Forum Analisis Jurnal-2

Forum Analisis Jurnal-2

Forum Analisis Jurnal-2

Number of replies: 35

Lampirkan analisis anda mengenai jurnal diatas, dengan menyertakan identitas diri seperti nama dan NPM. 

In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Chindy Alviona 2213053093 གིས-
Nama: Chindy Alviona
NPM: 2213053093
Kelas: 3G
Prodi: PGSD

Analisis Jurnal

1. Judul
Dalam jurnal tersebut menjelaskan tentang materi yang berjudul "MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA
DI KALANGAN REMAJA"

2. Penulis
Jurnal tersebut di tulis oleh H. Wanto Rivaie

3. Korespondensi
Pada bagian ini tidak terdapat nama email, tetapi tetdapat neme penulis, nama lembaga pendidikan, dan progam studi penulis.
H. Wanto Rivaie
(Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)

4. Abstrak
Pada bagian abstrak ini, Dalam suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia.

5. Kata Kunci
Pada jurnal ini sudah terdapat kata kunci yaitu: Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia.

6. Pendahuluan
Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan manakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita, masyarakat dan bangsa Indonesia ini, agar kelak tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas 2003 dapat tercapai dengan baik tanpa upaya tersebut maka pembinanaan generasi muda yang bertanggung jawab dan akhlaq mulia hanya sebagai buah bibir dan isapan jempol belaka.
A. Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa
Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah.
pentingnya peran penting keluarga dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa. Di dalam keluarga mulai ditanamkan nilai-nilai keimanan, nilai-nilai, dan etika pergaulan.

B. Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern
Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram,direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007, 184-185). Menurut Nursid Sumaatmadja (2005, 117-119) untuk membangun jatidiri perlu diawali dengan upaya perenungan yang sangat mendalam untuk menemukan jatidiri yang didasari oleh Sila Ketuhanan YME, yang tercantum dalam alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945. Diperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru,Dosen, Tokoh Masayarakat Formal/Non Formal) Dalam hal pendidik dalam arti luas kaitannya dengan pembentukan jatidiri yang terlihat pada penampilan kepribadian seseorang, Nursid S. (2008, 31-33) menjelaskan bahwa sepanjang hidupnya manusia dipengaruhi oleh pendidik dalam arti luas ini (orang tua, guru, dan tokoh masyarakat). Pendapat
yang lain yaitu Tokoh pendidikan Nasional menyatakan ada tiga pusat lingkungan pendidikan/tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Di lembaga pendidikan formal dan non formal (masyarakat), pendidik yang bertugas membentuk nilai moral untuk membangun jatidiri generasi muda adalah guru dan tokoh masyarakat (Uyoh Sadulloh dkk, 6-12), dilakukan dengan upaya mendidik, mengajar dan melatih.

C. Penciptaan Suasana Yang Kondusif Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab
Komunikatif dimaksudkan sebagai ..., sama makna” (Sofyan S., 2008, 55). Menciptakan suasana pendidikan yang kondusip dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil. Hal ini dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Komunikasi menunjukan kebersamaan, pertemanan,
dan keadilan, berbagi dengan yang lain.Suasana pendidikan yang kondusif perlu didasari komunikasi yang penuh nilai seperti yang dinyatakan oleh Berry dalam Sofyan Sauri (2008, 58). Kebersamaan dimaknai sebagai upaya manusia untuk menjadi manusia yang sebenarnya. Sebagai wujud makhluk Sosial (Nursid Sumaatmadja, 2005, 31).

D. Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis
Inti dari cita-cita pluralisme, tidak bisa lepas dari bingkai keluargaan, adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan ditegakkannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktifitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia. Bangunan Indonesia Baru dari hasil reformasi atau perombakan tatanan kehidupan Orde Baru adalah sebuah “masyarakat multikultural Indonesia” dari puing-puing tatanan kehidupan Orde Baru yang bercorak “masyarakat majemuk” (pluralsociety) sehingga corak masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika bukan lagi keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaannya tetapi keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia.

E. Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia
Ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).Secara garis besar terdapat dua aspek:
1. Aspek Biologis
2. Aspek Sosiopsikologis
3. Motif Sosiogenesis
Motif Sosiogenesis disebut juga dengan motif sekunder sebagai lawan motif perimer (motif biologis).
4. Konsepsi Manusia Dalam Psikoanalisis
Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis adalah orang yang pertama berusaha merumuskan psikologis manusia. Ia memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia.
5. Teori Behaviorisme
Teori Behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.

F. Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jatidiri Berwawasan Nasional
Jatidiri menurut Prof. Nursid. S., (2005, 151) jatidiri berarti jadilah diri sendiri yang berakhlakul karimah, beretos kerja tinggi dan cerdas menghadapi kehidupan hari ini, mendatang mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat baik lokal, nasional, regional dan dunia. Upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sejak usia dini, yang dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan yang lebih luas/kelompok sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal.

7. Penutup
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
In reply to Chindy Alviona 2213053093

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Natasya Bunga Nitara 2213053012 གིས-
Nama : Natasya Bunga Nitara
Npm : 2213053012
Analisis Jurnal

A. IDENTITAS JURNAL
Judul Jurnal : Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Di Kalangan Remaja
Tahun Terbit : 2010
Penulis : H. Wanto Rivaie
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humoniora
Kata Kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia

B. ABSTRAK
Nilai Moral pancasila adalah suatu pedoman bagi masyarakat untuk bertindak hidup sebagaimana telah diatur dalam pancasila atau ideologi Indonesia, dengan kata lain moral pancasila adalah sikap bermasyarakat yang baik dimana harus dilakukan oleh masyarakat. Pendidikan Moral Pancasila merupakan pendidikan yang berupaya untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

C. PENDAHULUAN
Kasih sayang merupakan sifat luhur Tuhan YME. Secara ideal, sifat tersebut seyogyanya melekat pada diri manusia sebagai ciptaan-Nya. Atas dasar asumsi itu, muncul persoalan, bahwa dalam suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah. Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan manakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita.

D. PEMBAHASAN
Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. Nilai-nilai hubungan antar manusia seyogyanya seperti tersebut pada soal ini, dan untuk menjawabnya, terkait dengan kedudukan manusia sebagai makhluk Sosial, dan sekaligus sebagai makhluk individual.

-Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa
Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. pentingnya peran penting keluarga dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa. Di dalam keluarga mulai ditanamkan nilai-nilai keimanan, nilai-nilai, dan etika pergaulan.

-Pendidikan Generasi Muda Yang
Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram,direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern.

-Penciptaan Suasana Yang Kondusif
Menciptakan suasana pendidikan yang kondusip dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil. Hal ini dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Komunikasi menunjukan kebersamaan, pertemanan, dan keadilan, berbagi dengan yang lain.Suasana pendidikan yang kondusif perlu didasari komunikasi yang penuh
nilai.

-Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis Inti dari cita-cita pluralisme, tidak bisa lepas dari bingkai keluargaan, adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan ditegakkannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktifitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.

-Faktor-Faktor Personal Yang
Mempengaruhi Tindakan Manusia Ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).

-Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jatidiri Berwawasan Nasional
Jatidiri menurut Prof. Nursid. S., (2005, 151) jatidiri berarti jadilah diri sendiri yang berakhlakul karimah, beretos kerja tinggi dan cerdas menghadapi kehidupan hari ini, mendatang mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat baik lokal, nasional, regional dan dunia. Upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sejak usia dini, yang dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan yang lebih luas/kelompok sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal.

E. PENUTUP
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Widia Nata Saputri 2213053057 གིས-
Nama: Widia Nata Saputri
NPM: 2213053057
Kelas: 3G
Prodi: PGSD

IDENTITAS JURNAL
Nama jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora
Tahun terbit : April, 2010
Judul jurnal : MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Penulis Jurnal : H. Wanto Rivaie
Kata kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia.

Hasil dan Pembahasan
Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan apabila sejak dini sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita, masyarakat dan bangsa Indonesia ini, agar kelak tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas 2003 dapat tercapai dengan baik.
1) Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa
Akan lebih mudah diwujudkan manakala di antara anggota masyarakat, kelompok masyarakat dan bangsa Indonesia dilandasi nilai moral Pancasila yang sesungguhnya, dimana sila Pertama adalah Ketuhanan Yang maha Esa, dan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, dapat dipraktekan dalam interaksi sosial sehari-hari, baik terjadi di lingkungan keluarga(Pendidikan Informal, lingkungan Sekolah (Pendidikan Formal), dan Pendidikan Kemasyarakatan (Pendidikan non Formal). Ketiga lingkungan pendidikan tersebut perlu didasari interaksi sosial yang saling menghargai, saling percaya dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang sejahtera.
Realitas masyarakat Indonesia saat ini, hubungan antar manusi yang yang ada belum berjalan optimal, sangat memprihatinkan. Masalah bangsa ini memerlukan uluran tangan dan pikiran seluruh lapisan masyarakat bangsa Indonesia ini, bukan hanya golongan kecil saja. Pola pembinaan yang sistematis dan terarah dalam membangun interaksi sosial antar warga bangsa yang baik tersebut seyogyanya dibangun melalui lembaga pendidikan formal (SD, SMP, SLA, dan Perguruan Tinggi), dengan tidak mengesampingkan berbagai unsur keluarga, dan masyarakat, perlu bantu membantu dan bahu-membahu membangun bangsa ini.

2) Pendidikan Generasi Muda yang Memiliki Jati Diri Indonesia Berkadar Modern
Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram,direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern. Namun demikian sesederhana apapun pembentukan jati diri generasi mudatidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan. Untuk membangun jatidiri perlu diawali dengan upaya perenungan yang sangat mendalam untuk menemukan jatidiri yang didasari oleh Sila Ketuhanan YME, yang tercantum dalam alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945. Cara yang lain dapat dilakukan melalui refleksi diri jika kita bandingkan dengan makhluk hidup dan tak hidup.

3) Diperlukan Pendidik dalam Arti Seluas-luasnya
Terdapat tiga pusat lingkungan pendidikan/tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Di keluarga kegiatan pendidikan dilakukan oleh orang tua, di sekolah oleh guru-guru, di masyarakat oleh tokoh-tokoh masyarakat atau para instruktur.
Keluarga sebagai primary group tempat pembentukan kepribadian yang sangat penting. Di sekolah yang bertindak sebagai pendidik adalah guru-guru, yang bertugas mengembangkan potensi anak secara berkelanjutan dari tahun ke tahun dengan berbagai materi pelajaran yang sudah dirancang dalam kurikulum yang berlaku. Di lembaga pendidikan formal dan non formal (masyarakat), pendidik yang bertugas membentuk nilai moral untuk membangun jatidiri generasi muda adalah guru dan tokoh masyarakat dilakukan dengan upaya mendidik, mengajar dan melatih.

4) Penciptaan Suasana Yang Kondusif Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab
Suasana pendidikan yang kondusif perlu didasari komunikasi yang penuh nilai. Kebersamaan dimaknai sebagai upaya manusia untuk menjadi manusia yang sebenarnya. Sebagai wujud makhluk Sosial, Manusia adalah individu yang tak berdaya dan perlu bantuan orang lain, yaitu melalui pendidikan dalam arti luas maupun sempit.

5) Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis
Dengan landasan pendidikan agama yang dilakukan di keluarga, sekolah dan masyarakat dengan sebaik-baiknya, maka akan terbangun kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai moral yang termaktub dalam pancasila, dimana sila yang pertama adalah Sila Ketuhanan YME, yang menjadi dasar sila-sila yang lain. Hal ini dimaknai sebagai upaya membangun peserta didik dan warga bangsa yang selalu menjunjung tinggi, dan menerapkan dalam hidup sehari-hari pola perilaku yang sesuai dengan agama yang dianutnya, karena sebagai bangsa yang beragama tidak ada satupun ajaran agama yang menganjurkan kejahatan, kecuali ajaran agama tersebut dibelokkan oleh akal manusia untuk kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, dan bukan untuk kesejahteraan umat manusia.
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistis adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan.

6) Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia
McDougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu. Perspektif yang berpusat pada personal mempertanyakan faktor-faktor internal, apakah baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua aspek:
A. Aspek Biologis, terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis.
B. Aspek Sosiopsikologis, terdapat tiga komponen berupa komponen afektif, kognitif, dan koaktif.

Penutup
Pembentukan nilai moral sosial
budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah
secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Afanin Yuli Safitri 2213053020 གིས-
Nama: Afanin Yuli Safitri
NPM: 2213053020
ANALISIS JURNAL 2

Judul Jurnal: MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Penulis: H. Wanto Rivaie

Saat ini banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia. Menjadi sesuatu yang langka. Kelangkaan sentuhan orang tua tersebut kini menggejala dengan munculnya berbagai kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan penggunaan obat terlarang narkoba dan semacamnya, merupakan pelarian dari suasana mental remaja yang bersifat terminal. Untuk itu upaya pendidikan perlu perlakuan yang menitik beratkan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.

Untuk membangun jati diri perlu diawali dengan upaya perenungan yang mendalam untuk menemukan jatidiri yang didasari oleh Sila Ketuhanan YME, yang terdapat dalam alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi: "Jati diri seseorang akan terbangun manakala seseorang dapat membedakan dirinya dengan makhluk lain, khususnya manusia lainnya yang ada diluar dirinya dan menyadari tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya selaku manusia." Cara lain dapat dilakukan melalui refleksi diri jika kita bandingkan dengan makhluk hidup dan tak hidup.
Dalam hidupnya manusia dipengaruhi oleh pendidik dalam yaitu orang tua, guru, dan tokoh masyarakat. Perlunya komunikasi yaitu menunjukan kebersamaan, pertemanan, dan keadilan, berbagi dengan yang lain. Manusia adalah individu yang tak berdaya dan perlu bantuan orang lain, yaitu melalui pendidikan dalam arti luas maupun sempit, ketidakberdayaannya memerlukan bantuan orang lain.

Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistis adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Upaya membangun masa depan bangsa Indonesia di atas pondasi multikultural hanya mungkin dapat terwujud bila konsep multikulturalisme menyebar luas dan dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia, serta adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya. Kedua, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini. Faktor-Faktor Personal yang Mempengaruhi Tindakan Manusia ada aspek Biologis, perilaku sosial sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah secara genetis dalam jiwa manusia. Dan aspek Sosiopsikologis, terdapat tiga komponen yaitu Komponen Afektif, Kognitif, dan Koaktif. Perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai- nilai agama yang suci, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Wike Oktaviana 2213053194 གིས-
Nama : Wike Oktaviana
NPM : 2213053194
Kelas : 3G

Analisis jurnal berjudul "MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA"
Oleh:
H. Wanto Rivaie

Pada suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang guna menjadi generasi mendatang yang
bertanggung jawab dan berakhlaq mulia. Tanggung jawab serta akhlaq mulia akanlah terwujud ketika, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita, Menjadi sesuatu yang langka. Kelangkaan sentuhan orang tua tersebut kini menggejala dengan munculnya berbagai kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan penggunaan obat terlarang narkoba dan semacamnya, merupakan pelarian dari suasana mental remaja yang bersifat terminal. Untuk itu
upaya pendidikan perlu perlakuan yang menitik beratkan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.

Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. Di dalam keluarga mulai ditanamkan nilai-nilai keimanan, nilai-nilai, dan etika pergaulan. Sebelum Sekolah Dasar bagi yang tergolong keluarga mampu dan modern anaknya dititipkan ke preschool (play group dan TK). Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Dalam hal pendidik dalam arti luas kaitannya dengan pembentukan jatidiri yang terlihat pada penampilan kepribadian seseorang, Nursid S. (2008, 31-33) menjelaskan bahwa sepanjang hidupnya manusia dipengaruhi oleh pendidik dalam arti luas ini (orang tua, guru, dan tokoh masyarakat). Pendidikan moral di Indonesia dasar pijaknya adalah bahwa manusia ialah insan Illahi, sementara di Barat dasarnya paham liberal yang
mengagungkan hak dan kebebasan individu, Sementara di Indonesia pengajaran berlaku sarat nilai dan moral dimanapun kita berqada moral (Kosasih Djahiri, 1996, 31-36).

Komunikatif dimaksudkan
sebagai ..., sama makna” (Sofyan S.,
2008, 55). Menciptakan suasana
pendidikan yang kondusip
dimaksudkan, bahwa perlu dibangun
interaksi timbal balik dua arah yang
akan melahirkan masukan dan hasil. Dalam proses memberikan atau meminta bantuan perlu dibangun komunikasi dua arah, komunikasi yang setara, kesederatan, agar kedua pihak memiliki harga diri yang layak sebagai insan kamil. Dengan landasan pendidikan agama yang dilakukan di keluarga, sekolah dan masyarakat dengan sebaik-baiknya, maka akan terbangun kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai moral yang termaktub dalam pancasila, dimana sila yang pertama adalah Sila Ketuhanan YME, yang menjadi dasar sila-sila yang lain. Ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental). Secara garis besar terdapat dua aspek yakni aspek Biologi dan aspek Sosiopsikologis.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

LATIFA NURMALA 2213053166 གིས-
Nama : Latifa Nurmala
Npm : 2213053166
Kelas : 3G

Analisis Jurnal II

1. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Di Kalangan Remaja
Tahun Terbit : 2010
Penulis : H. Wanto Rivaie
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humoniora
Kata Kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia

2. Abstrak
Pada bagian abstrak ini, dalam suasana kehidupan dewasa yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia.

3. Pendahuluan
Kasih sayang merupakan sifat luhur Tuhan YME. Secara ideal, sifat tersebut seyogyanya melekat pada diri manusia sebagai ciptaan-Nya. Atas dasar asumsi itu, muncul persoalan, bahwa dalam suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah. Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan manakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita.

4. Pembahasan
Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. Nilai-nilai hubungan antar manusia seyogyanya seperti tersebut pada soal ini, dan untuk menjawabnya, terkait dengan kedudukan manusia sebagai makhluk Sosial, dan sekaligus sebagai makhluk individual.

a). Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa

Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. pentingnya peran penting keluarga dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa. Di dalam keluarga mulai ditanamkan nilai-nilai keimanan, nilai-nilai, dan etika pergaulan.

b). Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern

Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram,direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern.

c). Penciptaan Suasana Yang Kondusif, Aktif, Efektif, Komunikatif, Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab

Menciptakan suasana pendidikan yang kondusif dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil. Hal ini dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Komunikasi menunjukan kebersamaan, pertemanan, dan keadilan, berbagi dengan yang lain. Suasana pendidikan yang kondusif perlu didasari komunikasi yang penuh
nilai.

d). Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis

Inti dari cita-cita pluralisme, tidak bisa lepas dari bingkai keluargaan, adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan ditegakkannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktifitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.

e). Faktor-Faktor Personal Yang
Mempengaruhi Tindakan Manusia

Ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).

F). Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jatidiri Berwawasan Nasional
Jatidiri menurut Prof. Nursid. S., (2005, 151) jatidiri berarti jadilah diri sendiri yang berakhlakul karimah, beretos kerja tinggi dan cerdas menghadapi kehidupan hari ini, mendatang mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat baik lokal, nasional, regional dan dunia. Upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sejak usia dini, yang dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan yang lebih luas/kelompok sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal.

5. Penutup
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

RILIAN TSABITHA SURI 2213053141 གིས-
Nama: Rilian Tsabitha Suri
NPM: 2213053141
Kelas: 3G

Identitas Jurnal:
Judul Jurnal: MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Nama Jurnal: Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora
Tahun Terbit: 2010
Volume: 1
Nomor: 1
Halaman: 90-105
Nama Penulis: H. Wanto Rivaie
Kata Kunci: Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia.

Abstrak:
Dalam suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia menjadi sesuatu yang langka.

Isi:
Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan manakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita, masyarakat dan bangsa Indonesia ini, agar kelak tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas 2003 dapat tercapai.
1) Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa
Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera. Hal ini dapat diwujudkan manakala di antara anggota masyarakat, kelompok masyarakat dan bangsa Indonesia
dilandasi nilai moral Pancasila yang sesungguhnya, dapat dipraktekan dalam interaksi sosial sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
2) Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern
Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik, dan
sistematis/modern. Namun sesederhana apapun pembentukan jati diri generasi muda
tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan.
3) Diperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru, Dosen, Tokoh Masayarakat Formal/Non Formal)
Pendidikan dalam arti luas sangat berperan dalam upaya memanusiakan manusia yang
memiliki jatidiri yang khas dari seorang individu. Keluarga sebagai primary group tempat pembentukan kepribadian yang sangat penting. Di sekolah yang bertindak sebagai pendidik adalah guru-guru, dan di masyarakat yang membentuk nilai moral adalah tokoh masyarakat
4) Penciptaan Suasana Yang Kondusif Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab
Menciptakan suasana pendidikan yang kondusif dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil. Hal ini dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai.
5) Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis
Dengan landasan pendidikan agama yang dilakukan di keluarga, sekolah dan masyarakat dengan sebaik-baiknya, maka akan terbangun kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai moral yang termaktub dalam pancasila. Hal ini dimaknai sebagai upaya membangun peserta
didik dan warga bangsa yang selalu menjunjung tinggi, dan menerapkan dalam hidup sehari-hari pola perilaku yang sesuai dengan agama yang dianutnya, karena sebagai bangsa yang beragama tidak ada satupun ajaran agama yang menganjurkan kejahatan, kecuali ajaran agama tersebut dibelokkan oleh akal manusia untuk kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, dan bukan untuk kesejahteraan umat manusia.
6) Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia
Ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).

Penutup:
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Mutiara Deva Gusti 2213053135 གིས-
Nama: Mutiara Deva Gusti
NPM: 2213053135
Kelas : 2G


Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora
Nomor : 1
Halaman : 89-100
Tahun Terbit : 2010
Judul Jurnal : Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia di Kalangan Remaja
Nama Penulis : H. Wanto Rivaie

Pembahasan

Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. Nilai-nilai hubungan antar manusia seyogyanya seperti tersebut pada soal ini, dan untuk menjawabnya, terkait dengan kedudukan manusia sebagai makhluk Sosial, dan makhluk sekaligus sebagai individual seperti yang dinyatakan Prof. Dr. H. Nursid S. dalam bukunya (2008, 31-44) bahwa manusia baru dapat dikatakan manusia yang sebenarnya, bila ada di dalam masyarakat. Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007, 184-185). Namun demikian sesederhana apapun pembentukan jati diri generasi muda tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan. Diperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru, Dosen, Tokoh Masayarakat Formal/Non Formal) Dalam hal pendidik dalam arti luas kaitannya dengan pembentukan jatidiri yang terlihat pada penampilan kepribadian seseorang, Nursid S. (2008, 31-33) menjelaskan bahwa sepanjang hidupnya manusia dipengaruhi oleh pendidik dalam arti luas ini (orang tua, guru, dan tokoh masyarakat). Hal ini sejalan dengan pemikiran Krech, Kruchfield dan ballachey (1975, 308, dalam Nursid S. 35). bahwa from birth to death man live out his life as a member of a society is to be under constant, all pervasive social influence". Penciptaan Suasana Yang Kondusif Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab Komunikatif dimaksudkan sebagai sama makna" (Sofyan S., 2008, 55). Menciptakan pendidikan yang suasana kondusip dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil. Hal ini dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai Berry mengatakan bahwa communication is talk together, confer, discourse, and consult with another"
Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis Agama adalah risalah Tuhan yang disampikan melalui para nabi Risalah itu berisi hukum-hukum sempurna untuk digunakan manusia, dalam menjalani kehidupan dan untuk mengatur hubungan antara sesama. hubungan dalam alam semesta, dan hubungan dengan Allah SWT (Sofyan S 2008, 42-48. Nursid S. 2005, 127- 132) Hal ini kemudian yang akan dipertanggungjawabkan oleh manusia kepada Allah Sang Pencipta kepada diri sendiri dan kepada masyarakat. Faktor-Faktor Personal yang Mempengaruhi Tindakan Manusia Ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor- faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor- faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

AULIA MAHARANI PUTRI 2213053010 གིས-
Nama : Aulia Maharani Putri
Npm : 2213053010
Kelas : 3G

Analisis Jurnal 2

A. Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora
Vol/No : Vol. 1 / No. 1
Tahun : 1 April 2010
Judul jurnal : MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA
DI KALANGAN REMAJA
Penulis: H. Wanto Rivaie
(Pendidikan Sosiologi, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak)


B. Abstrak jurnal
Uraian abstrak : Tantangan dan masalah merupakan kondisi yang di mana orang tua berupaya untuk membina anaknya dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi yang mendatang, bertanggung jawab, serta berakhlak mulia. Tidak adanya peranan dan tidak adanya perhatian orang tua untuk membina anaknya ini menjadi salah satu penyebab kenakalan remaja, tawuran pelajar serta penggunaan obat terlarang narkoba dan semacamnya itu adalah pelarian dari suasana mental yang bersifat terminal. oleh sebab itu upaya pendidikan perlu perlakuan yang mengutamakan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.
Kata kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia

C. Pendahuluan jurnal
Tanggung jawab serta akhlak mulia akan diwujudkan bilamana ditanamkan sejak dini kepada generasi muda nilai keimanan serta kegiatan ibadah dan muamalah yang terus dilakukan disertai dengan keteladanan orang tua dan para pemimpin masyarakat yang ada di sekitar lingkungan kita, masyarakat serta bangsa ini supaya tujuan pendidikan kelak yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas 2003 dapat tercapai dengan baik tanpa upaya itu maka pembinaan pada generasi muda yang bertanggung jawab serta berakhlak mulia hanya sebagai omongan belaka.


D. Pembahasan
1. Membangun hubungan interpersonal antar bangsa.
Hubungan antara nilai dan manusia perlu dibangun berdasarkan saling menghargai saling percaya dalam menciptakan kehidupan yang sejahtera. Di dalam keluarga mulai ditanamkan nilai keimanan serta etika pergaulan. sebelum sekolah dasar bagi yang tergolong keluarga mampu dan modern anaknya dititipkan ke playgroup dan TK. setelah anak memasuki usia 7 sampai dengan 18 tahun, tanggung jawab keluarga tetap ada, akan tetapi untuk pengembangan potensi akademik akademik mendapat bantuan dari sekolah. dan kemudian berlanjut sampai perguruan tinggi bagi mereka yang mampu. sebenarnya hubungan sosial yang saling menghargai, saling percaya, dalam membangun masyarakat bangsa yang sejahtera harus sudah dimulai dengan baik. kelompok masyarakat serta bangsa Indonesia yang dilandasi nilai moral Pancasila yang sesungguhnya di mana sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dan Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan kemasyarakatan. Ketiga lingkungan itu perlu didasari interaksi sosial yang saling menghargai, saling percaya untuk mewujudkan kehidupan berbangsa yang sejahtera.

2. pendidikan generasi muda yang memiliki jati diri Indonesia yang berkadar modern.
Melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman pembinaan generasi muda, intinya untuk membina kepribadian sebagai upaya dalam membentuk jati diri para remaja yang tidak bisa lepas dari filsafat hidup dan pandangan hidup seseorang masyarakat. Jati diri remaja dapat dibentuk dengan tradisi kehidupan masyarakat atau dengan cara oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik dan sistematis atau modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007,184-185). akan tetapi sesederhana apapun bentuk jati diri pada generasi muda tidak bisa dilepas dari peranan pendidikan.

3. Diperlukan pendidikan dalam arti seluas-luasnya (orang tua, guru, dosen, tokoh masyarakat formal/non formal)
Dalam hal pendidikan dalam arti luas kaitannya dengan pembentukan jati diri yang terlihat pada penampilan kepribadian seseorang. Terdapat tiga pusat lingkungan pendidikan menurut pendapat dari Tokoh Pendidikan Nasional yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Di dalam keluarga kegiatan pendidikan dapat dilakukan oleh kedua orang tuanya sedangkan di sekolah dapat dilakukan oleh guruny, dan di masyarakat dapat dilakukan oleh tokoh masyarakat atau para instruktur. di dalam lembaga pendidikan formal dan non formal pendidikan yang bertugas untuk membentuk nilai moral dalam membangun jati diri pada generasi muda yaitu guru serta tokoh masyarakat (Uyoh Sadullah dkk, 6-12), dilakukan dengan cara upaya mendidih, mengajar serta melatih. muatan dari mendidik tidak hanya dari pengetahuannya saja akan tetapi juga dari nilai moral Pancasila sementara itu dalam kegiatan mengajar tekanan lebih pada aspek kognitif (transfer of knowledge).

4. Penciptaan suasana yang kondusif, aktif, efektif, komunikatif penuh nilai kreatif dan bertanggung jawab
dalam proses memberikan bantuan perlu dibangun komunikasi dua arah, komunikasi yang setara, kesederatan, supaya kedua belah pihak mempunyai harga diri yang lain sebagai insan Kamil. hal yang dimaksud yaitu bahwasannya ketika komunikasi berlangsung kemudian pada saat proses hubungan sosial terjadi yang terlihat ternyata adanya ketidakseimbangan yang menonjol dari kedua belah pihak. Keadilan komunikasi yang berdasar keadilan merupakan komunikasi yang saling menguntungkan satu sama lain sama-sama senang, serta sejahtera tidak ada yang dirugikan salah satu pihaknya. dengan cara prinsip keadilan ini akan dapat terbangun peserta didik yang mempunyai nilai moral yang tinggi, tidak senang tawuran berpikir positif, serta potensi yang dimiliki akan berkembang dengan optimal.

5. peranan strategis pendidikan agama dalam pembentukan perilaku peserta didik dalam kondisi masyarakat yang pluralis
Agama merupakan risalah Tuhan yang disampaikan melalui para nabi. risalah itu berisikan hukum-hukum sempurna yang digunakan oleh manusia untuk menjalani kehidupan serta mengatur hubungan antar sesama, hubungan dalam alam semesta serta hubungan dengan ALLAH SWT Sofyan S., 2008, 42-48; Nursid S., 2005, 127-132). dengan landasan pendidikan agama yang dilakukan di keluarga sekolah serta masyarakat dengan baik maka akan terbangun kepribadian peserta didik yang mempunyai nilai moral yang terdapat dalam Pancasila.
inti dari cita-cita pluralisme tidak terlepas dari bingkai keluarga, merupakan sebuah masyarakat sipil yang demokratis adanya dan ditegakkannya hukum dalam supremasi keadilan pemerintahan yang bersih dari KKN yang diwujudkan dengan keteraturan sosial serta rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktivitas masyarakat serta kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia. Tumpuan utama terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistis yaitu multikulturalisme merupakan sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individu maupun secara kebudayaan.

6. faktor-faktor personal yang mempengaruhi tindakan manusia.
7. terdapat dua macam pendekatan dalam pembentukan perilaku manusia, yaitu menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial, istilah lainnya adalah faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal) dan faktor yang berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental)


E. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas yaitu pembentukan nilai moral sosial budaya di Indonesia terutamanya pada kalangan remaja adalah tanggung jawab dari orang tua masyarakat serta pemerintah. Dalam kehidupan nyata pada saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal sehingga di berbagai lingkungan pendidikan acap kali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral serta norma yang tidak sesuai dalam kondisi sosial budaya masyarakat di Indonesia. seharusnya ketiga lingkungan pendidikan itu perlu meningkatkan kerjasama yang kuat dan saling bahu-membahu untuk bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai agama yang suci sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa Indonesia, serta menjadi bangsa yang cerdas lembut dan terampil sehingga bangsa Indonesia ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai bermoral serta berbudaya.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Annisa Fadillah Quraini 2253053026 གིས-
Nama: Annisa Fadillah Quraini
NPM: 2253053026

IDENTITAS JURNAL 2
Judul Jurnal : Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Di Kalangan Remaja
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humoniora
Penulis : H. Wanto Rivaie
Tahun Terbit : 2010
Volume : 1
No : 1
Kata Kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia

Dalam suasana kehidupan dewasa ini yang penuh dengan tuntutan, tantangan, dan masalah, peran orang tua dalam membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang menjadi hal yang semakin langka. Kelangkaan sentuhan kasih sayang ini, seperti yang diungkapkan dalam jurnal, mengakibatkan munculnya berbagai masalah remaja, seperti kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan penggunaan narkoba.
Maka dari itu dibutuhkan peran orang tua dalam membentuk karakter dan moral remaja. Sentuhan kasih sayang, pendidikan moral, dan perhatian terhadap nilai-nilai sosial dan budaya Indonesia sangat dibutuhkan untuk menghindari pelarian mental remaja. Upaya pendidikan harus menekankan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur, karena hal ini memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa upaya pendidikan perlu lebih berfokus pada aspek afektif (emosional) dan perilaku yang luhur dalam membina generasi muda Indonesia. Orang tua dan pendidik harus bekerja sama dalam memberikan pendidikan yang lebih holistik yang mencakup pengembangan karakter dan etika, serta memastikan bahwa nilai-nilai moral, sosial, dan budaya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari remaja. Hal ini akan berkontribusi pada pembentukan generasi mendatang yang lebih bertanggung jawab, berakhlaq mulia, dan mampu mengatasi tantangan yang dihadapi dalam kehidupan dewasa ini.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

NADIA NUR SAFITRI 2213053275 གིས-
Nama : Nadia Nur Safitri
Npm : 2213053275
Kelas : 3G
Analisis jurnal

Judul Jurnal : Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Di Kalangan Remaja
Tahun Terbit : 2010
Penulis : H. Wanto Rivaie
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humoniora
Kata Kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia

Dalam tulisannya, H. Wanto Rivaie menekankan pentingnya pembinaan nilai moral, sosial, dan budaya di kalangan remaja Indonesia. Beliau menyoroti kelangkaan sentuhan kasih sayang dan perhatian dari orang tua, yang menjadi faktor penyebab munculnya berbagai masalah remaja seperti kenakalan, tawuran, dan penggunaan narkoba. Selanjutnya beliau menekankan perlunya pendidikan yang fokus pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran orang tua dalam membina anak sangatlah penting. Kelangkaan perhatian dan kasih sayang dapat berdampak negatif pada perkembangan remaja, yang kemudian dapat mendorong mereka menuju perilaku negatif seperti kenakalan dan penggunaan narkoba. Oleh karena itu, pendidikan perlu memperhatikan aspek emosional dan perilaku agar generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia.Selain itu, penting untuk menekankan aspek afektif dan perilaku yang positif dalam pendidikan agar remaja dapat tumbuh dan berkembang dengan baik secara moral, sosial, dan budaya.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Rohmah Shela Saputri 2213053112 གིས-
NAMA: ROHMAH SHELA SAPUTRI
NPM: 2213053112

ANALISIS JURNAL
MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA

Identitas Jurnal
Judul : Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Di Kalangan Remaja

Nama Jurnal : jurnal pendidikan Sosiologi dan humaniora
Volume dan Halaman: Vol. 1, No. 1, Halaman 90 - 105
Tahun : 2010
Penulis: H. Wanto Rivaie
Reviewer : Rohmah Shela Saputri
Tanggal Reviewer : 20 September 2023
Kata Kunci: Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia.

Hasil Analisis:
Dalam situasi kehidupan saat ini yang banyak tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia. Menjadi sesuatu yang langka. Kelangkaan sentuhan orang tua tersebut kini menggejala dengan munculnya berbagai kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan penggunaan obat terlarang narkoba dan semacamnya, merupakan pelarian dari suasana mental remaja yang bersifat terminal. Untuk itu upaya pendidikan perlu perlakuan yang menitik beratkan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur. Generasi muda yang memiliki rasa tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan manakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orang tua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita, masyarakat dan bangsa Indonesia ini, agar kelak tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas 2003 dapat tercapai dengan baik. Terdapat pula upaya untuk membina nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan remaja seperti pembinaan kepribadian generasi muda, tanpa upaya tersebut maka pembinanaan generasi muda yang bertanggung jawab dan akhlaq mulia hanya sebagai buah bibir dan isapan jempol belaka.

Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak- anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.

Kesimpulan:
Lingkungan pendidikan perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai- nilai agama yang suci, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Evinna Winda Merita 2213053297 གིས-
Nama : Evinna Winda Merita
NPM : 2213053297
Kelas : 2G
Dari analisis jurnal tersebut bahwasanya untuk menjamin kehidupan yang sejahtera, nilai-nilai hubungan antar manusia dan warga suatu bangsa harus dilandasi oleh rasa saling menghormati dan percaya. Nilai-nilai keimanan, tata nilai dan etika sosial mulai tertanam dalam keluarga. Sebelum sekolah dasar, anak-anak dari keluarga kaya dan modern dikirim ke taman kanak-kanak. Pembinaan generasi muda melalui pendidikan berbeda-beda pada setiap era, hakikatnya terletak pada pengembangan kepribadian, karena pembentukan jati diri remaja selanjutnya tidak lepas dari falsafah hidup atau pandangan hidup tentang kehidupan remaja tersebut. individu, masyarakat atau bangsa dimana mereka tinggal. Ini akan menjadi sesuatu yang langka.Kurangnya kontak orang tua ini menjadi gejala saat ini dengan munculnya berbagai kenakalan remaja, perkelahian pelajar, penggunaan obat-obatan terlarang, dan lain-lain, yang merupakan jalan keluar dari kondisi mental akhir masa remaja. Untuk itu upaya pendidikan memerlukan perlakuan yang menitikberatkan pada aspek emosi dan perilaku luhur.

Acuan utama dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistik adalah multikulturalisme, sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesetaraan individu dan budaya. Upaya membangun masa depan bangsa Indonesia di atas landasan multikultural hanya dapat berhasil jika konsep multikulturalisme dipahami secara luas dan diperhatikan pentingnya bagi bangsa Indonesia serta aspirasi masyarakat Indonesia di tingkat nasional dan daerah. . Adopsi dan jadilah pemimpin kehidupan. Kedua, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan cita-cita tersebut
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Ricca Tri Fadillah 2213053161 གིས-
Nama:Ricca Tri Fadillah
Npm:2213053161

Analisis Jurnal
Judul:Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Di Kalangan Remaja
Penulis:H. Wanto Rivaie
Tahun:2010
Kata kunci: Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia.

Isi jurnal
Nilai-nilai dalam hubungan antar manusia dan warga negara harus dibangun atas dasar rasa saling menghormati dan saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera. Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda-beda dari waktu ke waktu, pada hakikatnya merupakan pengembangan kepribadian, sebagai bagian dari upaya pembentukan jati diri remaja, dimulai dari falsafah hidup atau visi hidup seseorang, masyarakat atau negara tempat mereka tinggal. Acuan utama untuk mencapai masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistik adalah multikulturalisme, khususnya ideologi yang mengakui dan merayakan kesetaraan individu dan perbedaan budaya. Ada dua jenis pendekatan dalam membentuk perilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan pada psikologi. Faktor dan faktor sosial. Atau dengan kata lain faktor yang berasal dari dalam diri individu (faktor personal) dan faktor yang berasal dari luar individu (faktor lingkungan).
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Aura Fitria Ananda 2213053094 གིས-
Nama : Aura Fitria Ananda
NPM : 2213053094
Kelas : 3G

IDENTITAS JURNAL

* Nama jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora
* Tahun terbit : April, 2010
* Volume : 1
* Nomer : 1
* Judul jurnal : MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
* Penulis Jurnal : H.Wanto Rivaie
* Kata kunci : Nilai Budaya, Sosial Budaya, Indonesia

ISI JURNAL

Kasih sayang merupakan sifat luhur Tuhan YME. Secara ideal, sifat tersebut seyogyanya melekat pada diri manusia sebagai ciptaan-Nya. Dalam suasana kehidupan dewasa yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia.
Generasi yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia adalah generasi yang kelak mampu mempertanggungjawabkan perbuatan, tindakan dan perilaku sekecil apapun,harus dapat dipertanggungjawabkan baik terhadap Tuhan, dirinya sendiri dan kepada masyarakat luas.Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan manakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita, masyarakat dan bangsa Indonesia ini, agar kelak tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas 2003 dapat tercapai dengan baik tanpa upaya tersebut maka pembinanaan generasi muda yang bertanggung jawab dan akhlaq mulia hanya sebagai buah bibir dan isapan jempol belaka.
Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera. Nilai-nilai hubungan antar manusia seyogyanya seperti pada soal ini, dan untuk menjawabnya, terkait dengan kedudukan manusia sebagai makhluk Sosial, dan sekaligus sebagai makhluk individual seperti yang dinyatakan Prof Dari sinilah sebenarnya hubungan sosial yang saling menghargai, saling percaya, untuk membangun masyarakat bagsa yang sejahtera harus sudah dimulai dengan baik.Ada contoh kisah yang sangat menarik antara ibu rumah tangga dengan seorang remaja mahasiswa yang bekerja sebagai wiraniaga untuk membiayai kuliahnya.Kemudian akhirnya sang Ibu rumah tangga itupun sembuh dan tentu dengan pikiran yang bertanya-tanya berapa biaya yang harus dikeluarkan ?Kepada sang Ibu pasien itupun, sang dokter remaja mengurus surat administrasi penyelesaian biaya pengobatan ke dalam amplop dan diberikan kepada Ibu pasien, setelah di baca maka isi suratnya berbunyi tulisan" biaya pengobatan ini sudah dibayar beberapa tahun yang lalu dengan segelas susu" yang pernah ibu berikan kepada seorang tetangga remaja.Hal ini akan lebih mudah diwujudkan manakala di antara anggota masyarakat, kelompok masyarakat dan bangsa Indonesia dilandasi nilai moral Pancasila yang sesungguhnya, dimana sila Pertama adalah Ketuhanan Yang maha Esa, dan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, dapat dipraktekan dalam interaksi sosial sehari-hari, baik terjadi di lingkungan keluarga (Pendidikan Informal, lingkungan Sekolah (Pendidikan Formal), dan PendidikanKemasyarakatan (Pendidikan non Formal).Ketiga lingkungan pendidikan tersebut perlu didasari interaksi sosial yang saling menghargai, saling percaya dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang sejahtera.Sementara dalam realitas masyarakat Indonesia saat ini hubungan antar manusi yang yang ada belum berjalan optimal, sangat memprihatinkan.Misalnya, kemiskinan semakin meluas, pemerataan pendidikan belum optimal, pengangguran semakin besar jumlahnya,perampokan, pemerkosaan dan sejenisnya belum mendapat penanganan oleh segenap lapisan masyarakat secara bersinergi (pemerintah, swasta, dan masyarakat luas).
Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang,masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan.
Penciptaan Suasana Yang Kondusif
Menciptakan suasana pendidikan yang kondusip dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil. Hal ini dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Komunikasi menunjukan kebersamaan, pertemanan, dan keadilan, berbagi dengan yang lain.Suasana pendidikan yang kondusif perlu didasari komunikasi yang penuh
nilai.
Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis Inti dari cita-cita pluralisme, tidak bisa lepas dari bingkai keluargaan, adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan ditegakkannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktifitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.
Faktor-Faktor Personal Yang
Mempengaruhi Tindakan Manusia Ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).
Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jatidiri Berwawasan Nasional
Jatidiri menurut Prof. Nursid. S., (2005, 151) jatidiri berarti jadilah diri sendiri yang berakhlakul karimah, beretos kerja tinggi dan cerdas menghadapi kehidupan hari ini, mendatang mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat baik lokal, nasional, regional dan dunia. Upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sejak usia dini, yang dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan yang lebih luas/kelompok sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Farida Juwita 2213053179 གིས-
Nama : Farida Juwita
NPM : 2213053179

Analisis saya terhadap jurnal berjudul "MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA" oleh H. Wanto Rivaie.

Dengan kehidupan sekarang ini, tanggung jawab dan akhlaq mulia wajib dimiliki sejak dini oleh generasi muda agar mudah dalam menanamkan nilai-nilai moral maupun nilai keimanan dalam diri kita sendiri. Dalam pendidikan terdapat tujuan yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas 2003 untuk dapat dicapai dengan baik.

1. Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa
Nilai-nilai yang baik dalam kehidupan perlu dibangun dengan baik agar dapat terjalin hubungan yang baik dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Tentunya nilai ini perlu ditanam sejak dini dari lingkungan keluarga seperti nilai-nilai keimanan, nilai-nilai, dan etika pergaulan. Kemudian penerapannya perlu dilandasi nilai moral Pancasila yang nyata, dimana terdapat sila Ketuhanan Yang maha Esa, Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab yang dapat dipraktekan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari, serta terjadi di lingkungan keluarga atau pendidikan informal, lingkungan sekolah atau pendidikan formal dan pendidikan kemasyarakatan atau pendidikan non formal. Karena ketiga lingkungan tersebut perlu didasari interaksi sosial yang saling menghargai, saling percaya dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang sejahtera. Sebab realitanya, hubungan sesama dalam kehidupan masyarakat saat ini sangat memprihatinkan. Contohnya seperti kemiskinan yang semakin meluas, pemerataan pendidikan belum optimal, pengangguran semakin besar jumlahnya, perampokan, pemerkosaan dan sejenisnya belum mendapat penanganan oleh segenap lapisan masyarakat secara bersinergi. Sehingga perlunya uluran tangan dan pikiran seluruh lapisan masyarakat bangsa Indonesia ini, bukan hanya golongan kecil saja.

2. Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern
Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik, dan sistematis atau modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007, 184-185). Namun pembentukan jati diri generasi muda tidak terlepas dari peran pendidikan. Tetapi, sebelum peran daro hal lainnya, perlu dilakukan perenungan yang sangat mendalam dalam diri sendiri untuk menemukan jatidiri yang didasari oleh Sila Ketuhanan YME. Termasuk dalam upaya memahami jati diri kita yang sebenernya, sehingga membuat kita tidak akan menjadi tinggi hati, rakus,lupa daratan, bahkan justru sebaliknya kita akan menjadi rendah hati, menghargai makhluk lain khususnya manusia, karena segala sesuatu yang kita perbuat akan kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT.

3. Diperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru, Dosen, Tokoh Masayarakat Formal/Non Formal)
Terdapat tiga pusat lingkungan pendidikan/tri pusat pendidikan yang disebut oleh Tokoh pendidikan Nasional yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam lingkujgan keluarga, kegiatan pendidikan dilakukan oleh orang tua, di sekolah oleh para guru, di masyarakat oleh tokoh-tokoh masyarakat atau pun para instruktur. Sehingga terbukti bahwa pendidikan dalam arti luas berperan penting dalam upaya memanusiakan manusia yang memiliki jatidiri yang khas dari seorang individu. Nursid S (2008,31) juga menyatakan bahwa orang tua sebagai pendidik berhadapan dengan kelompok sosial pertama dan terutama yang dikenal oleh anak-anak untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan pada diri si bayi. Keluarga sebagai primary group tempat pembentukan kepribadian yang sangat penting. Guru guru yang bertindak sebagai pendidik di sekolah bertugas mengembangkan potensi anak secara berkelanjutan dari tahun ke tahun dengan berbagai materi pelajaran yang sudah dirancang dalam kurikulum yang berlaku. Dengan kurikulum sistem pengajaran dapat terarah, selain dapat mempermudah para pendidik dalam menyusun pengajaran. Di lembaga pendidikan formal dan non formal, pendidik yang bertugas membentuk nilai moral untuk membangun jatidiri generasi muda adalah guru dan tokoh masyarakat (Uyoh Sadulloh dkk, 6- 12), dilakukan dengan upaya seperti mendidik, mengajar dan melatih.
4. Penciptaan Suasana Yang Kondusif Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab
Dalam kehidupan, manusia merupakan makhluk sosial yang tentu membutuhkan orang lain. Kehidupan sosial ini tidak terlepas dari komunikasi. Komunikasi dapat menunjukkan kebersamaan, pertemanan, dan keadilan, berbagi dengan yang lain. Suasana pendidikan yang kondusif perlu didasari komunikasi yang penuh nilai seperti yang dinyatakan oleh Berry dalam Sofyan Sauri (2008, 58). Sedangkan, kebersamaan dimaknai sebagai upaya manusia untuk menjadi manusia yang sebenarnya. Sebagai wujud makhluk Sosial (Nursid Sumaatmadja, 2005, 31). Dalam proses memberikan atau meminta bantuan perlu dibangun komunikasi dua arah, komunikasi yang setara, kesederatan, agar kedua pihak memiliki harga diri yang layak sebagai insan kamil. Ini memiliki tujuan agar tidak terjadi ketidakseimbangan yang menonjol antara kedua belah pihak ketika komunikasi berlangsung yang mana merupakan proses hubungan sosial terjadi. Kemudian dalam komunikasi yang penuh nilai, kreatif dan bertanggung jawab, terdapat hal penting yang perlu diperhatikan yakni bagaimana di diri seseorang dapat tumbuh self confidence, dan self esterm agar potensi yang ada pada dirinya berkembang secara maksimal dan berbudaya nasional Indonesia (Berbudin).
Komunikasi yang didasarkan oleh keadilan juga merupakan komunikasi yang saling menguntungkan, saling menyenangkan, dan sejahtera serta tidak ada yang dirugikan. Dengan prinsip keadilan akan dapat dibangun peserta didik yang memiliki nilai moral yang tinggi, tidak senang tawuran, berpikir positif, dan potensi yang dimiliki akan berkembang optimal.

5. Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis
Landasan pendidikan agama yang dilakukan di keluarga sangat penting, begitupun di sekolah dan masyarakat untuk membangun kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai moral yang termaktub dalam 5 sila Pancasila. Bermakna sebagai upaya dalam membentuk peserta didik yang selalu menjunjung tinggi, dan menerapkan dalam hidup sehari-hari pola perilaku yang sesuai dengan agama yang dianutnya, karena sebagai bangsa yang beragama tidak ada satupun ajaran agama yang menganjurkan kejahatan, kecuali ajaran agama tersebut dibelokkan oleh akal manusia untuk kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, dan bukan untuk kesejahteraan umat manusia. Serta upaya membangun masa depan bangsa Indonesia di atas pondasi multikultural hanya mungkin dapat terwujud bila diterapkannya konsep multikulturalisme yang menyebar luas dan dapat dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia, serta adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya. Serta, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini.
6. Faktor-Faktor Personal yang Mempengaruhi Tindakan Manusia
Menurut McDougall, terdapat faktor personal yang penting dalam menentukan interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia. Yakni :
1) Faktor Biologis yang berkaitan dengan seluruh kegiatan dalam kehidupan sosial manusia.
2) Aspek Sosiopsikologis dimana terdiri dari komponen afektif, kognitif, koaktif. Dalam aspek ini terdapat motif lain seperti motif sosiogenesis dan lainnya.
7. Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jatidiri Berwawasan Nasional
Internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu diupayakan sejak dini, dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya dan lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal. Proses internalisasi nilai- nilai Pancasila ini tidaklah cukup hanya dihafal atau dipahami, namun yang lebih penting bagaimana hal ini dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai warga bangsa maupun sebagai warga dunia yang sedang terus berubah.
Sehingga pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia pada kalangan remaja merupakan tugas dan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Ivo Yuniarta 2213053231 གིས-
Nama: Ivo Yuniarta
NPM: 2213053231

Analisis Jurnal

IDENTITAS JURNAL
Nama jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora
Tahun terbit : April, 2010
Judul jurnal : MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Penulis Jurnal : H. Wanto Rivaie
Kata kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia.

PENDAHULUAN
Generasi yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia adalah generasi yang kelak mampu mempertanggungjawabkan perbuatan,tindakan dan perilaku sekecil apapun. Sejak dini harus sudah ditanamkan generasi muda nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten.

- Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa
Nilai-nilai
hubungan antar manusia seyogyanya seperti tersebut pada soal ini, dan untuk menjawabnya, terkait dengan kedudukan manusia sebagai makhluk Sosial, dan sekaligus sebagai makhluk individual.Pola pembinaan yang sistematis dan terarah dalam membangun interaksi sosial antar
warga bangsa yang baik tersebut seyogyanya dibangun melalui lembaga pendidikan formal.

- Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern
jati diri yang sebenarnya kita tidak akan
menjadi tinggi hati, rakus,lupa daratan,
bahkan justru sebaliknya kita akan menjadi rendah hati, menghargai makhluk lain khususnya manusia, karena segala sesuatu yang kita perbuat akan kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT.

- Diperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru, Dosen, Tokoh Masayarakat Formal/Non Formal)
Di lembaga pendidikan formal dan non formal (masyarakat), pendidik yang bertugas membentuk nilai moral untuk membangun jatidiri generasi muda adalah guru dan tokoh masyarakat dilakukan dengan upaya mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berisi muatan tidak hanya pengetahuan tetapi juga nilai-nilai
moral Pancasila.

- Penciptaan Suasana Yang Kondusif
Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab
Komunikasi berlangsung, kemudian proses hubungan sosial terjadi, yang terlihat ternyata adanya ketidak seimbangan yang menonjol antara kedua belah pihak, katakan antara guru dan murid, dosen dan
mahasiswa, atau antara orang tua dan
anak, antara atasan dan bawahan, maka
hasilnya akan menjadi kurang optimal.

- Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistis adalah multikulturalisme, yaitu sebuah
ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan.

- Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia
1. Faktor Biologis
Adanya perilaku tertentu bawaan dari manusianya, adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia yang lazim disebut sebagai motif biologis.
2. Faktor Sosiopsikologis
Komponen Afektif; merupakan aspek
emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan sebelumnya.
Komponen Kognitif; Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia,
Komponen Koaktif; Aspek Volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
3. Motif Sosiogenesis
Motif Sosiogenesis disebut juga dengan motif sekunder sebagai lawan motif perimer (motif biologis).

- Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jati diri Berwawasan Nasional.
Pancasila ini tidaklah cukup hanya dihafal atau dipahami, namun yang lebih penting bagaimana hal ini dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai
warga bangsa maupun sebagai warga
dunia yang sedang terus berubah.

KESIMPULAN
Orang tua, masyarakat dan pemerintah harus mempunya tanggung jawab untuk menanamkan nilai moral Pancasila kepada generasi penerus bangsa. Masih banyak terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan
kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

DEVI KELANA RINDU BINTARA 2213053095 གིས-
Nama : Devi Kelana Rindu Bintara
Npm : 2213053095
Kelas : 3G

Analisis Jurnal II

A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Di Kalangan Remaja
Tahun Terbit : 2010
Penulis : H. Wanto Rivaie
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humoniora
Kata Kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia

B. Abstrak
Pada bagian abstrak ini, dalam kehidupan dewasa yang banyak tuntutan, tantangan serta masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia.

C. Pendahuluan
Atas dasar asumsi itu, muncul persoalan, bahwa dalam suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah. Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita.

D. Pembahasan
Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah.

a). Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa
Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. pentingnya peran penting keluarga dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa. Di dalam keluarga mulai ditanamkan nilai-nilai keimanan, nilai-nilai, dan etika pergaulan.

b). Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern
Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan.

c). Penciptaan Suasana Yang Kondusif, Aktif, Efektif, Komunikatif, Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab

Menciptakan suasana pendidikan yang kondusif dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil. Hal ini dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Komunikasi menunjukan kebersamaan, pertemanan, dan keadilan, berbagi dengan yang lain. Suasana pendidikan yang kondusif perlu didasari komunikasi yang penuh
nilai.

d). Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis
Inti dari cita-cita pluralisme, tidak bisa lepas dari bingkai keluargaan, adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan ditegakkannya hukum untuk supremasi keadilan.

e). Faktor-Faktor Personal Yang
Mempengaruhi Tindakan Manusia
Ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).

f). Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jatidiri Berwawasan Nasional
Jatidiri berarti jadilah diri sendiri yang berakhlakul karimah, beretos kerja tinggi dan cerdas menghadapi kehidupan hari ini, mendatang mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat baik lokal, nasional, regional dan dunia. Upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sejak usia dini, yang dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan yang lebih luas/kelompok sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal.

E).Penutup
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

RAMADYA VINTIKA LARAS 2213053264 གིས-
Nama : Ramadya Vintika Laras
NPM : 2213053264
kelas : 3G

Judul jurnal : MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA
DI KALANGAN REMAJA

Penulis : Jurnal tersebut di tulis oleh H. Wanto Rivaie

Setelah saya membaca jurnal tersebut dapat saya simpulkan bahwa Pembentukan nilai-nilai sosial etika budaya Indonesia pada anak dan remaja menjadi tanggung jawab orang tua, masyarakat dan
pemerintah secara koordinasi. Kerja sama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan pada Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan. pada dasarnya sudah dikenal
tahun merdeka Negara Republik indonesia. Dalam kehidupan nyata saat ini nampaknya ketiganya belum mencapai sinergi yang optimal, sehingga dalam lingkungan pendidikan yang berbeda terdapat penyimpangan etika dan nilai Ketidakpatuhan terhadap standar sering terjadi. dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia. Kedepannya ketiga lingkungan pendidikan memerlukan mempererat kerjasama yang erat, koordinasi sistematis dan bekerja sama dalam kerangka nilai-nilai kekeluargaan yang selaras dengan nilai-nilai keagamaan yang suci, adalah anak bangsa yang ingin memulihkan kekuatan jati diri bangsa, menjadi bangsa yang cerdas dalam kebijaksanaan, kelembutan hati, ketrampilan tangan agar bangsa ini menjadi bangsa yang maju dengan nilai dan etika.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Fadhila Cahya Ningtyas 2213053271 གིས-

Nama : Fadhila Cahya Ningtyas

Npm : 2213053271

Identitas Jurnal

Judul : Membina Nilai Moral Sosial Budaya IndonesiaDi Kalangan Remaja

Vol, nomor, tahun, dan halaman : Vol. 1. No. 1. April 2010, halaman 90-100

Penulis : H. Wanto Rivaie


Abstrak

Saat ini upaya orang tua dalam membina anak dengan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia menjadi sesuatu yang langka. Kelangkan tersebut menyebabkan kenakalan remaja. Untuk itu upaya pendidikan perlu perlakuan yang menitik beratkan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.

Kata kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia.


Pendahuluan

Kasih sayang adalah sifat luhur Tuhan Yang Maha Esa dan melekat pada ciptaannya. Hal ini terkandung dalam surah Al Isra (17): 23-25: yang artinya“.... dan hendaklah engkau merendah diri kepada keduanya karena belas kasihan dan kasih sayangmu, dan doakanlah untuk mereka dengan berkata: wahai Tuhanku cucurilah rahmat kepada mereka berdua sebagaimana mereka telah mencurahkan kasih sayangnya memelihara dan mendidikku semasa kecil”. Dalam surah tersebut Allah telah memberikan pedoman pada umat manusia untuk membina anak agar menjadi generasi mendatang yang bertanggungjawab dan berakhlaq mulia. Tanggung jawab dan akhlaq mulia dapat terwuju apabila ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada.


Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa

Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera. Prof . Dr. H. Nursid S, dala bukunya (2008, 31-44) bahwa manusia baru dapat dikatakan manusia yang sebenarnya, bila ada di dalam masyarakat. Namun saat ini hubungan antar manusia yang yang ada belum berjalan optimal seperti kemiskinan semakin meluas, pemerataan pendidikan belum optimal, pengangguran semakin besar jumlahnya, perampokan, pemerkosaan dan sejenisnya belum mendapat penanganan oleh segenap lapisan masyarakat secara bersinergi.Masalah bangsa ini memerlukan uluran tangan dan pikiran seluruh lapisan masyarakat bangsa Indonesia, berbagai unsur keluarga, dan masyarakat, perlu bantu membantu dan bahu-membahu membangun bangsa ini.


Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern


Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007, 184-185). Dengan memahami jati diri yang sebenarnya kita tidak akan menjadi tinggi hati melainkan menjadi rendah hati, menghargai makhluk lain khususnya manusia.


Diperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru,Dosen, Tokoh Masayarakat Formal/Non Formal)


Nursid S. (2008, 31-33) berpendapat bahwa sepanjang hidupnya manusia dipengaruhi oleh pendidik dalam arti luas ini (orang tua, guru, dan tokoh masyarakat). Nursid S. (2008, 31) jugamenyatakan tentang orang tua sebagai pendidik berhadapan dengan kelompok sosial pertama dan terutama yang dikenal oleh anak-anak untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan pada diri si bayi. Sedangkan di lembaga pendidikan formal dan non formal (masyarakat), pendidik yang bertugas membentuk nilai moral untuk membangun jatidiri generasi muda adalah guru dan tokoh masyarakat (Uyoh Sadulloh dkk, 6-12).


Penciptaan Suasana Yang Kondusif Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab


Menciptakan suasana pendidikan yang kondusif dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil.Komunikasi menunjukan kebersamaan, pertemanan, dan keadilan, berbagi dengan yang lain. Suasana pendidikan yang kondusif perlu didasari komunikasi yang penuh nilai seperti yang dinyatakan oleh Berry dalam Sofyan Sauri (2008, 58). Dalam komunikasi yang penuh nilai, kreatif dan bertanggung jawab, hal penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana peserta didik bisa tumbuh self confidence, dan self esterm agar potensi yang ada pada dirinya berkembang secara maksimal dan berbudi pekerti yang baik.


Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan 

Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang PluralistisDengan landasan pendidikan agama yang dilakukan di keluarga, sekolah dan masyarakat dengan sebaik-baiknya, maka akan terbangun kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai moral yang tercantum dalam pancasila, dimana sila yang pertama adalah Sila Ketuhanan YME, yang menjadi dasar sila-sila yang lain. Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistis adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Adapun upaya membangun masa depan bangsa Indonesia di atas multikultural hanya mungkin dapat terwujud apabila konsep multikulturalisme menyebar luas dan dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia, serta adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini.


Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia

Faktor-faktor personal yang mempengaruhi tindakan manusia diantaranya aspek biologis, aspek sosiopsikologis, motif sosiogenesis, konsepsi manusia dalam psikoanalisis, dan teori behaviorisme.


Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jati diri Berwawasan Nasional


Upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sejak usia dini, yang dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan yang lebih luas/kelompok sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal. 


Penutup 

Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Namun saat ini ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan moral. Orang tua, masyarakat dan pemerintah perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu sehingga dapat menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.

In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Shelly Shelly གིས-
Nama: Shelly
NPM: 2253053019
Kelas: 3G


Analisis jurnal “MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA”
Oleh: H. Wanto Rivaie

Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah.
pentingnya peran penting keluarga dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa. Di dalam keluarga mulai ditanamkan nilai-nilai keimanan, nilai-nilai, dan etika pergaulan. Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern
Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram,direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007, 184-185). Penciptaan Suasana Yang Kondusif Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab
Komunikatif dimaksudkan sebagai sama makna” (Sofyan S., 2008, 55). Menciptakan suasana pendidikan yang kondusip dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil. Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis
Inti dari cita-cita pluralisme, tidak bisa lepas dari bingkai keluargaan, adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan ditegakkannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktifitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.
Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia
Ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).Secara garis besar terdapat dua aspek:
1. Aspek Biologis
2. Aspek Sosiopsikologis
3. Motif Sosiogenesis
Motif Sosiogenesis disebut juga dengan motif sekunder sebagai lawan motif perimer (motif biologis).
4. Konsepsi Manusia Dalam Psikoanalisis
Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis adalah orang yang pertama berusaha merumuskan psikologis manusia. Ia memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia.
5. Teori Behaviorisme
Teori Behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.
Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jatidiri Berwawasan Nasional
Jatidiri menurut Prof. Nursid. S., (2005, 151) jatidiri berarti jadilah diri sendiri yang berakhlakul karimah, beretos kerja tinggi dan cerdas menghadapi kehidupan hari ini, mendatang mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat baik lokal, nasional, regional dan dunia. Upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sejak usia dini, yang dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan yang lebih luas/kelompok sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

KHAIRANI ULYA 2213053115 གིས-
Nama : Khairani Ulya
NPM : 2213053115
Kelas : 3G

Analisis Jurnal

A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Di Kalangan Remaja
Tahun Terbit : 2010
Penulis : H. Wanto Rivaie
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humoniora
Kata Kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia.

B. Pembahasan
•Membangun Hubungan Interpersonal Antarbangsa
Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera. Oleh karena itu pentingnya peran keluarga dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa. Di dalam keluarga mulai ditanamkan nilai-nilai keimanan, nilai-nilai, dan etika pergaulan. Hal ini akan lebih mudah diwujudkan manakala manakala di antara anggota masyarakat, kelompok masyarakat dan bangsa Indonesia dilandasi nilai moral Pancasila yang sesungguhnya, dimana sila Pertama adalah Ketuhanan Yang maha Esa, dan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, dapat dipraktekan dalam interaksi sosial sehari-hari, baik terjadi di lingkungan keluarga. (Pendidikan Informal, lingkungan Sekolah (Pendidikan Formal), dan Pendidikan Kemasyarakatan (Pendidikan non Formal). Ketiga. lingkungan pendidikan tersebut perlu didasari interaksi sosial yang saling menghargai, saling percaya dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang sejahtera.

•Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern
Menurut Nursid Sumaatmadja (2005, 117-119) untuk membangun jatidiri perlu diawali dengan upaya perenungan yang sangat mendalam untuk menemukan jatidiri yang didasari oleh Sila Ketuhanan YME, yang tercantum dalam alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi: ".... Jati diri seseorang akan terbangun manakala seseorang dapat membedakan dirinya dengan makhluk lain, khususnya manusia lainnya yang ada diluar dirinya dan menyadari tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya selaku manusia. Dengan upaya yang serius dan terus menerus maka suatu saat akan dirasakan dan diketahui apa dan siapa diri kita masing-masing.

•Diperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru, Dosen, Tokoh Masayarakat Formal/Non Formal
Tokoh pendidikan Nasional menyatakan ada tiga pusat lingkungan pendidikan/tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Di keluarga kegiatan pendidikan dilakukan oleh orang tua, di sekolah oleh guru-guru, di masyarakat oleh tokoh-tokoh masyarakat atau para instruktur. Dari pemikiran-pemikiran ini mengindikasikan bahwa pendidikan dalam arti luas sangat berperan dalam upaya memanusiakan manusia yang memiliki jatidiri yang khas dari seorang individu.

•Penciptaan Suasana Yang Kondusif Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab
Menciptakan suasana pendidikan yang kondusip dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil. Hal ini dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai.
Dalam proses memberikan atau meminta bantuan perlu dibangun komunikasi dua arah, komunikasi yang setara, kesederatan, agar kedua pihak memiliki harga diri yang layak sebagai insan kamil. Komunikasi yang berdasar keadilan adalah komunikasi yang saling menguntungkan, sama- sama senang, dan sejahtera serta tidak ada yang dirugikan. Dengan prinsip keadilan akan dapat dibangun peserta didik yang memiliki nilai moral yang tinggi, tidak senang tawuran, berpikir positif, dan potensi yang dimiliki akan berkembang optimal.

•Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis
Acuan utama bagi terwujudnya

masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistis adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mozaik. Di dalam mozaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat- masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar.

•Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia
1. Aspek Biologis
2. Aspek Sosiopsikologis
3. Motif Sosiogenesis
4. Konsepsi Manusia Dalam Psikoanalisis
5. Teori Behaviorisme

•Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jatidiri Berwawasan Nasional
Upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sejak usia dini, yang dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan yang lebih luas/kelompok sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal. Proses internalisasi nilai- nilai Pancasila ini tidaklah cukup hanya dihafal atau dipahami, namun yang lebih penting bagaimana hal ini dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai warga bangsa maupun sebagai warga dunia yang sedang terus berubah. Dengan jatidiri dan berwawasan kebangsaan diharapkan akan terhindar saling bermusuhan antara anggota masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal, dan akan dapat dihindari disintegrasi bangsa yang kita cintai ini.

•Penutup
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak- anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasamya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia.
Ketiga lingkungan pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai- nilai agama yang suci, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

ADELIA PRASETIYANI 2213053039 གིས-
Nama : Adelia Prasetiyani
Npm : 2213053039
Kelas : 3G

Analisis Jurnal 2

Judul :
Dalam jurnal tersebut menjelaskan tentang materi yang berjudul "MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA
DI KALANGAN REMAJA"

Penulis :
Jurnal tersebut di tulis oleh H. Wanto Rivaie

Pada bagian abstrak ini, Dalam suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia.

Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan manakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita, masyarakat dan bangsa Indonesia ini, agar kelak tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas 2003 dapat tercapai dengan baik tanpa upaya tersebut maka pembinanaan generasi muda yang bertanggung jawab dan akhlaq mulia hanya sebagai buah bibir dan isapan jempol belaka.

pentingnya peran penting keluarga dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa.
B. Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern. Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan.

Diperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru,Dosen, Tokoh Masayarakat Formal/Non Formal) Dalam hal pendidik dalam arti luas kaitannya dengan pembentukan jatidiri yang terlihat pada penampilan kepribadian seseorang, Nursid S. (2008, 31-33) menjelaskan bahwa sepanjang hidupnya manusia dipengaruhi oleh pendidik dalam arti luas ini (orang tua, guru, dan tokoh masyarakat).

Menciptakan suasana pendidikan yang kondusip dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil.
Kebersamaan dimaknai sebagai upaya manusia untuk menjadi manusia yang sebenarnya.
D. Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis.Inti dari cita-cita pluralisme, tidak bisa lepas dari bingkai keluargaan, adalah sebuah masyarakat sipil demokratis, adanya dan ditegakkannya hukum untuk supremasi keadilan, pemerintahan yang bersih dari KKN, terwujudnya keteraturan sosial dan rasa aman dalam masyarakat yang menjamin kelancaran produktifitas warga masyarakat, dan kehidupan ekonomi yang mensejahterakan rakyat Indonesia.

Bangunan Indonesia Baru dari hasil reformasi atau perombakan tatanan kehidupan Orde Baru adalah sebuah “masyarakat multikultural Indonesia” dari puing-puing tatanan kehidupan Orde Baru yang bercorak “masyarakat majemuk” (pluralsociety) sehingga corak masyarakat Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika bukan lagi keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaannya tetapi keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).Secara garis besar terdapat dua aspek:
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Ihya Ghulam Halim 2213053178 གིས-
Nama : Ihya Ghulam Halim
Npm : 2213053178
Kelas : 3G

Analisis Jurnal

Setelah membaca dan juga mengamati jurnal yang telah diberikan yaitu dengan judul "Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Di Kalangan Remaja", yang di tulis oleh H. Wanto Rivaie dan diterbitkan pada tahun 2010 bisa kita simpulkan bahwasanya Kasih sayang merupakan sifat luhur Tuhan YME. Secara ideal, sifat tersebut seyogyanya melekat pada diri manusia sebagai ciptaan-Nya. Atas dasar asumsi itu, muncul persoalan, bahwa dalam suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia.

Tanggung jawab dan akhlaq Indonesia mulia akan dapat diwujudkan manakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita.

Dalam membangun hubungan interpersonal antar bangsa maka nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah.

Untuk pendidikan generasi muda Yang memiliki jati diri Indonesia yang berkadar modern harusnya terdapat pembinaan generasi muda
(SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan.

Maka dari itu sangatlah diperlukan seorang pendidik dalam arti seluas-luasnya (orang tua, guru, dosen, tokoh masayarakat formal/non formal) dalam hal pendidik, maka dari itu dalam arti luas kaitannya dengan pembentukan jatidiri yang terlihat pada penampilan kepribadian seseorang.

Adapun faktor-faktor personal yang mempengaruhi tindakan manusia yaitu ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial.

Maka dari itu Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi
Indonesia penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Andika Purbaya 2213053169 གིས-
Nama : Andika Purbaya

Kelas : 3G

Npm : 2213053169 

 Analisis Jurnal 2

 "MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA" 

Setelah membaca jurnal tersebut dapat di analisis bahwasanya sangat penting sekali untuk membina nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan remaja. Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anakanak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia. Pola pembinaan yang sistematis dan terarah dalam membangun interaksi sosial antar warga bangsa yang baik tersebut seyogyanya dibangun melalui lembaga pendidikan formal (SD,SMP, SLA, dan Perguruan Tinggi), dengan tidak mengesampingkan berbagai unsur keluarga, dan masyarakat, perlu bantu membantu dan bahu-membahu membangun bangsa ini. Untuk Pembinaan generasi muda(SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang ,masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Salah satu ilmu yang penting di terapkan kepada peserta didik untuk membentuk kepribadian nilai moral yang baik adalah pendidikan agama atau ilmu agama. Dengan landasan pendidikan agama yang dilakukan di keluarga, sekolah dan masyarakat dengan sebaik-baiknya, maka akan terbangun kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai moral yang termasuk dalam pancasila, dimana sila yang pertama adalah Sila Ketuhanan YME, yang menjadi dasar sila-sila yang lain. Hal ini dimaknai sebagai upaya membangun peserta didik dan warga bangsa yang selalu menjunjung tinggi, dan menerapkan dalam hidup sehari-hari pola perilaku yang sesuai dengan agama yang dianutnya, karena sebagai bangsa yang beragama tidak ada satupun ajaran agama yang menganjurkan kejahatan, kecuali ajaran agama tersebut dibelokkan oleh akal manusia untuk kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, dan bukan untuk kesejahteraan umat manusia.

In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Chalistya Syahla Ilham Radinda 2213053262 གིས-
Nama : Chalistya Syahla Ilham R
Npm : 2213053262
Kelas : 3G
Prodi : PGSD

Jurnal 2
A. Identitas Jurnal
1. Judul Jurnal : "MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA"
2. Penulis : H. Wanto Rivaie
3. Volume dan No : Vol. 1. No. 1. April 2010
4. Kata Kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia.

Isi Jurnal
Analisis dari jurnal tersebut bahwa Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. Prof . Dr. H. Nursid S, dalam bukunya (2008, 31-44) bahwa manusia baru dapat dikatakan manusia yang sebenarnya, bila ada di dalam masyarakat. Dari sini muncul pentingnya peran penting keluarga dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa. Di dalam keluarga mulai ditanamkan nilai-nilai keimanan, nilai-nilai, dan etika pergaulan. Sebelum Sekolah Dasar bagi yang tergolong keluarga mampu dan modern anaknya dititipkan ke preschool (play group dan TK).

Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern.
Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang ,masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram,direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007, 184-185). Dengan memahami jati diri yang sebenarnya kita tidak akan menjadi tinggi hati, rakus,lupa daratan, bahkan justru sebaliknya kita akan menjadi rendah hati, menghargai makhluk lain khususnya manusia, karena segala sesuatu yang kita perbuat akan kita pertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT. Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anakanak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Aulia Zahwa Adinda 2213053103 གིས-
Nama: Aulia Zahwa Adinda
Npm: 2213053103

A. IDENTITAS JURNAL
Judul Jurnal: Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Di Kalangan Remaja
Tahun Terbit: 2010
Penulis: H. Wanto Rivaie
Nama Jurnal: Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humoniora
Kata Kunci: Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia

B. ABSTRAK
Kelangkaan sentuhan orang tua tersebut kini menggejala dengan munculnya berbagai kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan penggunaan obat terlarang narkoba dan semacamnya, merupakan pelarian dari suasana mental remaja yang bersifat terminal. Untuk itu upaya pendidikan perlu perlakuan yang menitik beratkan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.

C. ISI
Kasih sayang merupakan sifat luhur Tuhan YME. Secara ideal, sifat tersebut seyogyanya melekat pada diri manusia sebagai ciptaan-Nya. Surat ArRum dan Al Isra, menjelaskan bahwa Allah telah memberikan pedoman pada umat manusia untuk membina anak agar bertanggungjawab dan berakhlaq mulia. Generasi yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia adalah generasi kelak mampu mempertanggungjawabkan perbuatan, tindakan dan perilaku sekecil apapun, harus dapat dipertanggungjawabkan baik terhadap Tuhan, dirinya sendiri dan kepada masyarakat luas. Untuk itu tanggung jawab perlu ditanamkan sejak dini sampai dengan akhir kehidupannya.
Sisdiknas 2003 dapat tercapai dengan baik tanpa upaya tersebut maka pembinanaan generasi muda yang bertanggung jawab dan akhlaq mulia hanya sebagai buah bibir dan isapan jempol belaka. Sosial, dan sekaligus sebagai makhluk individual seperti yang dinyatakan Prof. Dari sini muncul pentingnya peran penting keluarga dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa
Sebelum Sekolah Dasar bagi yang tergolong keluarga mampu dan modern anaknya dititipkan ke preschool. Demikian hal ini berlanjut sampai ke Perguruan Tinggi bagi mereka yang mampu. Ada contoh kisah yang sangat menarik antara ibu rumah tangga dengan seorang remaja mahasiswa yang bekerja sebagai wiraniaga untuk membiayai kuliahnya. Sang mahasiswa berkunjung ke rumah tetangga bermaksud untuk meminta bantuan segelas susu, dan setelah ia mengetuk pintu tetangganya, maka keluarlah ibu rumah tangga yang tergolong perlente, remaja mahasiswa itu meminta air putih segelas karena malu mau minta susu.
Pembinaan generasi muda melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup,masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau usaha terprogram, direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern. Namun sesederhana apapun pembentukan jati diri generasi muda tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Silvia Novi Fitriana 2213053062 གིས-
Nama : Silvia Novi Fitriana
Npm : 2213053062
Kelas : 3G

Analisis Jurnal 2
Judul : Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia di Kalangan Remaja
Penulis : H. Wanto Rivaie
Vol, nomor, tahun, dan halaman : Vol. 1. No. 1. April 2010, halaman 90-100
Kata Kunci: Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia

Hubungan antar warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. Di lembaga pendidikan formal dan non formal. Pendidik bertanggung jawab atas pelatihan Nilai moral untuk membangun jati diri Generasi muda (Uyoh Sadulloh dkk, 6-12), dilakukan dengan usaha pendidikan, pengajaran dan pelatihan. Pendidikan bukan hanya tentang konten pengetahuan saja tetapi juga nilai moral Pancasila. Oleh karena itu dalam kegiatan mengajar lebih menekankan pada aspek kognitif. Sementara itu, pelatihan fokus pada aspek motivasi atau keterampilan yang sesuai dengan minat peserta didik.

Upaya membangun masa depan bangsa Indonesia mungkin dapat terwujud bila, pertama jika konsep multikulturalisme menyebar luas dan dipahami pentingnya bagi bangsa Indonesia, serta adanya keinginan bangsa Indonesia pada tingkat nasional maupun lokal untuk mengadopsi dan menjadi pedoman hidupnya. Kedua upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mewujudkan cita-cita ini.
Upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sejak usia dini, yang dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan yang lebih luas/kelompok sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan formal dan pendidikan
non formal. Proses internalisasi nilai-nilai Pancasila ini tidaklah cukup hanya dihafal atau dipahami, namun yang lebih penting bagaimana hal ini dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai warga bangsa maupun sebagai warga dunia yang sedang terus berubah. Dengan jatidiri dan berwawasan kebangsaan diharapkan akan terhindar saling bermusuhan antara anggota masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal, dan akan dapat dihindari disintegrasi bangsa yang kita cintai ini.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Dinda Kusumawati Subagio 2253053016 གིས-
Nama : Dinda Kusumawati Subagio
Npm : 2253053016

Analisis Jurnal 2

Pembentukan nilai-nilai moral sosial budaya Indonesia pada anak dan remaja merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri pusat pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan negara Republik Indonesia. Dalam kehidupan nyata saat ini terlihat ketiganya belum mencapai sinergi yang optimal, sehingga dalam lingkungan pendidikan yang berbeda sering muncul penyimpangan nilai, standar etika, dan ketidaksesuaian dengan norma sosial dan budaya dengan kondisi masyarakat Indonesia.
Ketiga lingkungan pendidikan tersebut ke depan harus mempererat kerjasama dan koordinasi yang sistematis, bersinergi dalam kerangka nilai-nilai kekeluargaan sesuai dengan nilai-nilai agama, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, , hati yang lembut dan ketrampilan sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju dengan nilai-nilai etika, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Nura Assyifa 2213053134 གིས-
Nama : Nura Assyifa
NPM : 2213053134
Kelas : 3G
Prodi : PGSD

Hasil Analisis Jurnal 2,
MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA

Abstrak

Dalam suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia. Untuk itu upaya pendidikan perlu perlakuan yang menitik beratkan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.

Pendahuluan

Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan manakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita, masyarakat dan bangsa Indonesia ini.

Membangun Hubungan
Interpersonal Antar Bangsa

Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. Kita sebagai Masyarakat dan bangsa Indonesia perlu memiliki nilai moral Pancasila yang sesungguhnya, dimana sila Pertama adalah Ketuhanan Yang maha Esa, dan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, dapat dipraktekan dalam interaksi sosial sehari-hari, baik terjadi di lingkungan keluarga (Pendidikan Informal, lingkungan Sekolah (Pendidikan Formal), dan Pendidikan Kemasyarakatan (Pendidikan non Formal).

Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern

Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007, 184-185). Namun demikian sesederhana apapun pembentukan jati diri generasi muda tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan.

Diperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru, Dosen, Tokoh

ada tiga pusat lingkungan pendidikan/tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Di keluarga kegiatan pendidikan dilakukan oleh orang tua, di sekolah oleh guru-guru, di masyarakat oleh tokoh-tokoh masyarakat atau para instruktur sebagai upaya mendidik, mengajar dan melatih generasi muda. Mendidik tidak hanya berisi muatan pengetahuan tetapi juga nilai-nilai moral Pancasila.

Penciptaan Suasana Yang Kondusif Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab

Dalam komunikasi perlu berdasarkan keadilan, yaitu komunikasi yang saling menguntungkan, sama- sama senang, dan sejahtera serta tidak ada yang dirugikan. Dengan prinsip keadilan akan dapat dibangun peserta didik yang memiliki nilai moral yang tinggi, tidak senang tawuran, berpikir positif, dan potensi yang dimiliki akan berkembang optimal.

Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis

Dengan landasan pendidikan agama yang dilakukan di keluarga, sekolah dan masyarakat dengan sebaik-baiknya, maka akan terbangun kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai moral yang termaktub dalam pancasila, dimana sila yang pertama adalah Sila Ketuhanan YME, yang menjadi dasar sila-sila yang lain. Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistis adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan.

Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia

Ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor- faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktor faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).

Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jatidiri Berwawasan Nasional

jatidiri berarti jadilah diri sendiri yang berakhlakul karimah, beretos kerja tinggi dan cerdas menghadapi kehidupan hari ini, mendatang mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat baik lokal, nasional, regional dan dunia. Dengan jatidiri dan berwawasan kebangsaan diharapkan akan terhindar saling bermusuhan antara anggota masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal, dan akan dapat dihindari disintegrasi bangsa yang kita cintai ini.

Penutup

Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Lingkungan pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang suci, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

MIFTAHUL JANNAH 2253053012 གིས-
Nama: Miftahul Jannah
Npm : 2253053012
Kelas :3G

Analisis jurnal 2

IDENTITAS JURNAL
Nama jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora
Tahun terbit : April, 2010
Judul jurnal : MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Penulis Jurnal : H. Wanto Rivaie
Kata kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia.

ISI JURNAL
Hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah.nilai moral Pancasila yang sesungguhnya, dimana sila Pertama adalah Ketuhanan Yang maha Esa, dan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, dapat dipraktekan dalam interaksi sosial sehari-hari, baik terjadi di lingkungan keluarga(Pendidikan Informal, lingkungan Sekolah (Pendidikan Formal), dan Pendidikan Kemasyarakatan(Pendidikan non Formal). Ketiga lingkungan pendidikan tersebut perlu didasari interaksi sosial yang saling menghargai, saling percaya dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang sejahtera.Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar ModernJati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat
atau oleh usaha yang terprogram,direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern. Namun demikian sesederhana apapun pembentukan jati diri generasi muda tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan. Pada Sila Ketuhanan YME, yang tercantum dalam alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi: ”.... Jati diri seseorang akan terbangun manakala seseorang dapat membedakan dirinya dengan makhluk lain, khususnya manusia lainnya yang ada diluar dirinya dan menyadari tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya selaku manusiaDiperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru,Dosen,Tokoh Masayarakat Formal/Non Formal)

Dalam hal pendidik dalam arti luas kaitannya dengan pembentukan jatidiri yang terlihat pada penampilan kepribadian seseorangDi lembaga pendidikan formal dan non formal (masyarakat), pendidik yang bertugas membentuk nilai moral untuk membangun jatidiri generasi muda adalah guru dan tokoh masyarakatPenciptaan Suasana Yang
Kondusif Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung JawabKomunikasi menunjukan kebersamaan, pertemanan, dan keadilan, berbagi dengan yang lain. Suasana pendidikan yang kondusif perlu didasari komunikasi yang penuh nilai.Dengan demikian maka dalam komunikasi yang penuh nilai, kreatif dan bertanggung jawab, hal penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana si pembelajar bisa tumbuh self confidence, dan self esterm agar potensi yang adapada dirinya berkembang secara maksimal dan berbudaya nasional Indonesia (Berbudin).Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistis adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan.
Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia
Ada dua macam pendekatan dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktorfaktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktorfaktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).Perspektif yang berpusat pada personalmempertanyakan faktor-faktor internal, apakah baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Safira Sita Salsabilla 2213053027 གིས-
Nama: Safira Sita Salsabilla
NPM : 2213053027
Kelas : 3G
1. IDENTITAS JURNAL
Judul Jurnal: Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Di Kalangan Remaja
Tahun Terbit: 2010
Penulis: H. Wanto Rivaie
Nama Jurnal: Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humoniora
Kata Kunci: Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia

2. ABSTRAK
Dalam suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia.
3. PENDAHULUAN
Kasih sayang merupakan sifat luhur Tuhan YME. Secara ideal, sifat tersebut seyogyanya melekat pada diri manusia sebagai ciptaan-Nya. Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkanmanakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat.
4. PEMBAHASAN
-Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa
Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera.nilai moral Pancasila yang sesungguhnya, dimana sila Pertama adalah Ketuhanan Yang maha Esa, dan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, dapat dipraktekan dalam interaksi sosial sehari-hari, baik terjadi di lingkungan keluarga (Pendidikan Informal, lingkungan Sekolah (Pendidikan Formal), dan Pendidikan Kemasyarakatan (Pendidikan non Formal). Ketiga lingkungan pendidikan tersebut perlu didasari interaksi sosial yang saling menghargai, saling percaya dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang sejahtera.
-Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern
Pembinaan generasi muda(SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Menurut Nursid Sumaatmadja (2005, 117-119) untuk membangun jatidiri perlu diawali dengan upaya perenungan yang sangat mendalam untuk menemukan jatidiri yang didasari oleh Sila Ketuhanan YME, yang tercantum dalam alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945. Jati diri seseorang akan terbangun manakala seseorang dapat membedakan dirinya dengan makhluk lain, khususnya manusia lainnya yang ada diluar dirinya dan menyadari tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya selaku manusia. Dengan upaya yang serius dan terus menerus maka suatu saat akan dirasakan dan diketahui apa dan siapa diri kita masing-masing.

-Diperlukan Pendidik Dalam Arti Seluas-luasnya (Orang Tua, Guru, Dosen, Tokoh Masayarakat Formal/Non Formal
Dalam hal pendidik dalam arti luas kaitannya dengan pembentukan jatidiri yang terlihat pada penampilan kepribadian seseorang. Tokoh pendidikan Nasional menyatakan ada tiga pusat lingkungan pendidikan/tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Di keluarga kegiatan pendidikan dilakukan oleh orang tua, di sekolah oleh guru-guru, di masyarakat oleh tokoh-tokoh masyarakat atau para instruktur. Dari pemikiran-pemikiran ini mengindikasikan bahwa pendidikan dalam arti luas sangat berperan dalam upaya memanusiakan manusia yang memiliki jatidiri yang khas dari seorang individu.

-Penciptaan Suasana Yang Kondusif Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab
Menciptakan suasana pendidikan yang kondusip dimaksudkan, bahwa perlu dibangun interaksi timbal balik dua arah yang akan melahirkan masukan dan hasil. Dalam proses memberikan atau meminta bantuan perlu dibangun komunikasi dua arah, komunikasi yang setara, kesederatan, agar kedua pihak memiliki harga diri yang layak sebagai insan kamil. Komunikasi yang berdasar keadilan adalah komunikasi yang saling menguntungkan, sama- sama senang, dan sejahtera serta tidak ada yang dirugikan. Dengan prinsip keadilan akan dapat dibangun peserta didik yang memiliki nilai moral yang tinggi, tidak senang tawuran, berpikir positif, dan potensi yang dimiliki akan berkembang optimal.

-Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis
Agama adalah risalah Tuhan yang disampikan melalui para nabi. Risalah itu berisi hukum-hukum sempurna untuk digunakan manusia, dalam menjalani kehidupan dan untuk mengatur hubungan antara sesama, hubungan dalam alam semesta, dan hubungan dengan Allah SWT (Sofyan S., 2008, 42-48; Nursid S., 2005, 127-132). Hal ini kemudian yang akan dipertanggungjawabkan oleh manusia kepada Allah Sang Pencipta, kepada diri sendiri, dan kepada masyarakat.
Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistis adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat dilihat mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mozaik.
-Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Tindakan Manusia
1. Aspek Biologis
2. Aspek Sosiopsikologis
3. Motif Sosiogenesis
4. Konsepsi Manusia Dalam Psikoanalisis
5. Teori Behaviorisme

-Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jatidiri Berwawasan Nasional
Upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sejak usia dini, yang dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan yang lebih luas/kelompok sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal. Proses internalisasi nilai- nilai Pancasila ini tidaklah cukup hanya dihafal atau dipahami, namun yang lebih penting bagaimana hal ini dihayati dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai warga bangsa maupun sebagai warga dunia yang sedang terus berubah. Dengan jatidiri dan berwawasan kebangsaan diharapkan akan terhindar saling bermusuhan antara anggota masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal, dan akan dapat dihindari disintegrasi bangsa yang kita cintai ini.

5. Penutup
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anakanak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai- nilai agama yang suci, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

DINDA MULIA SAPUTRI 2253053042 གིས-
Nama : Dinda mulia saputri
Npm : 2253053042
Analisis jurnal 2

Judul : MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Penulis : H. Wanto Rivaie
Pendahuluan
Dalam Berdasarkan asumsi dasar tersebut maka Timbul masalah, Bahwa dalam suasana kehidupan saat ini Banyak kebutuhan,Tantangan dan permasalahan, upaya orang lanjut usia Menyambut anak ke dalam keluarga Dengan sedikit kasih sayang Menjadi semakin sulit generasi penerus Bertanggung jawab dan bermoral Mulia. Oleh Karen itu,dengan Tanggung jawab dan akhlak mulia akan terwujud Apabila sejak dini generasi muda Dijiwai dengan nilai-nilai keimanan serta diiringi dengan kegiatan dan ibadah Muamallah yang berkesinambungan dan konsisten bersama orang tua dan pemimpin yang patut diteladani. Tokoh-tokoh masyarakat di sekitar kita, masyarakat dan bangsa Indonesia, agar kedepannya tujuan pendidikan yang tertuang dalam UU Sisdiknas Tahun 2003 dapat tercapai Tanpa usaha hei, lalu Pembinaan generasi muda yang bertanggung jawab Dan memiliki etika yang luhur Hanya akan menjadi sinonim dan sebuah pencapaian sederhana.
Pembahasan
Mendidik generasi muda Agar mempunyai jati diri Indonesia yang modern Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan yang berbeda Seiring berjalannya waktu, hakikat pengembangan kepribadian, sebagai upaya Membentuk jati diri Remaja tidak dapat dipisahkan dariFilosofi hidup seseorang atau visi Hidup seseorang, masyarakat atau negara di mana Mereka tinggal. Sementara itu, Realita masyarakat Indonesia saat ituHubungan antar manusia yang ada masih belum berjalan maksimal yang sangat memprihatinkan. Misalnya kemiskinan yang meluas, pemerataan pendidikan yang belum optimal, pengangguran yang semakin meningkat, Kasus pencurian, pemerkosaan dan permasalahan lainnya masih belum terselesaikan di seluruh lapisan masyarakat (pemerintah, swasta dan masyarakat) yang tertangani secara merata. Secara umum). Permasalahan bangsa Ini memerlukan bantuan dan pemikiran Dari seluruh lapisan masyarakat Bangsa Indonesia, bukan hanya Kelompok kecil saja.Acuan utama untuk mencapai masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistik adalah multikulturalisme, khususnya ideologi yang mengakui dan merayakan perbedaan kesetaraan baik secara individu maupun budaya. Dalam model multikultural ini, suatu masyarakat dianggap mempunyai kebudayaan yang diterima secara luas dalam masyarakat tersebut yang polanya menyerupai mozaik. Oleh karena itu Faktor pribadi Mempengaruhi tindakan manusia Ada dua jenis pendekatan Dalam membentuk perilaku manusia. Kedua pendekatan tersebut menekankan pada faktor psikologis dan sosial. Atau dengan kata lain faktor yang berasal dari dalam diri individu (faktor personal) dan faktor pengaruh yang berasal dari luar individu.
Kesimpulan
Pembentukan nilai-nilai sosio-etika budaya Indonesia pada anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah dalam koordinasiKerja sama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan inilah yang Ki Hajar Dewantoro (1964) sebut sebagai Tiga Pusat Pendidikan sudah dikenal sejak Negara Republik Indonesia merdeka Dari nilai-nilai dan standar etika yang tidak sesuai dengan kondisi budaya sosial Perusahaan Indonesia.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

Nola Diva Brilian 2213053199 གིས-
Nama: Nola Diva Brilian
Npm: 2213053199

Analisis jurnal 2

Judul Jurnal : Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Di Kalangan Remaja
Tahun Terbit : 2010
Penulis : H. Wanto Rivaie
Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humoniora
Kata Kunci : Nilai Moral, Sosial Budaya, Indonesia

Nilai nilai hubungan antar manusia di bangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera. Prof . Dr. H. Nursid S, dalam bukunya (2008, 31-44) bahwa manusia baru dapat dikatakan manusia yang sebenarnya, bila ada didalam masyarakat. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007, 184-185). Nursid S. (2008, 31-33) menjelaskan bahwa sepanjang hidupnya manusia dipengaruhi oleh pendidik dalam arti luas ini (orang tua, guru, dan tokoh masyarakat). Tokoh pendidikan Nasional menyatakan ada tiga pusat lingkungan pendidikan/tri pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Di keluarga kegiatan pendidikan dilakukan oleh orang tua, di sekolah oleh guru-guru, di masyarakat oleh tokoh-tokoh masyarakat atau para instruktur. Di lingkungan pendidikan formal telah ditemukan pendekatan/madzab pendidikan moral antara lain: Cognitive Moral Development Kohlberg, dan Sosial Moral Development Bandura dan Skinner. Dalam proses memberikan atau meminta bantuan perlu dibangun komunikasi dua arah, komunikasi yang setara, kesederatan, agar kedua pihak memiliki harga diri yang layak sebagai insan kamil. Dalam komunikasi yang penuh nilai, kreatif dan bertanggung jawab, hal penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana si pembelajar bisa tumbuh self confidence, dan self esterm agar potensi yang ada pada dirinya berkembang secara maksimal dan
berbudaya nasional Indonesia (Berbudin). Acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural dan pluralistis adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Aspek yang menjelaskan prilaku manusia yaitu aspek biologis dan sisiopsikologis. David McClelland menekankan faktor kebutuhan a. Kebutuhan berprestasi (needs for archievement), b. Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation) c. Kebutuhan berkuasa (needs for power). manusia merupakan hasil interaksi tiga sub sistem dalam kepribadian manusia: Id, ego, dan superego. Teori Behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia.Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Skinner menganggap Rewad (penghargaan) dan rierforcement (peneguhan) merupakan faktor dalam belajar.
In reply to First post

Re: Forum Analisis Jurnal-2

SELVIA NUR SAQINAH 2213053193 གིས-
Nama: Selvia Nur Saqinah
Npm: 2213053193
Kelas: 3G
Prodi: PGSD

Nama jurnal: Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora
Volume : 1
Nomer : 1
Halaman : 90-105
Tahun terbit : 2010
Judul jurnal : MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA
DI KALANGAN REMAJA
Nama penulis: H. Wanto Rivaie

ABSTRAK
Munculnya berbagai kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan penggunaan obat terlarang narkoba dan semacamnya, merupakan pelarian dari suasana mental remaja yang bersifat keriminal. Untuk itu
upaya pendidikan perlu perlakuan yang menitik beratkan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.

PENDAHULUAN
Generasi yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia adalah generasi yang kelak
mampu mempertanggung jawabkan perbuatan, tindakan dan perilaku sekecil apapun, harus dapat dipertanggung jawabkan baik terhadap Tuhan, dirinya sendiri dan kepada masyarakat luas. Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan manakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus
dan konsisten disertai keteladanan orang tua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita, masyarakat dan bangsa Indonesia ini, agar kelak tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam
UU Sisdiknas 2003 dapat tercapai dengan baik tanpa upaya tersebut maka pembinanaan generasi muda yang bertanggung jawab dan akhlaq mulia
hanya sebagai buah bibir dan isapan Jempol belaka.

PEMBAHASAN
-Membangun Hubungan Interpersonal Antar Bangsa

Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. Nilai-nilai hubungan antar manusia seyogyanya seperti tersebut pada soal ini, dan untuk menjawabnya, terkait dengan
kedudukan manusia sebagai makhluk Sosial, dan sekaligus sebagai makhluk individual seperti yang dinyatakan Prof . Dr. H. Nursid S, dalam bukunya (2008, 31-44) bahwa manusia baru dapat dikatakan manusia yang sebenarnya, bila ada di dalam masyarakat. Dari sini muncul pentingnya peran penting keluarga dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa. Di dalam keluarga mulai ditanamkan nilai-nilai keimanan, nilai-nilai, dan etika pergaulan. Sebelum Sekolah Dasar bagi yang tergolong keluarga mampu dan modern anaknya dititipkan ke preschool (play group dan TK).

-Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar Modern

Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh
tradisi kehidupan masyarakat atau oleh
usaha yang terprogram,direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern. Namun demikian sesederhana apapun
pembentukan jati diri generasi muda tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan. Jati diri seseorang akan terbangun manakala seseorang dapat membedakan dirinya dengan makhluk lain, khususnya manusia lainnya yang ada diluar dirinya dan menyadari tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya selaku manusia. Dengan
upaya yang serius dan terus menerus maka suatu saat akan dirasakan dan diketahui apa dan siapa diri kita masing-masing. Cara yang lain dapat dilakukan melalui refleksi diri jika kita bandingkan dengan makhluk hidup dan tak hidup. Refleksi dimensi asasi manusia akan lahir dari rasa kagum terhadap alam semesta dengan segala isinya, alam manusia dengan karya, cipta dan karsanya dan Sang Pencipta yang maha besar, akan dapat membuka cakrawala kekaguman

KESIMPULAN
Pembwntukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki
Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum
melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan
seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat
Indonesia.Ke depan ke tiga lingkungan
pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilainilai agama yang suci, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.