yang terintegrasikan menggambarkan suatu kebulatan kesadaran.
Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi.
C. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Aktivitas dan praktik yang demokratis di sekolah merupakan faktor efektif yang mendukung keberhasilan pendidikan nilai, di samping kesediaan peserta didik itu sendiri. Yang ditekankan dalam pendidikan nilai adalah keseluruhan proses pendidikan nilai yang sangat kompleks dan menyeluruh yang melibatkan cakupan yang luas dan beragam variasi yang dialami.
D. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan. pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan (i) metode dogmatis, (ii) metode deduktif, (iii) metode induktif, atau (iv) metode reflektif (Muhadjir, 1988:161). Teknik pendidikan nilai moral yang berorientasi pada nilai (afek) ada bermacam-macam, di antaranya ialah (i) teknik indoktrinasi, (ii) teknik moral reasoning, (iii) teknik meramalkan konsekuensi, (iv) teknik klarifikasi, dan (v) teknik internalisasi (Muhadjir, 1988: 199).
Npm :2213053046
-Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Volume : -
Nomor : 2
Halaman : 209-221
Tahun Terbit : 2009
Judul : PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Nama Penulis : Sudiati
Pembahasan
Isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda.
A.Indonesia
Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim.
B. India
Ruang lingkup pendidikan nilai meliputi (a) pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah, (b) untuk tingkat dasar program lebih dititikberatkan pada pengindentikasian nilainilai yang perlu ditanamkan kepada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat, (c) pengembangan konseling melalui pendekatan agama, (d) program pengembangan afektif bagi para instruktur pelatihan guru.
C. Malaysia
Meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, norma, etika, estetika melalui pendidikan formal, sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya, (a) nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif (b) alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, (c) cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru, dan (d) pandangan guru, orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeksi (Mujlyana, 2004: 237).
D. Cina
Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a. Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog
banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pertimbangan moral adalah penilaian mengenai benar dan baiknya sebuah tindakan.
b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan.
Demikian pula, banyak sumber pengembangan nilai-nilai dan banyak
pula faktor lain yang membatasinya.
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode.
•Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran
•Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang
diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku
yang baik dapat dipraktikkan.
NPM : 2213053241
A. Identitas jurnal
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
B. Pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di
Beberapa Negara
Di bawah ini akan dibahas isu pen-
didikan nilai moral yang terjadi di
empat negara, yaitu Indonesia, Malay-
sia, India, dan Cina. Empat negara itu
dapat mewakili karakteristik bangsa
dengan latar belakang ideologi yang
berbeda. Indonesia merupakan negara
Pancasila yang mayoritas Islam, India
merupakan negara federal yang tetap
mempertahankan nilai-nilai agama se-
bagai nilai universal. Malaysia merupa-
kan representasi negara yang memiliki
bangsa mayoritas Islam sebagaimana
negara Indonesia, sedangkan Cina
merupakan perwakilan negara sosialis
komunis.
a. Indonesia
Hasil penelitian Afiyah, dkk. (2003),
menyatakan bahwa kelemahan pen-
didikan agama antara lain terjadi ka-
rena materi pendidikan agama Islam,
termasuk bahan ajar akhlak, cenderung
terfokus pada pengayaan pengetahuan
(kognitif), sedangkan pembentukan si-
kap (afektif) dan pembiasaan (psikomo-
torik) sangat minim. Dengan kata lain,
pendidikan agama lebih didominasi
oleh transfer ilmu pengetahuan agama
dan lebih banyak bersifat hafalan teks-
tual, sehingga kurang menyentuh aspek
sosial mengenai ajaran hidup yang to-
leran dalam bermasyarakat dan ber-
bangsa.
b. India
Pendidikan nilai di India tampak
lebih populer dibandingkan dengan di
negara lain. Dalam pendidikan nasional
India, pendidikan nilai dikembangkan
sebagai usaha untuk meningkatkan ke-
sadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara
khusus dikembangkan melalui satu
sudut pandangan agama. Ini tidak
berarti mengabaikan pentingnya pen-
didikan agama sebagai kekuatan dalam
membangun karakter bangsa, melain-
kan untuk menempatkan pendidikan
nilai dalam konteks pemahaman nilai
agama yang universal (Mulyana, 2004:
230)
c. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di se-
kolah dasar dan pengembangannya di-
lakukan secara langsung dan tidak
langsung. Secara langsung pendidikan
nilai diajarkan melalui pendidikan mo-
ral dan mata pelajaran agama, sedang-
kan pendidikan nilai yang tidak secara
langsung dikembangkan melalui se-
jumlah mata pelajaran lainnya, seperti
program pendidikan kewarganegaraan
dan melalui kegiatan kokurikuler.
Silabus pendidikan nilai untuk se-
kolah dasar berupa kebersihan badan
dan pikiran, empati, sikap tidak berle-
bihan, bersyukur, rajin, jujur, adil, kasih
sayang, hormat, keharmonisan sosial,
kesederhanaan, dan kebebasan
d. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan me-
miliki hubungan erat dengan kewajiban
moral. Tradisi ini menempatkan pen-
didikan nilai sebagai bagian penting
dalam percaturan pendidikan. Walau-
pun demikian, dalam perkembangan-
nya, pendidikan nilai dihadapkan pada
beberapa tantangan berikut. Harapan
masyarakat dan orang tua siswa akan
kemampuan akademik diandalkan da-
pat memacu konsentrasi peningkatan
akademik yang kemudian berakibat ter-
gesernya pengembangan sentimental,
perasaan, dan moralitas. Walaupun se-
kolah memilki tanggung jawab yang
besar dalam mengembangkan kepri-
badian siswa, hal itu kurang didukung
oleh kerjasama yang erat antara se-
kolah, keluarga, dan masyarakat.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan
nilai moral secara luas, berikut ini di-
kemukakan pula pembahasan menge-
nai perkembangan moral, pendidikan
nilai moral, dan strategi pendidikan
nilai moral.
a.Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog
banyak membahas nilai-nilai moral da-
lam kaitannya dengan perkembangan
dan pendidikan anak. Pembahasan itu
bertolak dari anggapan bahwa tidak
ada prinsip moral yang universal (ke-
cuali moral agama) dan tetap atau tidak
berubah-ubah. Pada dasarnya setiap
pribadi memperoleh nilainya sendiri
dari kebudayaan eksternal. Nilai moral
merupakan penilaian terhadap tindak-
an yang umumnya diyakini oleh ang-
gota masyarakat tertentu sebagai yang
salah atau benar (Berkowitz, 1964; di-
kutip Muhaimin, 2001: 215).
b.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pen-
didikan yang berusaha mengembang-
kan komponen-komponen integrasi pri-
badi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan
sekurang-kurangnya dengan empat
gambaran kepribadian. Menurut John
P. Miller (1976: 5)
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendi-
dikan nilai menurut Kirschenbaum
dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37)
meliputi pendekatan (i) inculcating,
yaitu menanamkan nilai dan moralitas,
(ii) modelling, yaitu meneladankan nilai
dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu me-
mudahkan perkembangan nilai dan
moral, dan (iv) skill development, yaitu
pengembangan keterampilan untuk
mencapai kehidupan pribadi yang ten-
tram dan kondusif.
d.Metode dan Teknik Pendidikan
Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep
pendidikan nilai tersebut di atas, di-
perlukan beberapa metode, baik me-
tode langsung maupun tidak langsung.
Metode langsung mulai dengan penen-
tuan perilaku yang dinilai baik sebagai
upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Ca-
ranya dengan memusatkan perhatian
secara langsung pada ajaran melalui
mendiskusikan, mengilustrasikan,
menghafalkan, dan mengucapkannya.
Metode tidak langsung tidak dimulai
dengan menentukan perilaku yang
diinginkan, tetapi dengan menciptakan
situasi yang memungkinkan perilaku
yang baik dapat dipraktikkan. Kese-
luruhan pengalaman di sekolah diman-
faatkan untuk mengembangkan peri-
laku yang baik.
NPM : 2213053168
KELAS : 3H
NPM : 2253053054
Kelas : 3H
ANALISIS JURNAL 1
Nama Jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Nomor : 2
Tahun: 2009
Judul : Pendidikan nilai moral ditinjau dari perspektif global
Nama Penulis : Sudiati
Masalah pendidikan moral di negara-negara dengan karakteristik ideologi yang berbeda seperti Indonesia, Malaysia, India dan China
1.Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia masih kurang dikenal dalam perspektif global, dimana pendidikan masih terfokus pada kurikulum nasional dan lokal yang belum lengkap. Misalnya, pendidikan moral Pancasila dan agama tidak mencapai tujuan untuk menanamkan nilai-nilai moral dan humanistik ke dalam benak siswa. Menurut Afiyah (2003), kelemahan pendidikan agama disebabkan karena materi pendidikan agama hanya terfokus pada aspek kognitif, sehingga pada aspek sosial dan psikomotorik kurang adanya toleransi dalam bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
2. India
Pendidikan nilai di India dikembangkan untuk meningkatkan kesadaran ilmiah, sosial dan kewarganegaraan terhadap nilai-nilai yang tidak dikembangkan secara khusus dari sudut pandang agama tetapi bersifat universal.
3.Malaysia
Pendidikan nilai diberikan di sekolah dasar. Pendidikan langsung dilaksanakan dengan pendidikan nilai moral dan pendidikan agama, pendidikan tidak langsung dilaksanakan dengan pendidikan kewarganegaraan dan kegiatan ekstrakurikuler. Meskipun pendidikan etika di Malaysia cukup konsisten, namun masih terdapat beberapa kendala.
4. Cina
Pendidikan dikaitkan dengan kewajiban moral. Pendidikan moral diberikan seminggu sekali, guru dianjurkan menggunakan metode pembelajaran yang menonjolkan pengalaman hidup sehari-hari.
a. Aspek pendidikan nilai-nilai moral. Teori perkembangan moral
Nilai moral bersifat relatif, perkembangan moral dipahami sebagai internalisasi langsung standar budaya eksternal.
b. Pendidikan nilai-nilai moral
Pendidikan nilai-nilai etika merupakan pendidikan yang berupaya mengembangkan unsur integrasi pribadi
c. dibandingkan dengan Metode pendidikan nilai-nilai moral
Pendekatan dapat dipilih berdasarkan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan.
nilai tidak bisa hanya diwakili oleh
seorang guru atau hanya dalam satu
pelajaran, tetapi pemformatan diperlukan banyak topik berbeda cocok secara individu atau kombinasi
d. Metode dan teknik pendidikan nilai moral
Untuk menerapkan konsep pendidikan nilai di atas diperlukan beberapa metode.
1. Metode langsung dimulai dengan mengidentifikasi perilaku yang dianggap baik untuk menyebarkan berbagai ajaran.
2. Metode tidak langsung tidak dimulai dengan pendefinisian perilaku
diinginkan, namun ciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya perilaku tersebut
Hal-hal baik bisa dilakukan.
Kelas : 3H
NPM : 2213053290
ANALISIS JURNAL 1
Nama Jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PRESPEKTIF GLOBAL
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Berbagai Negara
1) Indonesia
Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas beragama Islam. Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. karena pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.
2) India
Pendidikan nilai di India tampak lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandang agama. Ruang lingkup pendekatan nilai meliputi a. pendekatan dan metodologi pendidikan nilai pada tingkat dasar dan menengah, b. untuk tingkat dasar peraturan lebih banyak dititik beratkan pada pengidentifikasian nilai-nilai yang perlu ditanamkan pada siswa dengan strategi dan teknik yang tepat, c. pengembangan konseling melalui pendekatan agama, d. program pengembangan efektif bagi para instruktur pelatihan guru.
3) Malaysia
pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangan dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai dasarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kurikuler. meski cukup konsisten dalam mengembangkan nilai, moral, normal, etika dan estetika melalui pendidikan formal sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala, diantaranya nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang perspektif sehingga kurang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan nilai.
4) China
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral tradisi ini menempatkan pendidikan melalui nilai sebagai bagian penting dalam peraturan pendidikan. tetapi banyak guru yang masih belum menguasai kemampuannya untuk mengembangkan pendidikan nilai.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
1) Teori Perkembangan Moral
Setiap orang memperoleh nilainya sendiri dari kebudayaan eksternal. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar (Berkowitz, 2001 : 215).
2) Pendidikan Nilai Moral
pendidikan nilai dan moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan 4 gambaran kepribadian. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi. aspek efektif meliputi harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai dan keyakinan (Darmiyati Zychdi, 1997:5)
3) Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan. Yang ditekankan dalam pendidikan nilai adalah keseluruhan proses pendidikan nilai yang sangat kompleks dan seluruh yang melibatkan cakupan yang luas dan beragam variasi yang dialami.
4) Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Mengaplikasikan konsep pendidikan nilai diperlukan beberapa metode yaitu baik metode langsung maupun tidak langsung.
NPM : 2213053285
Kelas : 3H
ANALISIS JURNAL 1
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
1. Isu pendidikan nilai moral di beberapa negara
Di bawah ini akan dibahas isu pendidikan moral yang terjadi di empat negara yaitu Indonesia , Malaysia , India , dan China .
Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda .
Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam , India merupakan negara federal Yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia , sedangkan china merupakan perwakilan negara sosialis komunis . menampakkan adanya perbedaan dan kesamaan. Perbedaan yang ada disebabkan oleh adanya perbedaan ideologi bangsa. Walaupun demikian, negara-negara itu memberikan penekanan pendidikan nilai moral pada nilai etik-moral; terutama dalam hal nilai-nilai yang bersifat asasi manusia, universal, dan global.
1. Indonesia
Hasil penelitian Afiah, dkk. (2003), menyatakan bahwa kelemahan pendidikan agama antara lain terjadi karena materi pendidikan agama Islam, termasuk bahan ajar akhlak, cenderung terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif), sedangkan pembentukan sikap (afektif) dan pembiasaan (psikomotorik) sangat minim. Dengan kata lain, pendidikan agama lebih didominasi oleh transfer ilmu pengetahuan agama dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual, sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran dalam bermasyarakat dan berbangsa.
2. India
Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal.
3. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
4. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut.Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a. Teori Perkembangan Moral
Kohlberg mengindentifikasi enam tahap tingkat pertimbangan moral yaitu
1. Orientasi hukuman atau kepatuhan
2. Orientasi instrumental-relatif
3. Orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik
4. Orientasi hukum dan ketertiban
5. Orientasi kontrak sosial legalitas
6. Orientasi prinsip kewajiban
b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Metode
1. Metode Dogmatik
- mengajarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
2. Metode Deduktif
- cara menyajikan nilai-nilai kebenaran dengan jalan menguraikan konsep kebenaran.
3. Metode Induktif
- kebalikan dari metode deduktif , dalam membelanjakan kebenaran melalui kasus-kasus.
4. Metode Reflektif
- gabungan dari penggunaan metode deduktif dan metode induktif.
Teknik pendidikan nilai moral yang berorientasi pada nilai (afek) ada bermacam-macam
1. Teknik indoktrinasi
2. Teknik moral reasoning
3. Teknik meramalkan konsekuensi
4. Teknik klarifikasi
5. Teknik internalisasi
Oleh : Cheza Melvinosa (2213053251)
Identitas Jurnal
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Penulis: Sudiati
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di
Beberapa Negara
Di bawah ini akan dibahas isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda. Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia, sedangkan Cina merupakan perwakilan negara sosialis komunis.
a. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.
b.india
Pendidikan nilai di India tampak
lebih populer dibandingkan dengan di negara lain. Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial.
c. malaysia
secara langsung pendidikan nilai di ajarkan melalui pendidikan nilai moral dan mata pelajaran agama sedangkan untuk pendidikan nilai melalui kegiatan kokurikuler.
d. cina
pendidikan nilai dihadapkan pada
beberapa tantangan berikut. Harapan
masyarakat dan orang tua siswa akan
kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental,
perasaan, dan moralitas.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan nilai moral.
a.Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak.
b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating,yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral.
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran
kesimpulan
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebaga pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.kemudian penyelesaian permasalahan hidup yang dialami umat manusia tidak cukup dalam negeri sendiri, namun banyak hal yang penyelesaiannya dibutuhkan dukungan dan bantuan luar negeri, misalnya terorisme global, masalah ekonomi, dan masalah krisis multidimensional.
Kelebihan : Jurnal ini memberikan pemaparan yang mudah dipahami oleh pembaca serta memiliki pembahasan secara menyeluruh.
Kekurangan: -
Nama : Adelia Shintia Ningrum
NPM : 2213053192
Kelas : 3H
2213053029
3H
Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Volume : -
Nomor : 2
Halaman : 209-221
Tahun Terbit : 2009
Judul : PENDIDIKAN NILAI MORAL
DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Nama Penulis : Sudiati
Isu Pendidikan Nilai Moral di
Beberapa Negara.Di bawah ini akan dibahas isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik suatu bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda-beda. india merupakan negara Pancasila yang mayoritas beragama Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana
negara Indonesia, sedangkan Cina
merupakan perwakilan negara sosialis
komunis.
A.Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.
B. India Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal.
C. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.
D. Cina
Dalam pendidikan memiliki kaitan yang erat dengab kewajiban moral. Pendidikan moral dilakukan sekali dalam seminggu, guru didorong untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu mengangkat pengalaman kehidupan sehari-hari.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
Dalam rangka mengkaji pendidikan nilai moral secara luas, berikut ini dikemukakan pula pembahasan mengenai perkembangan moral, pendidikan nilai moral, dan strategi pendidikan nilai moral.
a.Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak.
b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating,yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral
d. Metode dan teknik pendidikan nilai moral
Untuk menerapkan konsep pendidikan nilai di atas diperlukan beberapa metode.
1. Metode langsung dimulai dengan mengidentifikasi perilaku yang dianggap baik untuk menyebarkan berbagai ajaran.
2. Metode tidak langsung tidak dimulai dengan pendefinisian perilaku
diinginkan, namun ciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya perilaku tersebut
Hal-hal baik bisa dilakukan.
NPM : 2213053255
Kelas : 3H
Analisis Jurnal 1
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
Penulis : Sudiati
Nomor Jurnal : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
Jurnal tersebut membahas tentang isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara tersebut dapat dijadikan acuan mengenai karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda. Indonesia merupakan negara Pancasila yang mayoritas Islam, India merupakan negara federal yang tetap mempertahankan nilai-nilai agama sebagai nilai universal. Malaysia merupakan representasi negara yang memiliki bangsa mayoritas Islam sebagaimana negara Indonesia, sedangkan Cina merupakan perwakilan negara sosialis komunis.
1. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendidikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas. Di sisi lain juga adanya pandangan yang terlalu simplistik mengenai pendidikan nilai sebagai wahana penyadaran nilai-nilai yang sektariansubjetif dan belum banyak menyentuh nilai universal-objektif.
2. India
Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara
khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal.
3. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti
program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler.
4. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun demikian, dalam perkembangannya, pendidikan nilai dihadapkan pada beberapa tantangan berikut. Harapan masyarakat dan orang tua siswa akan
kemampuan akademik diandalkan dapat memacu konsentrasi peningkatan akademik yang kemudian berakibat tergesernya pengembangan sentimental, perasaan, dan moralitas. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
1.Teori Perkembangan Moral
Dewasa ini, psikolog dan sosiolog banyak membahas nilai-nilai moral dalam kaitannya dengan perkembangan dan pendidikan anak. Pembahasan itu bertolak dari anggapan bahwa tidak ada prinsip moral yang universal (kecuali moral agama) dan tetap atau tidak berubah-ubah. Pada dasarnya setiap pribadi memperoleh nilainya sendiri dari kebudayaan eksternal. Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh anggota masyarakat tertentu sebagai yang salah atau benar.
2.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya dengan empat gambaran kepribadian. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan pertumbuhan dan perkembangan. Kedua, pribadi yang terintegrasikan memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Ketiga, pribadi yang terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan orang lain. Keempat, pribadi yang terintegrasikan menggambarkan suatu kebulatan kesadaran.
3. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi pendekatan (i) inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan sosial yang kondusif.
4.Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung mulai dengan penentuan perilaku yang dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Caranya dengan memusatkan perhatian secara langsung pada ajaran melalui mendiskusikan, mengilustrasikan, menghafalkan, dan mengucapkannya. Metode tidak langsung tidak dimulai dengan menentukan perilaku yang diinginkan, tetapi dengan menciptakan situasi yang memungkinkan perilaku yang baik dapat dipraktikkan. Keseluruhan pengalaman di sekolah dimanfaatkan untuk mengembangkan perilaku yang baik.
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia. Pendidikan nilai moral merupakan alternatif pemecahan masalah yang bersifat lokal, regional, nasional, dan internasional.
NPM : 2253053050
Kelas : 3H
Analisis jurnal
Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL
-Pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Berbagai Negara
Isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina. Empat negara itu dapat mewakili karakteristik bangsa dengan latar belakang ideologi yang berbeda.
A. Indonesia
Pendidikan nilai di Indonesia disadari atau tidak masih belum banyak
menyentuh pemberdayaan dan pencerahan kesadaran dalam perspektif global. Persoalan pembenahan pendikan masih terpaku pada kurikulum nasional dan lokal yang belum pernah tuntas.
B. India
Dalam pendidikan nasional India, pendidikan nilai dikembangkan sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran nilai ilmiah, sosial, dan kewarganegaraan yang tidak secara khusus dikembangkan melalui satu sudut pandangan agama. Ini tidak berarti mengabaikan pentingnya pendidikan agama sebagai kekuatan dalam membangun karakter bangsa, melainkan untuk menempatkan pendidikan nilai dalam konteks pemahaman nilai agama yang universal
C. Malaysia
Pendidikan nilai dilakukan di sekolah dasar dan pengembangannya dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung pendidikan nilai diajarkan melalui pendidikan moral dan mata pelajaran agama, sedangkan pendidikan nilai yang tidak secara langsung dikembangkan melalui sejumlah mata pelajaran lainnya, seperti program pendidikan kewarganegaraan dan melalui kegiatan kokurikuler. sistem pendidikan di Malaysia masih dihadapkan pada beberapa kendala. Di antaranya :
a. Nilai masih banyak diajarkan melalui pendekatan pembelajaran yang preskriptif, sehingga kurang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih dan menentukan nilai
b. Alat evaluasi yang sesuai dengan kebutuhan, khususnya untuk mengembangkan teknik-teknik pengamatan perilaku, belum terjabarkan dengan jelas
c. Cara-cara pencatatan dan pelaporan pembelajaran nilai masih belum dilakukan secara konsisten oleh guru
d. Pandangan guru,orang tua, dan masyarakat masih menempatkan kognisi sebagai aspek yang lebih penting daripada aspek afeks
D. Cina
Dalam tradisi Cina, pendidikan memiliki hubungan erat dengan kewajiban moral. Tradisi ini menempatkan pendidikan nilai sebagai bagian penting dalam percaturan pendidikan. Walaupun sekolah memilki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan kepribadian siswa, hal itu kurang didukung oleh kerjasama yang erat antara sekolah, keluarga, dan masyarakat. Banyak guru yang kurang memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan nilai.
Untuk mengatasi berbagai persoalan di atas, pemerintah Cina mengambil beberapa kebijakan berikut.
1. Pendidikan moral dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan diajarkan sekali dalam seminggu.
2. Sejumlah peraturan telah disusun dan disebarluaskan untuk menjamin terjadinya pembentukan kebiasaan, sikap, dan cara hidup siswa yang diharapkan. Ujudnya tata tertib perilaku anak usia sekolah dasar, dan tata tertib anak usia sekolah menengah.
3. Untuk memobilisasi dukungan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan moral di sekolah, pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan resmi akan pentingnya pengembangan moral dan afeksi anak usia sekolah dasar.
4. Dengan kebijakan resmi pemerintah, sekolah didorong untuk memperbarui dan memodifikasi tujuan pendidikannya.
5. Guru didorong untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang mampu mengangkat pengalaman kehidupan sehari-hari.
2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a. Teori Perkembangan Moral
Kohlberg mengindentifikasi enam tahap tingkat pertimbangan moral yaitu
1. Orientasi hukuman atau kepatuhan
2. Orientasi instrumental-relatif
3. Orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik
4. Orientasi hukum dan ketertiban
5. Orientasi kontrak sosial legalitas
6. Orientasi prinsip kewajiban
b. Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral merupakan tuntutan dan sekaligus kebutuhan pada tatanan global bagi umat manusia sebagai pengejawantahan hidup bersama, berbangsa, dan bernegara dalam hubungannya dengan tatanan global yang diwarnai dengan berbagai permasalahan yang bersifat luas, kompleks, dan mendunia.
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan dapat dipilih sesuai dengan banyaknya nilai yang dipilih untuk ditanamkan dan dikembangkan.
Demikian pula, banyak sumber pengembangan nilai-nilai dan banyak
pula faktor lain yang membatasinya.
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan metode dogmatis, metode deduktif, metode induktif, atau metode reflektif (Muhadjir, 1988:161).