FORUM JAWABAN POST TEST
Nama : Evinna Winda Merita
NPM : 2213053297
Kelas : 2G
Nama: Ivo Yuniarta
Npm: 2213053231
Kelas: 2G
Identitas Jurnal
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : hlm 1-7
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: integrasi nasional, etnosentrisme dan konflik kepentingan
A. Pendahuluan
Negara dan bangsa Indonesia sejak proklamasi mempunyai banyak pengalaman. Mengalami perubahan
azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru
ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Orde lama ditandai dengan perebutan pengaruh di
antara para elite politik negeri pada waktu itu. Kekuatan elit yang memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). masa Orde Baru terjadi perampingan parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat sehingga dalam Pemilihan Umum 1977 terdapat tiga kontestan, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya. Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara (kemerdekaan) dan kerukunan sosial (
keharmonisan sosial) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial ( ketidakpatuhan sosial).
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat yang melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat dirinya sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas bukanlah suatu yang selesai
dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu mewujudkannya, dan keadaan yang
dinegosiasikan terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya
C. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan dengan kondisi
Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi
konflik antaretnik, konflik antardaerah.dalam jangka panjang bukannya tak mungkin akan menyebabkan menyempitnya menghadapi yang hingga saat ini masih terus melanda Indonesia. Konflik antaretnik, konflik antardaerah, konflik rasa integrasi nasional, karena integrasi cenderung lebih didasarkan pada faktor-faktor etnis dan faktor daerah semata. Strategi budaya dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang berseberangan dengan
kedekatan dan pandangan hidup pelaku budaya dalam kaitannya dengan kerumitan budaya yang dianut.
D. Penutup
Integrasi nasional adalah jalan keluar untuk antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain seharusnya tidak perlu terjadi jika masing-masing pelaku konflik
menyadari bahwa pluralitas bangsa
Indonesia sudah menjadi sebuah
keniscayaan .
Npm: 2213053231
Kelas: 2G
Identitas Jurnal
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : hlm 1-7
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: integrasi nasional, etnosentrisme dan konflik kepentingan
A. Pendahuluan
Negara dan bangsa Indonesia sejak proklamasi mempunyai banyak pengalaman. Mengalami perubahan
azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perubahan dari Orde Lama ke Orde Baru
ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Orde lama ditandai dengan perebutan pengaruh di
antara para elite politik negeri pada waktu itu. Kekuatan elit yang memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). masa Orde Baru terjadi perampingan parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat sehingga dalam Pemilihan Umum 1977 terdapat tiga kontestan, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya. Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara (kemerdekaan) dan kerukunan sosial (
keharmonisan sosial) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial ( ketidakpatuhan sosial).
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat yang melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat dirinya sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas bukanlah suatu yang selesai
dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu mewujudkannya, dan keadaan yang
dinegosiasikan terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya
C. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan dengan kondisi
Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi
konflik antaretnik, konflik antardaerah.dalam jangka panjang bukannya tak mungkin akan menyebabkan menyempitnya menghadapi yang hingga saat ini masih terus melanda Indonesia. Konflik antaretnik, konflik antardaerah, konflik rasa integrasi nasional, karena integrasi cenderung lebih didasarkan pada faktor-faktor etnis dan faktor daerah semata. Strategi budaya dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang berseberangan dengan
kedekatan dan pandangan hidup pelaku budaya dalam kaitannya dengan kerumitan budaya yang dianut.
D. Penutup
Integrasi nasional adalah jalan keluar untuk antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain seharusnya tidak perlu terjadi jika masing-masing pelaku konflik
menyadari bahwa pluralitas bangsa
Indonesia sudah menjadi sebuah
keniscayaan .
Nama : Rohmah Shela Saputri
NPM : 2213053112
Kelas : 2G
Analisis Jurnal
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : hlm 1-7
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: national integration, ethnocentrism and conflict of interest
Pendahuluan
Negara dan bangsa Indonesia, sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman yang ada, bangsa
Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Perubahan yang terjadi dari
Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba)
ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Pada pemerintah Soeharto untuk
mengendalikan pemerintahan berusaha untuk melakukan peleburan dan perampingan sejumlah oramas dan partai. Setelah Orba mampu berkuasa selama 32 tahun, akhirnya digantikan Pemerintahan Reformasi. Sikap otoriter represif pemerintahan Orde Baru ini pun menimbulkan perlawanan demi perlawanan,
yang memuncak pada peristiwa Mei 1998, yakni tergulingnya rezim pemerintahan Orba yang digantikan dengan Orde Reformasi. Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang
sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Ide dan gagasan dari daerah diusahakan untuk diredam, serta setiap aksi daeri daerah
ditanggapi dengan sikap otoriter represif. Orba yang lebih menekankan pada persoalan stabilitas pembangunan, cenderung tidak memberi ruang adanya politik identitas.
Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar
daerah mengembangkan sistem
desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri. Kebebasan yang dimiliki masyarakat
Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi
bangsa ini. Jadi diperlukan, suatu strategi kebudayaan nasional sejak kemerdekaan hingga hari ini negeri ini belum mempunyai adanya strategi
kebudayaan.
Pembahasan:
-Identitas dan Integrasi Nasional
Di masa awal Indonesia merdeka,
identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah
penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya. contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa –terutama industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama
dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran dikostruksi tayangan televisi. Tayangan televisi telah menjadi bagian dari refleksi kehidupan sehari-hari. Ia
menjadi model dari sebuah habitus yang berperan aktif dalam ranah sosial. Pada suatu sisi integrasi terbentuk
kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang
dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Contohnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP.
- Intergrasi Nasional Versus Otonomi
DaerahSeperti telah dideskripsikan pada pembahasan terdahulu bahwa integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Seperti telah dideskripsikan pada
pembahasan terdahulu bahwa integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi
konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi
kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku. kebudayaan dalam kaitannya dengan
kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang
kebudayaan yang kompleks.
Kesimpulan :
integrasi nasional merupakan jalan keluar agar menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu
terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
NPM : 2213053112
Kelas : 2G
Analisis Jurnal
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : hlm 1-7
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: national integration, ethnocentrism and conflict of interest
Pendahuluan
Negara dan bangsa Indonesia, sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman yang ada, bangsa
Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Perubahan yang terjadi dari
Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba)
ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Pada pemerintah Soeharto untuk
mengendalikan pemerintahan berusaha untuk melakukan peleburan dan perampingan sejumlah oramas dan partai. Setelah Orba mampu berkuasa selama 32 tahun, akhirnya digantikan Pemerintahan Reformasi. Sikap otoriter represif pemerintahan Orde Baru ini pun menimbulkan perlawanan demi perlawanan,
yang memuncak pada peristiwa Mei 1998, yakni tergulingnya rezim pemerintahan Orba yang digantikan dengan Orde Reformasi. Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang
sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Ide dan gagasan dari daerah diusahakan untuk diredam, serta setiap aksi daeri daerah
ditanggapi dengan sikap otoriter represif. Orba yang lebih menekankan pada persoalan stabilitas pembangunan, cenderung tidak memberi ruang adanya politik identitas.
Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar
daerah mengembangkan sistem
desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri. Kebebasan yang dimiliki masyarakat
Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi
bangsa ini. Jadi diperlukan, suatu strategi kebudayaan nasional sejak kemerdekaan hingga hari ini negeri ini belum mempunyai adanya strategi
kebudayaan.
Pembahasan:
-Identitas dan Integrasi Nasional
Di masa awal Indonesia merdeka,
identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah
penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya. contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa –terutama industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama
dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran dikostruksi tayangan televisi. Tayangan televisi telah menjadi bagian dari refleksi kehidupan sehari-hari. Ia
menjadi model dari sebuah habitus yang berperan aktif dalam ranah sosial. Pada suatu sisi integrasi terbentuk
kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang
dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Contohnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP.
- Intergrasi Nasional Versus Otonomi
DaerahSeperti telah dideskripsikan pada pembahasan terdahulu bahwa integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Seperti telah dideskripsikan pada
pembahasan terdahulu bahwa integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi
konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi
kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku. kebudayaan dalam kaitannya dengan
kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang
kebudayaan yang kompleks.
Kesimpulan :
integrasi nasional merupakan jalan keluar agar menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu
terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Nama: Aulia Zahwa Adinda
NPM: 2213053103
Kelas: 2G
INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
1. Identitas Jurnal
Judul Jurnal: INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Halaman: 9 halaman
2. Abstrak Jurnal
Integrasi mencakup makna terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu masalah bersama, baik ideologi, ekonomi, maupun sosial. Pembukaan gerakan integrasi nasional melalui artikel berikut cenderung menciptakan kesadaran dan bentuk sosial yang menyebabkan banyak kelompok dengan identitas masing masing memandang dirinya sebagai satu kesatuan Bangsa Indonesia. Untuk membuat sebuah pergaulan dalam pembentukan integrasi nasional, identitas memiliki fungsi ganda. Selain itu artikel berikut mencoba membahas tentang tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan konsep tersebut integrasi nasional dalam rangka menghadapi konsep etnosentrisme, religiusisme, dan politikisme.i
3. Pendahuluan
Bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional.
4. Pembahasan Jurnal
A. Identitas dan Integrasi Nasional Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum seperti penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya. Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk
kebudayaan yang berlangsung demikian.
Identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi disekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya.
Identitas merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang
selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga
wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Identitas kita pada saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural. Pluralitas pada perkembangan saat ini tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah. Pluralitas pada
perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentinga-kepentingan.
Sebagai contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa – terutama
industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang
pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran dikostruksi tayangan televisi.
B. Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional
menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi
kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
5. Kesimpulan
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi disekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi
kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM: 2213053103
Kelas: 2G
INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
1. Identitas Jurnal
Judul Jurnal: INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Halaman: 9 halaman
2. Abstrak Jurnal
Integrasi mencakup makna terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu masalah bersama, baik ideologi, ekonomi, maupun sosial. Pembukaan gerakan integrasi nasional melalui artikel berikut cenderung menciptakan kesadaran dan bentuk sosial yang menyebabkan banyak kelompok dengan identitas masing masing memandang dirinya sebagai satu kesatuan Bangsa Indonesia. Untuk membuat sebuah pergaulan dalam pembentukan integrasi nasional, identitas memiliki fungsi ganda. Selain itu artikel berikut mencoba membahas tentang tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan konsep tersebut integrasi nasional dalam rangka menghadapi konsep etnosentrisme, religiusisme, dan politikisme.i
3. Pendahuluan
Bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional.
4. Pembahasan Jurnal
A. Identitas dan Integrasi Nasional Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum seperti penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya. Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk
kebudayaan yang berlangsung demikian.
Identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi disekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya.
Identitas merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang
selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga
wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Identitas kita pada saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural. Pluralitas pada perkembangan saat ini tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah. Pluralitas pada
perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentinga-kepentingan.
Sebagai contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa – terutama
industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang
pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran dikostruksi tayangan televisi.
B. Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional
menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi
kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
5. Kesimpulan
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi disekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi
kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Nama : Wike Oktaviana
NPM : 2213053194
Kelas : 2G
Analisis jurnal berjudul Integrasu Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia
Oleh: Agus Maladi Irianto.
integrasi nasional menjadi suatu kesadaran serta bentuk pergaulan yang menjadijan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan dari bangsa Indonesia. Dalam menciptakan pergaulan pembentukan integrasi nasional tersebut identitas akan berfungsi secara ganda. Yakni di satu sisi integrasi akan terbentuk jika terdapat identitas yang mendukung (kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, ataupun kesamaan dalam pandangan hidup serta orientasi keagamaan). sisi yang lain yakni, integrasi yang lebih luas akan mungkin terbentuk sebab sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari semua yang selama ini dianggap membentuk watak dari dirinya atau watak kelompoknya. Dengan hal ini, maka mereka meninggalkan identitasnya, lalu membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas lagi.
Integrasi nasional juga terjadi akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan karena suatu isu bersama, baik bersifat ideologis, ekonomis, atupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima yang membentuk jaringan mereka saat menghadapi Perda/pemda yang dikeluarkan, atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang berbeda-beda akan bersatu dengan PKL lainnya. Singkatnya, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas demi satu kepentingan bersama. konsep mengenai integrasi nasional ini menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini, karena dengan adanya integrasi nasional maka sikap etnosentrisme akan berkurang di kalangan perbedaan masyarakat. Etnosentrime sendiri merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan
budaya etnik lain. konsep mengenai integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia.
NPM : 2213053194
Kelas : 2G
Analisis jurnal berjudul Integrasu Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia
Oleh: Agus Maladi Irianto.
integrasi nasional menjadi suatu kesadaran serta bentuk pergaulan yang menjadijan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan dari bangsa Indonesia. Dalam menciptakan pergaulan pembentukan integrasi nasional tersebut identitas akan berfungsi secara ganda. Yakni di satu sisi integrasi akan terbentuk jika terdapat identitas yang mendukung (kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, ataupun kesamaan dalam pandangan hidup serta orientasi keagamaan). sisi yang lain yakni, integrasi yang lebih luas akan mungkin terbentuk sebab sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari semua yang selama ini dianggap membentuk watak dari dirinya atau watak kelompoknya. Dengan hal ini, maka mereka meninggalkan identitasnya, lalu membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas lagi.
Integrasi nasional juga terjadi akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan karena suatu isu bersama, baik bersifat ideologis, ekonomis, atupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima yang membentuk jaringan mereka saat menghadapi Perda/pemda yang dikeluarkan, atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang berbeda-beda akan bersatu dengan PKL lainnya. Singkatnya, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas demi satu kepentingan bersama. konsep mengenai integrasi nasional ini menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini, karena dengan adanya integrasi nasional maka sikap etnosentrisme akan berkurang di kalangan perbedaan masyarakat. Etnosentrime sendiri merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan
budaya etnik lain. konsep mengenai integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia.
Nama : miftahul jannah
Npm :2253053012
ANALISIS JURNAL
A. IDENTITAS JURNAL
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : hlm 1-7
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: national integration, ethnocentrism and conflict of interest
B . Pembahasan
memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang
sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas
munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. di diperlukan,
suatu strategi kebudayaan nasional
senyampang sejak kemerdekaan hingga hari
ini negeri ini karena belum memiliki adanya strategi
kebudayaan.
Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya
sendiri dan bagaimana orang lain melihat
mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk
kebudayaan yang berlangsung demikian
kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu
bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak
semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi
yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek
ruang juga bukan hanya satu atau tunggal,
tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas.
Lapis-lapis identitas itu tergantung pada
peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang dihadapi, serta ditentukan pula
dari cara menyikapi keadaan dan peran
tersebut.
Identitas sebagai
sarana pembentukan pola pikir masyarakat
diperlukan adanya suatu kesadaran nasional
yang dipupuk dengan menanamkan gagasan
nasionalisme dan pluralisme. Untuk menciptakan pergaulan
dalam pembentukan integrasi nasional
tersebut identitas justru berfungsi secara
ganda.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik
yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun
sosial.
Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
pada dasarnya pluralitas bagi bangsa
indonesia adalah takdir. Akan tetapi,
perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan,
apalagi menimbulkan pertentangan
sepanjang masing-masing anggota
masyarakat menyadari akan pluralitas
tersebutkonsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang
telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu
pada kekuatan budaya yang bertolak pada
kedekatan dan pandangan hidup pelaku
kebudayaan dalam kaitannya dengan
kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Kesimpulan
Integrasi
nasional adalah proses sosial dan interaksi sosial dalam upaya penyatuan berbagai bentuk kelompok sosial budaya ke dalam satu kesatuan wilayah kekuasaan. Dan integrasi nasional ialah jalan keluar untuk
menghadapi yang hingga saat ini masih
terus-menerus melanda Indonesia.
Npm :2253053012
ANALISIS JURNAL
A. IDENTITAS JURNAL
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : hlm 1-7
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: national integration, ethnocentrism and conflict of interest
B . Pembahasan
memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang
sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas
munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. di diperlukan,
suatu strategi kebudayaan nasional
senyampang sejak kemerdekaan hingga hari
ini negeri ini karena belum memiliki adanya strategi
kebudayaan.
Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya
sendiri dan bagaimana orang lain melihat
mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk
kebudayaan yang berlangsung demikian
kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu
bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak
semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi
yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek
ruang juga bukan hanya satu atau tunggal,
tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas.
Lapis-lapis identitas itu tergantung pada
peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang dihadapi, serta ditentukan pula
dari cara menyikapi keadaan dan peran
tersebut.
Identitas sebagai
sarana pembentukan pola pikir masyarakat
diperlukan adanya suatu kesadaran nasional
yang dipupuk dengan menanamkan gagasan
nasionalisme dan pluralisme. Untuk menciptakan pergaulan
dalam pembentukan integrasi nasional
tersebut identitas justru berfungsi secara
ganda.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik
yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun
sosial.
Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
pada dasarnya pluralitas bagi bangsa
indonesia adalah takdir. Akan tetapi,
perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan,
apalagi menimbulkan pertentangan
sepanjang masing-masing anggota
masyarakat menyadari akan pluralitas
tersebutkonsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang
telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu
pada kekuatan budaya yang bertolak pada
kedekatan dan pandangan hidup pelaku
kebudayaan dalam kaitannya dengan
kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Kesimpulan
Integrasi
nasional adalah proses sosial dan interaksi sosial dalam upaya penyatuan berbagai bentuk kelompok sosial budaya ke dalam satu kesatuan wilayah kekuasaan. Dan integrasi nasional ialah jalan keluar untuk
menghadapi yang hingga saat ini masih
terus-menerus melanda Indonesia.
Nama : Aulia Maharani Putri
Npm : 2213053010
Kelas : 2G
Analisis Jurnal
A. Identitas Jurnal
1. Judul Jurnal : INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
2. Penulis : Agus Maladi Irianto
B. Abstrak Jurnal
1. Jumlah Paragraf : 1
2. Uraian Abstrak : pada jurnal tersebut membahas tentang tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan integrasi nasional dalam menghadapi konsep Etnosentrisme, Religisentrism, politiksentrisme.
3. Kata Kunci : Integrasi Nasional Etnosentrisme dan Konflik Kepentingan
C. Pembahasan
a. Pendahuluan Jurnal :
Pengalamannya ialah bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan asas paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Dalam perubahan asas dan ideologi menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. perubahan dari Orde Lama (Orls)ke Orde Baru (Orba) yang ditandai dengan pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 sehingga lahirnya Surat Perintah Sebelas maret ( Supersemar). Kekuatan elit yang memiliki pengaruh pada masa itu adalah PKI PNI dan Masyumi dan militer (Angkatan Darat).
Pada tanggal 9 Maret 1970 terjadinya pengelompokan partai dan terbentuklah kelompok demokrasi pembangunan yang terdiri dari PNI partai Katolik, parkindo dan murba. Kemudian pada tanggal 13 Maret 1970 terbentuk kelompok kesatuan pembangunan yang terdiri dari NU, parmusi, PS2 dan perti. pada pemilihan umum tahun 1977 terdapat tiga konstanta yaitu partai pembangunan( PPP)dan partai demokrasi Indonesia (PDI) serta golongan karya.
b. Identitas Dan Integrasi Nasional:
Pada awal kemerdekaan Indonesia identitas nasional ditandai dengan bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia.
identitas merupakan representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sebagaimana orang yang melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial budaya. Identitas yang merupakan sarana pembentuk pola pikir suatu masyarakat diperlukan suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme.
Dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari dinasti terhadap bangsa asing merupakan kesadaran nasional. integrasi nasional yang merupakan kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia. integrasi nasional terjadi akibat terbentuknya suatu kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama baik yang bersifat ideologis ekonomis maupun sosial.
c. Integrasi Nasional Versus Otonomi daerah:
Gambaran pluralitas kendati sudah merupakan takdir namun akhir ini justru semakin memicu pertentangan antar sejumlah anggota masyarakat, bahkan munculnya adagium yang memicu konflik. "Kami versus kalian, aku versus kamu", dan seterusnya. maka terjadilah paham sentrisme yang kemudian melahirkan misalnya etnosentrisme, religisentrisme, politik ticantrisme, dan seterusnya. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk berpikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain titik segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya.
Konsep integrasi nasional sangat penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari 6 dasawarsa ini titik strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak belakang pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengansitas kebudayaan yang dianut titik Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategis kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi antar sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatarbelakangi kebudayaan yang kompleks.
kebijakan otonomi daerah yang diyakini marak di sejumlah penjuru negeri, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitas dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini membentuk karakter diri secara individu dan kelompok dengan demikian ia meninggalkan yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
D. Kesimpulan
Secara keseluruhan pada jurnal tersebut dapat disimpulkan, integrasi nasional merupakan jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik konflik antar-daerah konflik antar- partai olitik, konflik antar-pelajar dan sejumlah konflik kepentingan lainnya yang semestinya tidak perlu terjadi. jika setiap pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Kebijakan otonomi daerah yang saat ini masih di sejumlah penjuru negeri justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujd, apabila suatu anggota kelompok masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk karakter dirinya dan watak kelompoknya.
Npm : 2213053010
Kelas : 2G
Analisis Jurnal
A. Identitas Jurnal
1. Judul Jurnal : INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
2. Penulis : Agus Maladi Irianto
B. Abstrak Jurnal
1. Jumlah Paragraf : 1
2. Uraian Abstrak : pada jurnal tersebut membahas tentang tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan integrasi nasional dalam menghadapi konsep Etnosentrisme, Religisentrism, politiksentrisme.
3. Kata Kunci : Integrasi Nasional Etnosentrisme dan Konflik Kepentingan
C. Pembahasan
a. Pendahuluan Jurnal :
Pengalamannya ialah bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan asas paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Dalam perubahan asas dan ideologi menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. perubahan dari Orde Lama (Orls)ke Orde Baru (Orba) yang ditandai dengan pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 sehingga lahirnya Surat Perintah Sebelas maret ( Supersemar). Kekuatan elit yang memiliki pengaruh pada masa itu adalah PKI PNI dan Masyumi dan militer (Angkatan Darat).
Pada tanggal 9 Maret 1970 terjadinya pengelompokan partai dan terbentuklah kelompok demokrasi pembangunan yang terdiri dari PNI partai Katolik, parkindo dan murba. Kemudian pada tanggal 13 Maret 1970 terbentuk kelompok kesatuan pembangunan yang terdiri dari NU, parmusi, PS2 dan perti. pada pemilihan umum tahun 1977 terdapat tiga konstanta yaitu partai pembangunan( PPP)dan partai demokrasi Indonesia (PDI) serta golongan karya.
b. Identitas Dan Integrasi Nasional:
Pada awal kemerdekaan Indonesia identitas nasional ditandai dengan bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia.
identitas merupakan representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sebagaimana orang yang melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial budaya. Identitas yang merupakan sarana pembentuk pola pikir suatu masyarakat diperlukan suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme.
Dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari dinasti terhadap bangsa asing merupakan kesadaran nasional. integrasi nasional yang merupakan kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia. integrasi nasional terjadi akibat terbentuknya suatu kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama baik yang bersifat ideologis ekonomis maupun sosial.
c. Integrasi Nasional Versus Otonomi daerah:
Gambaran pluralitas kendati sudah merupakan takdir namun akhir ini justru semakin memicu pertentangan antar sejumlah anggota masyarakat, bahkan munculnya adagium yang memicu konflik. "Kami versus kalian, aku versus kamu", dan seterusnya. maka terjadilah paham sentrisme yang kemudian melahirkan misalnya etnosentrisme, religisentrisme, politik ticantrisme, dan seterusnya. Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk berpikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain titik segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya.
Konsep integrasi nasional sangat penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari 6 dasawarsa ini titik strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak belakang pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengansitas kebudayaan yang dianut titik Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategis kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi antar sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatarbelakangi kebudayaan yang kompleks.
kebijakan otonomi daerah yang diyakini marak di sejumlah penjuru negeri, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitas dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini membentuk karakter diri secara individu dan kelompok dengan demikian ia meninggalkan yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
D. Kesimpulan
Secara keseluruhan pada jurnal tersebut dapat disimpulkan, integrasi nasional merupakan jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik konflik antar-daerah konflik antar- partai olitik, konflik antar-pelajar dan sejumlah konflik kepentingan lainnya yang semestinya tidak perlu terjadi. jika setiap pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Kebijakan otonomi daerah yang saat ini masih di sejumlah penjuru negeri justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujd, apabila suatu anggota kelompok masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk karakter dirinya dan watak kelompoknya.
Sebagai balasan Kiriman pertama
Re: FORUM JAWABAN POST TEST
Nama : Devi Kelana Rindu Bintara
NPM : 2213053095
Kelas : 2G
1. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia
Nama Penulis : Agus Maladi Irianto
2. Pendahuluan
Negara dan bangsa Indonesia, sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini
telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di
antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional.
2. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam
nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita
politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.
Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini
dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan
integrasi yang lebih luas.
3. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
Integrasi nasional menjadi sangat penting untuk dijadikannya strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Integrasi terbentuk jika ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam
nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik atau kesarean dalam pandangan hidup. Dan juga terbentuknya integrasi nasional tered akibat kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial Integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi can misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang bersifat kompleks.
4 Kesimpulan
deskripsi yang
telah diuraikan pada pembahasan terdahulu maka dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda
Indonesia.
Kebijakan otonomi daerah yang kini
marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional.
NPM : 2213053095
Kelas : 2G
1. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia
Nama Penulis : Agus Maladi Irianto
2. Pendahuluan
Negara dan bangsa Indonesia, sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini
telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di
antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional.
2. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam
nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita
politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.
Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini
dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan
integrasi yang lebih luas.
3. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
Integrasi nasional menjadi sangat penting untuk dijadikannya strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Integrasi terbentuk jika ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam
nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik atau kesarean dalam pandangan hidup. Dan juga terbentuknya integrasi nasional tered akibat kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial Integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi can misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang bersifat kompleks.
4 Kesimpulan
deskripsi yang
telah diuraikan pada pembahasan terdahulu maka dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda
Indonesia.
Kebijakan otonomi daerah yang kini
marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional.
Nama : Aura Fitria Ananda
Npm : 2213053094
Kelas : 2G
Analisis Jurnal
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis Jurnal : Agus Maladi Irianto
Kata Kunci : National integration, ethnocentrism and conflict of interest
A. Pendahuluan
Sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini, bangsa Indonesia telah melalui banyak pengalaman. Di antara pengalaman tersebut bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan prinsip, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan prinsip dan ideologi tersebut menimbulkan disintegrasi dan instabilitas nasional. Peralihan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 yang berujung pada lahirnya Orde 11 Maret (Supersemar). Situasi politik nasional yang menyebabkan runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan kekuasaan antara elit politik negara.
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat yang memandang dirinya sendiri dan bagaimana orang lain memandangnya sebagai satu kesatuan sosial budaya. Jadi identitas adalah produk budaya yang terjadi sedemikian kompleks.
Identitas bukanlah sesuatu yang siap dan final, tetapi merupakan ruang yang diadaptasi ulang, yang sifatnya selalu diperbarui, dan ruang yang selalu dinegosiasikan, sehingga bentuknya selalu bergantung pada proses yang membentuknya. Integrasi nasional juga terjadi sebagai terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh tujuan bersama, baik ideologi, ekonomi, maupun sosial.
C. Integrasi Nasional Vs. Otonomi Daerah
Integrasi nasional pada hakekatnya mengandung arti menyatukan visi dan misi bangsa untuk berbagai kepentingan setiap anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan dengan situasi Indonesia saat ini. Jika ada konflik antar suku, konflik antar daerah, konflik antar agama, konflik antar partai politik, konflik antar mahasiswa dan masih banyak lagi konflik kepentingan lainnya yang masih terjadi di Indonesia. Dewasa ini, kebijakan otonomi daerah yang berlaku di berbagai pelosok tanah air justru menjadi penghambat implementasi konsep integrasi nasional. Impian untuk mewujudkan konsep integrasi nasional menjadi kenyataan ketika sekelompok anggota masyarakat siap untuk menerobos identitasnya dan menjauhkan diri dari segala kepentingan yang dianggap membentuk diri atau karakter kelompoknya.
D. Penutup
Merujuk pada beberapa uraian pada pembahasan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa integrasi nasional merupakan cara untuk menghadapi apa yang masih melanda Indonesia. Konflik antarsuku, konflik antardaerah, konflik antaragama, konflik antarpartai politik, konflik antarmahasiswa dan masih banyak lagi konflik kepentingan lainnya seharusnya tidak muncul jika semua penyebab konflik tersebut menyadari bahwa bangsa Indonesia sudah menjadi sangat diperlukan.
Npm : 2213053094
Kelas : 2G
Analisis Jurnal
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis Jurnal : Agus Maladi Irianto
Kata Kunci : National integration, ethnocentrism and conflict of interest
A. Pendahuluan
Sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini, bangsa Indonesia telah melalui banyak pengalaman. Di antara pengalaman tersebut bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan prinsip, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan prinsip dan ideologi tersebut menimbulkan disintegrasi dan instabilitas nasional. Peralihan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 yang berujung pada lahirnya Orde 11 Maret (Supersemar). Situasi politik nasional yang menyebabkan runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan kekuasaan antara elit politik negara.
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat yang memandang dirinya sendiri dan bagaimana orang lain memandangnya sebagai satu kesatuan sosial budaya. Jadi identitas adalah produk budaya yang terjadi sedemikian kompleks.
Identitas bukanlah sesuatu yang siap dan final, tetapi merupakan ruang yang diadaptasi ulang, yang sifatnya selalu diperbarui, dan ruang yang selalu dinegosiasikan, sehingga bentuknya selalu bergantung pada proses yang membentuknya. Integrasi nasional juga terjadi sebagai terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh tujuan bersama, baik ideologi, ekonomi, maupun sosial.
C. Integrasi Nasional Vs. Otonomi Daerah
Integrasi nasional pada hakekatnya mengandung arti menyatukan visi dan misi bangsa untuk berbagai kepentingan setiap anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan dengan situasi Indonesia saat ini. Jika ada konflik antar suku, konflik antar daerah, konflik antar agama, konflik antar partai politik, konflik antar mahasiswa dan masih banyak lagi konflik kepentingan lainnya yang masih terjadi di Indonesia. Dewasa ini, kebijakan otonomi daerah yang berlaku di berbagai pelosok tanah air justru menjadi penghambat implementasi konsep integrasi nasional. Impian untuk mewujudkan konsep integrasi nasional menjadi kenyataan ketika sekelompok anggota masyarakat siap untuk menerobos identitasnya dan menjauhkan diri dari segala kepentingan yang dianggap membentuk diri atau karakter kelompoknya.
D. Penutup
Merujuk pada beberapa uraian pada pembahasan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa integrasi nasional merupakan cara untuk menghadapi apa yang masih melanda Indonesia. Konflik antarsuku, konflik antardaerah, konflik antaragama, konflik antarpartai politik, konflik antarmahasiswa dan masih banyak lagi konflik kepentingan lainnya seharusnya tidak muncul jika semua penyebab konflik tersebut menyadari bahwa bangsa Indonesia sudah menjadi sangat diperlukan.
Nama: Chindy Alviona
NPM: 2213053093
Kelas: 2G
Analisis Jurnal
1. Judul
Dalam jurnal tersebut menjelaskan tentang materi yang berjudul "INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA"
2. Penulis
Jurnal tersebut di tulis oleh Agus Maladi Irianto
3. Korespondensi
Pada bagian ini tidak terdapat nama penulis, email, nama lembaga pendidikan, dan progam studi penulis.
4. Abstrak
Pada bagian abstrak ini, Integrasi mencakup makna terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu masalah bersama,Baik ideologi, ekonomi, maupun sosial. Pembukaan gerakan integrasi nasional melalui artikel berikut cenderung menciptakan kesadaran dan bentuk sosial yang menyebabkan banyak kelompok dengan identitas masing-masing memandang dirinya sebagai satu kesatuan: Bangsa Indonesia. Untuk membuat sebuahpergaulan dalam pembentukan integrasi nasional, identitas memiliki fungsi ganda. Selain itu, Artikel berikut mencoba membahas tentang tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan konsep tersebutintegrasi nasional dalam rangka menghadapi konsep etnosentrisme, religiusisme, danpolitikisme.
5. Kata Kunci
Pada jurnal ini sudah terdapat kata kunci yaitu: integrasi nasional, etnosentrisme dan konflik kepentingan.
6. Pembahasan
A. PENDAHULUAN
Negara dan bangsa Indonesia, sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman.Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Ide dan gagasan dari daerah diusahakan untuk diredam, serta setiap aksi daeri daerah ditanggapi dengan sikap otoriter-represif. membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistemdesentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri.
B. IDENTITAS DAN INTEGRASI NASIONAL
Di masa awal Indonesia merdeka,
identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejaksemula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas.
Lapis-lapis identitas itu tergantung pada peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang dihadapi, serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan peran tersebut. Integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia. Untuk menciptakan pergaulan dalam pembentukan integrasi nasional
tersebut identitas justru berfungsi secara ganda.
C. INTEGRASI NASIONAL VERSUS OTONOMI DAERAH
Seperti telah dideskripsikan pada
pembahasan terdahulu bahwa integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing
anggota masyarakat. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur. Ia adalah negara dengan 17.504 pulau, 1.068 suku bangsa, dan memiliki sedikitnya 665 bahasa daerah. Indonesia juga kaya dengan spesies langka. Baik flora maupun fauna. Ada mamalia, kupu-kupu, reptil, burung, unggas, dan amfibi yang berjumlah lebih dari 3.025 spesies. Tumbuhan yang hidup di Indonesia berjumlah sekitar 47.000 spesies atau setara dengan 12 persen dari seluruh spesies tumbuhan di dunia. Bahkan, dalam bidang seni dan budaya terdapat sedikitnya 300 gaya tari tradisional dari Sabang sampai Merauke. 5 Bertolak dari gambaran tersebut, maka pada dasarnya pluralitas bagi bangsa
Indonesia adalah takdir. Akan tetapi,
perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan, apalagi menimbulkan pertentangan sepanjang masing-masing anggota masyarakat menyadari akan pluralitas tersebut. Telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep
integrasi nasional sebagai strategi
kebudayaan Indonesia pada dasarnya
menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang .kebudayaan yang kompleks.
D. PENUTUP
dapat dikatakan bahwa integrasi
nasional adalah jalan keluar untuk
menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu
terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya.
NPM: 2213053093
Kelas: 2G
Analisis Jurnal
1. Judul
Dalam jurnal tersebut menjelaskan tentang materi yang berjudul "INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA"
2. Penulis
Jurnal tersebut di tulis oleh Agus Maladi Irianto
3. Korespondensi
Pada bagian ini tidak terdapat nama penulis, email, nama lembaga pendidikan, dan progam studi penulis.
4. Abstrak
Pada bagian abstrak ini, Integrasi mencakup makna terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu masalah bersama,Baik ideologi, ekonomi, maupun sosial. Pembukaan gerakan integrasi nasional melalui artikel berikut cenderung menciptakan kesadaran dan bentuk sosial yang menyebabkan banyak kelompok dengan identitas masing-masing memandang dirinya sebagai satu kesatuan: Bangsa Indonesia. Untuk membuat sebuahpergaulan dalam pembentukan integrasi nasional, identitas memiliki fungsi ganda. Selain itu, Artikel berikut mencoba membahas tentang tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan konsep tersebutintegrasi nasional dalam rangka menghadapi konsep etnosentrisme, religiusisme, danpolitikisme.
5. Kata Kunci
Pada jurnal ini sudah terdapat kata kunci yaitu: integrasi nasional, etnosentrisme dan konflik kepentingan.
6. Pembahasan
A. PENDAHULUAN
Negara dan bangsa Indonesia, sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman.Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Ide dan gagasan dari daerah diusahakan untuk diredam, serta setiap aksi daeri daerah ditanggapi dengan sikap otoriter-represif. membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistemdesentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri.
B. IDENTITAS DAN INTEGRASI NASIONAL
Di masa awal Indonesia merdeka,
identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejaksemula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas.
Lapis-lapis identitas itu tergantung pada peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang dihadapi, serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan peran tersebut. Integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia. Untuk menciptakan pergaulan dalam pembentukan integrasi nasional
tersebut identitas justru berfungsi secara ganda.
C. INTEGRASI NASIONAL VERSUS OTONOMI DAERAH
Seperti telah dideskripsikan pada
pembahasan terdahulu bahwa integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing
anggota masyarakat. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur. Ia adalah negara dengan 17.504 pulau, 1.068 suku bangsa, dan memiliki sedikitnya 665 bahasa daerah. Indonesia juga kaya dengan spesies langka. Baik flora maupun fauna. Ada mamalia, kupu-kupu, reptil, burung, unggas, dan amfibi yang berjumlah lebih dari 3.025 spesies. Tumbuhan yang hidup di Indonesia berjumlah sekitar 47.000 spesies atau setara dengan 12 persen dari seluruh spesies tumbuhan di dunia. Bahkan, dalam bidang seni dan budaya terdapat sedikitnya 300 gaya tari tradisional dari Sabang sampai Merauke. 5 Bertolak dari gambaran tersebut, maka pada dasarnya pluralitas bagi bangsa
Indonesia adalah takdir. Akan tetapi,
perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan, apalagi menimbulkan pertentangan sepanjang masing-masing anggota masyarakat menyadari akan pluralitas tersebut. Telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep
integrasi nasional sebagai strategi
kebudayaan Indonesia pada dasarnya
menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang .kebudayaan yang kompleks.
D. PENUTUP
dapat dikatakan bahwa integrasi
nasional adalah jalan keluar untuk
menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu
terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya.
Nama:Ricca Tri Fadillah
Npm:2213053161
Kelas:2G
Judul jurnal: integrasi nasional sebagai penangkal etnosentrisme di Indonesia
Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci:nationalintegration, ethnocentrism and conflict of interest
A. Pendahuluan
Negara dan Bangsa Indonesia
dari Proklamasi Kemerdekaan sampai sekarang memiliki pengalaman antara pengalaman-pengalaman ini bangsa mengalami berbagai perubahan seperti Asas, Paham , Ideologi serta Doktrin yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan sebagainya. patriotik Berbagai perubahan prinsip dan Ideologi ini menciptakan fragmentasi dan ketidakstabilan nasional.
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah ekspresi diri
manusia atau masyarakat dalam melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat dirinya sebagai unit sosial budaya.Jadi identitas adalah produk budaya yang berjalan rumit. Identitas dilihat dari perspektif waktu bukan bentuk yang telah ada sejak saat itu dan kembali tetap pada dasarnya abadi.integrasi bangsa sebagai kesadaran dan bentuk asosiasi menyebabkan keragaman kelompok dengan identitas individu merasa dirinya seperti satu kesatuan bangsa Indonesia.Untuk membuat asosiasi dalam pembentukan integrasi nasional Identitas ini benar-benar berfungsi dobel. Terjadinya Integrasi nasional disebabkan oleh terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama baik yang bersifat ideologis ekonomis maupun sosial.
C. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
Dapat kita ketahui bahwa Indonesia dikaruniai dengan alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur. Konsep mengenai integrasi nasional yang menjadi hal penting untuk dijadikan strategi kebudayaan oleh bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari 6 dasawarsa ini. strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut.
D. Penutup
Integrasi Nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Kebijakan otonomi daerah yang sekarang marak di sejumlah penjuru negara ini justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional.
Npm:2213053161
Kelas:2G
Judul jurnal: integrasi nasional sebagai penangkal etnosentrisme di Indonesia
Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci:nationalintegration, ethnocentrism and conflict of interest
A. Pendahuluan
Negara dan Bangsa Indonesia
dari Proklamasi Kemerdekaan sampai sekarang memiliki pengalaman antara pengalaman-pengalaman ini bangsa mengalami berbagai perubahan seperti Asas, Paham , Ideologi serta Doktrin yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan sebagainya. patriotik Berbagai perubahan prinsip dan Ideologi ini menciptakan fragmentasi dan ketidakstabilan nasional.
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah ekspresi diri
manusia atau masyarakat dalam melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat dirinya sebagai unit sosial budaya.Jadi identitas adalah produk budaya yang berjalan rumit. Identitas dilihat dari perspektif waktu bukan bentuk yang telah ada sejak saat itu dan kembali tetap pada dasarnya abadi.integrasi bangsa sebagai kesadaran dan bentuk asosiasi menyebabkan keragaman kelompok dengan identitas individu merasa dirinya seperti satu kesatuan bangsa Indonesia.Untuk membuat asosiasi dalam pembentukan integrasi nasional Identitas ini benar-benar berfungsi dobel. Terjadinya Integrasi nasional disebabkan oleh terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama baik yang bersifat ideologis ekonomis maupun sosial.
C. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
Dapat kita ketahui bahwa Indonesia dikaruniai dengan alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur. Konsep mengenai integrasi nasional yang menjadi hal penting untuk dijadikan strategi kebudayaan oleh bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari 6 dasawarsa ini. strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut.
D. Penutup
Integrasi Nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Kebijakan otonomi daerah yang sekarang marak di sejumlah penjuru negara ini justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional.
Sebagai balasan Ricca Tri Fadillah 2213053161
Re: FORUM JAWABAN POST TEST
Nama : Natasya Bunga Nitara
Npm : 2213053012
Kelas : 2G
A. Identitas Jurnal
Judul jurnal : Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia
Nama Penulis : Agus Maladi Irianto
Halaman : 1-6
Kata Kunci : integrasi nasional, etnosentrisme dan konflik kepentingan
B. Abstrak Jurnal
Integrasi mencakup makna terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu masalah bersama, baik ideologi, ekonomi, maupun sosial. Gebrakan gerakan integrasi nasional melalui pasal berikut ini cenderung melahirkan kesadaran dan bentuk sosial yang menyebabkan banyak kelompok dengan identitas masing-masing memandang dirinya sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia.
C. Pendahuluan
Bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Dengan adanya pembinaan terhadap parpol-parpol dalam masa Orde Baru maka terjadilah perampingan parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat kala itu, sehingga pada akhirnya dalam Pemilihan Umum 1977 terdapat tiga kontestan, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya.
D. Isi Jurnal
a) Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
b) Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
E. Penutup jurnal
integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Npm : 2213053012
Kelas : 2G
A. Identitas Jurnal
Judul jurnal : Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia
Nama Penulis : Agus Maladi Irianto
Halaman : 1-6
Kata Kunci : integrasi nasional, etnosentrisme dan konflik kepentingan
B. Abstrak Jurnal
Integrasi mencakup makna terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu masalah bersama, baik ideologi, ekonomi, maupun sosial. Gebrakan gerakan integrasi nasional melalui pasal berikut ini cenderung melahirkan kesadaran dan bentuk sosial yang menyebabkan banyak kelompok dengan identitas masing-masing memandang dirinya sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia.
C. Pendahuluan
Bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Dengan adanya pembinaan terhadap parpol-parpol dalam masa Orde Baru maka terjadilah perampingan parpol sebagai wadah aspirasi warga masyarakat kala itu, sehingga pada akhirnya dalam Pemilihan Umum 1977 terdapat tiga kontestan, yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) serta satu Golongan Karya.
D. Isi Jurnal
a) Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
b) Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
E. Penutup jurnal
integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Nama: Rilian Tsabitha Suri
NPM: 2213053141
Kelas: 2G
Judul Jurnal: INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis: Agus Maladi Irianto
A. Pendahuluan
Disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Situasi perpolitikan nasional menjelang runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan pengaruh di antara para elite politik negeri pada waktu itu. Setelah Orba mampu berkuasa selama 32 tahun, akhirnya digantikan Pemerintahan Reformasi. Sikap otoriter-represif pemerintahan Orde Baru ini pun menimbulkan perlawanan demi perlawanan, yang memuncak pada peristiwa Mei 1998, yakni tergulingnya rezim pemerintahan Orba yang digantikan dengan Orde Reformasi. Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara (gevernance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience). Dari sinilah tergambar tentang tindakan anarkis, pelanggaran moral, pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata.
B. Pembahasan
Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang beretnik Minang akan bersatu dengan PKL- PKL beretnik lain. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi
konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir. Gambaran pluralitas ini, kendati sudah merupakan takdir, namun akhir-akhir ini justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. Maka munculah faham sentrisme yang kemudian melahirkan misalnya, etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya.
Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme. Sebagai contoh, Setiap provinsi dan setiap kabupaten ingin mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Para siswa dan bahkan para mahasiswa yang belajar praktis berasal dari daerah yang sama dan juga dari latar belakang budaya yang sama. Hal ini dalam jangka panjang bukannya tak mungkin akan menyebabkan menyempitnya rasa integrasi nasional, karena integrasi cenderung lebih didasarkan pada faktor-faktor etnis dan faktor daerah semata. Berdasarkan gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Oleh karena itu, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
C. Penutup
Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya.
NPM: 2213053141
Kelas: 2G
Judul Jurnal: INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis: Agus Maladi Irianto
A. Pendahuluan
Disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Situasi perpolitikan nasional menjelang runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan pengaruh di antara para elite politik negeri pada waktu itu. Setelah Orba mampu berkuasa selama 32 tahun, akhirnya digantikan Pemerintahan Reformasi. Sikap otoriter-represif pemerintahan Orde Baru ini pun menimbulkan perlawanan demi perlawanan, yang memuncak pada peristiwa Mei 1998, yakni tergulingnya rezim pemerintahan Orba yang digantikan dengan Orde Reformasi. Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara (gevernance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience). Dari sinilah tergambar tentang tindakan anarkis, pelanggaran moral, pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata.
B. Pembahasan
Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang beretnik Minang akan bersatu dengan PKL- PKL beretnik lain. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi
konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir. Gambaran pluralitas ini, kendati sudah merupakan takdir, namun akhir-akhir ini justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. Maka munculah faham sentrisme yang kemudian melahirkan misalnya, etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya.
Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme. Sebagai contoh, Setiap provinsi dan setiap kabupaten ingin mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Para siswa dan bahkan para mahasiswa yang belajar praktis berasal dari daerah yang sama dan juga dari latar belakang budaya yang sama. Hal ini dalam jangka panjang bukannya tak mungkin akan menyebabkan menyempitnya rasa integrasi nasional, karena integrasi cenderung lebih didasarkan pada faktor-faktor etnis dan faktor daerah semata. Berdasarkan gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Oleh karena itu, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
C. Penutup
Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya.
Nama : Widia Nata Saputri
NPM : 2213053057
Kelas : 2G
1. Identitas Jurnal
Judul Jurnal: INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis Jurnal: Agus Maladi Irianto
2. Isi dan Pembahasan
Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini, Indonesia telah mempunyai banyak sekali pengalaman. Pengalaman tersebut diantaranya adalah perubahan azas, paham, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari banyaknya perubahan azas dan ideologi tersebut menciptakan disintegrasi dan nasional.
Integritas dan Integrasi Nasional
Identitas merupakan representasi diri seseorang atau masyarakat, bagaimana orang lain melihat mereka. Identitas terbentuk dari kemauan diri sendiri dan sangat bergabung dari kekuatan-kekuatan objektif yang mengharuskan kita untuk meresponnya. Identitas merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
Identitas dan karakter bangsa merupakan sarana dalam pembentukan mindset dan sikap mental, memajukan adab dan kemempuan bangsa adalah prioritas dalam pembangunan Kebudayaan nasional. Menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme digunakan sebagai pupuk penyadaran nasional mengenal Identitas. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang
mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan, ketertundukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing. integrasi terbentuk
apabila terdapat identitas yang mendukungnya
seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan
hidup atau orientasi keagamaan. Selain itu, Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
Etnosentrisme merupakan kecenderungan berpikir bahwa etniknya lebih unggul dibandingkan budaya etnik lain. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional.
Mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Kesimpulannya, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
NPM : 2213053057
Kelas : 2G
1. Identitas Jurnal
Judul Jurnal: INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis Jurnal: Agus Maladi Irianto
2. Isi dan Pembahasan
Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini, Indonesia telah mempunyai banyak sekali pengalaman. Pengalaman tersebut diantaranya adalah perubahan azas, paham, ideologi, dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dari banyaknya perubahan azas dan ideologi tersebut menciptakan disintegrasi dan nasional.
Integritas dan Integrasi Nasional
Identitas merupakan representasi diri seseorang atau masyarakat, bagaimana orang lain melihat mereka. Identitas terbentuk dari kemauan diri sendiri dan sangat bergabung dari kekuatan-kekuatan objektif yang mengharuskan kita untuk meresponnya. Identitas merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
Identitas dan karakter bangsa merupakan sarana dalam pembentukan mindset dan sikap mental, memajukan adab dan kemempuan bangsa adalah prioritas dalam pembangunan Kebudayaan nasional. Menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme digunakan sebagai pupuk penyadaran nasional mengenal Identitas. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang
mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan, ketertundukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing. integrasi terbentuk
apabila terdapat identitas yang mendukungnya
seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan
hidup atau orientasi keagamaan. Selain itu, Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
Etnosentrisme merupakan kecenderungan berpikir bahwa etniknya lebih unggul dibandingkan budaya etnik lain. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional.
Mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Kesimpulannya, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Nama: Afanin Yuli Safitri
NPM: 2213053020
Kelas: 2G
ANALISIS JURNAL
Judul: INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis: Agus Maladi Irianto
Pendahuluan
Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman seperti mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Tindakan anarkis, pelanggaran moral, etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata terus terjadi sampai sekarang dan kesimpulannya tak menghasilkan solusi. Maka diperlukan suatu strategi kebudayaan nasional.
Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihatnya sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas berlangsung secara kompleks. Disatu sisi identitas akan terbentuk atas kemauan diri sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat bergantung pada kekuatan objektif yang terjadi di sekitarnya. Identitas itu dinamis yang selalu disesuaikan kembali, sifatnya akan selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu bergantung pada proses yang membentuknya. Di tengah kebudayaan massa yang serba cepat dan perkembangan IPTEK ini, beberapa ekspresi tentang nilai, pengetahuan, norma, dan simbol, menjadi tanda kebudayaan masyarakat kita. Identitas dan karakter bangsa menjadi sarana pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa yang mempunyai tugas utama membangunan kebudayaan nasional. Sebagai sarana pembentukan pola pikir, Identitas masyarakat perlu kesadaran nasional. Selanjutnya kesadaran nasional menjadi dasar keyakinan adanya integrasi nasional yang dapat memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa. integrasi terbentuk jika ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, nilai sistem budaya, cita-cita politik, pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional juga dapat terjadi karena pembentukan kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Contohnya, kelompok pedangang kaki lima membentuk jaringan untuk menghadapi Perda atau operasi Satpol PP.
Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
pluralitas, kekayaan, dan keberagaman Indonesia merupakan takdir, tapi belakangan ini malah memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. akibatnya muncul faham sentrisme lalu melahirkan etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dst. Etnosentrisme menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme. Kebijakan otonomi daerah yang kini banyak terjadi di negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Birokrasi pemerintah daerah tidak memperhatikan kepentingan daerah, tapi menjadi pelaksana kepentingan pusat di daerah. Strategi kebudayaan disini mengacu pada kekuatan budaya berdasarkan pada kedekatan dan pandangan hidup dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Penutup
Integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi masalah kesatuan yang terus-menerus melanda Indonesia hingga saat ini. Pengembangan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi sejumlah kepentingan dan identitas anggota masyarakat masing" berlatar belakang kebudayaan yang kompleks. Agar konsep integrasi nasional terwujud, sekelompok anggota masyarakat harus bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau kelompoknya. Dengan meninggalkan identitasnya, membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
NPM: 2213053020
Kelas: 2G
ANALISIS JURNAL
Judul: INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis: Agus Maladi Irianto
Pendahuluan
Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman seperti mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Tindakan anarkis, pelanggaran moral, etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata terus terjadi sampai sekarang dan kesimpulannya tak menghasilkan solusi. Maka diperlukan suatu strategi kebudayaan nasional.
Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihatnya sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas berlangsung secara kompleks. Disatu sisi identitas akan terbentuk atas kemauan diri sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat bergantung pada kekuatan objektif yang terjadi di sekitarnya. Identitas itu dinamis yang selalu disesuaikan kembali, sifatnya akan selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu bergantung pada proses yang membentuknya. Di tengah kebudayaan massa yang serba cepat dan perkembangan IPTEK ini, beberapa ekspresi tentang nilai, pengetahuan, norma, dan simbol, menjadi tanda kebudayaan masyarakat kita. Identitas dan karakter bangsa menjadi sarana pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa yang mempunyai tugas utama membangunan kebudayaan nasional. Sebagai sarana pembentukan pola pikir, Identitas masyarakat perlu kesadaran nasional. Selanjutnya kesadaran nasional menjadi dasar keyakinan adanya integrasi nasional yang dapat memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa. integrasi terbentuk jika ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, nilai sistem budaya, cita-cita politik, pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional juga dapat terjadi karena pembentukan kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Contohnya, kelompok pedangang kaki lima membentuk jaringan untuk menghadapi Perda atau operasi Satpol PP.
Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
pluralitas, kekayaan, dan keberagaman Indonesia merupakan takdir, tapi belakangan ini malah memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. akibatnya muncul faham sentrisme lalu melahirkan etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dst. Etnosentrisme menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme. Kebijakan otonomi daerah yang kini banyak terjadi di negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Birokrasi pemerintah daerah tidak memperhatikan kepentingan daerah, tapi menjadi pelaksana kepentingan pusat di daerah. Strategi kebudayaan disini mengacu pada kekuatan budaya berdasarkan pada kedekatan dan pandangan hidup dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Penutup
Integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi masalah kesatuan yang terus-menerus melanda Indonesia hingga saat ini. Pengembangan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi sejumlah kepentingan dan identitas anggota masyarakat masing" berlatar belakang kebudayaan yang kompleks. Agar konsep integrasi nasional terwujud, sekelompok anggota masyarakat harus bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau kelompoknya. Dengan meninggalkan identitasnya, membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
Nama : Ihya Ghulam Halim
NPM : 2213053178
Kelas : 2G
Setelah membaca dan mengamati jurnal di atas tentang "INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA"
Yang disusun
oleh: Agus Maladi Irianto, dapat di simpulkan bahwasanya :
*Identitas dan Integrasi Nasional*
Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
NPM : 2213053178
Kelas : 2G
Setelah membaca dan mengamati jurnal di atas tentang "INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA"
Yang disusun
oleh: Agus Maladi Irianto, dapat di simpulkan bahwasanya :
*Identitas dan Integrasi Nasional*
Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya).
*Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah*
Seperti telah dideskripsikan pada pembahasan terdahulu bahwa integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat.Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Maka dari itu hal itu merujuk sejumlah deskripsi yang telah diuraikan pada pembahasan terdahulu maka dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia.
Nama : Latifa Nurmala
Npm : 2213053155
Kelas : 2G
Analisis Jurnal
1. Judul
Jurnal tersebut berjudul “INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA”
2. Penulis
Jurnal di tulis oleh Agus Maladi Irianto
3. Abstrak
Membahas tentang tantangan bagi Indonesia untuk mengembangkan konsep integrasi nasional dalam menghadapi konsep etnosentrisme, religiusisme, dan politikisme.
4. Pendahuluan
Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri. Kebebasan yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi bangsa ini. Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara (gevernance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience). Dari sinilah tergambar tentang tindakan anarkis, pelanggaran moral, pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata. Kondisi tersebut terus belarut-larut hingga hari ini, dan kesimpulannya tak menghasilkan solusi. Di kala hal ini berkepanjangan dan tidak jelas sampai kapan krisis akan berakhir, para pengamat hanya bisa mengatakan bahwa bangsa kita adalah “bangsa yang sedang sakit”, suatu kesimpulan yang tidak menawarkan solusi. Untuk itulah diperlukan, suatu strategi kebudayaan nasional senyampang sejak kemerdekaan hingga hari ini negeri ini belum memiliki adanya strategi kebudayaan.
5. Identitas dan Integrasi Nasional
Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
6. Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
7. Penutup
Integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Nama : Adelia Prasetiyani
Npm : 2213053039
Kelas : 2G
Analisis Jurnal :
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis Jurnal : Agus Maladi Irianto
Kata Kunci : National integration, ethnocentrism and conflict of interest
A. Pendahuluan
Sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini, bangsa Indonesia telah melalui banyak pengalaman. Di antara pengalaman tersebut bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan prinsip, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan prinsip dan ideologi tersebut menimbulkan disintegrasi dan instabilitas nasional. Peralihan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 yang berujung pada lahirnya Orde 11 Maret (Supersemar). Situasi politik nasional yang menyebabkan runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan kekuasaan antara elit politik negara.
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat yang memandang dirinya sendiri dan bagaimana orang lain memandangnya sebagai satu kesatuan sosial budaya. Jadi identitas adalah produk budaya yang terjadi sedemikian kompleks.
Identitas bukanlah sesuatu yang siap dan final, tetapi merupakan ruang yang diadaptasi ulang, yang sifatnya selalu diperbarui, dan ruang yang selalu dinegosiasikan, sehingga bentuknya selalu bergantung pada proses yang membentuknya. Integrasi nasional juga terjadi sebagai terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh tujuan bersama, baik ideologi, ekonomi, maupun sosial.
C. Integrasi Nasional Vs. Otonomi Daerah
Integrasi nasional pada hakekatnya mengandung arti menyatukan visi dan misi bangsa untuk berbagai kepentingan setiap anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan dengan situasi Indonesia saat ini. Jika ada konflik antar suku, konflik antar daerah, konflik antar agama, konflik antar partai politik, konflik antar mahasiswa dan masih banyak lagi konflik kepentingan lainnya yang masih terjadi di Indonesia. Dewasa ini, kebijakan otonomi daerah yang berlaku di berbagai pelosok tanah air justru menjadi penghambat implementasi konsep integrasi nasional. Impian untuk mewujudkan konsep integrasi nasional menjadi kenyataan ketika sekelompok anggota masyarakat siap untuk menerobos identitasnya dan menjauhkan diri dari segala kepentingan yang dianggap membentuk diri atau karakter kelompoknya.
D. Penutup
Merujuk pada beberapa uraian pada pembahasan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa integrasi nasional merupakan cara untuk menghadapi apa yang masih melanda Indonesia. Konflik antarsuku, konflik antardaerah, konflik antaragama, konflik antarpartai politik, konflik antarmahasiswa dan masih banyak lagi konflik kepentingan lainnya seharusnya tidak muncul jika semua penyebab konflik tersebut menyadari bahwa bangsa Indonesia sudah menjadi sangat diperlukan.
E. Kesimpulan
Secara keseluruhan pada jurnal tersebut dapat disimpulkan, integrasi nasional merupakan jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik konflik antar-daerah konflik antar- partai olitik, konflik antar-pelajar dan sejumlah konflik kepentingan lainnya yang semestinya tidak perlu terjadi. jika setiap pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Npm : 2213053039
Kelas : 2G
Analisis Jurnal :
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis Jurnal : Agus Maladi Irianto
Kata Kunci : National integration, ethnocentrism and conflict of interest
A. Pendahuluan
Sejak Proklamasi Kemerdekaan hingga saat ini, bangsa Indonesia telah melalui banyak pengalaman. Di antara pengalaman tersebut bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan prinsip, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan prinsip dan ideologi tersebut menimbulkan disintegrasi dan instabilitas nasional. Peralihan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI pada tanggal 30 September 1965 yang berujung pada lahirnya Orde 11 Maret (Supersemar). Situasi politik nasional yang menyebabkan runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan kekuasaan antara elit politik negara.
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat yang memandang dirinya sendiri dan bagaimana orang lain memandangnya sebagai satu kesatuan sosial budaya. Jadi identitas adalah produk budaya yang terjadi sedemikian kompleks.
Identitas bukanlah sesuatu yang siap dan final, tetapi merupakan ruang yang diadaptasi ulang, yang sifatnya selalu diperbarui, dan ruang yang selalu dinegosiasikan, sehingga bentuknya selalu bergantung pada proses yang membentuknya. Integrasi nasional juga terjadi sebagai terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh tujuan bersama, baik ideologi, ekonomi, maupun sosial.
C. Integrasi Nasional Vs. Otonomi Daerah
Integrasi nasional pada hakekatnya mengandung arti menyatukan visi dan misi bangsa untuk berbagai kepentingan setiap anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan dengan situasi Indonesia saat ini. Jika ada konflik antar suku, konflik antar daerah, konflik antar agama, konflik antar partai politik, konflik antar mahasiswa dan masih banyak lagi konflik kepentingan lainnya yang masih terjadi di Indonesia. Dewasa ini, kebijakan otonomi daerah yang berlaku di berbagai pelosok tanah air justru menjadi penghambat implementasi konsep integrasi nasional. Impian untuk mewujudkan konsep integrasi nasional menjadi kenyataan ketika sekelompok anggota masyarakat siap untuk menerobos identitasnya dan menjauhkan diri dari segala kepentingan yang dianggap membentuk diri atau karakter kelompoknya.
D. Penutup
Merujuk pada beberapa uraian pada pembahasan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa integrasi nasional merupakan cara untuk menghadapi apa yang masih melanda Indonesia. Konflik antarsuku, konflik antardaerah, konflik antaragama, konflik antarpartai politik, konflik antarmahasiswa dan masih banyak lagi konflik kepentingan lainnya seharusnya tidak muncul jika semua penyebab konflik tersebut menyadari bahwa bangsa Indonesia sudah menjadi sangat diperlukan.
E. Kesimpulan
Secara keseluruhan pada jurnal tersebut dapat disimpulkan, integrasi nasional merupakan jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik konflik antar-daerah konflik antar- partai olitik, konflik antar-pelajar dan sejumlah konflik kepentingan lainnya yang semestinya tidak perlu terjadi. jika setiap pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Sebagai balasan Kiriman pertama
Re: FORUM JAWABAN POST TEST
Nama : Annisa Fadillah Quraini
NPM: 2253053026
KELAS: 2G
Analisis Jurnal yang berjudul INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Oleh: Agus Maladi Irianto
Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah memiliki sejumlah pengalaman. Misalnya, pada Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan.
Untuk itulah diperlukan adanya identitas dan integrasi Nasional supaya tidak lagi mengalami kekacauan.
Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat memerlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Selamjutnya kesadaran nasional menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan, ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing.
Berdasarkan penjelasan diatas, konsep tentang integrasi nasional penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia.
Sebab integrasi nasional merupakan jalan keluar untuk menghadapi konflik yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia.
Seperti konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar serta sejumlah konflik yang lain.
NPM: 2253053026
KELAS: 2G
Analisis Jurnal yang berjudul INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Oleh: Agus Maladi Irianto
Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah memiliki sejumlah pengalaman. Misalnya, pada Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan.
Untuk itulah diperlukan adanya identitas dan integrasi Nasional supaya tidak lagi mengalami kekacauan.
Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat memerlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Selamjutnya kesadaran nasional menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan, ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing.
Berdasarkan penjelasan diatas, konsep tentang integrasi nasional penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia.
Sebab integrasi nasional merupakan jalan keluar untuk menghadapi konflik yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia.
Seperti konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar serta sejumlah konflik yang lain.
Nama: Khairani Ulya
NPM : 2213053115
Kelas: 2G
Identitas Jurnal
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : hlm 1-7
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: integrasi nasional, etnosentrisme dan konflik kepentingan
Pembahàsan :
-Identitas dan Integrasi Nasional
Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk
kebudayaan yang berlangsung demikian
kompleks.
Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu dierbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Seperti halnya identitas kita pada saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural. Pluralitas pada perkembangan saat ini tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah. Pluralitas pada perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-kepentingan.
Seseorang bisa berbeda dengan orang lain,
bukan lantaran dia berasal dari etnis yang
berbeda, profesi yang berbeda, latar belakang
pendidikan yang berbeda, bahkan asal asul
daerah yang berbeda. Kepentingan masing-masing oranglah yang kemudian menyatukan identitas tersebut. memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan,
ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing. Dengan demikian, integrasi
nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk
pergaulan yang menyebabkan berbagai
kelompok dengan identitas masing-masing
merasa dirinya sebagai satu kesatuan: bangsa
Indonesia.
-Integrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Integrasi nasional pada hakekatnya mengandung arti menyatukan visi dan misi bangsa untuk berbagai kepentingan setiap anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan dengan situasi Indonesia saat ini. Jika ada konflik antar suku, konflik antar daerah, konflik antar agama, konflik antar partai politik, konflik antar mahasiswa dan masih banyak lagi konflik kepentingan lainnya yang masih terjadi di Indonesia. Dewasa ini, kebijakan otonomi daerah yang berlaku di berbagai pelosok tanah air justru menjadi penghambat implementasi konsep integrasi nasional. Impian untuk mewujudkan konsep integrasi nasional menjadi kenyataan ketika sekelompok anggota masyarakat siap untuk menerobos identitasnya dan menjauhkan diri dari segala kepentingan yang dianggap membentuk diri atau karakter kelompoknya.
Kesimpulan:
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai
politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah
konflik kepentingan lain yang hingga saat ini
masih terus-menerus melanda Indonesia. Berdasarkan sejumlah gambaran terrsebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu
pada kekuatan budaya yang bertolak pada
kedekatan dan pandangan hidup pelaku
kebudayaan dalam kaitannya dengan
kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Dengan demikian, mengembangkan konsep
integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM : 2213053115
Kelas: 2G
Identitas Jurnal
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : hlm 1-7
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: integrasi nasional, etnosentrisme dan konflik kepentingan
Pembahàsan :
-Identitas dan Integrasi Nasional
Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk
kebudayaan yang berlangsung demikian
kompleks.
Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu dierbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Seperti halnya identitas kita pada saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural. Pluralitas pada perkembangan saat ini tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah. Pluralitas pada perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-kepentingan.
Seseorang bisa berbeda dengan orang lain,
bukan lantaran dia berasal dari etnis yang
berbeda, profesi yang berbeda, latar belakang
pendidikan yang berbeda, bahkan asal asul
daerah yang berbeda. Kepentingan masing-masing oranglah yang kemudian menyatukan identitas tersebut. memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan,
ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing. Dengan demikian, integrasi
nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk
pergaulan yang menyebabkan berbagai
kelompok dengan identitas masing-masing
merasa dirinya sebagai satu kesatuan: bangsa
Indonesia.
-Integrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Integrasi nasional pada hakekatnya mengandung arti menyatukan visi dan misi bangsa untuk berbagai kepentingan setiap anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan dengan situasi Indonesia saat ini. Jika ada konflik antar suku, konflik antar daerah, konflik antar agama, konflik antar partai politik, konflik antar mahasiswa dan masih banyak lagi konflik kepentingan lainnya yang masih terjadi di Indonesia. Dewasa ini, kebijakan otonomi daerah yang berlaku di berbagai pelosok tanah air justru menjadi penghambat implementasi konsep integrasi nasional. Impian untuk mewujudkan konsep integrasi nasional menjadi kenyataan ketika sekelompok anggota masyarakat siap untuk menerobos identitasnya dan menjauhkan diri dari segala kepentingan yang dianggap membentuk diri atau karakter kelompoknya.
Kesimpulan:
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai
politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah
konflik kepentingan lain yang hingga saat ini
masih terus-menerus melanda Indonesia. Berdasarkan sejumlah gambaran terrsebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu
pada kekuatan budaya yang bertolak pada
kedekatan dan pandangan hidup pelaku
kebudayaan dalam kaitannya dengan
kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Dengan demikian, mengembangkan konsep
integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Sebagai balasan Kiriman pertama
Re: FORUM JAWABAN POST TEST
Nama : Fadhila Cahya Ningtyas
Npm : 2213053271
Kelas : 2G
Analisis Jurnal
Identitas Jurnal
Judul: INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis : Agus Maladi Irianto
Halaman : 1-9
Abstrak Jurnal
Abstrak ditulis dalam bahasa inggris yang menjelaskan tentang pengertian dari integrasi nasional merupakan persatuan kelompok kelompok yang disatukan oleh suatu masalah bersama baik itu ideologi,ekonomi,mauoun sosial.
Keyword: national integration, ethnocentrism and conflict of interest
A.Pendahuluan
Sejak dahulu Indonesia sudah melalui banyak perubahan,baik itu perubahan azaz, ideologi,paham,dan doktrin dinegara ini.Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari orde lama ke orde baru diawali dengan pemberontakan G30S PKI dan diakhiri dengan surat perintah sebelas maret. Tidak berakhir disana Indonesia masih banyak mengalami permasalahan permasalahan yang menyebabkan disintegrasi di negara ini. Hingga mencapai era reformasi hingga saat ini yang harusnya menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk bisa mewujudkan integrasi nasional antar sesama nyatanya hal itu masih menjadi cita cita.Untuk itulah diperlukan,
suatu strategi kebudayaan nasional
senyampang sejak kemerdekaan hingga hari ini negeri ini belum memiliki adanya strategi
kebudayaan.
B .Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas merupakan representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.Identitas bukan hal yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari prosesyang membentuknya.Identitas Indinesia saat ini berbentuk plural atau tidak tunggal yang tidak dibatasi pada perbedaanetnis, profesi, latar belakang pendidikan,serta asal usul daerah. Identitas dan karakterbangsa sebagai sarana bagi pembentukanpola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunankebudayaan nasional. Identitas sebagaisarana pembentukan pola pikir masyarakatdiperlukan adanya suatu kesadaran nasionalyang dipupuk dengan menanamkan gagasannasionalisme dan pluralisme. Dari kesadaran tersebut lahirlah integrasi atau persatuan . Integrasi terbentuk jika terdapat identitas yang mendukungnyaseperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yangdipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
C. Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah,konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia.Pluralitas atau keberagaman yang seharusnya menjadi salah satu kelebihan bangsa ini malah memicu munculnya faham sentrisme yang kemudian melahirkan misalnya, etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya. Oleh karenanya integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut.Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlahkepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
D. Penutup
integrasi nasional dapat menjadi jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terusmelanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik,konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsaIndonesia sudah menjadi sebuah takdir yang seharusnya perbedaan menjadi kebanggaan dan ciri khas yang patut disyukuri.
Nama : Nadia Nur Safitri
Npm : 2213053275
Kelas :2G
Analisis Jurnal
Identitas Jurnal
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : hlm 1-7
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: integrasi nasional, etnosentrisme dan konflik kepentingan
A. Pendahuluan
Banyak pengalaman yang telah di alami bangsa Indonesia diantara nya bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).pemerintah Soeharto untuk mengendalikan pemerintahan berusaha untuk melakukan peleburan dan perampingan sejumlah oramas dan partai. Tanggal 9 Maret 1970 milsanya, terjadi pengelompokan partai dengan terbentuknya Kelompok Demokrasi.
Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atasmunculnya aksi separatis dari daerah-daerah.
Ini menunjukkan tentang tindakan anarkis, pelanggaran moral,pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata.
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas merupakan representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
C. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme.
D. Penutup
integrasi
nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik,konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional.
Npm : 2213053275
Kelas :2G
Analisis Jurnal
Identitas Jurnal
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : hlm 1-7
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: integrasi nasional, etnosentrisme dan konflik kepentingan
A. Pendahuluan
Banyak pengalaman yang telah di alami bangsa Indonesia diantara nya bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).pemerintah Soeharto untuk mengendalikan pemerintahan berusaha untuk melakukan peleburan dan perampingan sejumlah oramas dan partai. Tanggal 9 Maret 1970 milsanya, terjadi pengelompokan partai dengan terbentuknya Kelompok Demokrasi.
Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atasmunculnya aksi separatis dari daerah-daerah.
Ini menunjukkan tentang tindakan anarkis, pelanggaran moral,pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata.
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas merupakan representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
C. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini.
Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme.
D. Penutup
integrasi
nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik,konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional.
Sebagai balasan Kiriman pertama
Re: FORUM JAWABAN POST TEST
Nama:Safira Sita Salsabilla
NPM :2213053027
Kelas :2G
Identitas Jurnal
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : 7 halaman
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: Integrasi nasional, etnosentrisme dan konflik kepentingan.
A. Pendahuluan
Negara dan bangsa Indonesia, sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan
azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Berbagai perubahan azas dan ideologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional.
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Di masa awal Indonesia merdeka,
identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik serta kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya yaitu penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah produk
kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain
identitas akan sangat tergantung dari
kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya. Pada suatu sisi integrasi terbentuk jika ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.
C. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia saat ini. Indonesia adalah negara yang majemuk.Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan, apalagi menimbulkan pertentangan sepanjang masing-masing anggota
masyarakat menyadari akan pluralitas
tersebut. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan
kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang
kebudayaan yang kompleks.
D. Penutup
Kebijakan otonomi daerah yang kini
marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita
menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya.
NPM :2213053027
Kelas :2G
Identitas Jurnal
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : 7 halaman
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: Integrasi nasional, etnosentrisme dan konflik kepentingan.
A. Pendahuluan
Negara dan bangsa Indonesia, sejak
proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan
azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Berbagai perubahan azas dan ideologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional.
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Di masa awal Indonesia merdeka,
identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik serta kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya yaitu penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah produk
kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain
identitas akan sangat tergantung dari
kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya. Pada suatu sisi integrasi terbentuk jika ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.
C. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia saat ini. Indonesia adalah negara yang majemuk.Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan, apalagi menimbulkan pertentangan sepanjang masing-masing anggota
masyarakat menyadari akan pluralitas
tersebut. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan
kompleksitas kebudayaan yang dianut.
Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang
kebudayaan yang kompleks.
D. Penutup
Kebijakan otonomi daerah yang kini
marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita
menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya.
Nama : Andika Purbaya
Kelas : 2G
Npm : 2213053169
Analisis Jurnal
INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Oleh: Agus Maladi Irianto
Setelah membaca isi dalam jurnal tersebut saya beranalisis bahwasanya pada awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai dengan bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia di antaranya adalah
penghormatan kepada Sang Saka Merah
Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
Bahasa Indonesia, dan seterusnya. Identitas ini merupakan representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya
sendiri dan bagaimana orang lain melihat
mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas bangsa Indonesia ini menjadi
sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional
yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran
nasional selanjutnya menjadi dasar dari
keyakinan adanya integrasi nasional yang
mampu memelihara dan mengembangkan
harga diri bangsa, harkat dan martabat
bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa
dari subordinasi (ketergantungan,
ketertundudukan, keterhinaan) terhadap
bangsa asing.
Bangsa kita Indonesia
dikaruniai alam yang elok dengan
iklim subtropis yang bersahabat
dan tanah yang subur. Ia adalah negara
dengan 17.504 pulau, 1.068 suku bangsa,
dan memiliki sedikitnya 665 bahasa daerah.
Indonesia juga kaya dengan spesies langka.
Baik flora maupun fauna. Ada mamalia,
kupu-kupu, reptil, burung, unggas, dan
amfibi yang berjumlah lebih dari 3.025
spesies. Tumbuhan yang hidup di Indonesia berjumlah sekitar 47.000 spesies atau setara
dengan 12 persen dari seluruh spesies
tumbuhan di dunia. Bahkan, dalam bidang
seni dan budaya terdapat sedikitnya 300 gaya
tari tradisional dari Sabang sampai
Merauke. Walaupun Indonesia dikarunia beragam suku, budaya, alam dll. Akan tetapi hal ini tidak selalu terhindar dari konflik dan pertentangan. Maka muncullah
faham sentrisme yang kemudian melahirkan
misalnya, etnosentrisme, religisentrisme,
politksentrisme, dan seterusnya. Sebagai
ilustrasi, dalam budaya Jawa misalnya
dikenal istilah “nanding sarira”
memperbandingkan diri. Inilah pangkal
munculnya kesombongan kolektif,
etnosentrisme. Etnosentrime merupakan
kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya
etniknya lebih unggul dibandingkan dengan
budaya etnik lain. Melihat sejumlah deskripsi yang
telah diuraikan pada pembahasan terdahulu
maka dapat dikatakan bahwa integrasi
nasional adalah jalan keluar untuk
menghadapi yang hingga saat ini masih
terus-menerus melanda Indonesia. Perlunya kesadaran masyarakat bangsa Indonesia bahwa pluralitas bangsa
Indonesia sudah menjadi sebuah
keniscayaan, jika masing-masing pelaku sadar semestinya tidak akan terjadi konflik.
Kelas : 2G
Npm : 2213053169
Analisis Jurnal
INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Oleh: Agus Maladi Irianto
Setelah membaca isi dalam jurnal tersebut saya beranalisis bahwasanya pada awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai dengan bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia di antaranya adalah
penghormatan kepada Sang Saka Merah
Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya,
Bahasa Indonesia, dan seterusnya. Identitas ini merupakan representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya
sendiri dan bagaimana orang lain melihat
mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas bangsa Indonesia ini menjadi
sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional
yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran
nasional selanjutnya menjadi dasar dari
keyakinan adanya integrasi nasional yang
mampu memelihara dan mengembangkan
harga diri bangsa, harkat dan martabat
bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa
dari subordinasi (ketergantungan,
ketertundudukan, keterhinaan) terhadap
bangsa asing.
Bangsa kita Indonesia
dikaruniai alam yang elok dengan
iklim subtropis yang bersahabat
dan tanah yang subur. Ia adalah negara
dengan 17.504 pulau, 1.068 suku bangsa,
dan memiliki sedikitnya 665 bahasa daerah.
Indonesia juga kaya dengan spesies langka.
Baik flora maupun fauna. Ada mamalia,
kupu-kupu, reptil, burung, unggas, dan
amfibi yang berjumlah lebih dari 3.025
spesies. Tumbuhan yang hidup di Indonesia berjumlah sekitar 47.000 spesies atau setara
dengan 12 persen dari seluruh spesies
tumbuhan di dunia. Bahkan, dalam bidang
seni dan budaya terdapat sedikitnya 300 gaya
tari tradisional dari Sabang sampai
Merauke. Walaupun Indonesia dikarunia beragam suku, budaya, alam dll. Akan tetapi hal ini tidak selalu terhindar dari konflik dan pertentangan. Maka muncullah
faham sentrisme yang kemudian melahirkan
misalnya, etnosentrisme, religisentrisme,
politksentrisme, dan seterusnya. Sebagai
ilustrasi, dalam budaya Jawa misalnya
dikenal istilah “nanding sarira”
memperbandingkan diri. Inilah pangkal
munculnya kesombongan kolektif,
etnosentrisme. Etnosentrime merupakan
kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya
etniknya lebih unggul dibandingkan dengan
budaya etnik lain. Melihat sejumlah deskripsi yang
telah diuraikan pada pembahasan terdahulu
maka dapat dikatakan bahwa integrasi
nasional adalah jalan keluar untuk
menghadapi yang hingga saat ini masih
terus-menerus melanda Indonesia. Perlunya kesadaran masyarakat bangsa Indonesia bahwa pluralitas bangsa
Indonesia sudah menjadi sebuah
keniscayaan, jika masing-masing pelaku sadar semestinya tidak akan terjadi konflik.
Nama : Mutiara Deva Gusti
Npm : 2213053135
Kelas : 2G
A. Identitas Jurnal
1. Judul Jurnal : Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonssia
2. Halaman : 1-9
3. Nama Penulis : Agus Maladi Irianto
4. Kata Kunci : national integration, ethnocentrism and conflict of interest
B. Isi Jurnal
Pendahuluan :
Bangsaa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini bangsa indonesia mempunyai sejumlah pengalaman. Dari sejumlah pengalaman itu, bangsa Indonesia sudah mengalami berbagai perubahan. Perubahan yang terjadi meliputi berbagai aspek dan bidang, diantaranya yaitu: perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari beberapa perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan perpecahan dan tidak stabilnya kondisi integrasi nasional.
Pembahasan :
A. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas merupakan gambaran diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah wujud dari sosial-budaya. Identitas juga berperan sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat, sehingga diperlukan adanya kesadaran nasional yang dipupuk dengan cara menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Pada satu sisi integrasi terbentuk jika ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, dan kesamaan dalam pandangan hidup.
B. Integrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Etnosentrisme merupakan kecenderungan untuk berfikir tentang budaya etniknya yang lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik yang lain. Rasa etnosentrisme diperkuat dengan kebijakan negara yang menerapkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Kegigihan otonomi daerah dan pemekaran daerah akan berjalan beriringan dengan semakin kuatnya etnosentrisme. Hal ini juga diperlukan dalam demokrasi pemerintahan yang seharusnya mampu menjadi tempat pembauran lintas-budaya dan lintas-etnis.
Kesimpulan :
Mengacu pada beberapa uraian yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya
maka, kita dapat menyimpulkan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi apa yang selama ini dialami dan dilalui bangsa Indonesia secara terus menerus. Diantaranya berupa konflik, konflik di indonesia terdiri dari berbagai macam yaitu:
konflik antarsuku, konflik antardaerah, konflik antar agama, konflik antar partai politik, konflik antara siswa, dan beberapa konflik lainnya. Ini terjadi karena tidak adanya kesadaran terkait integrasi nasional yang ada di dalam diri masing-masing individu dan masyarakat.
Npm : 2213053135
Kelas : 2G
A. Identitas Jurnal
1. Judul Jurnal : Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonssia
2. Halaman : 1-9
3. Nama Penulis : Agus Maladi Irianto
4. Kata Kunci : national integration, ethnocentrism and conflict of interest
B. Isi Jurnal
Pendahuluan :
Bangsaa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini bangsa indonesia mempunyai sejumlah pengalaman. Dari sejumlah pengalaman itu, bangsa Indonesia sudah mengalami berbagai perubahan. Perubahan yang terjadi meliputi berbagai aspek dan bidang, diantaranya yaitu: perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari beberapa perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan perpecahan dan tidak stabilnya kondisi integrasi nasional.
Pembahasan :
A. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas merupakan gambaran diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah wujud dari sosial-budaya. Identitas juga berperan sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat, sehingga diperlukan adanya kesadaran nasional yang dipupuk dengan cara menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Pada satu sisi integrasi terbentuk jika ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, dan kesamaan dalam pandangan hidup.
B. Integrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Etnosentrisme merupakan kecenderungan untuk berfikir tentang budaya etniknya yang lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik yang lain. Rasa etnosentrisme diperkuat dengan kebijakan negara yang menerapkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Kegigihan otonomi daerah dan pemekaran daerah akan berjalan beriringan dengan semakin kuatnya etnosentrisme. Hal ini juga diperlukan dalam demokrasi pemerintahan yang seharusnya mampu menjadi tempat pembauran lintas-budaya dan lintas-etnis.
Kesimpulan :
Mengacu pada beberapa uraian yang dijelaskan pada pembahasan sebelumnya
maka, kita dapat menyimpulkan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi apa yang selama ini dialami dan dilalui bangsa Indonesia secara terus menerus. Diantaranya berupa konflik, konflik di indonesia terdiri dari berbagai macam yaitu:
konflik antarsuku, konflik antardaerah, konflik antar agama, konflik antar partai politik, konflik antara siswa, dan beberapa konflik lainnya. Ini terjadi karena tidak adanya kesadaran terkait integrasi nasional yang ada di dalam diri masing-masing individu dan masyarakat.
Nama: Nura Assyifa
NPM : 2213053134
Kelas : 2G
Hasil Anilisis Jurnal
"INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA"
A. Pendahuluan
Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri. Kebebasan yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi bangsa ini. Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan.
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial budaya. Dengan demikian, di satu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi disekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya.
Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Singkat kata, integrasipada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
C. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
Maka pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir. kendati sudah merupakan takdir, namun akhir akhir ini justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. Bahkan, muncul adagium yang memicu konflik: “Kami versus kalian, aku versus kamu”, dan seterusnya. kemudian melahirkan misalnya, etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya.
Mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
D. Penutup
NPM : 2213053134
Kelas : 2G
Hasil Anilisis Jurnal
"INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA"
A. Pendahuluan
Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri. Kebebasan yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi bangsa ini. Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan.
B. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial budaya. Dengan demikian, di satu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi disekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya.
Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Singkat kata, integrasipada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
C. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah
Maka pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir. kendati sudah merupakan takdir, namun akhir akhir ini justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. Bahkan, muncul adagium yang memicu konflik: “Kami versus kalian, aku versus kamu”, dan seterusnya. kemudian melahirkan misalnya, etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya.
Mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
D. Penutup
Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Nama: Nola Diva Brilian
Npm: 2213053199
Kelas: 2G
Judul Jurnal: INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Identitas Nasional adalah bentuk fisik dan kebijakan umum seluruh rakyat Indonesia, yaitu penghormatan kepada sang saka merah putih, lagi kebangsaan Indonesia raya, bahasa Indonesia, Bhineka tunggal Ika. Pengertian identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial budaya. Maka, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas menunjukkan gambaran yang tidak tinggal, tetapi sangat plural. pluralitas pada perkembangan saat ini, tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal usul daerah. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok kelompok yang dipersatukan oleh suatu itu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Integrasi yang menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Integrasi nasional versus Otonomi daerah
Integrasi nasional yang memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing masing anggota masyarakat. Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dengan tanah yang subur. Indonesia adalah negara dengan 17.504 pulau, 1.068 suku bangsa, dan memiliki sedikitnya 666 bahasa daerah. Ada mamalia, kupu kupu, reptil, burung, unggas, dan amfibi yang berjumlah lebih dari 3.025 spesies. Tumbuhan yang hidup di Indonesia berjumlah sekitar 47.000 spesies atau setara dengan 12 persen dari seluruh tumbuhan di dunia. Dalam bidang seni dan budaya terdapat 300 gaya tari tradisional dari Sabang sampai Merauke. Maka pluralitas bangsa Indonesia adalah takdir. Pertentangan masyarakat muncul adagiun yang memicu konflik: "kamu versus kalian,aku versus kamu" maka muncul faham sentrisme yang kemudian melahirkan etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme dan lain lain. Contoh nya dalam budaya Jawa dikenal dengan istilah "nanding sarira" memperbandingkan diri. itulah pangkal munculnya kesombongan kolektif, etnosentrisme. Etnosentrisme yaitu kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya nya lebih unggul dibandingkan dengan budaya lain. Etnosentrisme semakin menguat karena ditopang kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Fakto integrasi didasari pada faktor faktor etnis dan faktor daerah semata. Kebijakan otonomi daerah yang kiri marak justru yang menjadi penghambat cita cita menerapkan konsep integrasi nasional.
Npm: 2213053199
Kelas: 2G
Judul Jurnal: INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Identitas Nasional adalah bentuk fisik dan kebijakan umum seluruh rakyat Indonesia, yaitu penghormatan kepada sang saka merah putih, lagi kebangsaan Indonesia raya, bahasa Indonesia, Bhineka tunggal Ika. Pengertian identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial budaya. Maka, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas menunjukkan gambaran yang tidak tinggal, tetapi sangat plural. pluralitas pada perkembangan saat ini, tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal usul daerah. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok kelompok yang dipersatukan oleh suatu itu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Integrasi yang menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Integrasi nasional versus Otonomi daerah
Integrasi nasional yang memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing masing anggota masyarakat. Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dengan tanah yang subur. Indonesia adalah negara dengan 17.504 pulau, 1.068 suku bangsa, dan memiliki sedikitnya 666 bahasa daerah. Ada mamalia, kupu kupu, reptil, burung, unggas, dan amfibi yang berjumlah lebih dari 3.025 spesies. Tumbuhan yang hidup di Indonesia berjumlah sekitar 47.000 spesies atau setara dengan 12 persen dari seluruh tumbuhan di dunia. Dalam bidang seni dan budaya terdapat 300 gaya tari tradisional dari Sabang sampai Merauke. Maka pluralitas bangsa Indonesia adalah takdir. Pertentangan masyarakat muncul adagiun yang memicu konflik: "kamu versus kalian,aku versus kamu" maka muncul faham sentrisme yang kemudian melahirkan etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme dan lain lain. Contoh nya dalam budaya Jawa dikenal dengan istilah "nanding sarira" memperbandingkan diri. itulah pangkal munculnya kesombongan kolektif, etnosentrisme. Etnosentrisme yaitu kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya nya lebih unggul dibandingkan dengan budaya lain. Etnosentrisme semakin menguat karena ditopang kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Fakto integrasi didasari pada faktor faktor etnis dan faktor daerah semata. Kebijakan otonomi daerah yang kiri marak justru yang menjadi penghambat cita cita menerapkan konsep integrasi nasional.
Nama : Farida Juwita
NPM : 2213053179
Analisis saya terhadap jurnal berjudul "INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA"
Oleh Agus Maladi Irianto
Sebelumnya, bangsa Indonesia memiliki identitas sebagai penanda jati diri bangsa indonesia. Selain identitas, karakter
bangsa juga berperan sebagai sarana dalam membentuk pola pikir dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Maka, diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Dengan demikian, integrasi nasional sebagai suatu kesadaran yang menyebabkan beragam kelompok dengan identitas yang berbeda-beda dapat merasa bahwa dirinya satu kesatuan yakni bangsa Indonesia. Integrasi ini terbentuk dengan adanya identitas yang dimiliki bangsa teraebut, seperti kesamaan bahasa, kesamaan nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional juga terbentuk akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh kesamaan isu, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial seperti kelompok pedagang kaki lima membentuk jaringan mereka ketika menghadapi operasi Satpol PP.
NPM : 2213053179
Analisis saya terhadap jurnal berjudul "INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA"
Oleh Agus Maladi Irianto
Sebelumnya, bangsa Indonesia memiliki identitas sebagai penanda jati diri bangsa indonesia. Selain identitas, karakter
bangsa juga berperan sebagai sarana dalam membentuk pola pikir dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Maka, diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Dengan demikian, integrasi nasional sebagai suatu kesadaran yang menyebabkan beragam kelompok dengan identitas yang berbeda-beda dapat merasa bahwa dirinya satu kesatuan yakni bangsa Indonesia. Integrasi ini terbentuk dengan adanya identitas yang dimiliki bangsa teraebut, seperti kesamaan bahasa, kesamaan nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional juga terbentuk akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh kesamaan isu, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial seperti kelompok pedagang kaki lima membentuk jaringan mereka ketika menghadapi operasi Satpol PP.
Jadi, pada dasarnya integrasi itu menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama. Kemudian, integritas juga berperan menangkal etnosentrisme, yang mana etnosentrisme merupakan kecenderungan untuk merasa bahwa budaya etniknya lebih unggul daripada budaya etnik lainnya. Peran integritas sebagai strategi kebudayaan Indonesia yang pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dengan identitas masing-masing dari anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks. Karena dalam jangka panjang jika etnosentrisme dibiarkan, mungkin dapat menyebabkan menyempitnya rasa integrasi nasional, karena integrasi cenderung lebih didasarkan pada faktor faktor etnis dan faktor daerah semata.
Sebagai balasan Kiriman pertama
Re: FORUM JAWABAN POST TEST
Nama : Chalistya Syahla Ilham R
Npm : 2213053262
Kelas : 2G
Analisis Jurnal
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis : Agus Maladi Irianto
B.Pendahuluan
Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri. Kebebasan yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi bangsa ini. Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara (gevernance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience). Dari sinilah tergambar tentang tindakan anarkis, pelanggaran moral, pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata.
C. Pembahasan
1. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP.
2. Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme.
D. Kesimpulan
Dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu
terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
Npm : 2213053262
Kelas : 2G
Analisis Jurnal
A. Identitas Jurnal
Judul Jurnal : INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Penulis : Agus Maladi Irianto
B.Pendahuluan
Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri. Kebebasan yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi bangsa ini. Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara (gevernance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience). Dari sinilah tergambar tentang tindakan anarkis, pelanggaran moral, pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata.
C. Pembahasan
1. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP.
2. Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme.
D. Kesimpulan
Dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu
terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
Nama :Silvia Novi Fitriana
Npm :2213053062
Kelas :2G
Analisis jurnal
1. Identitas jurnal
Judul jurnal "INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA"
Penulis :Agus Maladi Irianto
Halaman: 1-7
2. Pendahuluan
Situasi perpolitikan nasional menjelang runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan pengaruh diantara para elite politik negeri pada waktu itu. Kekuatan elite yang memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). Saat itu, PKI menjadi satu-satunya kelompok yang dituduh sebagai dalang yang melakukan kudeta pada tanggal 30 Oktober 1965 tersebut. Akibatnya, PKI tidak saja terdepak dari konstelasi politik (baik dikabinet maupun di parlemen), Namun para mahasiswa dan pelajar melalui KAMMI DAN KAPPI di bawah kendali Soeharto berusaha menghancurkan PKI seakar-akarnya.
3. Pembahasan
•Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Bertolak dari sejumlah gambaran tersebut, identitas yang menyertai kita saat ini lebih ditandai oleh kepentingan yang kita kembangkan sendiri. Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat
diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia. Untuk menciptakan pergaulan dalam pembentukan integrasi nasional tersebut identitas justru berfungsi secara ganda. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial
•Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Npm :2213053062
Kelas :2G
Analisis jurnal
1. Identitas jurnal
Judul jurnal "INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA"
Penulis :Agus Maladi Irianto
Halaman: 1-7
2. Pendahuluan
Situasi perpolitikan nasional menjelang runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan pengaruh diantara para elite politik negeri pada waktu itu. Kekuatan elite yang memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). Saat itu, PKI menjadi satu-satunya kelompok yang dituduh sebagai dalang yang melakukan kudeta pada tanggal 30 Oktober 1965 tersebut. Akibatnya, PKI tidak saja terdepak dari konstelasi politik (baik dikabinet maupun di parlemen), Namun para mahasiswa dan pelajar melalui KAMMI DAN KAPPI di bawah kendali Soeharto berusaha menghancurkan PKI seakar-akarnya.
3. Pembahasan
•Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Bertolak dari sejumlah gambaran tersebut, identitas yang menyertai kita saat ini lebih ditandai oleh kepentingan yang kita kembangkan sendiri. Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat
diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia. Untuk menciptakan pergaulan dalam pembentukan integrasi nasional tersebut identitas justru berfungsi secara ganda. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial
•Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya.
4. Penutup
Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa
Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
4. Penutup
Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa
Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Nama : Ramadya vintika Laras
NPM : 2213053264
Kelas : 2G
Judul : " integrasi nasional sebagai penangkal etnosentrisme di Indonesia"
Nama penulis : Agus Maladi Irianto
A. Pendahuluan
Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30
September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
B. Pembahasan
1.Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak
semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi.Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
2. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah.
integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi
nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah,konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia.
C. Penutup
deskripsi yang telah diuraikan pada pembahasan terdahulu maka dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional.
NPM : 2213053264
Kelas : 2G
Judul : " integrasi nasional sebagai penangkal etnosentrisme di Indonesia"
Nama penulis : Agus Maladi Irianto
A. Pendahuluan
Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30
September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
B. Pembahasan
1.Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak
semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi.Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
2. Intergrasi Nasional Versus Otonomi
Daerah.
integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi
nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah,konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia.
C. Penutup
deskripsi yang telah diuraikan pada pembahasan terdahulu maka dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional.
Nama: Selvia Nur Saqinah
Npm: 2213053193
Kelas: 2G
Identitas Jurnal:
Judul Jurnal: INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Nama penulis: : Agus Maladi Irianto
PENDAHULUAN
sejak merdeka bangsa Indonesia sudah mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Terutama pada Situasi perpolitikan nasional, Kekuatan elite yang memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). PKI menjadi satu-satunya kelompok yang dituduh sebagai dalang yang
melakukan kudeta pada tanggal 30 Oktober 1965. Namun para mahasiswa dan pelajar melalui KAMMI DAN KAPPI di bawah kendali Soeharto berusaha menghancurkan PKI seakar-akarnya.
PEMBAHASAN
Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari ketergantungan, ketertundudukan, keterhinaan terhadap bangsa asing. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini.
KESIMPULAN
Dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Npm: 2213053193
Kelas: 2G
Identitas Jurnal:
Judul Jurnal: INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Nama penulis: : Agus Maladi Irianto
PENDAHULUAN
sejak merdeka bangsa Indonesia sudah mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Terutama pada Situasi perpolitikan nasional, Kekuatan elite yang memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). PKI menjadi satu-satunya kelompok yang dituduh sebagai dalang yang
melakukan kudeta pada tanggal 30 Oktober 1965. Namun para mahasiswa dan pelajar melalui KAMMI DAN KAPPI di bawah kendali Soeharto berusaha menghancurkan PKI seakar-akarnya.
PEMBAHASAN
Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari ketergantungan, ketertundudukan, keterhinaan terhadap bangsa asing. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini.
KESIMPULAN
Dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Nama: Shelly
Npm: 2253053019
Kelas: 2G
ANALISIS JURNAL
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : hlm 1-7
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: national integration, ethnocentrism and conflict of interest
Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam
nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita
politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.
Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini
dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan
integrasi yang lebih luas.
Integrasi Nasional Vs. Otonomi Daerah
Integrasi nasional pada hakekatnya mengandung arti menyatukan visi dan misi bangsa untuk berbagai kepentingan setiap anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan dengan situasi Indonesia saat ini. Jika ada konflik antar suku, konflik antar daerah, konflik antar agama, konflik antar partai politik, konflik antar mahasiswa dan masih banyak lagi konflik kepentingan lainnya yang masih terjadi di Indonesia. Dewasa ini, kebijakan otonomi daerah yang berlaku di berbagai pelosok tanah air justru menjadi penghambat implementasi konsep integrasi nasional. Impian untuk mewujudkan konsep integrasi nasional menjadi kenyataan ketika sekelompok anggota masyarakat siap untuk menerobos identitasnya dan menjauhkan diri dari segala kepentingan yang dianggap membentuk diri atau karakter kelompoknya.
Kesimpulannya, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama. integrasi nasional merupakan jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik konflik antar-daerah konflik antar- partai olitik, konflik antar-pelajar dan sejumlah konflik kepentingan lainnya yang semestinya tidak perlu terjadi.
Npm: 2253053019
Kelas: 2G
ANALISIS JURNAL
Judul jurnal : INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Halaman : hlm 1-7
Nama Penulis: Agus Maladi Irianto
Kata kunci: national integration, ethnocentrism and conflict of interest
Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam
nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita
politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.
Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini
dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan
integrasi yang lebih luas.
Integrasi Nasional Vs. Otonomi Daerah
Integrasi nasional pada hakekatnya mengandung arti menyatukan visi dan misi bangsa untuk berbagai kepentingan setiap anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan dengan situasi Indonesia saat ini. Jika ada konflik antar suku, konflik antar daerah, konflik antar agama, konflik antar partai politik, konflik antar mahasiswa dan masih banyak lagi konflik kepentingan lainnya yang masih terjadi di Indonesia. Dewasa ini, kebijakan otonomi daerah yang berlaku di berbagai pelosok tanah air justru menjadi penghambat implementasi konsep integrasi nasional. Impian untuk mewujudkan konsep integrasi nasional menjadi kenyataan ketika sekelompok anggota masyarakat siap untuk menerobos identitasnya dan menjauhkan diri dari segala kepentingan yang dianggap membentuk diri atau karakter kelompoknya.
Kesimpulannya, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama. integrasi nasional merupakan jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik konflik antar-daerah konflik antar- partai olitik, konflik antar-pelajar dan sejumlah konflik kepentingan lainnya yang semestinya tidak perlu terjadi.
Nama : Dinda mulia saputri
Npm :2253053042
Kelas : 2G
Kesimpulannya adalah dalam Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah memiliki sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional.
Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Situasi perpolitikan nasional menjelang runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan pengaruh di antara para politik negeri kelas satu pada waktu itu. Kekuatan kelas satu memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). Saat itu, PKI menjadi satu-satunya pihak yang dituduh sebagai dalang yang melakukan kudeta pada tanggal 30 Oktober 1965 tersebut.
Dengan Identitas adalah sebuah representasi diri seseorang atau masyarakat yang melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk budaya yang kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi . terus menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang terbentuknya. Seperti halnyaidentitas kita pada saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat jamak. Pluralitas pada perkembangan saat ini tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kenyamanan dalam nilai sistem budaya, kenyamanan cita-cita politik, atau kenyamanandalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.4 Pada pihak lain, penggabungan yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menemukan identitasnya danmengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya sendiri atau watak kelompoknya.
Npm :2253053042
Kelas : 2G
Kesimpulannya adalah dalam Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah memiliki sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional.
Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Situasi perpolitikan nasional menjelang runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan pengaruh di antara para politik negeri kelas satu pada waktu itu. Kekuatan kelas satu memiliki pengaruh pada waktu itu, di antaranya PKI, PNI, Masyumi dan militer (Angkatan Darat). Saat itu, PKI menjadi satu-satunya pihak yang dituduh sebagai dalang yang melakukan kudeta pada tanggal 30 Oktober 1965 tersebut.
Dengan Identitas adalah sebuah representasi diri seseorang atau masyarakat yang melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk budaya yang kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi . terus menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang terbentuknya. Seperti halnyaidentitas kita pada saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat jamak. Pluralitas pada perkembangan saat ini tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kenyamanan dalam nilai sistem budaya, kenyamanan cita-cita politik, atau kenyamanandalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.4 Pada pihak lain, penggabungan yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menemukan identitasnya danmengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya sendiri atau watak kelompoknya.
Sebagai balasan Kiriman pertama
Re: FORUM JAWABAN POST TEST
Nama : Dinda Kusumawati Subagio
Npm : 2253053016
Kelas : 2G
Prodi : PGSD
Analisis jurnal.
Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penyikapan yang dilakukan pemerintahan Orba tentu bertentangan dengan kodrat dan kondisi Indonesia yang selama ini diberkati sebagai suatu bangsa yang jamak. Ia dianggap sebagai bentuk gerakan politik yang lebih menekankan identitas kedaerahan, dan dianggap sebagai musuh terciptanya stabilitas bangsa. Kebebasan yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi bangsa ini.
Identitas dan Integrasi Nasional Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Dengan demikian, identitas adalah produk budaya yang berlangsung demikian kompleks.
Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Lapis-lapis identitas itu tergantung pada peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang diperhadapkan, serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan peran tersebut. Dan, tanggapan tersebut secara tidak langsung juga memberi bentuk lain terhadap apa yang kita anggap sebagai diri kita saat ini. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu mewujudkan, dan keadaan yang dinegosiasikan terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Seseorang bisa berbeda dengan orang lain, bukan karena dia berasal dari etnis yang berbeda, profesi yang berbeda, latar belakang pendidikan yang berbeda, bahkan asal daerah yang berbeda.
Npm : 2253053016
Kelas : 2G
Prodi : PGSD
Analisis jurnal.
Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penyikapan yang dilakukan pemerintahan Orba tentu bertentangan dengan kodrat dan kondisi Indonesia yang selama ini diberkati sebagai suatu bangsa yang jamak. Ia dianggap sebagai bentuk gerakan politik yang lebih menekankan identitas kedaerahan, dan dianggap sebagai musuh terciptanya stabilitas bangsa. Kebebasan yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi bangsa ini.
Identitas dan Integrasi Nasional Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Dengan demikian, identitas adalah produk budaya yang berlangsung demikian kompleks.
Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Lapis-lapis identitas itu tergantung pada peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang diperhadapkan, serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan peran tersebut. Dan, tanggapan tersebut secara tidak langsung juga memberi bentuk lain terhadap apa yang kita anggap sebagai diri kita saat ini. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu mewujudkan, dan keadaan yang dinegosiasikan terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Seseorang bisa berbeda dengan orang lain, bukan karena dia berasal dari etnis yang berbeda, profesi yang berbeda, latar belakang pendidikan yang berbeda, bahkan asal daerah yang berbeda.